IDENTIFIKASI FORENSIK
Diajukan Oleh:
Imba Wahyu Ginandra (J510155061)
Oryza Sativa (J510155020)
Ricky ferdian (J510155090)
Madame Arum Nurilla (J510155029)
Wahyu cahyani (J510155004)
Karina Aisyah Setiawati (J510145054)
Dokter Pembimbing :
dr. Sugiharto, M. Kes, MMR, SH
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
REFERAT
IDENTIFIKASI FORENSIK
Yang Diajukan Oleh :
Imba Wahyu Ginandra (J510155061)
Oryza Sativa (J510155020)
Ricky ferdian (J510155090)
Madame Arum Nurilla (J510155029)
Wahyu cahyani (J5101550044)
Karina Aisyah Setiawati (J510145054)
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Tanggal
Pembimbing :
dr. Sugiharto, M. Kes, MMR, SH
(..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Sugiharto, M. Kes, MMR, SH
(.................................)
(.................................)
IDENTIFIKASI FORENSIK
I.
DEFINSI
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.Menentukan
identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya
kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.2
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah
tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan
masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal,
serta potongan tubuh manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga
berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau
diragukan orangtuanya.Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua
metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).2
II.
III.
identifikasi sekunder.3
Metode Identifikasi Primer
1. Sidik jari.
1.1. Definisi
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang
menonjol dari epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau
telapak kaki dan jari-jari kaki, yang juga dikenal sebagai dermal ridges
atau dermal papillae, yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang
saling berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah mempunyai sidik jari
yang sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung
jari dan telapak tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin
Gambar2.Anatomi kulit: kelenjar ekrin melingkar, yang terletak didermis, memiliki saluran
yang naik melalui lapisan epidermis dan berakhir disepanjang papiladermal. Struktur
papiladermal memberikan polasidik jari yang khas.3
Gambar 3. Contoh pola yang paling umum untuk dermal ridges.Lima kelas utama-left loop, right
loop, whorl, arch, dan tented arch-umum digunakan. Frekuensi perkiraan untuksetiap tipe dinyatakan
dalam tanda kurung.Untuk tiap tipe, posisi dari inti ditandai dengan kotak merah dan deltaditandai
segitiga hijau.3
bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru
akan terjadi lagi 300 tahun kemudian, atas dasar ini, sidik jari merupakan
sarana yang terpenting khususnya bagi kepolisian didalam mengetahui jati
diri seseorang.6
Dibawah ini merupakan sifat-sifat khusus yang dimiliki sidik jari: 6
a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat
pada kulit manusia seumur hidup.
b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius.
c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap
orang.
1.3. Macam Macam Sidik Jari
a) Latent prints (Sidik jari Laten). Walaupun kata laten berarti
tersembunya atau tak tampak, pada penggunaan modern di ilmu
forensik istilah sidik laten berarti kemungkinan adanya atau impressi
secara tak sengaja yang ditinggalkan dari alur-alur tonjolan kulit jari
pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat
atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara
elektronik, kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu
sidik laten yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar
ekrin yang berada di alur-alur tonjolan kulit (yang memproduksi
keringat, sebum, dan berbagai macam lipid) walaupun impressi
tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.3
b) Patent prints (Sidik jari Paten). Sidik ini ialah impressi dari alur-alur
tonjolan kulit dari sumber yang jak jelas yang dapat langsung terlihat
mata manusia dan disababkan dari transfer materi asing pada kulit jari
ke sebuah permukaan. Karena sudah dapat langsung dilihat sidik ini
tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan diambil bukan dengan
diangkat, tetapi hanya dengan difoto.3
c) Plastic prints (Sidik jari Plastik). Sidik plastik adalah impressi dari
sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di
material yang mempertahankan bentuk dari alur-alut tersebut secara
detail. Contoh umum: pada lilin cair, deposit lemak pada permukaan
mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi penyidik juga
tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik laten
yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada
permukaan tersebut. Usaha untuk melihat impressi-impressi non
plastik pun harus dilaksanakan.3
1.4. Klasifikasi Sidik Jari
Sebelum komputerisasi menggantikan sistem pendataan manual di
operasi-operasi pemrosesan sidikjari yang besar, klasifikasi sidik jari
manual digunakan untuk mengkatagorikan sidik jari berdasarkan formasi
alur-alur tonjolan secara umum (seperti ada atau tak adanya pola-pola
sirkular pada jari-jari), oleh karena itu pendataan dan pengambilan catatan
laporan dalam jumlah besar berdasarkan pola-pola tersebut, yang terlepas
dari pertimbangan nama, tanggal lahir, dan data biografis. Sistem-sistem
