Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KASUS
Cisarua Antisipasi Serbuan PSK Kalijodo
Camat cisarua bogor yaitu Bayu Rahmawanto, mulai megantisipasi
perpindahan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Kalijodo ke Puncak Bogor. Bayu
Rahmawanto mengkhawatirkan daerah Puncak menjadi sasaran para PSK dari
Kalijodo. Saat ini praktek prostitusi dilakukan secara tersembunyi di dalam rumah
kontrakan. Oleh karena itu bayu melakukan penyisiran kerumah rumah kontrakan
warga. Dari informasi yang didapat jika para PSK ini mencoba megelabui pemilik
kontrakan dengan alasan bekerja di rumah makan ataupun kafe di Kawasan
Puncak. TribunnewsBogor.com, Senin (28/3/2016).
Wanita Kalijodo Pindah Ke Jalan Borongan dan
Yuyun (23) (bukan nama sebenarnya), penghibur asal Kalijodo

ini

memilih melanjutkan profesinya sebagai PSK di Koljem Cilincing, Jakarta Utara.


Wanita asal semarang ini mengaku tidak sendiri, tetapi dating dengan sejumlah
temannya. Setelah pemerintah memberikan SP 1 Yuyun segera pindah ke daerah
tesebut. Dia memilih keluar lebih dulu karena yakin bahwa bangunan tempatnya
mangkal akan dihancurkan dengan segera. Dia berlasan tidak pulang kampong
lantaran harus memenuhi kebutuhan sehari-hari serta mengirimkan uang bulanan
kepada anaknya di kampong halaman. TribunnewsBogor.com, Senin (28/3/2016).

BAB II
TINJAUAN TEORI
Terms for partitioning person
Syarat untuk partisi seseorang dibagi menjadi 2 kategori dasar. Pertama,
aktor adalah orang yang saat ini berperilaku dalam peran yang diberikan. Kedua,
aktor harus menyadari antara aktor dan peran yang sedang ia jalankan. Jadi
mungkin saja aktor adalah sekelompok paduan suara yang bernyanyi untuk
menghibur penonton. Dalam bahasa teori peran, aktor bisa diartikan sebagai the
person, the ego, dan the self. Dan yang lebih alternatif adalah the alter ego, the
target, and the nonself. Heider lebih menekankan teori interpersonal. P-o-x
sebagai Teori Heider, A-B-X sebagai teori Newcomb, dan teori kesimpulan
koresponden sebagai teori Jones dan Davis. Meskipun teori ini bukan masuk
dalam teori peran, hipotesis dan proposisi tentang hubungan interpersonal, atribusi
antar pribadi atau persepsi interpersonal mereka dapat ditafsirkan dalam kerangka
peran teoritis. Sebenarnya, hampir setiap struktur dua pihak atau hubungan
beberapa pihak dimana klasifikasi orang lain yang mungkin dapat dikenakan
analisis peran teoritis. Situasi dasar dimana peran dapat dipelajari adalah salah
satu yang melibatkan aktor (dalam arti luas) dimana aktor dan lainnya memiliki
peran yang dihubungkan oleh faktor-faktor seperti kesamaan, saling melengkapi,
persahabatan, dan sejenisnya. Cooley dan Mead adalah dua dari teori pertama
yang peduli dengan pentingnya

hubungan orang lain karena mereka

mempengaruhi orang agar sesuai perilaku perannya dengan peran yang ia


jalankan. Kedua orang ini melihat titik acuan perilaku adalah lingkungan.. Dengan
demikian, mereka tidak peduli dengan interaksi komponen sebenarnya antara
seseorang dengan lainnya. Mead dan Cooley menyimpulkan bahwa the person,
the ego, dan the self ditentukan oleh lingkungan. Menurut Mead, seseorang
berperilaku karena lingkungan, tapi menurut Cooley seseorang melihat
lingkungan sebagai cermin untuk melihat karakteristik dirinya. Teori Mead dan
Cooley di perluas oleh Merton,Kitt, dan Kelley, dan beberapa teori lainnya.
Fungsi referensial dijabarkan lebih luas pada bagian partisi perilaku.
Perlu dicatat bahwa Secord dan Backman mengikuti jejak Bredemeier dan
Stevenson yaitu seseorang sebagai individu menempati posisi fokus dalam

