Diah Sarlita
Diah Sarlita
DUKUNGAN PERSALINAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan
suatu bangsa. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut SDKI terdapat sebanyak 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti
halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi, dan eklampsia (Saifuddin, 2009). Selain itu
faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap kematian ibu melahirkan antara lain
pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi
keluarga, lingkungan masyarakat dan politik. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah
satunya juga dikarenakan kurangnya perhatian dari laki laki terhadap ibu hamil dan melahirkan
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat
mencapai
peningkatan
pelayanan
kebidanan
yang
menyeluruh
dan
bermutu
yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah
dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan
dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih
bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal.
Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses melahirkan
layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama pada ibu primipara, dimana
mereka belum memiliki pengalaman melahirkan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran
akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya (Bobak, Jensen & Lowdermilk,
2004).
Dukungan sosial sangatlah penting diberikan kepada ibu dalam proses persalinan.
Dukungan yang diberikan dapat dilakukan oleh suami, keluarga, teman dekat, atau tenaga
profesional kesehatan. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu yaitu mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Depkes RI, 2004). Pemerintah Indonesia
melalui Departemen Kesehatan mengkampanyekan program Suami Siaga pada tahun 1999
2000 dalam rangka meningkatkan peran suami dalam program Making Pregnancy Safer.
Tujuan dari program ini untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan, dan partisipasi suami
terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2001). Dukungan yang terus
menerus dari seorang pendamping persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan
melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan, memberikan rasa nyaman,
semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu, serta mengurangi
kebutuhan tindakan medis (Nakita, 2004). Di negara berkembang, beberapa RS besar
terlalu dipadati oleh persalinan resiko rendah sehingga dukungan personal
dan privasi tidak dapat diberikan. Di Indonesia, tidak semua RS mengizinkan
suami atau anggota keluarga lainnya menemani ibu di ruang bersalin.
Hampir seluruh persalinan berlangsung tanpa didamping oleh suami atau
anggota keluarga lainnya. Pendamping persalinan hanya dapat dihadirkan
jika ibu bersalin di beberapa RS swasta, rumah dokter praktik swasta atau
bidan praktik swasta.
Banyak penelitian yang mendukung kehadiran orang kedua saat persalinan berlangsung.
Penelitian oleh Hodnett, 1994 ; Simpkin, 1992 ; Hofmeyr, Nikodem & Wolmann, 1991;
Hemminki, Virta & Koponen, 1990 yang dikutip dari Depkes tahun 2001 menunjukkan bahwa
ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai pendamping dalam persalinan akan memberikan
kenyamanan pada saat persalinan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kehadiran seorang
pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan,
dapat menurunkan rasa sakit, persalinan berlangsung lebih singkat dan menurunkan persalinan
dengan operasi termasuk bedah caesar (Astuti, 2006).
Penelitian lain tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan,
yaitu oleh Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dari Musbikin dalam bukunya yang berjudul
Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang
sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung, memiliki
resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis daripada mereka
yang tanpa pendampingan. Ibu ibu
berlangsung lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa
kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari
stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami
akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu
secara fisik (Musbikin, 2005).
Berdasarkan uraian di atas kami tertarik untuk membuat makalah tentang asuhan
kebidanan intranatal yaitu Dukungan Persalinan berdasarkan Evidence Based.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah
ini yaitu : Bagaimanakah dukungan persalinan berdasarkan evidence based dalam asuhan
kebidanan intranatal ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dukungan
persalinan berdasarkan evidence based dalam asuhan kebidanan intranatal.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan maupun tenaga kesehatan lainnya
untuk memberikan pelayanan kebidanan yang berpusat pada keluarga dan untuk memenuhi
kebutuhan psikososial ibu, khususnya membuat kebijakan yang memberikan posisi pada suami
untuk terlibat aktif dalam pendampingan persalinan.
2. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan
asuhan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
peningkatan
pelayanan
kebidanan
yang
menyeluruh
dan
bermutu
yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Evidence Based Midwifery adalah
penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk
pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced
Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan
adanya EBM maka dapat mencegah tindakan tindakan yang tidak diperlukan/ tidak bermanfaat
bahkan merugikan bagi pasien, terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan
lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
B. Asuhan Persalinan Normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007).
Di dalam asuhan persalinan terdapat lima aspek yangdisebut juga sebagai lima benang
merah yang perlu mendapatkan perhatian. Kelima aspek tersebut yaitu :
1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik
2.
3.
4.
5.
Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang diberikan oleh
keluarga atau suami kepada ibu bersalin.
b. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati
yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh suami, yang
pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.
Persalinan adalah saat menegangkan dan menggugah emosi bagi ibu dan keluarga.
Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, karena itu pastikan bahwa
setiap ibu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Asuhan ibu yang
dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan anggota keluarga lain untuk berada di
samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran.
Suami dianjurkan untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan
mengidentifikasi langkah langkah yang mungkin untuk kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu
untuk menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya (Depkes RI, 2002). Dukungan
suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada sistem limbic ibu yaitu dalam hal emosi,
emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin
yang reaksinya akan menyebabkan kontraktilitas uterus pada akhir kehamilan untuk
mengeluarkan bayi (Guyton, 1997).
3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Peran Pendamping Persalinan
Menurut Hamilton (1995) faktor faktor yang mempengaruhi peran pendamping
a.
cenderung untuk kurang memperhatikan istri pada saat bersalin, suami lebih sibuk untuk mencari
biaya persiapan persalinan bagi istrinya.
b. Budaya
Keadaan budaya mempengaruhi psoses pendampingan suami pada saat istri melahirkan,
ada beberapa budaya dan sistem religi yang tidak memperbolehkan suami melihat istri
c.
melahirkan karena bertentangan dengan nilai budaya dan sistem religi yang dianut oleh individu.
Lingkungan
Keadaan lingkungan mempengaruhi psoses pendampingan suami pada saat istri
melahirkan, individu yang berada pada lingkungan pedesaan, kebiasaannya suami tidak mau
untuk mendampingi istri pada saat persalinan, suami merasa takut dan tidak tega melihat istrinya
melahirkan.
d. Pengetahuan
Pengetahuan individu akan mempengaruhi pelaksanaan pendampingan suami terhadap
istri pada saat melahirkan, suami yang mempunyai pengetahuan yang baik akan berusaha
semaksimal mungkin memberikan dukungan pendampingan pada saat istrinya melahirkan, hal
ini dikarenakan dukungan pendampingan akan memberikan motivasi yang besar kepada istri
pada saat melahirkan, begitu pula sebaliknya suami yang mempunyai pengetahuan yang kurang,
biasanya tidak mendampingi pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan ketidaktahuan
e.
dukungan pendampingan pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan kematangan usia
untuk berusaha mengerti tentang psikologis istri pada saat persalinan.
f. Pendidikan
Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai proses pendewasaan pribadi. Pendidikan
kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan kegiatan intelektual, psikologi dan
social yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam pengambilan keputusan
secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat. Individu yang
berpendidikan akan mempunyai pengetahuan tentang pentinganya pendampingan pada saat
persalinan dan mereka cenderung melakukan pendampingan pada saat persalinan, sebaliknya
individu yang tidak berpendidikan pengetahuannya akan kurang dan mereka cenderung tidak
melakukan pendampingan saat persalinan.
4. Bentuk Dukungan Persalinan
a. Dukungan Bidan
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya dengan baik.
2) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
3) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
4) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
5) Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu
6) Memenuhi asupan cairan dan nutrisi ibu
7) Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
8) Penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
9) Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
10) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
11) Penjelasan mengenai proses/ kemajuan/ prosedur yang akan dilakukan
12) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu
selama persalinan dan kelahiran bayinya seperti :
a) Mengucapkan kata kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
b. Dukungan Keluarga
Salah satu yang dapat mempengaruhi psikis ibu adalah dukungan dari suami atau
keluarga. Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata kata pujian yang membuat nyaman
serta memberi penguatan pada saat proses menuju persalinan berlangsung hasilnya akan
mengurangi durasi kelahiran.
