Anda di halaman 1dari 13

Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi

Konvensional dan Prinsipprinsip Dasar Akuntansi Islam


Dalam Rumusan Teori dan
Praktek Akuntansi Islam
Posted by Amirah Nahrawi On October 21, 2014 1 Comment

HYPERLINK

"http://ekonomisyariah.universitasazzahra.ac.id/prinsip-prinsip-dasarakuntansi-konvensional-dan-prinsip-prinsip-dasar-akuntansi-islam-dalamrumusan-teori-dan-praktek-akuntansi-islam/"

Mengkaji sistem ekonomi islam, tidak pernah lepas dari membandingkan dengan
sistem ekonomi konvensional yang saat ini hampir menguasai seluruh sistem ekonomi
dunia sejak ratusan tahun yang lalu sampai dengan sekarang sekarang. Pada
prakteknya, sistem ekonomi islam dewasa ini masih tidak bisa dilepaskan sepenuhnya
dari pengaruh faktor sistem ekonomi konvensional.
Walaupun sistem ekonomi islam sudah ada sejak islam datang, yakni bersama dengan
kedatangan Al Quran pada tahun 610 M, jadi 800 tahun lebih dahulu dari akuntansi
konvensional. Hal ini terlihat berdasarkan sejarah akuntansi konvensional yang
diketahui awam dan terdapat dalam berbagai buku Teori Akuntansi, disebutkan
akuntansi muncul di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta
Italia bernama Luca Pacioli pada tahun 1494. Beliau menulis buku Summa de
Arithmatica Geometria et Propotionalita dengan memuat satu bab mengenai
Double Entry Accounting System.
Namun dalam perkembangan jaman, dunia lebih dikuasai oleh praktek-praktek
ekonomi konvensional. Sehingga sistem ekonomi islam yang mulai bangkit kembali
di abad ini dalam prakteknya lebih kepada menyempurnakan/mengkontruksi system
yang telah ada menuju kepada nilai-nilai islam, yang merujuk pada Al Quran & Al
Hadis.

Dalam system ekonomi islam pun demikian, pada praktek dan teknisnya tidak
terbebas dari pengaruh konvensional. Dalam makalah ini akan dikaji prinsip dasar
akuntansi konvensional, prinsip dasar akuntansi islam, perbedaan diantara keduanya
dan bagaimana teori dan praktek akuntansi islam terbentuk sampai dengan
perkembangannya sekarang ini.
PRINSIP DASAR AKUNTANSI ISLAM
Definisi Akutansi Islam
Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber
Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam
pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan Uruf
(adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah
Akuntansi Konvensional.Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan normanorma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai
pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Dalam Akuntansi Islam ada meta rule yang berasal diluar konsep akuntansi yang
harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan
manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu
hanief yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab
sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan
mempertanggungjawab kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki Akuntan
sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada
bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya.
Prinsip Umum Akuntansi Islam
Berdasarkan Surat Al Baqarah 282:
1. Prinsip Pertanggungjawaban (accountability)
Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu
yang terlibat dala praktik bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan
diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
2. Prinsip Keadilan
Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat

282 surat Al-Baqarah, secara sederhana dapat berarti bahwa


setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahan harus dicatat
dengan benar. Dengan kata lain tidak ada window dressing
dalam praktik akuntansi perusahaan.
3. Prinsip Kebenaran
Dalam akuntansi selalu dihadapkan pada masalah pengakuan &
pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan
baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini
akan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi.

Sejarah Praktek Akuntansi Islam


Dari catatan sejarah islam, praktek-praktek akuntansi islam telah diterapkan pada
jaman Rasulullah SAW, tepatnya setelah terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah
dan diteruskan pula oleh para Khulafaur Rasyidin. Pada masa itu dibentuk undangundang akuntansi yang diterapkan untuk perorangan, perserikatan (syarikah) atau
perusahaan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan
anggaran negara.
Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus
beberapa sahabat untuk menangani profesi akuntan dengan sebutan hafazhatul
amwal (pengawas keuangan). Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam
menganggap masalah ini sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat
terpanjang , yakni surah Al-Baqarah ayat 282 yang menjelaskan fungsi-fungsi
pencatatan transaksi, dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang
diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal tersebut.
Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi
informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya
yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva,
utang, modal, hasil, biaya, dan laba.
Jika dibandingkan dengan penjelasan dalam Al Quran, kita harus mengukur secara
adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan
ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya.
Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah
Asy-Syuara ayat 181-184 yang berbunyi:

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang


merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan
kamu dan umat-umat yang dahulu.

Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra
juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba
perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan
adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari
bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah
manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya.
Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan
motivasi dan kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan
membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang
melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan
strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut tabayyun sebagaimana yang dijelaskan
dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus
menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam
Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa ayat 35 yang berbunyi:

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan


neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Jadi, dapat kita simpulkan dari uraian di atas, bahwa konsep Akuntansi Islam jauh
lebih dahulu dari konsep Akuntansi Konvensional, dan bahkan Islam telah membuat
serangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh pakar-pakar Akuntansi Konvensional.
Sebagaimana yang terjadi juga pada berbagai ilmu pengetahuan lainnya, yang
ternyata sudah diindikasikan melalui wahyu Allah dalam Al Quran.

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan


segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri. (QS.An-Nahl/ 16:89)
Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan
humanis, emansipatoris, transendental, dan teologis. Dengan akuntansi syariah,
realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada
ketentuan Allah SWT.
PRINSIP DASAR AKUNTANSI KONVENSIONAL

Landasan Berpikir Akuntansi Konvensional


Akuntansi kapitalis dibangun berdasarkan landasan pikir sekuler terkonstruksi sebagai
ilmu yang bebas nilai ( Value Free ), sehingga satu-satunya landasannya adalah
rasional tanpa memiliki dimensi teologis ketauhidan serta moral. Akuntansi yang
dibangun pada ranah peradaban ekonomi kapitalis lahir sebagai perangkat konstruktif
peradaban tersebut. Seluruh dimensi penyajian laporan keuangan selalu
mencerminkan kebutuhan dan kepentingan stockholder sesuai dengan filosofi induk
yang melahirkannya, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Karl Max bahwa
akuntansi kapitalis hanya merupakan legalisasi kaum kapitalis untuk tetap eksis.
Kritik terhadap Akuntansi Konvensional
Trueblood Committee ( Harahap, 2001, h. 92 ), menyampaikan kritik terhadap
akuntansi konvensional sebagai berikut :
1. Akuntansi hanya menyangkut laporan historis sehingga tidak dapat
2.
3.

4.

5.
6.
7.
8.

menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan.


Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi
pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu.
Dalam akuntansi sering digunakan metode dari beberapa metode yang
sama-sama diterima yang menghasilkan laporan dan informasi
berbeda.
Akuntansi menekankan pada laporan keuangan yang bersifat umum
yang dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu
memperhatikan semua pihak padahal pemakaiannya yang sebenarnya
memiliki perbedaan kepentingan.
Angka-angka disatu laporan berkaitan dengan angka-angka dilaporan
lainnya.
Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang tidak menggambarkan
likuiditas dan arus kas.
Perubahan dalam daya beli uang jelas ada, namun hal ini tidak
tergambarkan dalam laporan keuangan.
Konsep materiality merupakan konsep pelaporan. Batasan
terhadap istilah ini agak abu-abu.

Terdapat kesalahan perspektif filosofis di kalangan akuntan terhadap pengertian bukti


atau Evidential Matters. Evidential Matters dimarjinalisasi pengertiannya
menjadi hanya bukti formal, seharusnya selain memeriksa bukti-bukti formal, legal
dan wajar tetapi harus berdasarkan keyakinan substansi professional yang dimiliki
seorang akuntan di bentengi dengan etika profesi (Bambang Sudibyo, 2002).
Kwik Gian Gie sering sekali menyatakan dalam berbagai media bahwa profesi
akuntan hanya memperhatikan bukti formal bukan substansial, sehingga opini akuntan

publik baginya tidak berguna sama sekali dalam menilai keadaan keuangan
perusahaan
( Harahap, 2001, h. 102).
PERSAMAAN & PERBEDAAN AKUNTANSI KONVENSIONAL &
AKUNTANSI ISLAM
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi.
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun
3.
4.
5.
6.
7.

pembukuan keuangan.
Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal.
Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang.
Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan
income dengan cost (biaya).
Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan.
Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok


Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
Akuntansi konvensional

Konsep modal pokok (capital) belum ditentukan, sehingga cara


menentukan nilai/harga untuk melindungi modal pokok sering berbeda
pendapat
Modal terbagi 2, yakni modal tetap (aktiva tetap) dan modal yg beredar
(aktiva lancar)
Mempraktekkan teori pencadangan & ketelitian dari menanggung
semua kerugian dalam perhitungan
Mengeyampingkan laba yg bersifat mungkin
Menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal
pokok, transaksi, juga uang dari sumber yg haram
Laba hanya ada ketika adanya jual beli