klasifikasi sidik jari yang paling populer diantaranya sitem Roscher,
sistem Vucetich, dan sistem Henry. Dari sistem-sistem ini, sistem Roscher
dikembangkan di Jerman dan diaplikasikan di Jerman dan Jepang. Sistem
Vucetich dikemkangkan di Argentina dan diimplementasikan di seluruh
Amerika Utara, dan sistem Henry dikembangkan di India dan
diimplementasikan di kebanyakan negara-negara berbahasa Inggris.6
Sistem Henry berasal dari pola ridge yang terpusat pola jari tangan,
jari kaki, khusunya telunjuk. Metoda yang klasik dari tinta dan
menggulung jari pada suatu kartu cetakan menghasilkan suatu pola ridge
yang unik bagi masing-masing digit individu.Dalam sistem klasifikasi
Henry, terdapat tiga pola dasar sidik jari: Arch (lengkungan), Loop
(uliran), dan Whorl (lingkaran).6
10
a. Tipe Arch, Pada patern ini kerutan sidik jari muncul dari ujung,
kemudian mulai naik di tengah, dan berakhir di ujung yang lain.
b. Tipe Loop, Pada patern ini kerutan muncul dari sisi jari, kemudian
membentuk sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama
ketika kerutan itu muncul.
c. Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang
mengelilingi sebuah titik pusat dari jari.
Dari ketiga klasifikasi diatas terdapat juga klasifikasi yang lebih
kompleks yang mengikutsertakan pola plain arches (lengkungan
sederhana atau tented arches (lekukan yang seperti tenda) . Pola Loop
dapat berarah radial atau ulnar, tergantung arah ekor dari loop tersebut.
Pola Whorl juga dibagi dalam subgrup-subgrup: plain whorl, accidental
whorls, dan central pocket loop.6
11
sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan
mayatnya yang telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada
jari yang keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas
dan memasangnya pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru
kemudian dilakukan pengambilan sidik jari, merupakan prosedur standar
yang harus diketahui dokter.6
Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan
metode dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada
sidik jari paten / yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten
biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau permukaan
kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti
lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Lem sianoakrilat
digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya
pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah
tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga
permukaan benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi
minyak. Tutup rapat stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap
sehingga uapnya akan menempel pada permukaan benda berminyak yang
diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak sianoakrilat yang
menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari
sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.6
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat
pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah
wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi
dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini
menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan. Warna yang dihasilkan
tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat
didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak
nitrat dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium
klorida, akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak
klorida. Keringat dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida,
12
13
14
a. Anatomi Gigi
Gigi manusia terdiri dari tiga:
b. Struktur Gigi
Badan dari gigi terdiri dari :
1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi
dan berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan
membuat gigi tahan terhadap tekanan dan abrasi. Email tersusun
dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, zat organic
dan air.
2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan
berwarna kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang
tetapi lebih lunak dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan
organic, terutama Kalsium dan fosfor serta 30 % bahan organic
dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi
dan menutup akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat
melekatnya jaringan ikat yang memperkuat akar gigi pada
alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri dari 50%
bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan
organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian
ruang tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung
pembuluh darah, syaraf, dan sel pembentuk dentin. Pulpa berisi
nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
15
c. Morfologi gigi.7,8
Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Gigi susu
Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9
bulan dan lengkap pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari
5 gigi pada setiap daerah rahang masing masing adalah : 2 gigi
seri (incicivus),1 gigi taring.
2. Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi
taring, 2 gigi premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah
rahang. Gigi permanen menggantikan gigi susu. Antara umur 6
14 tahun 20 gigi susu diganti gigi permanen. Gigi molar 1 dan 2
mulai erupsi pada umur 6 12 tahun sedangkan gigi molar 3
mulai erupsi pada umur 17 21 tahun.
