Anda di halaman 1dari 103

PANDUAN

PENGUATAN PROSES PEMBELAJARAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MEMENGAH PERTAMA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
penyusunan Buku Penguatan Proses Pembelajaran untuk SMP.Panduan ini disusun
sebagai salah satu upaya untuk membantu guru memahami metode-metode dan
pendekatan pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang
mencakup pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis projek, dan pembelajaran
berbasis masalah yang diperkaya dengan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Pembelajaran-pembelajaran

tersebut merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan belajar
aktif memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Sebagai komponen inovasi dalam kurikulum, banyak di antara guru SMP di
Indonesia yang belum mengetahui dan mengimplementasikan metode-metode dan
pendekatan pembelajaran tersebut dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran di kelas dengan baik. Buku panduan ini disusun dengan maksud
menyajikan informasi utama mengenai metode-metode dan pendekatan tersebut
agar guru memiliki pemahaman yang memadai dan selanjutnya dapat menyajikan
pembelajaran aktif sesuai tuntutan implementasi Kurikulum 2013.
Direktorat Pembinaan SMP menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya atas peran serta berbagai pihak dalam penyelesaian buku panduan ini.
Semoga kontribusi tersebut merupakan ilmu yang bermanfaat yang tiada putus
amalnya.
Penjelasan mengenai masing-masing metode dan pendekatan dalam panduan
ini masih memiliki sejumlah keterbatasan. Sehubungan dengan hal tersebut revisi
akan dilakukan terus menerus. Masukan berbagai pihak, terutama guru, akan
menjadikan penyempurnaan buku ini dapat diupayakan dengan baik.

Jakarta, Maret 2014

DAFTAR ISI
Halaman
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Cakupan Isi

1
1
1

BAB II

PEMBELAJARAN DI UNTUK IMPLEMENTASI


KURIKULUM 2013
A. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
3
B. Pembelajaran Berbasis Masalah
8
C. Pembelajaran Berbasis Projek
11
D. Pembelajaran Kooperatif
14
E. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
22

BAB III

PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Contoh Skenario
36
Contoh Skenario
58
Contoh Skenario
66
Contoh Skenario
77
Contoh Skenario
88

Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Projek
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran dengan Pendekatan Komunikatif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran
2013/2014. Untuk tingkat SMP, pada tahun pertama Kurikulum 2013
diimplementasikan pada kelas VII di 1437 sekolah yang tersebar di 295
Kabupaten/Kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses
pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau luar kelas untuk
membantu peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65
tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran
menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di antara pendekatan dan
metode yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah pendekatan
saintifik, inkuiri,pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis
projek pada semua mata pelajaran. Pendekatan/metode lainnya yang dapat
diimplementasikan antara lain pembelajaran kontekstual dan pembelajaran
kooperatif.
Walaupun banyak guru SMP di Indonesia telah mengenal metode-metode
tersebut, pengimplementasian metode-metode tersebut di kelas merupakan
hal yang belum biasa. Untuk mengimplementasikannya, guru memerlukan
panduan operasional yang memberikan gambaran utuh kegiatan-kegiatan
pembelajaran operasional apa saja yang dilaksanakan pada tahap
pendahuluan, inti, dan penutup. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
diterbitkan panduan proses pembelajaran yang secara rinci memberikan
petunjuk
operasional
bagaimana
metode-metode
tersebut
diimplementasikan pada kegiatan belajar mengajar pada tahap pendahuluan,
inti, dan penutup.
B. Tujuan Panduan
Panduan ini pada dasarnya disusun untuk guru, kepala sekolah, dan
pengawas dengan tujuan sebagai berikut.
1. Memberi gambaran umum mengenai tujuan pendidikan jenjang SMP
berdasarkan Kurikulum 2013;
2. Memberi gambaran umum mengenai cakupan isi Kurikulum 2013 untuk
jenjang SMP;
3. Memberi gambaran umum mengenai penilaian pencapaian kompetensi
sebagai hasil proses pembelajaran pada jenjang SMP berdasarkan
Kurikulum 2013; dan
4. Memberi deskripsi rinci mengenai proses pembelajaran pada jenjang SMP
berdasarkan Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
kontekstual, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran dengan
pendekatan komunikatif.

C. Cakupan Isi Panduan


Cakupan panduan ini adalah sebagai berikut.
1. uraian singkat mengenai tujuan pendidikan jenjang SMP berdasarkan
Kurikulum 2013;
2. uraian singkat mengenai cakupan isi Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP;
3. uraian singkat mengenai penilaian pencapaian kompetensi sebagai hasil
proses pembelajaran pada jenjang SMP berdasarkan Kurikulum 2013; dan
4. deskripsi rinci mengenai proses pembelajaran pada jenjang SMP
berdasarkan Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
kontekstual, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran dengan
pendekatan komunikatif.
Deskripsi
rinci
proses
pembelajaran
meliputiaspek-aspek berikut.
1.
2.
3.
4.
5.

tiap-tiap

pendekatan/metode

Pengertian
Tujuan pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran
Contoh-contoh kegiatan pembelajaran pada tahap pendahuluan, inti, dan
penutup.

BAB II
PEMBELAJARAN DI SMP UNTUK IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri
atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin
diketahui),
merumuskan
pertanyaan
(dan
merumuskan
hipotesis),
mengumpulkan
data/informasi
dengan
berbagai
teknik,
mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikanhasil yang terdiri dari kesimpulan dan mungkin juga
temuan lain yang di luar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap.Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan
kegiatan mencipta.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses itu, bantuan
guru diperlukan, tetapi bantuan itu harus semakin berkurang ketika peserta
didik semakin bertambah dewasa atau semakin tinggi kelasnya.
Pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan
Vygotsky berikut ini. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan.
Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin
& Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan
pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan
proses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh
sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknikteknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi
ingatan peserta didik akan menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan
proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik.
Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental
atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
Skema tidak pernah berhenti berubah. Skemata seorang anak akan
berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan
terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang
dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa
persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema
yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus
tersebut cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus
tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seseorang akan melakukan
akomodasi.
3

Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciriciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga
cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan
adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Apabila pada seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, ia
akan memiliki skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah.
Sebaliknya, apabila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi,
seseorang akan memiliki skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung
memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi
dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang, menuju ke
tingkat yang lebih tinggi.
Piaget (Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna
tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat beraksi secara mental dalam
bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di
sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan peserta didik hanya akan terlibat
dalam belajar semu (pseudo-learning) dan informasi yang dipelajari
cenderung mudah terlupakan.
Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk konsep, hukum,
atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terjadi dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik selalu melibatkan proses asimilasi
dan akomodasi. Oleh karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan
pendekatan saintifik.
Vygotsky (Nur dan Wikandari, 2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran
terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal development,
yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini, yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori Vygotsky
menerapkan apa yang disebut dengan scaffolding (perancahan). Perancahan
mengacu kepada bantuan yang diberikan teman sebaya atau orang dewasa
yang lebih kompeten. Artinya, sejumlah besar dukungan diberikan kepada
anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, yang kemudian bantuan itu
semakin dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu
melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32).
2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi peserta didik,
b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik,
c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi,
d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis karya ilmiah, serta
4

e. Mengembangkan karakter peserta didik.

3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai
berikut.
a.
Berpusat pada peserta didik yaitu kegiatan aktif peserta didik
secara fisik dan mental dalam membangun makna atau pemahaman
suatu konsep, hukum/prinsip
b.
Membentuk students self concept yaitu membangun konsep
berdasarkan pemahamannya sendiri.
c.
Menghindari verbalisme,
d.
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip,
e.
Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta
didik,
f.
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
g.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi, serta
h.
Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum,
dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
i.
Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum, atau prinsip,
j.
Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan
intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi peserta didik.
4. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui
sejumlah langkah sebagai berikut.
a.
Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu fenomena
untuk mengidentifikasi masalah
b.
Merumuskan pertanyaan berkaitan dengan masalah yang ingin
diketahui dan menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban
sementara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
c.
Mencoba/mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik,
d.
Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik
kesimpulan,
e.
Mengkomunikasikankesimpulan,
f.
Mencipta.
Hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa
konsep, hukum, atau prinsip yang dikonstruk oleh peserta didik dengan
bantuan guru. Pada kondisi tertentu, data yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan tidak mungkin diperoleh secara langsung oleh peserta
didikkarena kadang-kadang data tersebut perlu dikumpulkan dalam waktu
yang lama. Dalam hal ini guru dapat memberikan data yang dibutuhkan
untuk kemudian dianalisis oleh peserta didik.
5. Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat
6

mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh, ketika memulai


pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira,
mengecek kehadiran para peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran karena
terkait langsung dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti
dalam pendekatan saintifik ditujukan untuk memperoleh konsep, hukum,
atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan guru melalui langkah-langkah
kegiatan yang diberikan di muka. Pada akhir kegiatan inti validasi terhadap
konsep, hukum, atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik
dilakukan.
Kegiatan penutup ditujukan untuk beberapa hal pokok. Pertama, pengayaan
materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan
dengan memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku-buku
pelajaran atau sumber informasi lainnya untuk memantapkan pemahaman
materi yang telah dibelajarkan atau memahami materi lain yang berkaitan.
Guru juga dapat meminta peserta didik mengakses sumber-sumber dari
internet, baik berupa animasi maupun video yang berkaitan dengan materi
yang telah dibelajarkan. Dalam hal ini, sebaiknya guru memberikan situssitus internet yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah
dibelajarkan. Pengayaan dapat juga dilakukan dengan meminta peserta didik
melakukan percobaan di rumah, yang berkaitan dengan materi yang telah
dibelajarkan, yang dapat dilakukan dengan aman.Kedua, guru dapat
memberikan kegiatan remedi apabila ada peserta didik yang belum
mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, guru dapat memberi PR
dan memberitahuhan materi/ kompetensi berikutnya yang akan dipelajari.
Contoh 1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran
IPA tentang Medan Magnet.
Kegiatan Pendahuluan
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari
oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPA, guru menanyakan konsep
mengenai kutub magnet dan gaya magnet, sebelum pembelajaran medan
magnet.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai
contoh, peserta didik mengamati paku yang diikat tali didekatkan dan
dijauhkan pada magnet yang dibungkus kertas seperti pada gambar berikut.
Magnet keping dibungkus kertas tipis
Paku kecil
Statif

Benang
7

Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.


Misalnya: paku kecil melayang, paku kecil tidak jatuh, paku kecil jatuhketika
posisinya jauh dari benda terbungkus kertas.
2. Menanya
Peserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan fenomena yang belum
mereka ketahui. Sebagai contoh, peserta didik menanyakan hal yang belum
diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil
pengamatannya, misalnya mengapa paku jika posisinya didekat benda
terbungkus kertas dapat melayang, tetapi paku jatuh ketika posisinya
dijauhkan dari benda yang terbungkus?
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban
sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh,
peserta didik mengajukan pendapat paku tertarik benda terbungkus kertas
ketika posisinya dekat, tetapi ketika posisinya jauh tidak tertarik. Pendapat
peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.
3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik mengumpulkan data melalui 2 percobaan
yaitu 1) mengenai
bentuk serbuk besi yang di sekitar magnet batang dan magnet U; 2) jarak
antara paku dan kutub magnet saat paku mulai bergerak mendekati magnet.
Data yang terkumpul misalnya gambar pola serbuk besi di sekitar magnet;
jarak paku terhadap kutub magnet ketika magnet tertarik secara lemah dan
kuat.
4. Menganalisis Data
Peserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang
diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik
kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa 1) pola
serbuk menunjukkan wilayah yang dipengaruhi oleh gaya magnet dan
selanjutnya disebut medan magnet; 2) medan magnet yang dihasilkan oleh
magnet batang berbeda dengan magnet U; 3) lemah dan kuatnya tarikan gaya
magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.
5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik dapat menyampaikan kesimpulannya secara
lisan dan/atau tertulis melalui presentasi kelompok yang disertai dengan
diskusi dan tanya jawab. Misalnya, guru meminta peserta didik untuk
mengungkapkan konsep dan prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik.
Pada tahap ini guru memberi umpan balik, memberi penguatan kepada
peserta didik dan/atau pengayaan pengetahuan.
Contoh 2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata
pelajaran IPA tentang Asam Basa.
Kegiatan Pendahuluan
1.
Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh
peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai
contoh, guru menanyakan konsep mengenai larutan dan komponennya,
sebelum
pembelajaran
materi
asam-basa.
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
8

1. Mengamati
Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai
contoh, peserta didik mengamati ekstrak buah belimbing atau tomat secara
nyata atau fenomena yang ditayangkan melalui video. Peserta didik
mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.
2. Menanya
Peserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan suatu fenomenon yang
mereka belum ketahui. Sebagai contoh, guru memberi kesempatan kepada
peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui
lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya mengapa larutan
ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki rasa manis dan masam.
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban
sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh,
peserta didik mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan masam pada
larutan ekstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang
memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat peserta didik
ini merupakan suatu hipotesis.
3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik mengumpulkan data melalui percobaan atau guru memberikan
data mengenai rasa dan sifat keasaman (dengan menggunakan lakmus) yang
terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat. Misalnya
larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa manis dan
asam; mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus
merah.
4. Menganalisis Data
Peserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang
diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik
kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa ekstrak buah
belimbing atau buah tomat memiliki rasa masam dan manis dan bersifat asam
karena mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus
merah.
5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik menyampaikan kesimpulannya secara lisan
dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi kelompokdan tanya jawab.
Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau
hukum yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Guru memberi umpan balik,
penguatan, dan/atau pengayaan.
Kegiatan Penutup
1. Guru dapat meminta peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya
mengenai konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku
pelajaran atau sumber informasi lain yang relevan.
2. Guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan
konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari oleh peserta didik dan
kemudian meminta peserta didik untuk mengaksesnya.
B. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat


PBM, mula-mula dikembangkan di sekolah kedokteran, McMaster University
Medical School di Hamilton, Canada pada 1960-an (Barrows, 1996). PBM
dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa mahapeserta didik mengalami
kesulitan di tahun pertama perkuliahan, seperti pada mata kuliah Anatomi,
Biokimia, dan Fisiologi. Mereka tidak termotivasi menempuh mata kuliah-mata
kuliah tersebut karena tidak melihat relevansinya dengan profesi mereka kelak.
Selain itu, juga didapati fakta bahwa para dokter muda yang baru lulus dari
sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang
memiliki keterampilan memadai untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut
dalam praktik sehari-hari. Atas dasar itu, para pengajar merancang
pembelajaran yang mendasarkan pada masalah atau kasus aktual. Pembelajaran
dimulai dengan penyajian masalah klinis yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan pengetahuan medis yang relevan. Perkembangan selanjutnya,
PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata kuliah di perguruan tinggi dan
di berbagai mata pelajaran di sekolah.
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang menggunakan
masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka
(open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan
sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh
pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional
yang jarang menggunakan masalah nyata atau menggunakan masalah nyata
hanya di tahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang
telah dipelajari. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan
kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.
Berikut adalah beberapa contoh masalah nyata yang dapat digunakan dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
a. IPA
Air sungai yang membelah suatu kota sangat keruh sehingga tidak aman
digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sementara itu, warga tidak
memiliki pilihan lain selain menggunakan air sungai tersebut.
Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersebut?
b. IPS
Suatu keluarga yang terdiri atas empat orang akan menyewa rumah. Ayah
adalah karyawan dengan gaji 4,5 juta rupiah dan Ibu seorang guru dengan
gaji 3,5 juta rupiah. Minggu depan dua anak yang masing-masing berusia
14 dan 7 tahun akan masuk sekolah. Apa yang perlu dipertimbangkan oleh
keluarga tersebut dalam menentukan lokasi dan harga bagi mereka untuk
menyewa rumah sehingga kebutuhan-kebutuhan lainnya tetap terpenuhi?
c. Prakarya (Teknologi Budidaya)
Seorang Ibu yang tinggal diperkotaan ingin sekali menanam berbagai
sayuran yang dibutuhkan sehari-hari. Namun, Ibu tersebut tidak memiliki
lahan yang luas untuk menanam. Ia juga belum tahu jenis sayuran yang
sesuai ditanam di lahan terbatas. Bagaimana memilih dan menanam jenis
sayuran yang sesuai untuk dikonsumsi sehari-hari di lahan yang terbatas
dengan biaya yang minimal?
d. Matematika
Dalam keadaan darurat seseorang harus diselamatkan melalui pintu
jendela yang tingginya 4 m dengan menggunakan tangga. Dengan
10

pertimbangan keselamatan, tangga tersebut harus ditempatkan minimum


1 m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin?
2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan utama PBMadalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan untuk
belajar mandiri, dan membentuk atau memperoleh pengetahuan baru.

11

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah


Prinsip-prinsipPBM adalah sebagai berkut.
a. Penggunaan masalah nyata (otentik)
b. Berpusat pada peserta didik (student-centered)
c. Guru berperan sebagai fasilitator
d. Kolaborasi antarpeserta didik
e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik
untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Secara umum, berikut langkah-langkah PBM yang mengadaptasi dari
pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997).
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Tahap 1
Orientasi terhadap
masalah
Tahap 2
Organisasi belajar

Tahap 3
Penyelidikan individual
maupun kelompok
Tahap 4
Pengembangan dan
penyajian hasil
penyelesaian masalah

Tahap 5
Analisis dan evaluasi
proses penyelesaian
masalah

Deskripsi
Guru menyajikan masalah nyata kepada
peserta didik.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk
memahami masalah nyata yang telah disajikan,
yaitu mengidentifikasi apa yang mereka telah
diketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan
apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Guru membimbing peserta didik melakukan
pengumpulan data/informasi (pengetahuan,
konsep, teori) melalui berbagai macam cara
untuk menemukan berbagai alternatif
penyelesaian masalah.
Guru membimbing peserta didik untuk
menentukan penyelesaian masalah yang paling
tepat dari berbagai alternatif pemecahan
masalah yang peserta didik temukan. Peserta
didik menyusun laporan hasil penyelesaian
masalah, misalnya dalam bentuk gagasan,
model, bagan, atau power point slides.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

5. Contoh Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah


Kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan
penutup. Tahap-tahap orientasi terhadap masalah,organisasi belajar,
penyelidikan individual maupun kelompok, dan pengembangan dan penyajian
hasil penyelesaianmasalahmerupakan tahap inti pembelajaran. Tahap analisis
dan evaluasi proses penyelesaian masalah merupakan tahap penutup.Contoh
kegiatan pembelajaran berbasis masalah secara lengkap di lampiran.
12

C. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek


1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
Pembelajaran Berbasis Projek (Project-Based Learning) adalah kegiatan
pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan
pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan
produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat,
sampai
dengan
mempresentasikan
produk
pembelajaran
berdasarkan
pengalaman nyata.Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk
desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lainlain.Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri
maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.
Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model pembelajaran yang
menggunakan projek sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata. PBP
dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik dalam
pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi dalam
perancangan produk.PBP merupakan pendekatan pembelajaran yang inovatif,
yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis projek memberi kesempatan peserta didik
berpikir
kritis
dan
mampu
mengembangkan
kreativitasnya
melalui
pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang atau
jasa.
Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah dalam
bentuk suatu projek. Peserta didik aktif mengelola pembelajarannya dengan
bekerja secara nyata yang menghasilkan produk riil.PBP dapat mereduksi
kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan peserta didik lebih kolaboratif
daripada bekerja sendiri-sendiri.Di samping itu PBP dapat juga dilakukan secara
mandiri melalui bekerja mengkonstruk pembelajarannya melalui pengetahuan
serta keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam produk nyata.
2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
Pembelajaran Berbasis Projek merupakan metode pembelajaran yang berfokus
pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan projek
dan tugas-tugas bermakna lainnya.Pelaksanaan PBP dapat memberi peluang
pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang
puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Tujuan Pembelajaran
Berbasis Projek (PBP) adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek.
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang
kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/projek.
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat
kelompok.
13

3.

6.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)

Prnsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut.


a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas
projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu
tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu
kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar
dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar
antarmata pelajaran. Oleh karena itu, tugas projek dalam satu semester
dibolehkan hanya satu penugasan dalam suatu mata pelajaran.
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan
tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).
Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan
dan umpan balik untuk perbaikan produk.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri
dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat
dilakukan di awal pada langkah penentuan projekdan di akhir
pembelajaran pada langkah penyusunan laporan dan presentasi/publikasi
hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil projek.
4.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek

Dalam PBP, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan


tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek yang
realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek ini
mendorong
tumbuhnya
kreativitas,
kemandirian,
tanggung
jawab,
kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik.Secara
umum, langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) dapat dijelaskan
sebagai berikut.

Bagan 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek


Diadaptasi dari Keser & Karagoca (2010)

Berikut disajikan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah


PBP.

14

pr

a. Penentuan projek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek bersama guru.
Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan projek yang
akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan
tidak menyimpang dari tema.
Pada bagian ini, peserta didik memilih tema/topik untuk menghasilkan
produk (laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya
keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan
keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria
tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan
sumber/bahan/alat yang tersedia.
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari
awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan projek ini
berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan, pemilihan aktivitas
untuk penyelesaian projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat
mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antaranggota
kelompok.
Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk yang
akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan
bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
Peserta didik dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan semua
kegiatan yang telah dirancangnya.Berapa lama projek itu harus diselesaikan
tahap demi tahap.Peserta didik menyusun tahap-tahap pelaksanaan projek
dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik
penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.
d. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan pelaksanaan rancangan projek yang telah dibuat.
Peserta didik mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian
mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai
dihasilkan produk akhir.
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di antaranya dengan:
a) membaca, b) membuat disain, c) meneliti, d) menginterviu, e) merekam,
f) berkarya, g) mengunjungi objek projek, dan/atau h) akses internet. Guru
bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas peserta didik
dalam melakukan tugas projek mulai proses hingga penyelesaian projek.
Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam
aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas projek.
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, disain,
karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lan dipresentasikan dan/atau
dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat
dalam bentuk presentasi, publikasi (dapat dilakukan di majalah dinding atau
internet), dan pameran produk pembelajaran.
f. Evaluasi proses dan hasil projek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses refleksi pada tugas projek
dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi,
peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama
menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi untuk
memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada tahap ini juga
dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan.

15

ha
5. Contoh-contoh Kegiatan Pembelajaran Berbasis Projek
Proses pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah PBP secara keseluruhan berada
dalam tahap kegiatan inti. Dengan demikian tahap kegiatan inti meliputi
kegiatan menemukan tema/topik projek, kegiatan merancang langkah
penyelesaian projek, menyusun jadwal projek,proses penyelesaian projek
dengan difasilitasi dan dimonitor oleh guru, penyusunan laporan dan
presentasi/publikasi hasil projek, dan evaluasi proses dan hasil kegiatan
projek.
D. Pembelajaran Kooperatif

Salah satu pembelajaran yang telah banyak dikembangkan pada saat ini adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini selain untuk melatihkan kemampuan
individu, mengembangkan kompetensi antar kelompok, juga untuk melatihkan
keterampilan sosial. Guru harus menyadari bahwa untuk membangun
keterampilan sosial peserta didik tersebut dapat dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Pada bagian ini akan dibahas secara berurutan hal-hal yang
terkait dengan model pembelajaran kooperatif tersebut.
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui sistem


kerja kelompok baik yang dibangun atas dasar kelompok heterogen atau
homogen untuk mencapai tujuan belajar dan memperoleh penghargaan sosial
(Arends, 2012). Kemampuan kerjasama dalam kelompok merupakan
kemampuan yang penting bagi peserta didik, sebab setiap individu tidak dapat
hidup secara sendiri. Mereka hidup secara berkelompok dalam masyarakat dan
dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi sangat
memerlukan kemampuan bekerja sama ini.
Anita Lie dalam bukunya Pembelajaran Kooperatif, menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi
ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Disisi lain, Rustaman, dkk (2003: 206) menjelaskan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur
kognitif untuk membangun pengetahuan didasari oleh pengetahuan sebelumnya
yang dipandang rasional sebagai pengetahuan yang terkait. Oleh karena itu
pembelajaran kooperatif ini sangat sesuai diterapkan pada konteks materi yang
lebih abstrak dimana peran diskusi antar kelompok menjadi penting dalam
memberikan sumbangsih terhadap penyelesaian masalah yang akan dilakukan.

Pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik belajar bersama untuk


meraih tujuan dengan mempercayai bahwa tujuan hanya dapat dicapai jika
peserta didik lain pun mencapai tujuan (Tan Oon Seng & et.al. 2003:475). Dalam
mencapai tujuan, pembelajaran kooperatif dengan kelompok heterogen atau
homogen ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
bersama, saling membantu satu sama lain, mengembangakan rasa kepedulian
dan tanggung jawab. (Slavin, 2009:243).
Agar guru dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran kooperatif
maka beberapa hal yang harus dipenuhi oleh guru adalah: (1) memahami filosofi
MPK (memahami karakter peserta didik untuk membangun pentingnya peran
16

kerjasama dalam membangun pengetahuan/menyelesaikan masalah), (2)


menentukan materi pembelajaran yang sesuai, dan (3) merancang peran kerja
kelompok heterogen atau homogen dalam mencapaian tujuan.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga


tujuan, yaitu: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman,
dan (3) pengembangan keterampilan sosial.
a. Hasil Belajar Akademik

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaranalternatif untuk mencapai


tujuan pembelajaran dengan menyediakan tugas terstruktur yang dipecahkan
secara bersama, sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan kurangakan
mendapat bantuan dari peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan lebih,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar akademik. Dalam
pandangan ini kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi, berdebat,
mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan
unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya
prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut peserta didik lebih banyak
dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang
diulang-ulang dengan bantuan teman dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dapat menyebabkan peserta didik banyak terlibat dalam penerimaan
informasi.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda


latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Sehingga, untuk dapat
merealisasikan hal tersebut dalam Model Pembelajaran Kooperatif (MPK)
dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen atau homogen, yang berfungsi
untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan akademik, dan sebagainya.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Salah satu tujuan utama pembelajaran kooperatifadalah untuk melatihkan


peserta didik memperoleh keterampilan sosial dapat berupa kerjasama dan
17

kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat,


karena sebagai manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain
dan perlu bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan urusan
kehidupannya.
3. Tahapan Pembelajaran Kooperatif

Beberapa unsur penting yang menjadi prasyarat utama dalam MPK adalah: (a)
pembentukan kelompok-kelompok kecil, (b) saling ketergantungan positif, (c)
akuntabilitas individual, (d) interaksi promotif diantara sesama peserta didik, (e)
keterampilan kolaboratif, dan (f) dinamika kelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut adanya pembagian kelompok dalam jumlah


anggota kecil/sedikit. Pembagian kelompok kecil dapat dilakukan berdasarkan
jenis kelamin, status, kemampuan dasar yang dimiliki.

Saling ketergantungan positif dicirikan oleh pencapaian satu tujuan peserta didik
yang saling berkaitan dengan peserta didik lainnya. Pencapaian tujuan dicapai
melalui upaya bersama berdasarkan prinsip saya memerlukan kamu dan kamu
memerlukan saya untuk bisa mencapai tujuan. Para peserta didik berbagi peran
dan tugas, satu sama lain saling bergantung, dan keberhasilan seseorang akan
menentukan keberhasilan peserta didik lainnya.

Akuntabilitas individual adalah peserta didik belajar bersama, tetapi dilakukan


oleh masing-masing peserta didik. Ini berarti satu upaya dari seorang peserta
didik akan mempengaruhi upaya peserta didik lain. Satu tujuan pembelajaran
perlu jelas dan dipahami peserta didik serta ada keyakinan bahwa para peserta
didik akan berhasil melakukannya. Secara kelompok peserta didik akan berhasil
dan demikian juga secara individual peserta didik pun akan berhasil.

Interaksi promotif diantara sesama peserta didik, yaitu kegiatan kognitif dan
interpersonal peserta didik secara dinamis terjadi karena setiap peserta didik
mendorong belajar peserta didik lainnya. Kegiatan ini, seperti penjelasan
bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikannya, dan menghubungkan
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang baru didapat. Ini terjadi
bilamana interaksi promotif sesama peserta didik terbangun dan dijadikan
komitmen untuk meraih tujuan pencapai tujuan bersama.
18

Keterampilan kolaboratif adalah keterampilan peserta didik dalam mendengar


peserta didik lain, memecahkan konflik, mendukung dan menggugah peserta
didik lain, mengambil inisiatif, menunjukkan ekspresi senang manakala peserta
didik lain berhasil, dan mampu mengkritisi ide gagasan tapi bukan pada
individunya. Keterampilan seperti ini perlu ditunjukkan oleh peserta didik secara
kolaboratif. Guru perlu membuat pernyataan verbal secara jelas, menjadi model,
dan mengecek pemahaman peserta didik melalui berbagai pertanyaan.