Akuntansi Islam

Konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku,
dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi
di masa yg akan datang dlm ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas

Barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan


harta berupa barang (stock), dst barang dibagi menjadi barang milik
dan barang dagang
Mata uang (emas, perak, dll) bukan tujuan segalanya, melainkan hanya
sebagai perantara utk pengukuran & penentuan nilai/harga (sebagai
sumber harga/nilai)
Penentuan nilai dan harga berdasarkan nilai tukar yg berlaku
Membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko
Membedakan laba dari aktivitas pokok dan laba yg berasal dari
capital/modal pokok dengan yang berasal dari transaksi dan wajib
menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, serta
berusaha menghindari & menyalurkan pada tempat-tempat yg tlh
ditentukan oleh para ulama fiqh
Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra
usaha/dicampurkan pada pokok modal
Laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada
nilai barang, baik yg telah terjual/belum. Akan tetapi jual beli adalah
suatu keharusan utk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi
sebelum nyata laba itu diperoleh.

Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi Syariah
Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok,
sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.
PERKEMBANGAN TEORI & PRAKTEK AKUNTANSI ISLAM
Perkembangan Teori & Praktek Akuntansi Islam secara Umum
Realitas akuntansi modern yang dibangun dengan nilai-nilai egoistik, materialistik
dan utilitarian, menjadi belenggu bagi manusia modern untuk menemukan jati dirinya
dan Tuhan.
Bagi kalangan masyarakat muslim, Tuhan menjadi tujuan akhir dan menjadi tujuan
puncak kehidupan manusia. Akuntansi syariah,hadir untuk melakukan dekonstruksi
terhadap akuntansi modern. Melalui epistemologi berpasangan, akuntansi syariah
berusaha memberikan kontribusi bagi akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus
menunjang penemuan hakikat diri dan tujuan hidup manusia.
Versi Pertama:
Akuntansi syariah memformulasikan tujuan dasar laporan keuangannya untuk
memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas. Informasi yang terdapat dalam
akuntansi syariah merupakan informasi materi baik mengenai keuangan maupun
nonkeuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva mental dan aktiva spiritual.

Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak
yang baik dari semua jajaran manajemen dan seluruh karyawan.
Sebagai media untuk akuntabilitas, akuntansi syariah memiliki dua macam
akuntabilitas yaitu akuntabilitas horisontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas
horisontal berkaitan dengan akuntabilitas kepada manusia dan alam, sementara
akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam Semesta.
Versi Kedua:
Tujuan dasar laporan keuangan syariah adalah: memberikan informasi, memberikan
rasa damai, kasih dan sayang, serta menstimulasi bangkitnya kesadaran keTuhanan.
Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut dunia materi, mental, dan
spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi baik
yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk
laporan yang secara khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan
sayang.
Selanjutnya tujuan ketiga, disajikan dalam wadah laporan yang khusus menyajikan
informasi kebangkitan kesadaran keTuhanan.
Pendekatan dalam perumusan sistem ini adalah seperti yang dikemukakan oleh
Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yaitu :
1. Menentukan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya kemudian
menjadikan tujuan ini sebagai bahan pertimbangan dengan
mengaitkannya dengan pemikiran akuntansi yang berlaku saat ini.
2. Memulai dari tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi kapitalis
kemudian mengujinya menurut hukum syariah, menerima hal-hal yang
konsisten dengan hukum syariah dan menolak hal-hal yang
bertentangan dengan syariah.

Prinsip Modal Pokok dalam Akuntansi Islam


Diantara tujuan syariat Islam ialah menjaga dan mengembangkannya melalui jalurjalur yang syari, untuk merealisasikan fungsinya dalam kehidupan perekonomian
serta membantu memakmurkan bumi dan pengabdian kepada Allah SWT. Sumbersumber hukum Islam telah mencukup kaidah-kaidah yang mengatur pemeliharaan
terhadap modal pokok (kapital). Prinsip-Prinsip Akuntansi pada Modal Pokok yang
terpenting diantaranya sebagai berikut.
1. Tamwil dan Syumul (Mengandung Nilai dan Universal)
modal itu harus dapat memberikan nilai, yaitu mempunyai nilai tukar di
pasar bebas. Bisa saja, modal beda dalam naungan sebuah perusahaan

