Anda di halaman 1dari 6

Sumber Pendanaan Internal

Pembiayaan perusahaan yang bersumber dari Laba Ditahan


PT. A dan RUPS telah memutuskan untuk tidak membagikan laba bersih
perusahaan tahun 2015 dalam bentuk dividen kepada para pemegang
saham. Hal ini dikarenakan PT. A ingin melakukan perluasan bisnis di tahun
2016 sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat . Sehingga seluruh laba
perusahaan tahun 2015 akan dicatat sebagai laba ditahan.
Laba bersih PT. A akhir tahun 2015 sebesar Rp480.000.000.
Ayat Jurnal 31 Desember 2015
Laba Ditahan
480.000.000
Laba Ditahan yang dicadangkan untuk ekspansi
480.000.000
(ayat jurnal untuk mencatat pencadangan laba ditahan bertujuan khusus)
Berikut ini transaksi-transaksi sehubungan dengan ekspansi PT. A.
a. Membeli sebuah tanah dan bangunan senilai Rp 300.000.000 (termasuk
biaya notaris, biaya balik nama, belum termasuk bea perolehan atas hak
tanah dan atau bangunan). Diketahui harga wajar atas Tanah sebesar Rp
150.000.000 dan Bangunan sebesar Rp 100.000.000. PPN 10%.
Untuk keperluan perpajakan, PT. A harus membayar bea perolehan atas
tanah dan atau bangunan tersebut.
NPOP
= Rp 300.000.000
NPOPTKP
= (Rp 60.000.000)
NPOP dasar perhitungan
= Rp 240.000.000
BPHTB
= 5% x Rp 240.000.000
= Rp 12.000.000
Oleh karena BPHTB dapat dikapitalisasi ke dalam harga perolehan tanah dan
bangunan, sehingga harga perolehan berubah menjadi Rp 312.000.000,
maka
Jenis Asset
Tanah
Bangunan
Jumlah

Harga Wajar
150.000.000
100.000.000
250.000.000

Alokasi Harga Perolehan


15/25

312.000.000
187.200.000
10/25

312.000.000
124.800.000

=
=
312.0

00.000
Ayat Jurnal
Tanah
187.200.000
Bangunan
124.800.000
Kas
312.000.000
(ayat jurnal untuk mencatat perolehan aset)
Peraturan Perpajakan yang Mendukung
- UU No. 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, pasal 5 tarif pajak ditetapkan sebesar 5%. Pasal 10 ayat

(2) Pajak yang terutang dibayar ke kas negara melalui Kantor Pos dan
atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri dengan
-

Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.


UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, pasal 7 ayat (1) Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah), kecuali dalam hal perolehan hak karena waris, atau
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau
satu

derajat

ke

bawah

dengan

pemberi

hibah

wasiat,

termasuk

suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan


secara regional paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
b. Membeli mesin untuk keperluan produksi perusahaan sebesar Rp
50.000.000 (belum termasuk PPN). Biaya instalasi mesin sebsar Rp
3.000.000.
Demi kepentingan perpajakn, PT. A juga harus memungut PPN atas transaksi
tersebut. Tarif PPN yang diberikan sebesar 10% dari harga mesin. Sehingga,
PPN Masukan = 10% x Rp 50.000.000
= Rp 5.000.00
Ayat Jurnal
Mesin
53.000.000
PPN Masukan
5.000.000
Kas
58.000.000
(ayat jurnal bagi perusahaan yang melakukan pembelian)
Kas
55.000.000
Penjualan
50.000.000
PPN Keluaran
5.000.000
(ayat jurnal bagi pihak penjual Mesin)
c. Membeli truck seharga Rp 38.000.000 (belum termasuk PPN).
Sama halnya seperti transaki jual-beli mesin di atas, pembelian truck
juga dikenakan PPN.
PPN Masukan
= 10% x Rp 38.000.000
= Rp 3.800.000
Ayat Jurnal
Kendaraan
38.000.000
PPN Masukan
3.800.000
Kas
41.800.000
(ayat jurnal bagi perusahaan yang melakukan pembelian)
Kas
41.800.000
Penjualan
38.000.000
PPN Keluaran
3.800.000
(ayat jurnal bagi pihak penjual Truck)
Peraturan Perpajakan yang Mendukung

UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM, pasal 4 ayat (1)
huruf a penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha. Pasal 7 ayat (1) Tarif Pajak Pertambahan
Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

Pembiayaan perusahaan yang bersumber dari Hasil Penjualan Aset


Data Aset Tetap PT. A kantor cabang Malang:
i.

Gedung yang ditanamkan sebagai modal pada tahun 2010 seharga


Rp 500.000.000 (sudah termasuk bea perolehan atas bangunan) untuk
kegiatan operasional perusahaan dan umur ekonomisnya 20 tahun.

ii.

Perusahaan memiliki 1 (satu) mobil yang digunakan untuk kegiatan


operasional dengan harga perolehan sebesar Rp 150.000.000 dengan
umur ekonomis 8 tahun.

iii.

Peralatan kantor yang dimilki perusahaan dengan rincian sebagai:

iv.