hubungan yang diamati dan yang lainnya sebagai individu yang menempati posisi
counter. Dengan demikian, mereka melihat yang lain sebagai mitra peran orang
tersebut. Pandangan seseorang terhadap posisi counter digambarkan dengan
mencatat beberapa hubungan peran terstruktur seperti ibu dan anak, bos dan
karyawan, suami dan istri. Dari contoh ini dapat dilihat dengan mudah bahwa
mitra peran dalam hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.bagian
berikutnya akan dijelaskan mengenai posisi dan mitra peran. Biddle dan Thomas
mengkutip 5 istilah yang menggambarkan peran dan mereka menjelaskannya
dalam beberapa kategori yaitu harapan dan norma, kinerja dan evaluasi, dan
sanksi.
Terms for Partitioning Behaviors
Role Expectation dan Norm
Role expectations adalah ekspektasi-ekspektasi dari orang lain tentang
perilaku yang tepat (dalam arti luas) yang harus ditampilkan oleh seseorang yang
memegang suatu peran tertentu. Istilah norma dan ekspektasi sering dipakai secara
bergiliran di dalam literatur teori peran. Ekspektasi secara umum dilihat sebagai
norma individu atau kelompok bagaimana orang menjalani posisi peran yang telah
diberikan harus menjalani peran tersebut. Tetapi menurut Secord and Backman
(1964) mencatat bahwa norma hanyalan satu atau dua kategori dari ekspektasi.
Role expectations memiliki hakikat antisipatori (prediktif) dan hakikat normatif.
Ada 2 macam peran menurut McDavid dan Harari (1968) yaitu predicted
role expectations dan prescribed role expectations. Pedicted role expectation
adalah perkiraan tentang perilaku yang akan ditampilkan seseorang berdasarkan
pengenalan tentang dirinya. Contoh: suamiku akan membanting piring bila tahu
saya membeli baju seharga sejuta rupiah Sedangkan prescribed role expectations
adalah perilaku yang diharapkan/diharuskan akan ditampilkan oleh seseorang
dalam posisi tertentu. Contoh: suami diharapkan mencari nafkah untuk
keluarganya. Biddle dan Thomas (1966) telah membagi role prescriptions (apa
yang harus atau diharapkan dalam suatu peran) kedalam sesuatu yang covert /
disimpan secara diam-diam dan overt / diungkapkan secara terang-terangan.
Role Performance

Role performance merupakan tingkah laku yang ditampilkan oleh aktor


yang bersangkutan dengan peran tertentu yang sedang dimainkan. Mungkin ada
varian dalam cara dimana seorang aktor yang berbeda memberlakukan peran yang
sama, atau dimana aktor yang sama memberlakukan peran yang sama di situasi
yang berbeda. Sejumlah prilaku peran yang berdeda dapat memenuhi harapan dari
peran yang sama. Teori peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilahistilahnya menurut prilaku khusus, melainkan berdasarkan klasifikasinya pada
sifat asal dari prilaku dan tujuan prilaku (atau motivasinya).
Seseorang yang menonjol dalam role theory yang memperhatikan terhadap
role performance yaitu Sabrin dan Goffman mendefinisikannya dengna role
enactment, yang dibagi bagi dalam berbagai dimensi menurut intensitasnya.
Intensitas diukur berdasarkan keterlibatan diri dari aktor dalam peran yang
dibawakannya. Tingkatan intensitas yang rendah adalah keadaan dimana aktor
tidak sangat terlibat. Prilaku peran dibwakan secara otomatis dan mekanistis saja.
Sedangkan tingkatan intensitas yang tertinggi akan terjadi jika aktor sangat
terlibat terhadap peran yang dilakukan melibatkan seluruh pribadinya. Secara
singkat Sarbin mengatakan bahwa dimensi yang sangat menonjol dari variasi
dalam role performance mewakili keterlibatan individu dalam berprilaku.
Goffman memperhatikan pada proposisi bahwa seseorang aktor dalam
berperan untuk menyampaikan secara terang-terangan atau diam-diam untuk
orang lain bagian dari dirinya sendiri yang diharapkan diketahui. Hal tersebut di
sebutkan sebagai front oleh Groffman.
Role evaluation and sanction
Role evaluation adalah ekspresi penerimaan atau penolakan terhadap
perilaku peran seseorang . Evaluasi menyangkut upaya membuat penilaian
positif atau negatif tentang suatu perilaku peran tertentu. Dan sanksi
merupakan suatu prosedur untuk mempertahankan perilaku peran yang dinilai
positif atau mengubah perilaku peran yang dinilai negatif.
Baik evaluasi maupun sanksi berdasarkan pada normative expectation.
Evaluasi maupun sanksi bisa berupa eksternal maupun internal. Secord dan
Backman (1964) mengatakan bahwa sanksi eksternal bersumber dari reward
positif atau negatif dari orang lain. Contohnya seorang bos mungkin memberikan
sanksi negatif terhadap pegawai yang tidak mengikuti standar perusahaan dalam
4