dalam bentuk uang, barang milik, atau barang dagangan selama harta
itu masih bisa dinilai dengan uang oleh pakar-pakar yang ahli di bidang
itu serta disepakati oleh mitra usaha.
Rasul-maal (modal awal) juga bisa berbentuk manfaat , yang dalam
konsepakuntansi positif disebut ushul manawiah (modal nonmateri),
seperti halnya sesorang yang terkenal maupun nama baik dan hak-hak
istimewa. Oleh karena itu dalam konsep akuntasi Islam, kapital
mempunyai makna universal dan luas, yang meliputi uang, benda,
atau yang nonmateri.
2. Mutaqawwim (Bernilai)
Modal itu harus bernilai, artinya dapat dimanfaatkan secara syari.
Jadi, harta-harta yang tidak mengandung nilai tidak termasuk dalam
wilayah akuntansi yang sedang dibicarakan, seperti khamar, daging
babi, dan alat-alat perjudian.
Di suatu negara yang berhukum kepada hukum Islam, tidak boleh
masuk kedalam keuangannya atau keuangan masyarakatnya yang
muslim jenis-jenis harta yang tidak boleh dimafaatkan secara syari.
Jika didapati, harus disita dan menghukum orang-orang Islam yang
memilikinya.
3. Penguasaan dan Pemilikan yang Berharga
Mal atau harta itu harus dimilki secara sempurna dan dikuasainya
sehingga ia dapat memanfaatkannya secara bebas dalam
bermuamalah atau bertransaksi. Sebagai contoh, tidak boleh bagi
seseorang untuk memulai dengan pihak lain kerja sama dalam uang
dan pekerjaan dengan janji membayarkan uang tersebut dikemudian
hari atau uang itu masih bersifat utang (dalam jaminan), seperti yang
ditegaskan oleh ulama fiqih dalam fiqih syarikah.
4. Keselamatan dan Keutuhan Ra,sul-maal
Sistem akuntansi Islam menekankan pemeliharan terhadap kapital
yang hakiki, seperti yang tergambar dalam sabda Rasul sebagai
berikut.Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia tidak
akan menerima laba sebelum dia mendapatka rasul-maalnya
(modal). Demikian juga, seorang mukmin tidak akan mendapatkan
amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan
wajibnya. (HR Bukhari dan Muslim)Jadi, kalau modal belum
dipisahkan dan keuntungan telah dibagi, itu dianggap telah
membalikan sebagai modal kepada sipemilik saham. Hal inilah yang
banyak menimbulkan masalah dalam perusahaan-perusahaan.

Adapun yang dimaksud dengan selamatnya modal hakiki ialah selamat dari julah,
unit-unit materinya, dan daya tukar barang, bukan dari segi unit-unit uangnya dan
juga bukan dari segi daya beli secara umum. Prinsip ini adalah hasil bahasan seorang
peneliti konsep akuntansi Islam dalam tesis magisternya yang berjudul Perhitungan
terhadap Modak antara konsep Akuntansi Islam Modern. Dia menjelaskan

kelebihan konnsep akuntansi Islam yang lebih dahulu menyelesaikan problem


pemeliharaan terhadap modal hakiki. Hukum-hukum Isla juga mengandung kaidahkaidah pengukuran yang dapat merealisasikannya.
Hukum Islam juga meangadung apa yang kita bahas, yang diantaranya tentang
penentuan harga berdasarkan nilai yang berlaku di pasar bebas yang jauh dari tipu
muslihat, monopoli, dan semua jenis jual beli yang dilarang syari, yang
menyebabkan memakan harta orang lain secara batil. Pendapat ahli tafsir dan ulama
fiqih tentang pemeliharaan modal (rasul-maal) hakiki.
1. Imam ar-Razi berkata, Yang diinginkan oleh seorang saudagar dari
usahannya ialah dua hal: keselamatan modal dan laba.
2. Imam an-Nasafi berkata, Sesungguhnya tuntutandagang itu ialah
selamatnya modal dan adnya laba.
3. Ibnu Qudamah berkata, laba itu ialah hasil pemeliharaan terhadap
modal.
4. At-habari berkata. orang yang beruntung dalam perdagangannya
ialah orang yang menukar barang yang dimilikinya dengan suatu
tukaran yang lebih berharga dari barangnya semula.