Dinamika kelompok adalah kegiatan yang dilakukan setelah tugas pokok dalam
kelompok dapat diselesaikan. Peserta didik diberi waktu dan diarahkan untuk
menganalisis seberapa baik belajar kooperatif yang dilakukan, serta seberapa
fungsi keterampilan sosisal yang telah dilaksanakan. Dinamika kelompok ini
mendiskusikan
tugas
dan
kerjasama
disertai
analisa
cara-cara
pengembangannya untuk masa depan.

Pembelajaran kooperatif juga harus didukung oleh langkah-langkah dan


keterampilan yang melengkapinya.Langkah utama pembelajaran kooperatif
menurut Arends (2012) adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah MPK
Langkah -1.
Menyampaikan tujuan
dan motivasi
Langkah -2. Menyajikan
informasi
Langkah -3.
Mengorganisasikan
peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok
belajar

Aktivitas Guru
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi peserta didik.
Guru menyampaikan informasi pada peserta didik
dengan jalan demonstrasi atau menggunakan
bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana
cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan
memungkinkan transisi kelompok secara efisien.

19

Langkah -4.
Membimbing kelompok
bekerja
dan belajar
Langkah -5. Evaluasi
Langkah -6.
Memberikan
penghargaan

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar


pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru memberikan penghargaan terhadap capaian
hasil belajar individu maupun kelompok

4. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif (MPK)

Untuk menggunakan MPK guru perlu memilih tipe yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan materi yang akan disampaikan. Tipe dan
karakteristik MPK menurut Arends (2012) adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Karakteristi
k
Tujuan
kognitif

Tujuan social
Susunan Tim

Pemilihan
topik
pembelajara
n
Tugas Utama

Penilaian

STAD
pengetahuan
akade-mik faktual

kerja
kelompok
dan kerjasama
4 5 anggota tim
heterogen

guru

peserta didik
meng-gunakan
LKS dan
membantu
peserta didik lain
untuk menuntaskan pemahaman bahan ajar
tes mingguan

Tipe MPK
Jigsaw
pengetahuan
akade-mik
konseptual dan
faktual
kerja kelompok dan
kerjasama
5 6 anggota tim
heterogen sebagai
kelompok asal dan
ahli
guru

Group Investigation
pengetahuan akademik konseptual dan
kecakapan inkuiri
kerjasama dalam
kelompok kompleks
5 6 anggota tim
homogen sesuai
masalah/minatnya
guru dan atau peserta
didik

peserta didik mempelajari bahan ajar


di kelompok ahli
dan
menjelaskannya
kepada anggota di
kelompok asal

peserta didik melengkapi inkuiri


kompleks

beragam, dapat
menggunakan tes
mingguan

melengkapi proyek
atau laporan, dapat
menggunakan tes
uraian

20

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari beberapa tipe pembelajaran kooperatif
yang sering digunakan.
a. Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin. STAD merupakan
tipe yang paling sederhana dan dipergunakan untuk menyampaikan
pengetahuan yang baru atau dapat juga digunakan untuk penguatan materi
yang telah disampaikan, hal ini sangat cocok dipergunakan pada saat peserta
didik akan mengadapi ulangan tengah semester atau akhir semester dimana
pengetahuan ini telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, dalam hal ini
peran guru adalah mengingatkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik dan memfasilitasi peserta didik agar bekerjasama dalam
kelompoknya untuk melakukan penguatan terhadap materi yang telah mereka
peroleh. Di sisi lain dalam tipe ini setiap kelompok memberikan peran
sumbangan nilai kemajuan belajarnya terhadap nilai kemajuan kelompok, hal ini
menggambarkan adanya peran tanggungjawab anggota kelompok terhadap
kelompoknya. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap peserta didik secara individual,
sehingga akan diperoleh skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan
suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan gender.
4) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk
mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya
digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
5) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran
yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap peserta didik secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
b. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson.
Tipe Jigsaw adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan bahwa setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggung
jawab yang sama. Ada dua kelompok yang dibentuk dalam tipe Jigsaw yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli, di kelompok asal setiap kelompok mempelajari
konteks yang berbeda, dikelompok ahli setiap anggota kelompok yang berasal
dari kelompok yang berbeda saling membagi pengatahuannya. Oleh karena itu
kontek materi yang dibangun dalam tipe ini bukan materi yang bersyarat tetapi
materi dengan pengetahuan yang tanpa syarat, sebagai contoh dalam mata
21

pelajaranIPA Fisika: materi alat-alat optik, untuk mempelajari teropong, tidak


perlu harus mempelajari teleskop atau mikroskop. Berikut ini rancangan dari
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Kel Asal

Kel Ahli

Kel Mikroskop

Kel Teleskop

Kel Ahli 1

Kel Ahli 2

Kel ...

Kel ...

Gambar 2. Desain Pembelajaran KooperatifTipe Jigsaw

22

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

Pembelajaran kooperatif tipe ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang


paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Tipe ini melibatkan peserta didik
untuk merencanakan bahan yang akan dipelajari dan cara mencari jawabannya
yang akan dilaksanakan melalui investigasi mereka. Ini memerlukan normanorma dan susunan kelas yang lebih canggih dari pembelajaran berpusat kepada
guru. Guru yang menerapkan GI normalnya membagi kelasnya menjadi
kelompok homogen dengan anggota 5-6 peserta didik. Pengelompokan ini
didasarkan pada pertemanan atau kesamaan minat pada sub topik khusus.
Peserta didik memilih sub topik tertentu yang akan dipelajari secara mendalam
lewat kegiatan investigasi dan dilaporkan hasilnya kepada seluruh peserta didik.

Berikut adalah enam langkah yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif


tipe GI.
1) Pemilihan Topik, peserta didik memilih sub topik khusus yang terkait
dengan suatu masalah umum dan biasanya sepertujuan guru. Peserta didik
bekerja pada kelompok kecil terdiri dari 2 6 anggota yang sesuai dengan
kesamaan jenis tugas yang akan dikerjakan. Anggota kelompok sedapat
mungkin heterogen secara akademik dan etnik,
2) Perencanaan kooperatif, peserta didik dan guru merencanakan prosedur
pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik
dari masalah yang dipilih pada langkah 1,
3) Penerapan, peserta didik melaksanakan rencana yang dirumuskan pada
tahap 2. Pembelajaran akan melibatkan sejumlah aktivitas, kecakapan, dan
sumber daya yang beragam baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru
terus mencatat kemajuan dan memberi bimbingan kepada peserta didik
yang memerlukannya,
4) Analisis dan sintesis, peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh pada tahap 3 dan merencanakan pemaparannya
secara menarik kepada teman kelasnya,
5) Pemaparan hasil akhir, seluruh kelompok menyampaikan pemaparan
semenarik mungkin tentang topik yang telah dipelajari agar memperoleh
perspektif yang meluas dan paparan kelompok ini dikoordinasi oleh guru,
6) Evaluasi, jika ada perbedaan aspek yang muncul dalam kelompok-kelompok
investigasi maka peserta didik dan guru secara bersama-sama mengevaluasi
sumbangan individu atau kelompok secara keseluruhan untuk memperoleh
penyelesaiannya.

Tipe-tipe MPK yang telah diuraikan di atas merupakan tipe-tipe yang paling
sering digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe MPK
lain sepertiThink-Pair-Share (TPS), Picture and Picture, Problem Solving, Team
Games Tournament (TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC), dan Learning Cycle.
23

5.
Pedoman
Penentuan
Pembelajaran Kooperatif

Skor

Penghargaan

Kelompok

dalam

Pembelajaran kooperatif tidak saja meingkatkan kemampuan individual, tetapi


juga meningkatkan keterampilan sosial termasuk di dalamnya kerjasama dan
daya saing antar kelompok. Sebagai contoh gambaran kemajuan kelompok
diperoleh berdasarkan sumbangan nilai kemajuan setiap individu terhadap
kelompoknya.

Salah satu model penilaian dikembangakan oleh Slavin (1995), penilaian


diperoleh atas dasar gain skor pretest dan posttest dengan langkah sebagai
berikut.

24

a. Mendapatkan nilai gain skor (posttest terhadap pretest).


b. Menentukan perkembangan individu dengan menggunakan aturan yang
dikemukakan oleh Slavin (1995).

1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu


Skor Perkembangan
Skor Tes
Individu
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
10 hingga 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor
30
awal)

Arends(2012) mengadopsi rubrik keterampilan sosial untuk menilai kegiatan


kelompok dari Marzano, dkk (1993) sebagai berikut.

a. Kerja kelompok untuk mencapai tujuan.


4
Bekerja keras secara aktif dan memberikan bantuan kepada
kelompok untuk mencapai tujuan.
3
Komitmen terhadap pencapaian tujuan kelompok dengan melakukan
tugas sesuai kesepakatan.
2
Komitmen terhadap pencapaian tujuan kelompok namun pengerjaan
tugas kurang sesuai dengan kesepakatan.
1
Tidak bekerja berdasarkan tujuan kelompok yang akan dicapai.
b. Kemampuan interpersonal
4
Melakukan interaksi secara aktif dan berkesinambungan dalam
kelompoknya, menyumbangkan ide dan gagasan berdasarkan
pengetahuan yang relevan.
3
Melakukan interaksi secara aktif dalam kelompok, menyumbangkan
ide dan gagasan berdasarkan pengetahuan yang relevan.
2 Melakukan interaksi secara aktif dalam kelompok, namun
penyumbangkan ide dan gagasan tidak berdasarkan pengetahuan
yang relevan.
1 Kurang melakukan interaksi secara aktif dalam kelompok,
penyumbangkan ide dan gagasan tidak berdasarkan pengetahuan
yang relevan.
c. Konstribusi terhadap kelompok
4
Aktif memberikan bantuan terkait dengan hal-hal perubahan di
dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara bekerja untuk
mendapatkan perubahan yang lebih baik.
3
Memberikan bantuan terkait dengan hal-hal perubahan di dalam
kelompok, memodifikasi proses atau cara bekerja untuk
mendapatkan perubahan yang lebih baik
2
Jika diperlukan memberikan bantuan terkait dengan hal-hal
perubahan di dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara
bekerja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik
1
Tidak ada upaya pemberian bantuan terkait dengan hal-hal
perubahan di dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara
25

1)
2)
3)
4)

bekerja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik, menkipun di


minta.
Mendapatkan gambaran perolehan nilai kelompok berdasarkan rata-rata
perkembangan individu.
Mendapatkan gambaran keterampilan sosial kelompok
Menggabungkan nilai kemajuan kognitif kelompok dan afektif kelompok,
misal dengan perbandingan bobot kognitif: afektif (60:40)
Menetapkan kemajuan kelompok berdasarkan nilai gabungan. Agar
pekerjaan guru lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang lebih lama,
maka perlu dilakukan strategi dengan menggunakan penilaian antar teman
sejawat untuk aspek kognitif dan penilaian afektif dilakukan secara
kelompok oleh guru selama proses pembelajaran.

6. Contoh Pembelajaran Kooperatif dalam Beberapa Mata pelajaran.


Berikut diberikan contoh MPK tipe STAD pada matapelajaran IPA (Fisika). Seperti
diungkapkan di atas, materi yang dipilih dalam pembelajaran STAD terkait
dengan materi untuk melatihkan pengetahuan faktual dimana kegiatan
evaluasimya dapat dilakukan dengan menggunakan game turnamen, quiz, atau
tes untuk mengukur kemampuan C1 (recall/mengingat), dan C2 (pemahaman).
Sebagai contoh dalam fisika adalah materi Suhu dan Perubahannya dengan KD
yang terkait dengan KI3.
Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan penerapannya
dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan
serta dalam kehidupan sehari-hari. Dalam silabus dan buku guru materi ini
disampaikan selama 2 x 5 JP. Contoh yang disampaikan ini pada pertemuan ke 3
(lihat buku guru) yaitu terkait dengan sub materi suhu dan pemuan.
Seperti tahapan langkah umum yang telah dijelaskan di atas, maka sebelum
melaksanakan MPK, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru terurai
sebagai berikut.
a. Guru menentukan tujuan belajar yang akan dicapai.
Terkait dengan KD KI3.3.7 yang kemudian dapat dijabarkan melalui
indikator sebagai dasar penyusunan tujuan pembelajaran, serta konsep
esensial dalam materi ini (Jika benda menyerap kalor, maka benda
tersebut suhunya akan bertambah dan mengalami pemuaian atau
mengalami perubahan wujud). Maka dalam materi suhu dan pemuaian
sebagian tujuan pembelajaran yang dirumuskan adalah:
1) Menjelaskan pengaruh kalor terhadap proses pemuaian pada benda
melalui kegiatan eksperimen.
2) Memberikan contoh aplikasi konsep pemuaian pada termometer
melalui kegiatan demonstrasi dan diskusi.
a. Menemukan cara-cara untuk memotivasi peserta didik.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi peserta didik
adalah antara lain:
1) Mendemonstrasikan pemuaian pada udara
Sedotan transparan
Cairan yang diberi warna
Plastisin

26

Plastisin digenggam dengan tangan, maka cairan akan naik, guru


dapat melakukan demonstrasi sambil mengembangkan pertanyaan
seperti jika benda diberi kalor maka salah satu akibatnya suhu benda
tersebut akan bertambah dan mengakibatkan udara mengalami
pemuaian sehingga dapat mendorong cairan ke atas.
Atau menayangkan video yang dapat diunduh di You Tube, sebagai
contoh diunduh dari http://www.youtube.com/watch?v=pJRju5BHfpM.