bekerja yang membuat dirinya dipecat dari perusahaan tersebut atau mungkin
memberikan sanksi positif karena menjalankan perannya dengan baik dengan cara
memberikan bonus gaji. Sedangkan sumber sanksi internal adalah dari aktor itu
sendiri. Seorang individu bisa merasa tidak puas dengan dirinya sendiri karena
tidak memenuhi ekspektasi normatif yang dia telah peroleh.
Biddle dan Thomas (1966) membuat perbedaan dari evaluasi dan sanksi
overt serta covert. Evaluasi dan sanksi overt disebut sebagai assessment
sedangkan evaluasi dan sanksi covert disebut sebagai values / nilai. Assessment
biasanya digunakan orang lain untuk mengevaluasi perilaku peran actor
sedangkan values biasanya digunakan aktor itu sendiri untuk mengevaluasi
dirinya sendiri. Values dapat diartikan sebagai assessment dari orang lain yang
telah terinternalisasi kedalam diri seorang aktor.
Walaupun evaluasi dan sanksi mengenai aktor dari orang lain merupakan
aspek yang penting dalam role theory, Evaluasi dari aktor itu sendiri merupakan
hal yang lebih penting. Mertoa dan Kitt menyatakan bahwa reference group
merupakan salah satu sumber yang membentuk nilai / value dari aktor tersebut.
Reference group merupakan kelompok.
Istilah-istilah untuk Membedakan Perangkat Persons dan Perilaku
Position
Secord dan Backman mendefinisikan posisi sebagai kategori dari person
(actor) yang menempati posisi atau tempat yang spesifik dalam struktur sosial.
Biddle dan Thomas juga memberikan definisi yang sama tentang posisi, tetapi
mereka menambahkan bahwa posisi terbentuk dari sekumpulan person yang
berbagi atribut umum atau dengan cara yang sama dengan yang dilihat orang lain.
Dari definisi ini Biddle dan Thomas mengemukakan tiga dasar kategori dari
posisi, yaitu:

Common attributes
Atribut umum, atau dapat di sebut sebagai kesamaan sifat yang dimiliki,
seperti jenis kelamin, suku bangsa, usia atau bahkan ketiganya sekaligus.
Semakin beragam sifat-sifat yang ada dalam suatu kategori, maka semakin

sedikit individu yang dapat di tempatkan pada posisi tersebut.


Common behavior

Perilaku yang sama dapat dikatakan lebih rinci, sehingga tempat untuk
individu dapat di posisikan lebih terbatas, seperti pedagang (perilakunya
berdagang), kedudukan pedagang dapat di perinci lagi misalnya menjadi
pedagang roti (perilakunya berdagang roti). Penggolongan kedudukan
berdasarkan perilaku yang sama juga dapat di tambahkan atau digabungkan
dengan atribut umum, sehingga membuat kedudukannya semakin eksklusif,
contohnya seperti pedagang roti perempuan (perempuan yang perilakunya

berdagang roti).
Similarity in the behavior of others toward the person
Kesamaan perilaku orang lain terhadap individu menjadi kategori ketiga yang
dikemukakan oleh Biddle dan Thomas, dimana ketegori ketiga ini
dimaksudkan bahwa reaksi orang lain terhadap individu dapat memberikan
posisi atau kedudukan khusus bagi individu, contohnya seperti orang-orang
yang dianggap sebagai jokester didalam kelompoknya, orang lain akan
mengganggap bahwa ia lucu dan dapat menghibur anggota yang lainnya.