1) Pendampingan
Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau terlibat langsung
sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan yang diberikan
pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan, dan nifas, agar proses persalinan yang
dilaluinya berjalan dengan lancar dan memberi kenyamanan bagi ibu bersalin (Sherly, 2009).
Menurut Lutfiatus Sholihah (2004) selama masa kehamilan, suami juga sudah harus
diajak menyiapkan diri menyambut kedatangan sikecil, karena tidak semua suami siap mental
untuk menunggui istrinya yang sedang kesakitan.
Pendampingan persalinan yang tepat harus memahami peran apa yang dilakukan dalam
proses persalinan nanti. Peran suami yang ideal diharapkan dapat menjadi pendamping secara
aktif dalam proses persalinan. Harapan terhadap peran suami ini tidak terjadi pada semua suami,
tergantung dari tingkat kesiapan suami menghadapi proses kelahiran secara langsung. Ada tiga
jenis peran yang dapat dilakukan oleh suami selama proses persalinan yaitu peran sebagai
pelatih, teman satu tim, dan peran sebagai saksi (Bobak, Lowdermilk dan Perry, 2004).
Peran sebagai pelatih diperlihatkan suami secara aktif dalam membantu proses persalinan
istri, pada saat kontraksi hingga selesai persalinan. Ibu menunjukkan keinginan yang kuat agar
ayah terlibat secara fisik dalam proses persalinan (Smith, 1999; Kainz dan Eliasson, 2010). Peran
sebagai pelatih ditunjukkan dengan keinginan yang kuat dari suami untuk mengendalikan diri
dan ikut mengontrol proses persalinan. Beberapa dukungan yang diberikan suami dalam
perannya sebagai pelatih antara lain memberikan bantuan teknik pernafasan yang efektif dan
memberikan pijatan di daerah punggung. Suami juga memiliki inisiatif untuk lebih peka dalam
merespon nyeri yang dialami oleh ibu, dalam hal ini ikut membantu memantau atau mengontrol
peningkatan nyeri. Selain itu suami juga dapat memberikan dorongan spiritual dengan ikut
berdoa.
Hasil penelitian Kainz & Eliasson 2010 terhadap 67 ibu primipara di Swedia
menunjukkan bahwa peran aktif suami yaitu membantu bidan untuk memantau peningkatan rasa
nyeri, mengontrol adanya pengurangan nyeri, dan mengontrol kontraksi. Selain peran tersebut,
para suami juga memberikan bantuan untuk menjadi advokat ketika ibu ingin berkomunikasi
dengan bidan selama proses persalinan. Pada persalinan tahap satu dan tahap dua, sering kali
fokus bidan ditujukan kepada bayi, sehingga ibu merasa kesulitan untuk berbicara dengan bidan.
Dalam kondisi ini, kehadiran suami akan sangat membantu jika suami peka dengan apa yang
ingin dikatakan istrinya dan berusaha menyampaikannya kepada bidan.
Tingkatan peran yang kedua adalah peran sebagai teman satu tim, ditunjukkan dengan
tindakan suami yang membantu memenuhi permintaan ibu selama proses persalinan dan
melahirkan. Dalam peran ini suami akan berespon terhadap permintaan ibu untuk mendapat
dukungan fisik, dukungan emosi, atau keduanya (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Peran
suami sebagai teman satu tim biasanya sebagai pembantu dan pendamping ibu, dan biasanya
suami dingatkan atau diberitahukan tentang perannya oleh bidan. Smith (1999) dan Kainz
Eliasson (2010) menjelaskan bentuk dukungan fisik yang dapat diberikan yaitu dukungan secara
umum seperti memberi posisi yang nyaman, memberikan minum, menemani ibu ketika pergi ke
kamar kecil, memegang tangan dan kaki, atau menyeka keringat yang ada di dahi ibu, dan
membantu ibu dalam pemilihan posisi yang nyaman saat persalinan. Bentuk dukungan fisik yang
menggunakan sentuhan, menunjukkan ekspresi psikologis dan emosional suami yaitu rasa
peduli, empati, dan simpati terhadap kondisi ibu yang sedang merasakan nyeri hebat dalam
proses persalinan (Smith, 1999).