Atau lebih sederhananya dapat menggunakan termometer botol yang


dapat dibuat sederhana, atau dengan cara menggenggam termometer

2) Mendemonstrasikan gelas yang retak akibat pemuaian karena


pengaruh kalor (berasal dari air panas).
3) Membuat kelompok heterogen, dapat berdasarkan peringkat akademik
atau hal lainnya yang dipandang rasional.
4) Menyiapkan teks bahan yang akan dipelajari dapat dalam bentuk
artikel, lembar kegiatan peserta didik, prosedur eksperimen atau
lainnya.
5) Menyiapkan bentuk tes yang bersifat recall atau pemahaman untuk
mengukur keberhasilan kelompok dapat menggunakan Pilihan Ganda
(10 soal).
6) Menyiapkan alat demonstrasi
dan eksperimen, sebagai contoh
termometer alkohol dan raksa.
E. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Dalam praktik pembelajaran bahasa sering muncul fenomena-fenomena berikut.
Pertama, di kelas peserta didik dapat menghasilkan kalimat-kalimat secara tepat,
tetapi mereka tidak dapat menggunakan kalimat-kalimat tersebut dalam
kegiatan komunikasi di luar kelas atau di dalam kehidupan nyata. Hal itu
disebabkan oleh situasi di dalam kelas yang cenderung bersifat imitatif (tiruan)
atau simulatif (diciptakan dengan tujuan tertentu), bukan situasi nyata atau
alamiah yang memungkinkan mereka menggunakan bahasa secara langsung.
Kedua, peserta didik mengetahui aturan penggunaan bahasa, tetapi tidak dapat
menggunakan aturan tersebut dalam kegiatan berbahasa. Sebagai contoh,
mereka mengetahui aturan penggunaan bahasa untuk meminta maaf,
menyatakan pendapat, atau menawarkan sesuatu, tetapi dalam kegiatan
berkomunikasi mereka tidak dapat melakukannya secara baik. Dua gambaran

27

fenomena tersebut mengisyaratkan bahwa dalam kegiatan berkomunikasi


diperlukan kompetensi gramatikal (linguistik) maupun kompetensi komunikatif.
Fenomena ini mendasari adanya pergeseran pendekatan pembelajaran dari
pendekatan yang berpusat pada kebahasaan (linguistic structure-centered
approach) ke pendekatan komunikatif (communicative approach) (LarsenFreeman (2010).

28

1. Pengertian Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa


Brown (2007) mendefinisikan pendekatan komunikatif sebagai pendekatan
pembelajaran bahasa yang menekankan pada otentisitas, interaksi,
keberpusatan pada peserta didik, aktivitas berbasis tugas, komunikasi untuk
kehidupan nyata, dan tujuan-tujuan bermakna.
Pendekatan komunikatif mempunyai empat karakteristik berikut. Pertama,
sasaran kelas difokuskan pada semua komponen kompetensi komunikatif dan
tidak terbatas pada kompetensi gramatikal atau linguistik. Kedua, teknik-teknik
pembelajaran bahasa dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam
penggunaan bahasa secara pragmatis, otentik, fungsional, dan bermakna.
Ketiga, kefasihan dan ketepatan dipandang sebagai prinsip-prinsip pelengkap
yang mendasari teknik-teknik komunikatif. Ada kalanya kefasihan harus lebih
dipentingkan daripada ketepatan agar para peserta didik tetap terlibat secara
bermakna dalam penggunaan bahasa. Keempat, dalam kelas komunikatif
peserta didik pada akhirnya harus menggunakan bahasa secara produktif dan
berterima dalam konteks spontan dan alamiah.
Berdasarkan empat karakteristik tersebut dapat dinyatakan bahwa pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran bahasa merupakan pendekatan yang
mementingkan peran pelatihan dengan menggunakan fungsi-fungsi bahasa
dalam konteks berkomunikasi (Kumaravadivelu, 2003). Dengan kata lain, seperti
yang dinyatakan Larsen-Freeman (2010), tujuan pembelajaran bahasa dalam
pendekatan komunikatif adalah mengembangkan kompetensi komunikatif lisan
dan tulis peserta didik. Pembelajaran bahasa yang menggunakan pendekatan
komunikatif memandang bahasa sebagai sistem untuk berkomunikasi dan
memandang belajar bahasa sebagai proses berinteraksi dan berkomunikasi.
Guru bertugas menyediakan pelatihan-pelatihan fungsi bahasa dan memfasilitasi
peserta didik agar dapat menginternalisasi fungsi-fungsi tersebut dalam sistem
bahasa yang sedang dipelajari.
Menurut Canale dalam Celce-Murcia (1995), kompetensi komunikatif tersebut di
atas meliputi kompetensi gramatikal, kompetensi strategi, kompetensi
sosiokultural, dan kompetensi wacana.Kompetensi gramatikal merupakan
penguasaan pengetahuan tatabahasa dan leksikal, yang mencakup kaidah
dalam tataran tata bunyi, tata bentuk, kosakata, tata kalimat, dan semantik.
Peserta didik dianggap memiliki kompetensi gramatikal jika menguasai kaidah
pelafalan dan ejaan, kaidah bentuk kata, kaidah kosakata, kaidah kalimat baku,
dan kaidah makna.
Kompetensi strategi merujuk pada penguasaan strategi berkomunikasi, termasuk
cara memulai, menghentikan, memertahankan, memerbaiki, dan mengarahkan
kembali komunikasi. Dengan kata lain, kompetensi strategi mengandung maksud
kemampuan mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan
berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung. Seseorang yang memiliki
kompetensi ini dapat memulai pembicaraan atau penulisan dengan baik, lancar,
dan berterima. Dengan kompetensi strategi, komunikasi yang dilakukan dapat
dikendalikan dengan baik, dilanjutkan, dihentikan untuk sementara, dilanjutkan
kembali, dan sebagainya.
Kompetensi sosiokultural mengacu pada pemahaman konteks sosial dan kultural
dalam peristiwa komunikasi, yang mencakup pemahaman tentang hubungan
29

peran, informasi yang disampaikan, dan tujuan komunikasi. Orang yang


menguasai kompetensi ini dapat memahami dan menggunakan ungkapan dan
tindak berbahasa secara berterima dalam berbagai konteks.
Kompetensi wacana meliputi penguasaan dalam memilih, menata, mengurutkan,
kata, kalimat, dan ujaran untuk menghasilkan teks lisan maupun tulis yang padu.
Seseorang yang memiliki kompetensi ini dapat memadukan ketiga kompetensi di
atas. Dia mampu menggunakan pengetahuan gramatikal dan leksikal yang
sesuai untuk berkomunikasi dalam konteks sosiokultural tertentu, termasuk
menggunakan kemampuan strategi agar komunikasi tetap berlangsung.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Berikut adalah prinsip-prinsip pendekatan komunikatif dalam belajar bahasa
menurut Richards (2006).
a. Menjadikan komunikasi nyata sebagai fokus pembelajaran bahasa;
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksperimen dan
menguji coba berbagai kompetensi yang dikuasainya;
c. Memberikan toleransi terhadap kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh
peserta didik karena kesalahan-kesalahan tersebut mengindikasikan
bahwa
peserta
didik
sedang
mengembangkan
kompetensi
komunikatifnya;
d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kefasihan dan ketepatan berbahasa;
e. Mengintegrasikan berbagai keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) secara bersama-sama;
f.

Mengkondisikan peserta didik untuk menemukan sendiri aturan


penggunaan bahasa.
Kegiatan pembelajaran bahasa yang dikembangkan guru sebaiknya
mencerminkan prinsip-prinsip tersebut. Dalam pendekatan komunikatif
dibedakan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan yang menekankan kefasihan
(activities focusing on fluency) dan kegiatan yang menekankan ketepatan
(activities focusing on accuracy). Guru disarankan dapat menggunakan dua jenis
kegiatan itu secara berimbang. Namun, untuk pembelajar pemula
pengembangan kefasihan sebaiknya lebih diutamakan daripada pengembangan
ketepatan agar peserta didik memiliki rasa percaya diri. Berikut adalah
perbedaan-perbedaan prinsip di antara keduanya.
Tabel 4. Perbedaan antara Kegiatan yang Menekankan Kefasihan
dan Kegiatan yang Menekankan Ketepatan (Richards, 2005)
Kegiatan yang menekankan
kefasihan

Kegiatan yang menekankan


ketepatan

Menekankan penggunaan bahasa


untuk fungsi komunikasi secara
alamiah
Memfokuskan ketercapaian
komunikasi

Menekankan penggunaan bahasa


sebagai seperangkat aturan tata bahasa

Memerlukan penggunaan bahasa


secara bermakna
Melatihkan penggunaan strategi
komunikasi
Merangsang respon bahasa yang

Melatihkan pola tata bahasa tanpa


memperhatikan makna
Melatihkan contoh pola tata bahasa
dalam jumlah terbatas
Melatihkan respon bahasa sesuai

Memfokuskan pembentukan pola tata


bahasa yang benar

30

bersifat spontan (unpredictable)


Menghubungkan penggunaan bahasa
dengan konteks

dengan pola tata bahasa yang sedang


dipelajari
Membatasi pemilihan pola tata bahasa
yang diajarkan

31

Contoh
a. Kegiatan yang menekankan kefasihan
Contoh kegiatan yang menekankan kefasihan adalah sekelompok peserta didik
dengan kemampuan berbahasa yang beragam bermain peran (role play) sesuai
dengan kartu peran. Mereka menerima peran dan menjadi pribadi tertentu yang
tersedia dalam kartu peran. Misalnya, peserta didik dapat berperan sebagai
tamu hotel dan resepsionis hotel, dan melakukan improvisasi penggunaan
bahasa dalam situasi pemesanan kamar hotel.
Contoh permainan peran yang lain adalah percakapan di restoran antara
pramusaji dengan tamu yang mendapatkan makanan yang tidak cocok dengan
yang dipesan. Pramusaji menanyakan permasalahannya dan berjanji mengganti
dengan makanan yang sesuai dengan pesanan. Secara berkelompok peserta
didik mencipta ulang percakapan di restoran tersebut dengan menggunakan
bahasa mereka sendiri, namun tetap memertahankan makna pesan yang sama.
Kemudian mereka mempraktikkan dialog tersebut di depan kelas.
b. Kegiatan yang menekankan ketepatan
Peserta didik menirukan model percakapan yang mengandung intonasi menurun
dalam kalimat tanya yang dimulai dengan kata tanya. Kelas dibagi menjadi
kelompok yang beranggota tiga orang: dua orang mempraktikkan dialog dan
satu orang berperan sebagai pemantau. Pemantau bertugas mengecek
ketepatan kedua orang yang lain dalam menggunakan pola intonasi kalimat
tanya dan membetulkannya bila diperlukan. Secara bergantian peserta didik
berganti peran. Guru berkeliling ke seluruh kelompok untuk mendengarkan dan
membetulkan kesalahan bila diperlukan.
Contoh lainnya adalah kegiatan kelompok yang beranggota tiga atau empat
orang. Setiap kelompok melengkapi perlatihan tata bahasa, misalnya present
tense dan present continuous tense yang merupakan materi yang telah
diajarkan dan dilatihkan dalam kegiatan kelas besar. Secara bersama-sama
peserta didik menentukan bentuk yang benar dan menyelesaikan latihan
tersebut. Secara bergantian setiap kelompok membaca hasil kerja mereka.
Dalam pendekatan pembelajaran komunikatif terdapat tiga gradasi latihan, yaitu
latihan mekanis (mechanical practice), latihan bermakna (meaningful practice),
danlatihan komunikatif (communicative practice).
1) Latihan mekanis
Latihan ini merupakan latihan terbimbing yang dilaksanakan oleh peserta
didik tanpa harus memahami bahasa yang digunakannya, misalnya tubian
pengulangan dan penggantian (repetition and subsitution drills) yang
dirancang untuk melatihkan penggunaan unsur tata bahasa tertentu yang
dikontrol.
2) Latihan bermakna
Latihan ini merupakan latihan semi terbimbing, yaitu bahwa kontrol bahasa
masih ada, tetapi peserta didik harus membuat pilihan yang bermakna ketika
mengerjakan latihan. Dalam melatihkan penggunaan kata depan untuk
mendeskripsikan lokasi suatu tempat, misalnya, peserta didik diberi peta
32

jalan dengan beberapa bangunan di berbagai tempat dan diberi daftar kata
seperti menyeberang dari, dekat, di seberang, dan di sebelah.
Kemudian, mereka harus menjawab pertanyaan seperti Di mana toko
buku? dan Rute mana yang paling efektif untuk menuju toko
buku?Pelatihan itu bermakna karena mereka harus memberikan respon
sesuai dengan lokasi tempat di peta.
3) Latihan komunikatif
Latihan komunikatif merupakan kegiatan pelatihan yang berfokus pada
penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi nyata. Ada informasi nyata
(sehari-hari) dalam pelatihan ini dan bahasa yang digunakan benar-benar
tidak dapat diduga. Misalnya, peserta didik harus menggambar peta
lingkungan tempat tinggalnya dan menjawab pertanyaan tentang lokasi di
berbagai tempat, misalnya halte bus terdekat, pasar, dan rumah sakit.
Selain tiga jenis perlatihan di depan, ada tipe-tipe kegiatan lain dalam
pendekatan pembelajaran komunikatif.
Tabel 5. Tipe-Tipe Kegiatan dalam Pendekatan Komunikatif
Tipe Kegiatan
Kegiatan kesenjangan
informasi (information gap
activities)
Kegiatan jigsaw

Kegiatan pelengkapan tugas


(task-completion activities)
Kegiatan pencarian
informasi (informationgathering activities)
Kegiatan tukar pendapat
(opinion-sharing activities)
Kegiatan tukar informasi
(Information-transfer
activities)
Kegiatan kesenjangan
alasan (Reasoning-gap
activities)
Bermain peran