Role
Biddle dan Thomas mengatakan walaupun peran adalah konsep utama dari
role-theory, peran adalah konsep yang definisinya paling tidak jelas, dimana
dalam literatur terdapat lebih dari 100 definisi tentang peran. Hampir semua
definisi dari peran, secara umum telah mengetahui bahwa peran juga berhubungan
dengan perilaku orang lain. Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah
sekumpulan keputusan yang menegaskan sebuah perilaku yang diinginkan oleh
pemegang kedudukan tertentu (person).
Teori Role Conflict Gross, Mason, McEachern
Berlaku untuk kedua peran intra dan inter konflik. Ada tiga faktor yang
masuk ke dalam resolusi konflik antara dua harapan adalah legitimasi relatif dari
dua harapan, sanksi berkewajiban untuk tidak dapat memenuhi setiap harapan dan
orientasi moral aktor.
Gross, Mason, McEachern (1957) menemukan eksperimental yang memberikan
dukungan mengesankan untuk teori mereka tentang role conflict resolution:
1

Uniformity, yaitu komunalitas dalam kinerja peran dua atau lebih dimana
individu memegang peran yang sama.

Specialization, yaitu kaitan orang dan perilaku dalam satu kelompok

dibedakan menurut posisi dan peran yang diharapkan dari mereka.


Classifications, yaitu kriteria perbedaan dari persepsi, evaluasi, deskripsi,

tindakan atau sanksi.


Consistency, yaitu kaitan antara perilaku dengan perilaku sebelumnya
yang saling menyambung

BAB III
ANALISA KASUS
Analisa Etiologis
Dalam analisa kasus ini, kelompok melihat dari 2 sudut pandang yaitu dari
sudut pandang PSK sebagai aktor dan pemerintah sebagai aktor. Pertama, jika
aktornya adalah PSK maka othernya adalah pemerintah, keluarga, dan warga
Kalijodo itu sendiri. PSK memiliki role expectation normative dari pemerintah
bahwa mereka harus bekerja dengan tidak melanggar norma-norma yang ada.
Sedangkan keluarga menuntut mereka untuk mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dan masyarakat hanya menginginkan bahwa PSK tidak
berkeliaran di sembarang tempat karena mengganggu kenyamanan. Sedangkan
role expectation dari PSK tersebut adalah dengan bekerja sebagai PSK ia pasti
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Karena role expectation sebagai PSK adalah mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya maka role performancenya adalah mereka bekerja sebagai
PSK dan mangkal di Kalojodo. Role evaluation terhadap PSK adalah dianggap
negatif dari lingkungan baik dari pemerintah maupun masyarakat sehingga
mendapatkan sanksi berupa Kalojodo yang merupakan tempat para PSK bekerja
digusur. Evaluasi dan sanksi overt / assessment-nya adalah dianggap tidak baik
oleh pemerintah. PSK memiliki posisi sebagai masyarakat di dalam struktur
sosial. Tetapi mereka memiliki beberapa peran yaitu sebagai tulang punggung
keluarga yang harus memenuhi kebutuhan keluarganya, masyarakat yang harus
menuruti pemerintah, dan warga yang tidak boleh mengganggu kenyamanan
warga lain. Sehingga terjadilah inter-role conflict.
Kedua, jika aktornya adalah pemerintah maka other-nya adalah
masyarakat dan PSK. Pemerintah memiliki role expectation normative dari PSK
agar pemerintah memberikan pekerjaan yang layak bagi mereka. Bagi mereka,
pekerjaan yang layak adalah pekerjaan yang memiliki upah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka dan tidak melanggar norma yang ada. Sedangkan
dari masyarakat, mereka menginginkan agar pemerintah berupaya mengatur para
PSK tanpa membuat kerugian bagi masyarakat. Perilaku aktual yang ditampilkan
oleh pemerintah adalah menggusur kawasan Kalijodo. Role evaluation-nya (overt)