d. Nomenklatur Gigi8
Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :
1. Cara Zsigmondy
16
Gigi susu
V IV III II I
I II III IV V
V IV III II I
I II III IV V
m2 atas kiri :
Gigi tetap
8764321
12345678
8764321
12345678
I1 bawah kiri : 1
2. Cara Palmer : cara yang paling mudah dan universal untuk dental
record
Gigi susu
EDCBA
AB C D E
EDCBA
AB C D E
m2 atas kiri : E
Gigi tetap
8764321
12345678
8764321
12345678
I1 bawah kiri : 1
IX VIII VII
VI
IV
III
II
m2 atas kiri : I
17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32
3 2
I1 bawah kiri : 25
4. Cara Aplegate
Kebalikan dari cara Amerika yaitu dengan menghhitung dari atas
kanan ke kiri, kebawah kiri lalu ke bawah kanan
17
Gigi Susu :
I
II
III
IV
VI VII VIII
IX X
m2 atas kiri : X
Gigi Tetap :
1
3 4
5 6 7
9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25
24 23 22 21 20 19 18 17
I1 bawah kiri : 24
5. Cara Haderup
Gigi Susu :
0+
+0
0-
-0
m2
I1
I2 bawah kiri : 2-
7. Cara G. B. Denton
Gigi Susu :
m2
I1
atas kiri : 65
Gigi Susu :
bawah kiri : 31
18
m2
I1
19
20
21
mengurangi
jumlah
kemungkinan
populasi
untuk
22
23
atlas
yang
klasik.
Schour
dan
Massler
24
25
and Solheim
mengkombinasikan
juga mempresentasikan
teknik
morfologi
dan
metode yang
radiografi
untuk
26
27
dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi
peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan asam
aspartat yang lebih tinggi.11
28
usia
antara
15
dan
22
tahun
tergantung
dari
29
30
31
3. Analisis DNA.
Tergantung pada karakteristik khusus dari sebuah insiden, pendekatan
prosedur identifikasi akan berbeda. Dalam banyak kasus penyelidikan gigi
atau sidik jari akan cukup memadai. Dalam kasus lain, dengan keadaan yang
sangat membusuk atau ada banyak potongan tubuh, analisis dan perbandingan
DNA mungkin metode terbaik untuk digunakan. Dalam keadaan seperti itu,
DNA mungkin menjadi sarana utama untuk mendapatkan identifikasi yang
dapat diandalkan. Keputusan apakah analisis DNA akan dilakukan diambil
32
identifikasi
genetika
memberikan
suatu
perangkat
diagnostik yang sangat kuat dalam kedokteran forensik dan dapat secara
sukses diterapkan pada identifikasi korban-korban bencana. Data genetika
dari seseorang selalu sama pada seluruh sel-sel tubuhnya dan akan tetap
konstan bahkan setelah meninggal. Analisis dari sebuah sampel biologis akan
memungkinkannya mengaitkan seseorang dengan nenek/kakek moyang
dengan keturunannya dan data dari analisis-analisis ini dapat dengan mudah
dikomputerisasikan.
Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya
suatu bentuk yang berbeda dari struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi
/ modifikasi pada suatu lokus yang speifik (pada DNA) dalam suatu populasi,
maka lokus tersebut dikatakan bersifat polimorfik. Sifat polimorfik ini di
samping menunjukkan variasi individu, juga memberikan keuntungan karena
dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari orang lain.
Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme
protein antara lain ialah sistem golongan darah, golongan protein serum,
system golonngan eritrosit,d dan system HLA (Human Lymphocyte Antigen).
Polimorfisme DNA merupakan suatu polimorfisme pada tingkat yang lebih
awal dibandingkanpolimorfisme protein, yaitu pada tingkat kode genetic atau
DNA.