Contoh
Teka-teki interaktif (interactive puzzles)
Kegiatan yang berciri pembagian kelompok,
pengetahuan tiap kelompok tidak lengkap,
kemudian kelompok membentuk pengetahuan
yang utuh
Puzzle, permainan, membaca peta
Survei, wawancara, investigasi kelompok,
shopping (kegiatan berkeliling untuk melihat dan
membaca karya teman
Diskusi, tanya jawab
Presentasi, bercerita, note-taking
Berbagai kegiatan yang berciri ada
merumuskan simpulan dan penalaran

proses

Drama, simulasi

3. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran bahasa berpendekatan komunikatif mempunyai
beberapa tahap yang diwujudkan dalam dua jenis kegiatan, yaitu prakomunikatif
dan komunikatif (Littlewood, 1981).
a. Prakomunikatif
Kegiatan ini berfokus pada bentuk-bentuk bahasa yang relevan (tata bahasa,
pengucapan, frasa, ungkapan, dan kosakata) dan fungsinya. Tujuan kegiatan
prakomunikatif adalah membantu peserta didik untuk memeroleh pengetahuan
33

tentang aturan kebahasaan dan kosakata agar mereka mampu memproduksi


bahasa yang berterima pada tingkat kalimat. Fungsi kegiatan ini adalah
menyiapkan peserta didik dalam komunikasi selanjutnya. Contoh kegiatan yang
dapat dilakukan pada tahap ini adalah penubian (drilling) dan pelatihan tanya
jawab. Kegiatan prakomunikatif terdiri atas dua kegiatan: 1) kegiatan yang
terkait dengan struktur atau bentuk bahasa dan 2) kegiatan kuasi komunikatif.
b. Komunikatif
Kegiatan komunikatif berfokus pada pembelajaran penggunaan bentuk-bentuk
dan fungsi-fungsi bahasa yang sudah dipelajari pada tahap prakomunikatif untuk
tujuan-tujuan komunikasi. Kegiatan komunikatif bertujuan memberikan pelatihan
untuk tugas-tugas secara keseluruhan, meningkatkan motivasi, memungkinkan
pembelajaran yang alami, dan menciptakan konteks yang mendukung
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam tahap ini meliputi kegiatan komunikatif
fungsional dan kegiatan interaksi sosial. Kegiatan komunikatif fungsional
diwujudkan dalam bentuk membandingkan serangkaian gambar dan mencari
persamaan yang ada di gambar serta perbedaaannya, mengikuti arah,
menemukan fitur yang hilang dalam peta atau gambar, dan yang lain. Kegiatan
interaksi sosial diwujudkan dalam bentuk percakapan, diskusi, dialog, role play,
simulasi, debat, dan sebagainya.
Sejak diimplementasikan pada era 1990-an, pendekatan komunikatif telah
dimanifestasikan ke dalam beberapa model mutakhir seiring dengan
perkembangan pemahaman tentang proses pembelajaran bahasa kedua. Seperti
yang dinyatakan Richards (2005), asumsi-asumsi inti dari model-model tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Belajar bahasa kedua difasilitasi ketika peserta didik terlibat dalam interaksi
dan komunikasi yang bermakna.
b. Latihan-latihan di kelas yang efektif memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk menegosiasikan makna, memerluas sumber-sumber bahasa,
mengenali penggunaan bahasa, dan melibatkan diri dalam komunikasi
intrapersonal yang bermakna.
c. Komunikasi yang bermakna merupakan hasil pemrosesan isi yang relevan,
bertujuan, menarik, dan menyenangkan oleh peserta didik.
d. Komunikasi merupakan proses holistik yang menuntut penggunaan
beberapa keterampilan bahasa.
e. Belajar bahasa difasilitasi oleh kegiatan baik yang melibatkan belajar aturanaturan penggunaan dan organisasi bahasa secara induktif (discovery
learning) maupun yang melibatkan analisis bahasa dan refleksi.
f. Belajar bahasa merupakan proses bertahap yang melibatkan penggunaan
bahasa secara kreatif dan secara coba-coba. Walaupun kesalahan adalah
sesuatu yang normal dalam pembelajaran, tujuan akhir pembelajaran adalah
menggunakan bahasa sasaran dengan tepat dan lancar.
g. Peserta didik mengembangkan irama belajar sendiri, memeroleh kemajuan
sesuai dengan kecepatan masing-masing dan memiliki kebutuhan dan
motivasi belajar bahasa yang berbeda-beda.
h. Belajar bahasa yang sukses melibatkan penggunaan strategi belajar dan
komunikasi yang tepat.
i. Peran guru di dalam kelas adalah fasilitator yang menciptakan iklim kelas
yang kondusif untuk belajar bahasa dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menggunakan dan melatihkan bahasa serta
merefleksikan penggunaan dan pembelajaran bahasa.
j. Kelas merupakan komunitas yang peserta didik belajar melalui kolaborasi
dan kegiatan berbagi.
34

Berdasarkan uraian di depan, Richards (2006) menyatakan bahwa kegiatankegiatan pembelajaran idealnya memenuhi karakteristik berikut:
a. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kompetensi komunikatif dengan memanfaatkan kompetensi linguistik
(pembelajaran tata bahasa terintegrasi dalam konteks);
b. menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bernegosiasi
untuk memerjelas makna (meaning negotiation);
c. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar tata bahasa
baik secara induktif maupun deduktif;
d. memanfaatkan topik pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman
dan minat peserta didik;
e. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memanfaatkan segala
hal yang sudah dipelajari di kelas ke dalam kehidupannya.
Dalam perkembangannya pendekatankomunikatifdiwujudkan dalam banyak
varian; di antaranya adalah pembelajaran berbasis isi (content-based
instruction), pembelajaran berbasis tugas (task-based language instruction), dan
pendekatan berbasis teks (genre-based approach). Merujuk pada Permendikbud
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMPMTs, kompetensi dasar rumpun
bahasa berorientasi pada pemahaman dan penyusunan berbagai macam teks,
baik lisan maupun tulis.Oleh karena itu, dalam panduan ini uraian pendekatan
komunikatif difokuskan pada pendekatan berbasis teks (genre-based approach).
Pembelajaran berbasis teks didasarkan pada asumsi berikut: a) belajar bahasa
merupakan kegiatan yang bersifat sosial, b) belajar lebih efektif ketika harapan
guru terhadap peserta didik disampaikan secara tersurat, dan c) proses belajar
bahasa merupakan serangkaian tahap perkembangan dari kegiatan berbantuan
mengarah pada kegiatan mandiri.
Berikut adalah tahap-tahap dalam pendekatan berbasis teks yang diadaptasi dari
model yang dikembangkan oleh Hammond, dkk (1992) dan (Feez, 1998).
a. Building Knowledge of the Field (BKoF)
Tahap ini bertujuan untuk membangun pengetahuan latar peserta didik
terhadap topik yang akan dipelajari, termasuk membangun kompetensi
gramatikal yang meliputi kaidah dalam tataran tata bunyi, tata bentuk,
kosakata, tata kalimat, dan semantik. Pada tahap ini peserta didik juga
dibekali dengan konteks sosial dari teks yang meliputi ciri-ciri konteks
budaya, tujuan komunikasi, dan konteks situasinya.
b. Modelling of Text (MoT)
Pemodelan teks merupakan pengenalan beragam teks baik lisan maupun
tulis kepada peserta didik. Pada tahap ini peserta didik mengamati pola dan
ciri kebahasaan teks atau membandingkan teks yang sedang dipelajari
dengan teks yang lain. Selain membangun kompetensi gramatikal, peserta
didik dapat mengembangkan kompetensi strategi, misalnya ketika
menghadapi kesulitan dalam menentukan makna kata, mereka dapat
memanfaatkan kamus dengan benar. Peserta didik juga dapat mempelajari
konteks sosiokultural dari teks yang sedang diamati, termasuk kaidah
wacana yang terkait di dalam teks.
c. Joint Construction of Text (JCoT)
Pada tahap ini peserta didik mulai belajar menyusun teks dengan bantuan
guru, lembar kerja, atau teman.Realisasi kegiatan berbantuan ini dapat
berupa peserta didik menyusun teks baru secara individu (dengan bantuan
35

lembar kerja), berpasangan, berkelompok, ataupun klasikal di bawah arahan


guru. Pada saat mereka bekerja berkelompok, peserta didik berkesempatan
mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis.
d. Independent Construction of Text (ICoT)
Pada tahap ini peserta didik berlatih menyusun teks lisan atau tulis tanpa
adanya bantuan untuk mengasah keterampilan berbicara atau menulis yang
sudah diperoleh di tahap-tahap sebelumnya.
Penyusunan teks dapat
dilakukan secara individu, berpasangan, atau berkelompok.
4. Contoh-Contoh Kegiatan Pembelajaran
Proses pembelajaran meliputi tahap pendahuluan, inti dan penutup. Dalam
proses pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, tujuan umum kegiatan
pembelajaran pada tahap pendahuluan adalah membangun hubungan personal
(rapport), menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari (activating prior knowledge) menarik perhatian peserta didik dengan
memanfaatkan media yang relevan, mengarahkan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan membangkitkan motivasi.
Tujuan umum kegiatan pembelajaran pada tahap inti adalah memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan kompetensi komunikatif lisan dan tertulis
dalam bahasa sasaran. Tujuan umum kegiatan pembelajaran pada tahap
penutup adalah meringkas dan merefleksi. Dalam proses pembelajaran,
sejumlah peserta didik memerlukan penguatan/pengayaan dan yang lain
membutuhkan remedi. Tujuan pemberian penguatan/pengayaan adalah
memerdalam wawasan peserta didik terkait dengan materi yang sedang
dipelajari, sedangkan tujuan pemberian remedi adalah memerbaiki prestasi
belajar peserta didik untuk mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.
Berikut contoh kegiatan pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Teks pada
tahap pendahuluan, inti, dan penutup.
a. Pendahuluan
1) Guru dan peserta didik bercurah pendapat tentang materi yang akan
dipelajari.
2) Guru memberikan kegiatan permainan kepada peserta didik.
3) Guru menanyai peserta didik tentang pengetahuan mereka mengenai
materi yang akan dipelajari.
4) Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu yang terkait dengan
materi yang akan dipelajari dengan menggunakan media yang sesuai.
5) Guru menunjukkan media pandang seperti gambar, poster, film, brosur,
pamflet, animasi, dan komik yang terkait dengan materi yang akan
dipelajari.
6) Guru membawa dan menunjukkan benda nyata (realia) yang terkait
dengan materi yang akan dipelajari.
b. Inti
Dalam kegiatan inti, peserta didik melakukan berbagai macam kegiatan
sesuai dengan tahap-tahap pendekatan berbasis teks. Berikut ini adalah
aktivitas yang lazim dilakukan dalam setiap tahap berdasarkan model
pendekatan berbasis teks oleh Hammond, dkk (1992) dan (Feez, 1998).
1) Building Knowledge of Field (BKoF)
a) menyajikan konteks melalui gambar, materi audiovisual, realia, benda
nyata (real objects), ekskursi, wisata lapangan, atau menghadirkan
narasumber sesuai dengan topik yang dibahas
36

b) membangun tujuan sosial melalui diskusi atau survei, dsb


c) melaksanakan kegiatan terkait dengan pemahaman lintas budaya
(misal, melalui permainan, pengamatan video, dsb)
d) melaksanakan kegiatan terkait penelitian (misal, mengamati,
mewawancara, dsb.)
e) membandingkan teks model dengan teks lain (misal, membandingkan
teks wawancara kerja dengan percakapan antar sahabat)
f) membelajarkan kosakata dan pola kalimat yang diperlukan
g) mengembangkan strategi membaca yang sesuai dengan teks
2) Modelling of the Text (MoT)
Pemodelan teks dapat disajikan dalam berbagai tingkat, baik dalam
tingkat teks utuh, klausa, maupun ungkapan.
a) membacakan teks kepada peseta didik
b) meminta peserta didik membaca teks secara berpasangan atau
berkelompok
c) berdiskusi tentang penulis teks serta tujuan dan latar penulisan teks
d) menyortir, menjodohkan atau memberi label misalnya menyortir
beberapa set teks, mengurutkan teks acak, memberi label pada urutan
teks, dsb.
e) melakukan kegiatan yang terfokus pada piranti kohesi (seperti
beberapa set kata terkait, kata sambung, modalitas, acuan
kata/frase/kalimat)
melalui
pemetaan makna kata, pembuatan
jejaring kosakata, pengisian rumpang, penentuan isi bagian teks yang
disembunyikan, dsb.
f) melakukan aktivitas presentasi terkait ciri-ciri kebahasaan teks
g) memberikan latihan terkait ciri-ciri kebahasaan teks
h) memberikan latihan berupa penubian, pelafalan, pemahaman,
penggunaan ejaan, penulisan dengan tangan maupun komputer sesuai
dengan jenis teks
3) Joint construction of the text (JCoT)
a) menanya, membahas dan mengedit teks yang disusun secara
bersama-sama dan selanjutnya memajangnya di papan, atau melalui
LCD
b) berdiskusi lebih lanjut tentang tujuan, konteks, dan struktur teks
c) berdiskusi (antara guru dengan peserta didik atau antar peserta didik)
tentang bagian awal, tengah, dan akhir teks
d) membangun kerangka teks bersama lalu mengisinya
e) melakukan kegiatan jigsaw dan information gap
f) merekonstruksi teks dalam kelompok kecil
g) melakukan kegiatan dictogloss
h) melakukan kegiatan penilain diri dan penilaian sejawat
4) Independent Construction of the Text (ICoT)
a) Keterampilan mendengarkan: memahami makna teks lisan berupa
siaran langsung atau bahan rekaman, misalnya mengerjakan tugas,
mengurutkan gambar, memberi nomor urut, mencontreng atau
menggarisbawahi, menjawab pertanyaan, dsb
b) Keterampilan berbicara, misalnya presentasi lisan di depan kelas, di
depan organisasi masyarakat, dsb.
c) Keterampilan terpadu menyimak dan berbicara, misalnya bermain
peran , diskusi, dialog simulasi, atau dialog otentik
d) Keterampilan membaca, misalnya aktivitas pemahaman sebagai
tanggapan terhadap materi tulis seperti mengerjakan tugas,
mengurutkan gambar, memberi nomor secara urut, memberi contreng
atau menggarisbawahi, menjawab pertanyaan, dsb
37

e) Keterampilan menulis, misalnya membuat draf dan mengembangkan


teks utuh secara mandiri
c. Penutup
Secara umum aktivitas dalam kegiatan penutup adalah
a) Guru dan peserta didik melalukan refleksi terkait dengan pembelajaran
yang baru berlangsung.
b) Peserta didik meringkas materi penting yang terkait dengan kompetensi
dasar dan indikator.
c) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil.
d) Guru memberikan tugas mandiri.
Berikut adalah contoh-contoh kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
berbasis teks untuk tujuan penguatan/pengayaan dan remedi.
a. Penguatan/pengayaan
Guru memberikan tugas kepada peserta didik yang telah melampaui atau
menguasai materi yang sedang dipelajari untuk melakukan aktivitas-aktivitas
belajar terbimbing dan mandiri di dalam dan di luar kelas: berlatih membaca,
berlatih menulis termasuk meringkas, berlatih berbicara, berlatih
mendengarkan.
b. Remedi
Guru memberikan tugas kepada peserta didik yang belum memenuhi
kriteria minimal untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar terbimbing dan
mandiri: berlatih membaca, berlatih menulis termasuk meringkas, berlatih
berbicara, berlatih mendengarkan.
5. Kompatibilitas antara Pendekatan Berbasis Teks dan Pendekatan
Saintifik
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013
mengamanatkan penerapan lima pengalaman belajar pokok sebagai perwujudan
pendekatan
saintifik,
yaitu
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi/data, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk mata
pelajaran rumpun bahasa, pengalaman belajar dapat dilanjutkan sampai
mencipta. Dalam konteks pembelajaran bahasa yang menggunakan pendekatan
berbasis teks, realisasi pendekatan saintifik dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 6. Kompatibilitas antara Pendekatan Berbasis Teks dan
Pendekatan Saintifik
Pendekatan Berbasis Teks