adalah para PSK menganggap pemerintah negatif karena hanya menggusur


kawasan Kalijodo tanpa memberikan solusi bagi para PSK dan masyarakat
Kalijodo pun merasa dirugikan. Sanksinya adalah para PSK malah semakin
tersebar ke tempat-tempat lain. Pemerintah memiliki posisi sebagai pengatur
negara. Dan memiliki peran sebagai pihak yang menjaga ketertiban, menegakkan
norma-norma yang ada, dan menjamin kebutuhan masyarakat agar kebutuhan
masyarakat terpenuhi. Disini terjadi intra-role conflict dimana disatu sisi
pemerintah harus menggusur wilayah Kalijodo karena menjadi tempat prostitusi
dan wilayah tersebut adalah lahan pemerintah. Tetapi disisi lain jika mereka
menggusur Kalijodo dan ingin menertibkan para PSK, mereka tidak bisa bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Analisa solutif
Dapat dilihat dari ekspektasi dari PSK serta pemerintah bahwa ada
ekspektasi yang tidak bertemu. Disatu sisi pemerintah menginginkan PSK untuk
mencari pekerjaan lain disisi lain PSK menginginkan agar pemerintah
memberikan pekerjaan yang layak bagi para PSK.
Disini kita bisa membuat kesimpulan agar PSK melakukan apa yang
diekspektasikan pemerintah dan pemerintah melakukan ekspektasi dari PSK.
Pemerintah selaku pihak yang memiliki otoritas seharusnya bisa melakukan
penyuluhan, pelatihan, serta pemberian modal kepada para PSK. Karena,
sebenarnya PSK bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan
diberikan pekerjaan yang layak (tidak melangar norma serta diberikan gaji yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya) maka PSK tidak akan lagi
bekerja sebagai PSK. Selain itu, para PSK yang telah diberikan tawaran oleh
pemerintah harus bersedia belajar sehingga mereka memiliki keterampilan yang
baik sehingga bisa bekerja dengan pendapatan yang cukup.
Jika hal ini dilakuan, maka tidak akan ada lagi inter-role conflict dalam
PSK. PSK bisa bekerja selayaknya masyarakat normal, tanpa melanggar normanorma yang ada, dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu
pemerintah juga tidak akan mengalami intra-role conflict karena mereka bisa
membuat masyarakat merasa nyaman, peraturan yang ada ditegakkan, tanpa

membuat para PSK tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga


mereka bisa hidup dengan lebih berkecukupan.

10

BAB IV
DISKUSI
Dalam bab diskusi kami melihat kasus ini dari orientasi teori lain yaitu Crowding,
Teori P O X, dan Terori Stimulus-Respon.
Pada teori Crowding terdapat basic factor, yang di dalamnya memiliki tiga aspek,
yaitu:

Personal characteristic, yang di dalamnya mencakup pengalaman

individu, dan kepribadian individu.


Interpersonal characteristic, dimana di dalamnya mencakup kohesi

kelompok dan struktur dari kelompok itu sendiri.


Situational factors, mencakup properti lingkungan dan tuntutan.

