Prinsip Akuntansi Syariah
Prinsip Akuntansi Syariah
HYPERLINK
"http://ekonomisyariah.universitasazzahra.ac.id/prinsip-prinsip-dasarakuntansi-konvensional-dan-prinsip-prinsip-dasar-akuntansi-islam-dalamrumusan-teori-dan-praktek-akuntansi-islam/"
Mengkaji sistem ekonomi islam, tidak pernah lepas dari membandingkan dengan
sistem ekonomi konvensional yang saat ini hampir menguasai seluruh sistem ekonomi
dunia sejak ratusan tahun yang lalu sampai dengan sekarang sekarang. Pada
prakteknya, sistem ekonomi islam dewasa ini masih tidak bisa dilepaskan sepenuhnya
dari pengaruh faktor sistem ekonomi konvensional.
Walaupun sistem ekonomi islam sudah ada sejak islam datang, yakni bersama dengan
kedatangan Al Quran pada tahun 610 M, jadi 800 tahun lebih dahulu dari akuntansi
konvensional. Hal ini terlihat berdasarkan sejarah akuntansi konvensional yang
diketahui awam dan terdapat dalam berbagai buku Teori Akuntansi, disebutkan
akuntansi muncul di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta
Italia bernama Luca Pacioli pada tahun 1494. Beliau menulis buku Summa de
Arithmatica Geometria et Propotionalita dengan memuat satu bab mengenai
Double Entry Accounting System.
Namun dalam perkembangan jaman, dunia lebih dikuasai oleh praktek-praktek
ekonomi konvensional. Sehingga sistem ekonomi islam yang mulai bangkit kembali
di abad ini dalam prakteknya lebih kepada menyempurnakan/mengkontruksi system
yang telah ada menuju kepada nilai-nilai islam, yang merujuk pada Al Quran & Al
Hadis.
Dalam system ekonomi islam pun demikian, pada praktek dan teknisnya tidak
terbebas dari pengaruh konvensional. Dalam makalah ini akan dikaji prinsip dasar
akuntansi konvensional, prinsip dasar akuntansi islam, perbedaan diantara keduanya
dan bagaimana teori dan praktek akuntansi islam terbentuk sampai dengan
perkembangannya sekarang ini.
PRINSIP DASAR AKUNTANSI ISLAM
Definisi Akutansi Islam
Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber
Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam
pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan Uruf
(adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah
Akuntansi Konvensional.Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan normanorma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai
pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Dalam Akuntansi Islam ada meta rule yang berasal diluar konsep akuntansi yang
harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan
manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu
hanief yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab
sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan
mempertanggungjawab kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki Akuntan
sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada
bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya.
Prinsip Umum Akuntansi Islam
Berdasarkan Surat Al Baqarah 282:
1. Prinsip Pertanggungjawaban (accountability)
Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu
yang terlibat dala praktik bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan
diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
2. Prinsip Keadilan
Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra
juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba
perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan
adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari
bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah
manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya.
Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan
motivasi dan kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan
membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang
melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan
strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut tabayyun sebagaimana yang dijelaskan
dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus
menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam
Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa ayat 35 yang berbunyi:
4.
5.
6.
7.
8.
publik baginya tidak berguna sama sekali dalam menilai keadaan keuangan
perusahaan
( Harahap, 2001, h. 102).
PERSAMAAN & PERBEDAAN AKUNTANSI KONVENSIONAL &
AKUNTANSI ISLAM
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi.
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun
3.
4.
5.
6.
7.
pembukuan keuangan.
Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal.
Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang.
Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan
income dengan cost (biaya).
Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan.
Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
Akuntansi Islam
Konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku,
dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi
di masa yg akan datang dlm ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi Syariah
Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok,
sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.
PERKEMBANGAN TEORI & PRAKTEK AKUNTANSI ISLAM
Perkembangan Teori & Praktek Akuntansi Islam secara Umum
Realitas akuntansi modern yang dibangun dengan nilai-nilai egoistik, materialistik
dan utilitarian, menjadi belenggu bagi manusia modern untuk menemukan jati dirinya
dan Tuhan.
Bagi kalangan masyarakat muslim, Tuhan menjadi tujuan akhir dan menjadi tujuan
puncak kehidupan manusia. Akuntansi syariah,hadir untuk melakukan dekonstruksi
terhadap akuntansi modern. Melalui epistemologi berpasangan, akuntansi syariah
berusaha memberikan kontribusi bagi akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus
menunjang penemuan hakikat diri dan tujuan hidup manusia.
Versi Pertama:
Akuntansi syariah memformulasikan tujuan dasar laporan keuangannya untuk
memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas. Informasi yang terdapat dalam
akuntansi syariah merupakan informasi materi baik mengenai keuangan maupun
nonkeuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva mental dan aktiva spiritual.
Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak
yang baik dari semua jajaran manajemen dan seluruh karyawan.
Sebagai media untuk akuntabilitas, akuntansi syariah memiliki dua macam
akuntabilitas yaitu akuntabilitas horisontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas
horisontal berkaitan dengan akuntabilitas kepada manusia dan alam, sementara
akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam Semesta.
Versi Kedua:
Tujuan dasar laporan keuangan syariah adalah: memberikan informasi, memberikan
rasa damai, kasih dan sayang, serta menstimulasi bangkitnya kesadaran keTuhanan.
Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut dunia materi, mental, dan
spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi baik
yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk
laporan yang secara khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan
sayang.
Selanjutnya tujuan ketiga, disajikan dalam wadah laporan yang khusus menyajikan
informasi kebangkitan kesadaran keTuhanan.