Pendekatan Saintifik

BKoF

Mengamati
Menanya
Mencoba/Mengumpulkan Data atau Informasi
Mengasosiasi/Menganalisis Data atau
Informasi
Mengkomunikasikan
Mencipta

MoT

JCoT
ICoT

Dalam Tabel 3 terlihat bahwa pendekatan berbasis teks yang merupakan varian
dari pendekatan komunikatif memiliki unsur-unsur pengalaman belajar yang
merupakan ciri pendekatan saintifik.
38

Pada tahap BKoF, peserta didik dapat dibimbing untuk mengamati teks dan
menanya tentang hal-hal yang terkait dengan teks tersebut. Misalnya, ketika
peserta didik mendengarkan teks lisan atau membaca teks tulis, langkah
mengamati dalam pendekatan saintifik dapat direalisasikan oleh guru melalui
kegiatan membimbing peserta didik untuk mengidentifikasi makna ungkapan,
makna kata, pola kalimat, tujuan komunikatif dalam teks tersebut atau kegiatan
yang lainnya. Langkah selanjutnya, yaitu menanya, dapat berupa kegiatan yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan hal-hal lain
yang ingin mereka ketahui berdasarkan hasil pengamatan mereka tentang
makna ungkapan, makna kata, pola kalimat, tujuan komunikatif dalam teks, dan
lain-lain
Pada tahap MoT, peserta didik mengumpulkan informasi baru dan
mengasosiasikannya dengan informasi yang telah dimiliki. Dari teks yang
sudah diamati peserta didik dibimbing untuk menganalisis dan menemukan
berbagai makna, struktur, dan fitur kebahasaan teks. Setelah menemukan
berbagai informasi baru tersebut, peserta didik dibimbing untuk mengolah dan
menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Setelah itu
peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan pengetahuan
yang mereka tersebut.
Pada tahap JCoT dan ICoT, peserta didikmenyusun (mencipta) teks baru
secara bertahap, dari tahap kegiatan yang berbantuan sampai dengan yang
mandiri. Pengetahuan yang sudah dipahami dalam langkah sebelumnya
selanjutnya dimanfaatkan untuk memulai menyusun (mencipta) teks baru. Pada
tahap kegiatan yang berbantuan peserta didik menyusun teks baru secara
individu (dengan bantuan lembar kerja), berpasangan, berkelompok, ataupun
klasikal di bawah arahan guru. Pada tahap kegiatan ini guru dapat melakukan
penilaian diagnostik untuk mengukur kesiapan peserta didik menuju kegiatan
menyusun (mencipta) teks secara mandiri atau mereka harus kembali pada
tahap-tahap sebelumnya. Yang membedakan antara tahap JCoT dan ICoT adalah
ketersediaan bantuan dalam proses menyusun teks.

39

Daftar Pustaka
Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill
Baldwin, A.L. (1967). Theories of Child Development.New York: John Wiley &
Sons.
Barrows, H.S. 1996. Problem-based learning in medicine and beyond: A brief
overview Dalam Bringing problem-based learning to higher education:
Theory and Practice (hal 3-12). San Francisco: Jossey-Bass.Carin, A.A. &
Sund, R.B. (1975). Teaching Science trough Discovery, 3rd Ed. Columbus:
Charles E. Merrill Publishing Company.
Brown, H.D. 2007. Principles of Language Teaching and Learning.Pearson
Education Inc.Carin, A.A. (1993).Teaching Science Through Discovery.( 7th.
ed. ) New York: Maxwell Macmillan International.
Celce-Murcia, M., Dornyei, Z., & Thurrell, S. 1995. A pedagogical framework for
communicative competence: A pedagogically motivated model with content
specifications. Issues in Applied Linguistics, 6, 535.
Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In the Classroom.
Alexandria, Virginia USA: ASCD.Feez, Susan. 1998. Text-based Syllabus
Design. Sidney: Macquarie University
Feez, S. 1998. Text-based Syllabus Design. Sidney: Macquarie University
Fogarty, R., 1997. Problem Based Learning & Other Curriculum Models for
Multiple
Intelligences
Classroom.
Glenview:
SkyLight
Proffesional
Development.
Gijselaers, W.H. 1996. Connecting problem-based practices with educational
theory. Dalam Bringing problem-based learning to higher education:
Theory and Practice (hal 13-21). San Francisco: Jossey-Bass.
Keser, H. & Karahoca, D. 2010. Designing a project manajement e-course by
using project base learning. Procedia Social and Behavioral Sciences 2
(2010) 5744-5754
Kumaravadivelu, B. (2003a). Beyond methods: Macrostrategies for language
teaching. New Haven, CT: Yale University Press.
Kumaravadivelu, B. (2003b). A postmethod perspective on English language
teaching.World Englishes, 22, 539550.
Larsen-Freeman,
D.
2000.Techniques
and
Principles
Teaching.Second Edition. Oxford: Oxford University Press.

in

Language

Littlewood, W. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Press


Syndicate of the University of Cambridge.
Muller, U., Carpendale, J.I.M., Smith, L. (2009). The Cambridge Companion to
PIAGET.Cambridge University Press.Richards, J. C. 2005.Communicative
Language Teaching. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.
Nur, M. (1998).Teori-teori Perkembangan. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Nur, M. & Wikandari, P.R. (2000).Pengajaran Berpusat kepada Peserta didik dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya University Press.
40

Nur,

M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS


Unesa.Osborne, R.J. & Wittrock, M.C. (1985). Learning Science: A Generative
Process, Science Education, 64, 4: 489-503.Richards, J.C. & Rodgers, T.S.
(2001).Approaches and Methods in Language Teaching. New York, NY:
Cambridge University Press.

Richards, J. C. 2005. Communicative Language Teaching. Singapore: SEAMEO


Regional Language Centre
Richards, J.C. & Rodgers, T.S. (2001). Approaches and Methods in Language
Teaching. New York, NY: Cambridge University Press.
Richards, J. C. and Rogers, T.S. 2007. Approaches and Methods in Language
Teaching.Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
Simpson, J. 2011. Integrating Project Based Learning in an English Language
Tourism Classroom in Thai University. Thesis. Sydney: Australian Cathloic
University.
Sund, R.B. & Trowbridge, L.W. (1973).Teaching Science by Inquiry in the
Secondary School, 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Sutherland, P. (1992). Cognitive Development Today: Piaget and His Critics.
London: Paul Chapman Publishing Ltd.
Tim Sertifikasi Unesa. 2010. Modul Pembelajaran Inovatif. Surabaya: PLPG Unesa.
http://www.teachingenglish.org.uk/articles/content-based-instruction

41

Lampiran 1a.Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Mapel
: IPA
Kelas/Sem : IX/ 1
Tema
: Medan Magnet dan Pemanfaatannya
Kompetensi Dasar
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik
dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dan bekerja sama dalam aktivitas sehari-hari
3.7. Mendeskripsikan konsep medan magnet, induksi elektro magnetik, dan
penggunaannya dalam produk teknologi, serta pemanfaatan medan magnet
dalam pergerakan/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi.
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Melalui percobaan, peserta didik dapat menggambar pola garis-garis gaya
magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk U, dan magnet
bentuk kapsul.
2. Melalui percobaan, peserta didik dapat menentukan luas medan magnet
di sekitar magnet batang, magnet bentuk U, dan magnet bentuk
kapsul.
3. Melalui percobaan, peserta didik dapat menentukan kekuatan medan
magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk U, dan magnet
bentuk kapsul.
4. Melalui pengumpulan informasi dari berbagai sumber (buku, internet,
dsb), peserta didik dapat mengidentifikasi hewan yang memanfaatkan
medan magnet dalam pergerakan/navigasi untuk mencari makanan atau
migrasi.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Alat/bahan yang diperlukan
1. Magnet batang, magnet U, magnet keping, dan magnet kapsul.
2. Benang
3. Wadah plastik
4. Gabus/sterofom
5. Air
6. Selotip kertas
7. Paku-paku kecil (atau isi staples yang dipisah-pisahkan)
8. Kertas putih (HVS)
9. Serbuk besi
10. Statif
11. Penggaris
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1.
Guru mengulas kembali materi tentang magnet melalui tanya-jawab,
misalnya mengenai kutub magnet, dan gaya magnet.
42

2.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk pertemuan kali ini


tentang medan magnet.

Kegiatan inti
Guru mendemonstrasikan kejadian aneh atau discrepant event seperti pada
gambar berikut.

Magnet keping dibungkus kertas tipis

Paku kecil
Statif

Benang

Selanjutnya guru menarik benang sehingga paku menjauhi benda terbungkus


kertas.
Mengamati
Guru meminta peserta didik mengamati paku kecil yang dapat terbang atau
melayang dan keadaan paku saat dijauhkan dari benda yang terbungkus
kertas.
Menanya
1. Peserta didikmerumuskan pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan,
misalnya: Mengapa paku kecil dapat melayang?, Mengapa paku jatuh saat
digerakan menjauh?
2. Mengajukan hipotesis:
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban
sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai
contoh,peserta didik mengajukan pendapat paku tertarik benda terbungkus
kertas ketika posisinya dekat, tetapi ketika posisinya jauh tidak tertarik.
Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.
Mengumpulkan data dan mengumpulkan informasi
1. Peserta didik dikelompokkan dengan anggota 3 4 anak.
2. Setiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan (dapat
pula peserta didik ditugasi membawa sendiri sebagian alat/bahan yang
diperlukan).
Kegiatan 1: Menggambar pola garis gaya magnet dan menentukan luas
medan magnet.
Langkah kegiatan
1. Peserta didik meletakkan magnet batang di atas meja, kemudian
menutupnya dengan selembar kertas putih.
2. Peserta didik menaburkan serbuk besi di atas kertas secara tipis dan merata,
kemudian mengetuknya perlahan-lahan.
3. Peserta didik mengamati bentuk/pola taburan serbuk besi di atas kertas dan
menggambarkannya di tabel.
4. Peserta didik mengulangi langkah a, b, dan c, tetapi menggunakan magnet
U.
5. Peserta didik mengulangi langkah a, b, dan c, tetapi menggunakan magnet
kapsul.
43

No
1

Tabel Pengamatan Pola Serbuk Besi


Bentuk Magnet
Gambar pola serbuk besi
Magnet Batang

Magnet U
U

Magnet Kapsul

6. Peserta
didik
wakil
setiap
kelompok
mempresentasikan
hasil
pengamatannya.
Menganalisis data
1. Guru memimpin diskusi untuk menganalisis gambar atau pola serbuk besi
untuk memperoleh pengertian medan magnet.
2. Garis-garis pola serbuk besi mewakili wilayah yang masih dapat dipengaruhi
oleh magnet. Wilayah atau daerah yang masih dipengaruhi oleh magnet
tersebut dinamakan medan magnet. Dengan demikian peserta didik dapat
mengetahui luas medan magnet yang dihasilkan oleh magnet batang,
magnet U, maupun magnet kapsul.
3. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan, misalnya
sebagai berikut: Apakah medan magnet yang dihasilkan oleh ketiga magnet
tersebut sama luasnya?
Kesimpulan/Pengetahuan atau konsep yang ditemukan:
1.
Medan magnet adalah wilayah yang masih dapat dipengaruhi oleh gaya
magnet
2.
Di sekitar magnet terdapat medan magnet, yang dapat digambarkan
dengan garis-garis gaya magnet.
3.
Garis-garis gaya magnet dapat diketahui dari pola serbuk besi di sekitar
magnet.
4.
Luas medan magnet ditunjukkan oleh wilayah yang dibatasi oleh garisgaris gaya magnet, dalam hal ini pola serbuk besi yang terbentuk.
Mengumpulkan data dan informasi
Kegiatan 2: Menentukan kekuatan medan magnet
Langkah kegiatan
1.
Peserta didik meletakkan sebuah paku kecil di meja.
2.
Peserta didik mendekatkan kutub magnet batang pada paku tersebut
secara perlahan-lahan sampai paku mulai tertarik.
3.
Peserta didik mengukur jarak magnet ke paku, saat paku mulai tertarik
dan mencatat hasil pengukurannya.
4.
Peserta didik mengulangi langkah a dan b dengan mengubah jarak
magnet ke paku semakin dekat.
5.
Peserta didik mengamati gerakan paku.
6.
Peserta didik mengulangi langkah a sampai e, tetapi menggunakan
magnet keping dan magnet kapsul.
Menganalisis data
1. Guru memandu menganalisis data dengan cara guru mengajukan
pertanyaan:
a. Bagaimanakah gerakan paku saat jarak paku ke magnet jauh?
b. Bagaimanakah gerakan paku saat jarak paku ke magnet semakin dekat?
c. Apakah gerakan paku (lambat atau cepat) mendekati magnet dapat
digunakan sebagai tanda kekuatan magnet tersebut?
2. Melalui diskusi dan tanya jawab, guru mengarahkan jawaban peserta didik,
bahwa gerakan paku (lambat atau cepat) mendekati magnet dapat
44

digunakan sebagai tanda kekuatan magnet tersebut. Pada saat jarak paku ke
magnet cukup dekat, gerakan paku lebih cepat. Hal ini dapat diartikan
semakin dekat dengan kutub magnet, paku mengalami gaya yang lebih
besar.
Kesimpulan/Pengetahuan atau konsep yang ditemukan:
1. Pada daerah medan magnet bekerja gaya magnet.
2. Besar gaya magnet dipengaruhi oleh jarak, semakin dekat dengan kutub,
gaya magnet semakin besar.

Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan 1 dan 2
secara lisan dan/atau tertulis melalui presentasi kelompokdan/atau tanya jawab.
Guru memberi umpan balik, penguatan, dan/atau pengayaan pengetahuan.
Penutup
Pada kegiatan penutup, peserta didik dibantu guru membuat rangkuman,
misalnya:
1.
Di sekitar magnet terdapat medan magnet, yang dapat
digambarkan dengan garis-garis gaya magnet.
2.
Luas medan magnet ditunjukkan oleh wilayah yang dibatasi oleh
garis-garis gaya magnet, dalam hal ini pola serbuk besi yang terbentuk.
3.
Pada daerah medan magnet bekerja gaya magnet. Besar gaya
magnet dipengaruhi oleh jarak, semakin dekat dengan kutub, gaya magnet
semakin besar.