Ketiga aspek ini akan membentuk level of privacy seseorang. Dimana jika terjadi
gangguan pada salahsatu dari tiga aspek tersebut akan menyebabkan ketidak
stabilan pada level of privacy yang dimiliki individu sehingga individu akan
melakukan coping.
Kelompok kami akan mencoba menjelaskan kasus Kalijodo ini menggunakan
basic factors, personal characteristic PSK yang di dalamnya mencakup
pengalaman hidupnya dan kepribadiannya. Interpersonal characteristic dari
kelompok PSK dan struktur dari kelompok PSK tersebut, dan situational factor
yang berupa bagunan-bangunan yang digunakan PSK untuk mencari uang dan
tuntutannya untuk mencari uang. Ketiga aspek ini akan membangun level of
privacy yang ada pada PSK, karena level of privacy PSK terganggu karena para
PSK diberikan surat peringatan dan adanya penggusuran pada lahan tempat PSK
mencari uang, maka PSK melakukan coping, dimana coping yang PSK lakukan
adalah dengan cara menghindar dan pindah ke tempat lain lalu setelah itu mereka
akan mengevaluasi apakah coping yang mereka lakukan berhasil atau tidak.
Coping yang mereka lakukan adalah pindah ke daerah Cilincing. Sebelum PSK
dapat mengevaluasi apakah coping yang ia lakukan berhasil atau tidak, PSK akan
melihat seberapa banyak orang-orang yang terganggu dengan penggusuran
wilayah Kalijodo, lalu melihat apa sebenarnya sumber yang menganggu
kestabilan level of privacynya. Sumber yang menganggu level of privacynya
adalah penggusuran wilayah Kalijodo, dimana beberapa bagunan di Kalijodo
adalah tempat PSK mencari uang. Setelah itu baru PSK dapat mengevaluasi
11

apakan coping yang ia lakukan berhasil atau tidak, tetapi pada kasus ini belum
terdapat outcomes, karena PSK juga belum dapat mengetahui apakah coping yang
ia lakukan berhasil atau tidak, karena pada artikel yang digunakan hanya
dikatakan bahwa PSK pindah dari Kalijodo ke daerah Cilincing dan di daerah
Cilincing, Bayu Rahmawanto melakukan penyusuran pada rumah kontrakkan agar
tidak dijadikan tempat pelarian oleh para PSK. Sehingga belum diketahui
apakah level of stress PSK telah menurun atau tidak, apakah PSK akan melakukan
coping kembali atau tidak, sehingga belum dapat dikatakan sudah ada outcomes
atau belum.

Pada orientasi teori P O X. Dalam kasus ini, dapat dijelaskan bahwa


Bayu Rahmawanto (selaku pemerintah) adalah P, PSK adalah O, dan Kalijodo
adalah X.
Kasus ini menimbulkan hubungan 3 pihak, salah satunya adalah Bayu
Rahmawanto selaku pemerintah tidak menyukai PSK (hubungan sentimental
dislike/negatif), hal ini dapat dibuktikan pada artikel pertama, Bayu Rahmawanto
mengatakan bahwa ia khawatir jika Puncak akan menjadi sasaran para PSK
qKalijodo.
Sedangkan Kalijodo adalah tempat yang digunakan oleh PSK untuk
tempat prostitusi (hubungan unit/positif), karena penggunaan Kalijodo tidak
sesuai, dan Kalijodo memiliki hubungan yang positif dengan PSK, maka Bayu
Rahmawanto selaku pemerintah tidak menyukai Kalijodo (hubungan sentimental
dislike/negatif).

12

Sehingga segitiga pada kasus ini dapat dikatakan balance, dimana Bayu
Rahmawanto memiliki relasi sentiment negatif terhadap elemen P (PSK) dan
elemen O (Kalijodo), yang pada dasarnya kedua elemen P dan O memiliki relasi
unit yang positif.
Lalu kami juga melihat dari orientasi stimulus dan respon. Pada kasus ini
pemerintah sebagai figur otoriter melakukan pengusuran kawasan kalijodo, yang
di ketahui bahwa Kalijodo merupakan tempat bekerja para PSK. Respon yang
diberikan oleh PSK terhadap stimulus adalah dengan berpindah ke tempat lain
keluar dari kawasan Kalijodo. Jika dilihat dari pandangan Keller dan Schoenfeld
bahwa stimulus dibagi menjadi tiga yaitu elicitation, discrimination, dan
reinforcement. Stimulus yang diberikan pemerintah yaitu sebuah reinforcement
dengan cara pemeritah melakukan penggusuran dan Bayu sebagai pemerintah
melakukan pengecekan terhadap tempat tinggal warga di puncak, guna
menhilangkan prilaku yang tidak ingin dimunculkan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2014). Teori-teori Psikologi Sosial. Rajawali
Pers, Jakarta
Shaw, Marvin E., Costanzo, Philip R. (1982). Theories of Psychology 2nd
Edition. MacGraw-Hill Kogakusha. Tokyo

14

Anda mungkin juga menyukai