Dibandingkan dengan pemeriksaan polimorfisme protein, pemeriksaan
polimorfisme DNA menunjukkan beberapa kelebihan. Pertama, polimorfisme
DNA menunjukkan tingkat polimorfis yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak
diperlukan pemeriksaan terhadap banyak system. Kedua, DNA jauh lebih
stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA dimungkinkan pada
bahan yang sudah membusuk, mengalami mumifikasi atau bahkan pada
jenazah yang tinggal kerangka saja. Ketiga, distribusi DNA sangat luas
meliputi seluruh sel tubuh, sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan
sebagai bahan pemeriksaan. Keempat, dengan ditemukannya metode PCR,
33
bahan DNA yang kurang segar dan sedikit jumlahnya masih mungkin untuk
dianalisis.2
3.1. Definisi
Asam deoksi-ribonukleat (Deoxyribonucleic Acid = DNA), yang
biasanya dimaksud the blueprint of life membawa informasi geneetik
yang dibutuhkan oleh suatu organisme untuk berfungsi. Struktur DNA
adalah untaian ganda (double helix), yaitu dua untai bahan genetik yang
membentuk spiral satu sama lain. Setiap untaian terdiri dari satu deretan
basa (juga disebut nukleotida), yang terdiri dari 3 grup bahan kimia yang
berbeda: basa, gula (deoxyribose), dan fosfat. Basa dimaksud adalah salah
satu dari keempat senyawa kimiawi berikut: Adenin, Guanin, Cytosine
dan Thymine.12
Struktur kimiawi DNA dari setiap orang adalah sama, yang
berbeda hanyalah urutan/susunan dari pasangan basa yang membentuk
DNA tersebut. Ada jutaan pasangan basa yang terkandung dalam DNA
setiap orang, di mana urutan/susunan basa-basa tersebut berbeda untuk
setiap orang. Berdasarkan perbedaan urutan/susunan basa-basa dalam
DNA tersebut, setiap orang dapat diidentifikasi. Namun demikian, karena
ada jutaan pasangan basa, pekerjaan tersebut akan membutuhkan waktu
yang lama. Sebagai penggantinya, para ahli dapat menggunakan metode
yang lebih pendek, yaitu berdasarkan adanya pola pengulangan
urutan/deretan basa dalam DNA setiap orang.2
3.2.
Pengambilan Sampel 1
a) Ante Mortem Sampel
Diperhitungkan risiko untuk informasi palsu pilihan sampel maka
referensi DNA Ante Mortem harus:
Kerabat dekat pertama, jika mungkin lebih dari satu. DNA profil
dari tingkat pertama kerabatakan selalu memberikan informasi
yang memadai untuk pencocokan. Dalam kebanyakan kasus itu
juga akan mungkin untuk menemukan dan mengambil sampel dari
34
lebih dari satu relatif. Donor yang cocok tercantum dalam urutan
preferensi di bawah ini:
Monozigot/kembar identik.
Ibu dan ayah biologis dari korban.
Ibu biologis atau ayah biologis dari korban dan jika
mungkin saudara kandung.
Anak-anak biologis dan pasangankorban.
Saudara kandung dari korban(beberapa)
Sampel yang biasa dipilih adalah apusan mukosa bukal dan tetes
darah yang diambil dari ujung jari
35
Keadaan Tubuh
Lengkap, mayat belum
Rekomendasi Sampel
Darah (pada kertas FTA atau apusan) dan apusan
membusuk
Termutilasi, mayat belum
mukosa ukal
Jika memungkinkan: darah dan jaringan otot dalam.
memusuk
36
DNA.
Prosedur
pastinya
termasuk
pengumpulan
sampel,
37
38
ukurannya
diterapkan
pada
lembaran
kertas
probe-radioaktif dibiarkan
39
40
41
42
Pria
Wanita
43
Panggul
Posture
Besar
Kecil
Payudara
Jarang berkembang
Berkembang
Jakun
Menonjol
Tidak menonjol
Striae
Tidak ada
Rambut pubis
hanya
pusar
veneris
Rambut
Tidak ada
Kelamin dalam
Tengkorak
di
mons
fallopi,
vagina
tipis
Proporsi perut
Lebih kecil
Lebih besar
Paha
Bentuk silinder
Bentuk kerucut
44
pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah
dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan
mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk
membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.
2. Metode kepemilikan, seperti pakaian, perhiasan, dokumen.2
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan
sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku
pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali
jenazah
tersebut.Perlu
diingat
pada
kecelakaan
masal,
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, A. 2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik ed 2. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan.
2. Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Atmaja, D. S., 1999. Identifikasi Forensik.
Dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Idries AM. 2002. Identifikasi Dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik
edisi pertama. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
4. Idris M, dr., Tjiptomartono A. L, dr. 2008. Asfiksia. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto.
5. Slamet P, Peter S, Yosephine L, Agus M. 2004. Pedoman Penatalaksanaan
Identifikasi Korban Mati Pada Bencana Masal. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
6. soekry K, Yudiyanto A. 2012. Identifikasi Medikolegal. Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UNAIR.
46
7. Soepardi. 2002. Sidik Jari dan Peranannya dalam Mengungkap Suatu Tindak
Pidana. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
8. Amir, A. 2001. Outopsi Edisi I. Universitas Sumatera Utara, Medan.
9. Josef G, Myrtati D, Toetik K. 2008. Metode Pengukuran Manusia. Surabaya :
UNAIR.
10. Putu Sudjana L Hoediyanto. Pengumpulan dan Cara Pengiriman Bahan
47