45

Lampiran 1b. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Mata Pelajaran: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas:VII
Materi Pokok: Sejarah perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Alokasi Waktu:4 pertemuan (12 JP)
Kompetensi Dasar
1.1
Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia dalam kehidupan di sekolah dan masyarakat.
2.2Menghargai perilaku sesuai norma-norma
kelompok sebaya dan masyarakat sekitar.

dalam

berinteraksi

dengan

3.2 Memahami sejarah perumusan dan pengesahan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4.2
Menyajikan hasil telaah tentang sejarah perumusan dan pengesahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian konstitusi dengan tepat.
2. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi konstitusi dengan tepat.
3. Peserta didik dapat menjelaskan keanggotaan panitia perumus UndangUndang Dasar dengan tepat.
4. Peserta didik dapat menjelaskan tugas panitia perumus Undang-Undang
Dasar dengan benar
5. Peserta didik dapat menunjukkan proses perumusan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam sidang BPUPKI kedua dengan
benar.
6. Peserta didik dapat menyusun tulisan singkat tentang sejarah perumusan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Mengamati (Peran Guru)
1.
Peserta didik memperhatikan orientasi guru tentang sidang BPUPKI
yang menghasilkan perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 melalui tayangan film sidang BPUPKI atau serial
gambar sidang BPUPKI.
2.
Peserta didik dengan panduan guru mengisi daftar cek tentang halhal yang telah diketahui dan yang belum diketahui berkenaan dengan
sejarah perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Guru membuat daftar cek tentang hal-hal yang telah diketahui dan
yang belum diketahui berkenaan dengan sejarah perumusan dan
pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, seperti BPUPKI
mengadakan sidang dua kali, sidang BPUPKI dihadiri oleh sejumlah anggota
dengan denah tempat duduk yang tertentu, dan sidang BPUPKI berhasil
merumuskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pengertian Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang
Dasar atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus UndangUndang Dasar, proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 oleh BPUPKI
46

47

Menanya
1.
Berdasarkan daftar cek dalam pengamatannya, peserta didik
merumuskan pertanyaan terkait hal-hal yang belum diketahui, seperti
mengapa pengaturan duduk dalam sidang BPUPKI perlu diatur, mengapa
sidang BPUPKI dilaksanakan dua kali, apa pengertian UUD atau konstitusi,
apa fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi, bagaimana keanggotaan
dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, bagaimana perumusan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru mendorong
dan membimbing peserta didik untuk mengajukan pertanyaan berkenaan
dengan hal tersebut.
2.
Peserta didik dapat memberikan jawaban sementara berdasarkan
pengetahuan awal yang dimilikinya tentang pengertian UUD atau konstitusi,
fungsi D atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus UUD,
proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI.
Guru mengarahkan peserta didik untuk mencari jawaban yang lebih tepat
dari berbagai sumber.
Mengumpulkan data
1.
Peserta didik dibagi dalam kelompok setiap kelompok dengan
anggota 4-5 peserta didik untuk membaca dokumen, buku, dan mencari data
dari berbagai sumber lain serta mendiskusikan tentang pengertian UndangUndang Dasar atau konstitusi, fungsi UUD atau konstitusi, keanggotaan dan
tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, proses perumusan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru mendorong
peserta didik untuk menemukan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.
2.
Peserta didik mencatat hasil temuan tentang pengertian UndangUndang Dasar atau konstitusi, fungsi UUD atau konstitusi, keanggotaan dan
tugas panitia perumus UUD, proses perumusan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI.
Mengasosiasi
1.
Mendiskusikan hubungan berbagai informasi yang diperoleh dari
sumber yang berbeda untuk menyimpulkan pengertian Undang-Undang
Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi,
keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, sejarah
perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru
dapat memberikan penjelasan dan pendampingan diskusi kelompok untuk
mengklarisikasi jawaban yang ditemukan oleh peserta didik.
2.
Peserta didik menyusun tulisan singkat tentang proses perumusan
dan penetapanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Guru mendampingi peserta didik dalam membuat tulisan singkat
tersebut.
Mengkomunikasikan
1.
Peserta didik menyusun bahan paparan tentang pengertian
Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau
konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar,
sejarah perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI.
Guru mengarahkan pembuatan paparan yang komunikatif.
2.
Peserta didik perwakilan kelompok mempresentasikan pengertian
Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau
konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar,
proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI.
Kelompok lain dan guru menanggapi paparan dan guru memberikan
klarifikasi jawaban dan penjelasan dalam paparan.
3.
Peserta didik memajang tulisan singkat tentang proses perumusan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di majalah
48

dinding. Guru mengarahkan pemasangan pajangan tulisan, memberikan


komentar, dan penilaian terhadap tulisan setelah tulisan selesai dipajangkan.

Lampiran 1c. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Materi Pokok
kesehatan

:Prakarya (Pengolahan)
: VII
: Pengolahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman

Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Menghargai keberagaman produk pengolahan di daerah setempat sebagai
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi
tentang keberagaman produk pengolahan daerah setempat sebagai wujud
cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia.
3.2 Memahami manfaat dan proses pembuatan, penyajian dan pengemasan
aneka olahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman kesehatan yang
ada di wilayah setempat.
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan pengertian minuman kesehatan.
2. Mendeskripsikan jenis bahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman
kesehatan yang terdapat di wilayah setempat.
3. Mendeskripsikan manfaat dan kandungan gizi bahan pangan buah dan
sayuran menjadi minuman kesehatan di daerah setempat.
4. Mendeskripsikan prosespembuatanbahan pangan buah dan sayuranmenjadi
minuman kesehatan di daerah setempat.
5. Mendeskripsikan penyajian dan kemasan minuman kesehatan di daerah
setempat.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsepyang telah dipelajari oleh
peserta didik sebelumnya yakni tentang minuman segar.
3. Melalui media LCD/ chart guru menayangkan gambar beberapa contoh
minuman dari bahan pangan buah dan sayuran misalnya: jus tomat, wortel,
brokoli, jeruk, jambu biji, blimbing, dsb.
Kegiatan ini bertujuan untuk
menumbuhkan keingintahuan peserta didik berkaitan dengan contoh
minuman tersebut, dilanjutkan dengan guru mengajukan beberapa
pertanyaan, misalnya: Anak-anak, perhatikan tayangan di depan! Apakah
contoh-contoh minuman itu adalah minuman segar? Anak-anak, hari ini kita
akan belajar tentang minuman kesehatan.
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
5. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang konsep: pengertian,
jenis, manfaat dan kandungan gizi bahan pangan, proses pembuatan,
49

penyajian dan kemasan minuman kesehatan.

50

Kegiatan Inti
Mengamati
Peserta didik dipandu oleh guru mengamati beberapa contoh minuman
kesehatan melalui media LCD/chartdan beberapa contoh minuman kesehatan
yang disediakan/disiapkan oleh guru, misalnya: jus tomat, wortel, brokoli, jambu
biji, belimbing, dsb. Hasil dari kegiatan pengamatan peserta didik misalnya: buah
tomat, wortel, brokoli dan jambu biji bisa dibuat minuman.
Menanya
Peserta didik dipandu oleh guru merumuskan pertanyaan, misalnya:
1. Jenis buah dan sayuran apa saja yang dapat diolah untuk minuman?
2. Bagaimana cara membuatnya?
Peserta didik mengemukakan hipotesis misalnya: Banyak jenis buah dan
sayuran bisa dibuat/diolah menjadi minuman dengan cara dihaluskan dengan
blender atau diparut. Untuk membuktikan hipotesis tersebut maka peserta
didik melakukan kegiatan pada tahap berikutnya.
Mengumpulkan data atau informasi
1. Peserta didik mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku
peserta didik, buku referensi, handout materi ajar, buku resep minuman,
browsing internet, dsb untuk mendapatkan data/informasi dalam cakupan
materi yang telah ditentukan diantaranya: pengertian, jenis, manfaat dan
kandungan gizi bahan pangan, proses pembuatan, penyajian dan kemasan
minuman kesehatan.
2. Agar data atau informasi yang dikumpulkan oleh peserta didik lebih terarah
maka hasil pengumpulan data dicatat dalam bentuk tabel.
Menganalisis data (mengasosiasi)
Dengan bimbingan guru peserta didik menganalisis data/informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka simpulkan pada langkah
sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis data tersebut peserta didik membuat
kesimpulan. Sebagai contoh, Peserta didik menyimpulkan bahwa minuman
kesehatan adalah minuman yang dapat menghilangkan rasa dahaga dan
mempunyai efek menguntungkan terhadap kesehatan tubuh, baik untuk
mencegah, mengobati, maupun menjaga kesehatan secara prima jika
dikonsumsi secara rutin. Buah dan sayuran merupakan makanan yang baik
untuk kesehatan karena merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat alami
yang berguna bagi tubuh dan kesehatan. Buah dan sayuran juga mengandung
komponen bioaktif yang memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme
manusia, yaitu: mineral, antioksidan, lipid dan probiotik.
Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik menyampaikan kesimpulannya secara lisan
dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi di depan kelas. Guru meminta
peserta didik untuk mengungkapkan konsep yang telah dikonstruk oleh peserta
didik sebagai contoh: peserta didik mempresentasikan pengertian, jenis bahan
pangan buah dan sayuran menjadi minuman kesehatan, manfaat dan kandungan
gizi bahan pangan buah dan sayuran, proses pembuatanbahan pangan buah dan
sayuran menjadi minuman kesehatan serta penyajian dan kemasan minuman
kesehatan.

51

Penutup
1. Guru membimbing peserta didik untuk merefleksi seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilakukan misalnya: buah dan sayuran bisa dibuat
minuman kesehatan karena merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat
alami serta mengandung komponen bioaktif yang memberikan dampak
positif pada fungsi metabolisme manusia, dsb.
2. Refleksi dapat dikaitkan pada sikap spiritual dan sosial yang dapat terbentuk
pada diri peserta didik melalui aktivitas pembelajaran, misalnya: sikap
bersyukurkepada Tuhan dengan menjaga kelestarian keberagaman
tumbuhan yang menghasilkan buah dan sayur untuk olahan minuman
kesehatan di daerah setempat serta rasa ingin tahu dan santun dalam
menggali informasi tentang produk olahan minuman kesehatan.
3. Guru memberikan pengayaan. Kegiatan pengayaan diberikan bagi peserta
didik yang telah mencapai ketuntasan belajar. Pengayaan dapat berupa
tugas rumah untuk mencari produk minuman kesehatan lainnya melalui
browsing internet, buku referensi atau melakukan wawancara terhadap
narasumber.
4. Kegiatan remidi diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan belajar. Kegiatan remidi dilakukan hanya pada indikator-indikator
yang belum tuntas dan dilakukan di luar jam pelajaran. Guru dapat
memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk membuat rangkuman
materi pelajaran. Kegiatan remidi diakhiri dengan ulangan harian.
5. Kegiatan penutup diakhiri dengan guru memberikan informasi kepada
peserta didik tentang materi/kompetensi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.

52

Lampiran 1d. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Bahasa Inggris
: VII/1
:

Kompetensi Dasar
1.1Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam
semangat belajar.
2.2Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggungjawab
dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
3.7 Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks
untuk menyatakan dan menanyakan sifat orang, binatang, benda, sangat
pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya
4.8 Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan dan menanyakan sifat
orang, binatang, dan benda, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur
teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. mengidentifikasi tujuan komunikatif dan struktur teks secara berkelompok
berdasarkan pertanyaan pengarah dari guru;
2. mengidentifikasi kata sifat, kata kerja, frase benda, kata keterangan yang
terdapat dalam teks secara berkelompok;
3. menulis learning log yang mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan
dapat belajar bahasa Inggris;
4. bertanggung jawab atas tindakan anggotanya saat menjadi pemimpin
kelompok;
5. mengakui ketika membuat kesalahan;
6. tidak menyalahkan orang lain atas tindakannya sendiri;
7. melakukan hal-hal yang dikatakan akan dikerjakan tanpa diingatkan orang
lain;
8. menanyakan sifat dan ciri fisik benda secara tertulis dengan akurat, runtut
dan berterima dalam bentuk poster hasil kegiatan neighborhood walk;
9. menyatakan dan menanyakan sifat dan ciri fisik benda secara lisan dantertulis
dengan akurat, runtut dan berterima dalam bentuk poster hasil kegiatan
neighborhood walk.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru memberi salam.
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik.
3. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran.
4. Guru memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional.
5. Guru menyampaikan kaitan antara pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari.
6. Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai.
53

7. Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan sesuai silabus.