Komputer (4 unit) dengan harga perolehan masing-masing Rp

7.000.000
Printer (4 unit) dengan harga perolehan masing-masing Rp

1.500.000
AC (1 unit) dengan harga perolehan Rp 3.000.000
Perlatan kantor yang berupa satu set lemari, meja, kursi, dan rak

arsip seharga Rp 26.110.000


Keterangan tambahan: Semua aset tetap tersebut di atas diperoleh dan
dimiliki sejak 1 Januari 2010. PT. A mengguanakan metode penyusutan garis
lurus untuk semua aset tetapnya. Semua aset tetap tidak memiliki nilai
residu.
Ayat Jurnal pada 1 Januari 2010
Gedung
500.000.000
Modal
500.000.000
(jurnal untuk mencatat perolehan gedung sebagai modal)
Kendaraan
150.000.000
PPN Masukan
15.000.000
Kas
165.000.000
(jurnal untuk mencatat perolehan kendaraan)
Peralatan Kantor
28.000.000
PPN Masukan
2.800.000
Kas
30.800.000
(jurnal untuk mencatat perolehan peralatan kantor: komputer)
Peralatan Kantor
PPN Masukan
Kas

6.000.000
600.000
6.600.000

(jurnal untuk mencatat perolehan peralatan kantor: printer)


Peralatan Kantor
3.000.000
PPN Masukan
300.000
Kas
3.300.000
(jurnal untuk mencatat perolehan peralatan kantor: AC)
Peralatan Kantor
26.110.000
PPN Masukan
2.611.000
Kas
28.721.000
(jurnal untuk mencatat perolehan peralatan kantor: satu set lemari, meja,
kursi, dan rak arsip)
Pada akhir tahun 2015, PT. A cabang Malang dilaporkan merugi lagi, hal ini
sudah terjadi

sejak 3 tahun terakhir. Akhirnya, PT. A memutuskan untuk

menutup cabang Malang dan membuka cabang baru di Surabaya. Keputusan


ini sudah berdasarkan riset terbaru yang dilakukan pihak PT. A. Rencananya,
cabang Malang akan sepenuhnya ditutup dan beberapa aset tetap di cabang
Malang akan dijual untuk kemudian hasilnya digunakan untuk membiayai
pendirian cabang Surabaya. Penjualan aset tetap dilakukan segera, pada
tanggal 1 Januari.
Informasi transaksi penjualan aset tetap sebagai berikut:
i.

Gedung dijual dengan harga Rp 400.000.000 (sudah termasuk bea

ii.
iii.

perolehan tanah bangunan).


Mobil dijual dengan harga Rp 80.000.000 (belum termasuk PPN).
Semua peralatan kantor tidak ikut dijual, hanya akan dipindahkan ke
kantor cabang yang baru dan digunakan kembali untuk operasional

kantor.
Keterangan tambahan: Semua aset tetap dijual sesuai dengan harga
pasar.
Perhitungan dan Jurnal
GEDUNG
HP
%
Penyusutan
UE

500.000.0
= 00
=
=

5%
20 Tahun

Penyusutan pertahun
= 500.000.0
00

x 5%

25.000.00
= 0
Beban Penyusutan Gedung

25.000.0

00
25.000.0
Akumulasi Penyusutan Gedung
00
(ayat jurnal untuk mencatat penyusutan Gedung)
Akumulasi penyusutan gedung mulai 1 Januari 2010 sampai dengan 31
Desember 2015 adalah Rp150.000.000. Sehingga nilai buku Gedung pada
tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp500.000.000 - Rp150.000.000 =
Rp350.000.000. Apabila PT. A menjual gedung seharga Rp400.000.000, ada
keuntungan penjualan sebesar Rp50.000.000, sehingga
Kas
400.000.000
Akumulasi Penyusutan
150.000.000
Gedung
500.000.000
Keuntungan Penjualan
50.000.000
(ayat jurnal untuk mencatat penjualan Gedung)
MOBIL
HP
%
Penyusutan
UE

150.000.
000
=
=

12,5%
8 Tahun

Penyusutan pertahun
= 150.000.
000

12,5
%

18.750.0
= 00

Beban Penyusutan Kendaraan

18.750.0
00

Akumulasi Penyusutan Kendaraan


(ayat jurnal untuk mencatat penjualan Mobil)

18.750.0
00

Akumulasi penyusutan Mobil mulai 1 Januari 2010 sampai dengan 31


Desember 2015 adalah Rp112.500.000. Sehingga nilai buku Mobil pada
tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp150.000.000 - Rp112.500.000 =
Rp37.500.000. Apabila PT. A menjual gedung seharga Rp80.000.000, ada
keuntungan penjualan sebesar Rp42.500.000. Besarnya PPN yang dipungut
atas penjualanmobil adalah 10% x Rp80.000.000 = Rp8.000.000, sehingga
Kas
Akumulasi Penyusutan
Kendaraan

88.000.000
112.500.000
150.000.000

PPN Keluaran (Hutang PPN)


Keuntungan Penjualan
(ayat jurnal untuk mencatat penjualan Mobil)

8.000.000
42.500.000

PPN Keluaran (Hutang PPN


8.000.000
Kas
8.000.000
(ayat jurnal untuk mencatat setoran PPN)
Jadi, jumlah kas yang diterima oleh PT. A sebagai hasil penjualan aset
tetapnya adalah
Gedung
Rp400.000.000
Mobil
Rp 80.000.000
Total Kas yang diterima
Rp480.000.000
Dengan

semua

hasil

penjualan

aset

tetap

tersebut,

PT.

akan

menggunakannya untuk membeli kebutuhan pendirian kantor cabang


Surabaya. Transaksi diasumsikan sama dengan transaksi Pembiayaan
perusahaan yang bersumber dari Laba Ditahan, sehingga perhitungan
dan ayat jurnalnya juga sama.
Peraturan Perpajakan yang Mendukung
- UU PPN 2009 Pasal 16 D, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas
penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali
atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.
Terhadap penyerahan aktiva bekas yang terutang PPN Pasal 16D, kita
harus membuat Faktur Pajak dengan kode faktur 090. Tarif PPN-nya tetap
10% sedangkan DPP (dasar pengenaan pajak) adalah sebesar harga pasar
dari aktiva yang kita serahkan.

Anda mungkin juga menyukai