Sementara itu, dukungan emosional yang dapat diberikan oleh suami antara lain
membantu menenangkan ibu dengan kata kata yang memberikan penguatan (reinforcement)
positif seperti memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan pujian
atas kemampuan ibu saat mengedan. Ibu dapat merasakan ketenangan dan mendapat kekuatan
yang hebat ketika suaminya menggenggam tangannya (Kainz & Eliasson, 2010). Pengaruh
psikologis inilah yang menjadi salah satu nilai lebih yang mampu diberikan oleh suami kepada
istrinya. Oleh karena itu, kehadiran suami dalam proses persalinan perlu diberikan penghargaan
yang tinggi dan perlu mendapat dukungan dari bidan yang menolong persalinan.
Suami yang hanya berperan sebagai saksi menunjukkan keterlibatan yang kurang
dibandingkan peran sebagai pelatih atau teman satu tim. Dalam berperan sebagai saksi, suami
hanya memberi dukungan emosi dan moral saja (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Biasanya
suami tetap memperhatikan kondisi ibu bersalin, tetapi sering kali suami hanya menunggu istri di
luar ruang persalinan, dan melakukan aktivitas lain seperti tertidur, menonton tv, atau
meninggalkan ruangan dalam waktu yang agak lama. Perilaku ini ditunjukkan suami karena
mereka yakin tidak banyak yang dapat mereka lakukan, sehinga menyerahkan sepenuhnya pada
penolong persalinan. Alasan suami memilih peran hanya sebagai saksi karena kurangnya
kepercayaan diri atau memang kehadirannya kurang diinginkan oleh istri.
Ketiga peran suami dalam proses persalinan dapat diidentifikasi dari keinginan dan
pengetahuan suami tentang peran utamanya sebagai pendamping persalinan. Sikap suami untuk
menjadi pendamping persalinan dapat ditunjukkan dengan tindakannya dalam antisipasi
persalinan. Suami dapat mempersiapkan sendiri sebelum hari persalinan, seperti mempersiapkan
segala kebutuhan selama mendampingi istri di rumah sakit atau tempat bersalin. Suami dapat
meminta informasi atau mengajukan pertanyaan kepada dokter, bidan, atau perawat untuk
mengatahui apa yang dapat diterima, dipertimbangkan atau ditolak.
2) Manfaat Pendampingan
Bagi suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses persalinan dapat
memberikan manfaat seperti :
a) Ikut bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri dalam menghadapi persalinan
b) Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri
Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang
diharapkan istri selama proses persalinan. Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan
pegangan, dukungan dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya.
c) Selalu ada bila dibutuhkan
Dengan berada di samping istri, suami siap membantu apa saja yang dibutuhkan istri.
d) Kedekatan emosi suami istri bertambah
Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak
sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya.
e) Menumbuhkan naluri kebapakan
f) Suami akan lebih menghargai istri
Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih menghargai istrinya dan
menjaga perilakunya. Karena dia akan mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya.
g) Membantu keberhasilan IMD
IMD merupakan Inisiasi Menyusui Dini yang akan digalakkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. IMD akan tercapai dengan adanya dukungan dari suami
terhadap istrinya.
h) Pemenuhan nutisi
Nutrisi ibu saat melahirkan akan terpenuhi karena tugas pendamping adalah memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh ibu yaitu dengan cara pemberian makan dan minum saat
kontraksi rahim ibu mulai melemah.
i)
akan sangat penting dalam membantu istri terutama jika suami tahu banyak tentang proses
melahirkan. Para suami sering mengeluh betapa tertekannya mereka karena sama sekali tidak
tahu apa yang harus dikerjakan untuk menolong istrinya. (Lutfiatus Sholilah, 2004).
Situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama proses persalinan
seperti:
a. Suami tidak siap mental
Umumnya suami tidak tega, lekas panik, saat melihat istrinya kesakitan atau tidak tahan
bila harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah orang yang
tepat menjadi pendamping diruang bersalin. Faktor penyebab ketakutan dan kecemasan suami
terhadap proses persalinan menurut Martin, 2008; Sapkota, Kobayashi & Takase, 2010)
1)
2)
3)
4)
b.
diantaranya :
Takut dengan ancaman kematian istri dan bayinya
Cemas dengan proses persalinan yang penuh tekanan
Kurang keyakinan dan percaya diri menjadi pendamping persalinan
Kurangnya dukungan sosial
Tidak diizinkan pihak RS
Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping selain petugas medis bagi ibu
yang menjalani proses persalinan, baik normal maupun caesar. Beberapa alasan yang diajukan
adalah kehadiran pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang telah
membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas dan kesterilan ruang operasi menjadi
berkurang dengan hadirnya orang luar.
c.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence based
terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini
memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir. Salah satu bentuk evidence based dalam asuhan persalinan adalah dukungan
persalinan. Jika dahulu di Indonesia, tidak semua RS mengizinkan suami atau
anggota keluarga lainnya menemani ibu di ruang bersalin, saat ini telah
dikembangkan asuhan kebidanan dalam pemberian dukungan persalinan
salah satunya adalah pendampingan suami/ anggota keluarga karena
terbukti bermanfaat baik untuk ibu maupun pendamping selama persalinan.
Beberapa faktor penghambat peran pendamping adalah suami tidak siap mental, suami sedang
dinas dan tidak diizinkan pihak RS
B. Saran
1. Selama proses persalinan sebaiknya seorang ibu didampingi oleh suami atau seseorang yang
yang dipercayainya.
2. Sebaiknya RS yang tidak mengizinkan pendamping berada selama proses persalinan membuat
kebijakan tentang hal ini.
3. Mengingat besarnya manfaat seorang pendamping selama proses persalinan sebaiknya sebelum
persalinan ibu sudah memutuskan siapa yang akan mendampinginya nanti selama persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). (2013). Laporan Pendahuluan Survei Demografi
Indonesia. Diakses Senin, 7 Oktober 2013, 09.35 WITA, from http://www.bkkbn.go.id.
Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia.
Bobak, I, M., Lowdwermilk. D. L, & Perry, S. E. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (Maria A.
Wijayanti & Peter I. Anugerah, Alih Bahasa). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. (buku
asli diterbitkan tahun 2003).
Departemen Kesehatan RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal. Edisi baru dengan resusitasi. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. (2001). Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Di
Indonesia 2001 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Saifuddin, A. B, dkk. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta
: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ricci, S., & Kyle, T. (2009). Maternity & Pediatric Nursing. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins
Sholihah, Lutfiatus, 2004. Persiapan dan Strategi Menghadapi Persalinan Sehat
dan Alamiah. Jakarta : Diva Press.
Smith, M.J. (1999). A place for the partner? Expectations and experiences of support during childbirth.
Midwifery, 15 (2) : 101 108. Doi : 1-.1016/ S0266 6138(99)90006 2. (Diunduh pada Sabtu,
5 Oktober 2013, 20.00 WITA).
Kainz, G., Eliasson, M., & von Post, I. (2010). The childs father, an important person for the mothers
well being during the childbirth : a hermeneutic study. Health Care for Woman International,
31 (7) : 621m 35. Doi:10.1080/07399331003725499. (Diunduh pada tanggal 5 Oktober 2013,
20.30 WITA).
Mengenai Saya
Diah Sarlita
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (5)
o Mei (5)
Lotus Birth
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.