Prinsip Perhitungan Laba dalam Akuntansi Islam


Diantara tujuan dagang yang terpenting ialah meraih laba, yang merupakan cerminan
pertumbuhan harta. Laba ini muncul dari proses pemutaran modal dan
pengopersiannya dalam aksi-aksi dagang dan moneter. Islam sangat mendorong
pendayagunaan harta/modal yang melarang menyimapnnya sehingga tidak habis
sdimakan zakat, sehingga harta itu dapat merealisasikan peranannya dalam aktivitas
ekonomi. Di dalam Islam, laba mempunyai pengertian khusus sebagaimana telah
dijelaskan oleh ulama-ulama salaf dan khalaf. Dalam bahasa Arab, laba berarti
pertumbuhan dalam dagang
Pengertian Laba dalam Konsep Islam
Dari pengertian laba secara bahasa atau menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan
pendapat ulama-ulama fiqih dapat kita simpulkan bahwa laba ialah pertambahan pada
modal pokok perdagangan atau dapat juga dikatakan sebagai tambahan nilai yang
timbul karena barter atau ekpedisi dagang.
Aturan laba dalam konsep Islam.

Adanya harta (uang) yang dikhususkan untuk perdagangan


Mengoperasikan modal tersebut secara interaktif dengan
unsur-unsur yang lain lain yang terkait untuk produksi,
seperti usaha dan sumber-sumber alam.

Memposisikan harta sebagai obyek dalam pemutarannya


karena adanya kemungkinan-kemungkinan pertmabahan atau
pengurangan jumlahnya
Selamatnya modal pokok yang berati modal bisa
dikembalikan.

Kesimpulan
Akuntansi konvensional yang berkembang hingga saat ini dan yang banyak dipakai
para akuntan di dunia terbukti tidak sesuai dengan nilai-nilai islam yang bersumber
pada Al Quran dan Al Hadis. Bahkan pada perkembangannya akuntansi konvensional
yang bebas nilai ini, yang dilandasi pola berpikir egoistik, materialistik dan utilitarian
tidak memiliki kemampuan untuk menjawab persoalan-persoalan akuntansi yang
muncul dewasa ini.
Perkembangan dan perubahan bentuk industri tidak diikuti secara pararel oleh ilmu
akuntansi konvensional, pencatatan hanya dilakukan pada aktiva berwujud saja,
sedangkan industri pada masa kini besar dengan assets berupa aktiva tak berwujud
seperti paten, goodwill, lisensi, hak cipta, internet, website, software dan sebagainya.
Itulah salah satu keterbatasan akuntansi konvensional pada saat ini, tidak mampu
menghitung assets yang diluar kalkulasi material.
Tidak demikian dengan Akuntansi Islam yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika
dan berpedoman pada Al Quran dan Al Hadis. Dalam sistem tersebut, kegiatan
identifikasi, klarifikasi, dan pelaporan dan mengambil keputusan ekonomi harus
berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum
(Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram dan
membahayakan.
Dengan system yang dianut tersebut, Akuntansi Islam justru pada perkembangannya
saat ini menunjukkan kinerja yang lebih baik dari sistem akuntansi lainnya.
Penulis : Amirah Ahmad Nahrawi Lc, M.Ec, M.Sy

Artikel Lainnya

Tabarru Pada Asuransi


Pengertian Lembaga Keuangan Mikro LKM
Pemetaan Kurikulum

There is One Comment.


1.

2.
Ahmad Samlawi
3.
7:45 am July 23, 2015
4.
mks bgt makalahnya. Mohon ijin mngkopi untuk referensi akunatnsi
syariah..
5.
Reply
6.

Leave a Reply
Name *
Email *
Website

Recent Posts

Pemetaan Kurikulum
Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi Konvensional dan Prinsip-prinsip Dasar
Akuntansi Islam Dalam Rumusan Teori dan Praktek Akuntansi Islam
Tabarru Pada Asuransi
Pengertian Lembaga Keuangan Mikro LKM

Recent Comments

Prinsip Perhitungan Laba dalam Akuntansi Islam | akuntan syariah on


Kaprodi
PRINSIP DASAR AKUNTANSI KONVENSIONAL | akuntan syariah on
Kaprodi
PRINSIP DASAR AKUNTANSI ISLAM | akuntan syariah on Kaprodi

Ahmad Samlawi on Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi Konvensional dan


Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi Islam Dalam Rumusan Teori dan Praktek
Akuntansi Islam
Tabarru' Pada Asuransi | Program Studi Ekonomi Syariah Universitas
Azzahra on Kaprodi

Archives

September 2015
October 2014

Categories

Artikel

Meta

Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.org

HYPERLINK "http://staithawalib.ac.id/"

Anda mungkin juga menyukai