Pendekatan dalam perumusan sistem ini adalah seperti yang dikemukakan oleh
Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yaitu :
1. Menentukan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya kemudian
menjadikan tujuan ini sebagai bahan pertimbangan dengan
mengaitkannya dengan pemikiran akuntansi yang berlaku saat ini.
2. Memulai dari tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi kapitalis
kemudian mengujinya menurut hukum syariah, menerima hal-hal yang
konsisten dengan hukum syariah dan menolak hal-hal yang
bertentangan dengan syariah.
dalam bentuk uang, barang milik, atau barang dagangan selama harta
itu masih bisa dinilai dengan uang oleh pakar-pakar yang ahli di bidang
itu serta disepakati oleh mitra usaha.
Rasul-maal (modal awal) juga bisa berbentuk manfaat , yang dalam
konsepakuntansi positif disebut ushul manawiah (modal nonmateri),
seperti halnya sesorang yang terkenal maupun nama baik dan hak-hak
istimewa. Oleh karena itu dalam konsep akuntasi Islam, kapital
mempunyai makna universal dan luas, yang meliputi uang, benda,
atau yang nonmateri.
2. Mutaqawwim (Bernilai)
Modal itu harus bernilai, artinya dapat dimanfaatkan secara syari.
Jadi, harta-harta yang tidak mengandung nilai tidak termasuk dalam
wilayah akuntansi yang sedang dibicarakan, seperti khamar, daging
babi, dan alat-alat perjudian.
Di suatu negara yang berhukum kepada hukum Islam, tidak boleh
masuk kedalam keuangannya atau keuangan masyarakatnya yang
muslim jenis-jenis harta yang tidak boleh dimafaatkan secara syari.
Jika didapati, harus disita dan menghukum orang-orang Islam yang
memilikinya.
3. Penguasaan dan Pemilikan yang Berharga
Mal atau harta itu harus dimilki secara sempurna dan dikuasainya
sehingga ia dapat memanfaatkannya secara bebas dalam
bermuamalah atau bertransaksi. Sebagai contoh, tidak boleh bagi
seseorang untuk memulai dengan pihak lain kerja sama dalam uang
dan pekerjaan dengan janji membayarkan uang tersebut dikemudian
hari atau uang itu masih bersifat utang (dalam jaminan), seperti yang
ditegaskan oleh ulama fiqih dalam fiqih syarikah.
4. Keselamatan dan Keutuhan Ra,sul-maal
Sistem akuntansi Islam menekankan pemeliharan terhadap kapital
yang hakiki, seperti yang tergambar dalam sabda Rasul sebagai
berikut.Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia tidak
akan menerima laba sebelum dia mendapatka rasul-maalnya
(modal). Demikian juga, seorang mukmin tidak akan mendapatkan
amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan
wajibnya. (HR Bukhari dan Muslim)Jadi, kalau modal belum
dipisahkan dan keuntungan telah dibagi, itu dianggap telah
membalikan sebagai modal kepada sipemilik saham. Hal inilah yang
banyak menimbulkan masalah dalam perusahaan-perusahaan.
Adapun yang dimaksud dengan selamatnya modal hakiki ialah selamat dari julah,
unit-unit materinya, dan daya tukar barang, bukan dari segi unit-unit uangnya dan
juga bukan dari segi daya beli secara umum. Prinsip ini adalah hasil bahasan seorang
peneliti konsep akuntansi Islam dalam tesis magisternya yang berjudul Perhitungan
terhadap Modak antara konsep Akuntansi Islam Modern. Dia menjelaskan
Kesimpulan
Akuntansi konvensional yang berkembang hingga saat ini dan yang banyak dipakai
para akuntan di dunia terbukti tidak sesuai dengan nilai-nilai islam yang bersumber
pada Al Quran dan Al Hadis. Bahkan pada perkembangannya akuntansi konvensional
yang bebas nilai ini, yang dilandasi pola berpikir egoistik, materialistik dan utilitarian
tidak memiliki kemampuan untuk menjawab persoalan-persoalan akuntansi yang
muncul dewasa ini.
Perkembangan dan perubahan bentuk industri tidak diikuti secara pararel oleh ilmu
akuntansi konvensional, pencatatan hanya dilakukan pada aktiva berwujud saja,
sedangkan industri pada masa kini besar dengan assets berupa aktiva tak berwujud
seperti paten, goodwill, lisensi, hak cipta, internet, website, software dan sebagainya.
Itulah salah satu keterbatasan akuntansi konvensional pada saat ini, tidak mampu
menghitung assets yang diluar kalkulasi material.
Tidak demikian dengan Akuntansi Islam yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika
dan berpedoman pada Al Quran dan Al Hadis. Dalam sistem tersebut, kegiatan
identifikasi, klarifikasi, dan pelaporan dan mengambil keputusan ekonomi harus
berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum
(Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram dan
membahayakan.
Dengan system yang dianut tersebut, Akuntansi Islam justru pada perkembangannya
saat ini menunjukkan kinerja yang lebih baik dari sistem akuntansi lainnya.
Penulis : Amirah Ahmad Nahrawi Lc, M.Ec, M.Sy
Artikel Lainnya
2.
Ahmad Samlawi
3.
7:45 am July 23, 2015
4.
mks bgt makalahnya. Mohon ijin mngkopi untuk referensi akunatnsi
syariah..
5.
Reply
6.
Leave a Reply
Name *
Email *
Website
Recent Posts
Pemetaan Kurikulum
Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi Konvensional dan Prinsip-prinsip Dasar
Akuntansi Islam Dalam Rumusan Teori dan Praktek Akuntansi Islam
Tabarru Pada Asuransi
Pengertian Lembaga Keuangan Mikro LKM
Recent Comments
Archives
September 2015
October 2014
Categories
Artikel
Meta
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.org
HYPERLINK "http://staithawalib.ac.id/"