Kegiatan Inti
Mengamati
1. Peserta didik membaca teks sederhana tentang menanyakan, menyatakan
sifat, dan mendeskripsikan benda.
2. Peserta didik menuliskan hal-hal yang belum diketahui atau ingin
diketahui.
Menanya
1. Peserta didik merumuskan pertanyaan, misalnya mengenai isi teks, makna
kata, tata bahasa, struktur teks, fungsi komuikatif teks, serta hal-hal lain
yang ingin diketahui dengan cara yang sederhana.
2. Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang cara menanyakan sifat
benda.
3. Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang cara menyatakan sifat
benda.
Mengumpulkan Informasi/ Data
1. Peserta didik membentuk kelompok yang beranggotakan lima (orang).
2. Peserta didik menerima pembagian contoh teks deskriptif (cara
menanyakan dan menyatakan sifat benda) yang berbeda-beda untuk
masing-masing kelompok.
3. Peserta didik menggarisbawahi kata-kata yang menerangkan benda yang
terdapat dalam teks secara berkelompok.
4. Peserta didik melingkari kata kerja yang digunakan dalam teks tersebut
secara berkelompok.
5. Peserta didik memberi tanda kotak pada frase-frase benda dalam teks
secara berkelompok.
6. Peserta didik memberi tanda segitiga pada kata keterangan yang terdapat
dalam teks.
Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi
1. Peserta didik mengidentifikasi fungsi dan jenis kata yang ditandai (garis
bawah, lingkaran, dan tanda kotak) dengan cara sederhana.
2. Peserta didik mengidentifikasi struktur kalimat yang terdapat dalam teks
dengan cara sederhana.
3. Peserta didik mengidentifikasi tujuan komunikatif teks berdasarkan
pertanyaan pengarah dari guru.
4. Peserta didik mengidentifikasi struktur teks berdasarkan pertanyaan
pengarah dari guru.
Mengkomunikasikan
1. Dua orang peserta didik (wakil kelompok) berkeliling dari kelompok satu
ke kelompok lain untuk mempresentasikan temuan mereka tentang kata
sifat, kata kerja, frase benda, kata keterangan, tujuan komunikatif teks,
dan struktur teks.
2. Guru memberikan umpan balik terhadap pemahaman konsep peserta didik
tentang materi yang dipelajari.
Mencipta
1. Peserta didik melabeli gambar dengan nama-nama dalam bahasa Inggris:
2 buah pohon yang pendek dan tinggi, beberapa pohon bunga dengan
bunga yang sedang mekar, dua buah tempat sampah dengan warna biru
dan orange, seseorang sedang duduk diatas sepeda gunung dan kantin
sekolah yang ditempelkan oleh guru satu per satu.
2. Peserta didik menempelkan kata sifat yang mendeskripsikan gambargambar tersebut.
54

3. Peserta didik mendeskripsikan gambar-gambar tersebut dengan


menggunakan kata-kata yang sudah dipelajari berdasarkan pertanyaan
arahan dari guru secara individu.
4. Peserta didik menuliskan jawaban (kalimat) di papan tulis setelah
menjawabnya secara lisan secara individu.
5. Peserta didik mengucapkan kalimat-kalimat yang terdapat di papan tulis
dengan cara menirukan ucapan guru.
6. Peserta didik menyusun teks pendek berdasarkan gambar-gambar yang
disediakan secara berkelompok. Kalimat pertama disediakan oleh guru.
7. Masing-masing kelompok melakukan silent walk (Shopping/belanja).
8. Peserta didik membagi diri dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 atau 6 orang.
9. Peserta didik menerima penjelasan tentang kegiatan neighborhood walk.
10.Peserta didik menerima lembar kerja yang harus dilengkapi pada saat
kegiatan neighborhood walk.
11.Peserta didik secara berkelompok melakukan kegiatan neighborhood walk.
12.Peserta didik secara berkelompok membuat poster sederhana tentang
deskripsi benda, yang ada di sekitar hot spot berdasarkan catatan selama
kegiatan neighborhood walk.
13.Perwakilan kelompok mempresentasikan isi poster tersebut di depan
kelas.
14.Peserta didik dari kelompok lain diberi kesempatan mengajukan
pertanyaan, mengklarifikasi atau mengonfirmasi presentasi dengan
bantuan guru.
15.Peserta didik menempelkan poster yang dihasilkan di dinding atau di
papan display.
16.Peserta didik melakukan refleksi atas kesempatan bisa mempelajari
Bahasa Inggris dengan pertanyaan pengarah dari guru, dan kemudian
menulis learning logs sederhana tentang rasa syukur mereka atas
kesempatan belajar yang diberikan.
17.Peserta didik mengisi evaluasi diri tentang sikap sosial bertanggung
jawab.
18.Peserta didik mengerjakan quiz yang diberikan oleh guru.
Penutup
1. Peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
dan manfaat-manfaatnya.
2. Peserta didik dan guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
3. Guru memberikan penugasan berupa tugas mandiri untuk menuliskan
deskripsi sederhana tentang sifat dan ciri fisik benda-benda kesayangan
mereka atau benda-benda unik berdasarkan hasil penelusuran di lamanlaman internet.
4. Peserta didik memperhatikan informasi tentang rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
5. Peserta didik dan guru mengucapkan salam perpisahan.

55

Lampiran 1e. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:IPS
: VII/1
: Konektivitas antarruang, Waktu, dan Manusia

Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan
lingkungannya
2.3 Menunjukkan perilaku santun, peduli, dan menghargai perbedaan pendapat
dalam interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
3.1 Memahami aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam
lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia
(ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik)
4.3 Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia
dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan
masyarakat sekitar
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat banjir dari
aspek alam, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
2. Menentukan faktor-faktor penyebab banjir dari aspek alam, ekonomi, sosial,
budaya, dan politik.
3. Menjelaskan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir.
4. Mengelompokkan data yang menjadi penyebab terjadinya banjir daerah hulu
dan hilir.
5. Menyimpulkan hubungan antara daerah hulu dan daerah hilir dalam konteks
peristiwa banjir.
6. Memaparkan hasil analisis keterkaitan antarruang, antarwaktu, dan
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
7. Menyajikan rancangan kegiatan upaya-upaya pencegah terjadinya bencana
banjir.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta didik.
2. Apersepsi tentang bencana banjir yang kerap terjadi. Di mana, kapan, dan
mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi korban, apa yang dilakukan
oleh masyarakat korban banjir ketika menghadapi bencana tersebut.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1. Peserta didik mengamati gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan
yang gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan, sungai
meluap, banjir besar. slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu
tempat. Disarankan fenomena-fenomena tersebut yang terjadi di lingkungan
terdekat. Hasil dari kegiatan ini adalah sejumlah (inventarisasi)
pertanyaan/masalah. Misalnya, mengapa hutan digunduli, untuk apa kayu56

2.

3.

4.

5.

6.

kayu yang ditebangi, siapa yang melakukan, siapa yang dbiasa membuang
sampah sembarangan, mengapa sungai meluap, mengapa terjadi banjir,
apakah ada hubungan antar semuanya itu? Pertanyaan atau permasalahan
pokok apa yang bisa dimunculkan dari fenomena tersebut? Guru dapat
menginisiasi pertanyaan pertanyaan kunci ketika peserta didik belum
memunculkannya.
(2) Peserta didikmenanyakan. Berdasarkan sejumlah pertanyaan yang
teridentifikasi, peserta didik menentukan atau memilih beberapa pertanyaan
sebagai landasan untuk merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban
sementara. Peserta didik diminta untuk berdiskusi menyusun hipotesis.
Contoh hipotesis adalah sebagai berikut.
a. Banjir disebabkan oleh perilaku buang sampah sembarangan atau
penggundulan hutan
b. Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisaterjadi di
tempat yang sama atau Terjadi di tempat berbeda
Mencoba atau Mengumpulkan Data (informasi): Peserta didik
menyaksikan video klip tentang banjir yang terjadi di lingkungan peserta
didik. Peserta didik diminta untuk mencatat berbagai fakta yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis. Misalnya apakah
masyarakat membuang sampah sembarangan, bagaimana tentang
penggundulan hutan, dimana terjadinya, di mana terjadi banjir, dan
sebagainya.
Menalar/menganalisis datasampai membuat kesimpulan: Peserta didik
diajak untuk membaca buku peserta didik halaman 2-6 tentang konsep
ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi sosial. Konsep-konsep ini (yang
berisi konsep atau teori ) dan menghubungkannya dengan informasi atau
data awal (langkah 1), pertanyaan dan hipotesis (langkah 2) serta data yang
terkumpul (langkah 3). Untuk itu peserta didikdiberi pertanyaan diskusi
(kelompok) tentang sebuah peristiwa atau gejala banjir dalam video klip,
yakni (i) apakah sebab-sebab dan akibat peristiwa banjir berada di ruang
yang berbeda, atau di ruang yang sama, atau bisa kedua-duanya disertai
contoh konkrit (konektivitas antarruang, waktu, dan manusia). (ii)
Pertanyaan yang menyangkut aspek afektif yakni perasaan, sikap, dan
niat apa yang muncul pada diri peserta didik ketika melihat atau mengalami
bencana (pertanyan ini tidak didiskusikan melainkan di-sharing-kan). (iii)
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan diskusi.
Mengkomunikasikan: Peserta didik mempresentasikan hasil analisis
datanya di kelas. Di saming itu peserta didik juga bisa diminta untuk
mengunggahnya (upload) di blog masing-masing. Untuk kepentingan ini
setiap peserta didik bisa diwajibkan memiliki blog sendiri.
Mencipta: Peserta didik menyusun rencana kegiatan yang dapat dilakukan
oleh warga masyarakat sekitar berupa Menjaga kebersihan dan kesehatan
Lingkungan untuk mencegah banjir.

Penutup
1. Kesimpulan. Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil
pembelajaran
2. Evaluasi : Tuliskan contoh bentuk konektivitas antarruang dan waktu yang
ada di lingkungan sekitarmu.
3. Refleksi : Peserta didik diminta menjawab pertanyaan reflektif misalnya,
apakah pembelajaran hari ini menyenangkan? Pengetahuan berharga/baru
apa yang kamu peroleh pada pembelajaran kita hari ini? Bagaimana
sebaiknya sikap kita kalau memperoleh sesuatu yang berharga/baru. Jawaban
harap ditulis di buku catatan peserta didik.
57

Lampiran 1f. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Bahasa Indonesia
: VII/2
: Teks Hasil Observasi

Catatan
Contoh ini merupakan penggal pertemuan pertama dari skenario pembelajaran
membedakan teks LHO (KD 3.2) yang diintegrasikan dengan menyusun teks
LHO (KD 4.2) yang dirancang 3 JP. Karena hanya 1 pertemuan, contoh ini
memumpunkan pada membedakan teks LHO)
Kompetensi Dasar
1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa untuk mempersatukan bangsa Indonesia di tengah
keberagaman bahasa dan budaya
2.1 Memiliki perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi
secara pribadi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi
3.2 Membedakan teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan
4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,
dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik
secara lisan maupun tulisan
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Diberi kesempatan mengamati dua buah teks LHO,
peserta didik dapat membedakan judul kedua teks
tersebut dalam waktu yang ditentukan.
2. Diberi kesempatan mencermati dua buah teks LHO,
peserta didik dapat membedakan isi kedua teks tersebut
.
3. Diberi kesempatan mencermati dua buah teks LHO,
peserta didik dapat membedakan struktur kedua teks
tersebut.
4. Diberi kesempatan membaca dua buah teks LHO,
peserta didik dapat membedakan ciri bahasa kedua teks
tersebut.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1.
Guru mengingatkan materi struktur, isi, dan ciri bahasa teks
laporan hasil observasi (LHO) yang sudah dipelajari peserta didik
sebelumnya. Kemudian, guru menjelaskan sasaran pembelajaran teks
laporan hasil observasi (LHO) berikutnya, yaitu membedakan dan menyusun
teks LHO. Penjelasan tentang sasaran pembelelajaraan tersebut dapat dibaca
oleh guru pada buku guru (BG) halaman 4, tabel 1.1.
58

Khusus sasaran pembelajaran membedakan teks laporan hasil observasi (KD


3.1) dan menyusun teks laporan hasil observasi (KD 4.1), gurudan peserta
didik bertanya jawab tentang lingkungan alam berdasarkan puisi Tanah
Kelahiran karya Ramadhan K.H. dalam buku peserta didik (BS) halaman 3.
Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang sifat baik orang yang gemar
mendokumentasikan keindahan lingkungan dalam bentuk tulisan maupun
gambar.
2.
Berikutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan selama pencapaian tujuan memahami dan menangkap
makna teks LHO. Kemudian, guru dan peserta didik menyepakati langkahlangkah kegiatan yang akan ditempuh untuk mencapai kompetensi. Untuk
langkah pembelajaran ini, guru dapat memperhatikan tabel 1.2 pada BG
halaman 9.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
a. Peserta didik membaca kembali teks LHO yang berjudul Cinta
Lingkungan (BS halaman 5) dan LHO yang berjudul Biota Laut (BS
halaman 22). Peserta didik menemukan kembali persamaan struktur
kedua teks. Demikian pula, peserta didik menemukan kembali
persamaan isi atau tema kedua teks LHO. Setelah itu peserta didik
melaporkan hasil pengamatannya tentang persamaan ciri bahasa kedua
teks. Peserta didik melaporkan hasil pengamatan tentang persamaan
kedua teks dalam buku catatan peserta didik.
b. Setelah menemukan persamaan struktur, isi/tema, dan ciri bahasa teks
LHO Cinta Lingkungan dan Biota Laut, peserta didik mengamati
kembali secara jeli kedua teks tersebut. Dalam pengamatan lanjutan ini,
sasaran dipumpunkan pada perbedaan atau variasi struktur. Memang
struktur utama sama, tetapi terhadap kedua teks LHO tersebut peserta
didik diharapkan mampu menemukan variasi strukturnya. Demikian pula,
setelah menemukan
perbedaan struktur kedua teks, peserta didik
diminta mengamati lebih lanjut untuk menemukan perbedaan isi teks.
Dalam hal ini dipastikan bahwa isi kedua teks berbeda. Setelah itu
peserta didik dibimbing untuk mengamati perbedaan unsur-unsur
kebahasaan pada kedua teks LHO. Dalam hal ini juga dipastikan bahwa
terdapat unsur-unsur kebahasaan yang berbeda antara dua teks LHO
tersebut. Aktivitas ini diakhiri dengan peserta didik mengamati dan
menyampaikan hasil pengamatannya dalam buku catatan dan diskusi
kelas.
2. Menanya
a. Peserta didik dengan bimbingan gurumerumuskan pertanyaan misalnya
terkait isi teks LHO Cinta Lingkungan dan Biota Laut dengan
berpedoman pada kata ganti tanya apa, di mana, bagaimana, mengapa.
Pertanyaan itu dapat berupa (a) pertanyaan tentang sesuatu yang belum
diketahui, (b) pertanyaan tindak lanjut dari informasi yang ditangkap
setelah membaca kedua contoh teks LHO, atau (c) pertanyaan tentang
makna kata atau istilah sulit. Sebagai pemancing untuk bertanya,
peserta didik memperhatikan pertanyaan pada BS halaman 6 dan
halaman 2223.
b. Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang struktur teks, yang terdiri
atas definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Peserta didik
dapat bertanya, Pada bagian mana dari teks Cinta Lingkungan yang
termasuk bagian definisi umum? atau Pada bagian mana dari teks LHO
yang termasuk deskripsi bagian? atau Pada bagian mana dari teks LHO
59

yang dapat diidentifikasi sebagai bagian deskripsi manfaat? Pertanyaan


pun dapat dikembangkan terus, misalnya dengan bertanya, Mengapa
paragraf ke-1 diketagorikan bagian definisi umum? atau Mengapa isi
paragraf ke-3 dan ke-4 disebut deskripsi bagian? dan seterusnya.
c. Pertanyaan yang dibangun peserta didik juga terkait dengan ciri-ciri
bahasa yang digunakan pada teks LHO
Cinta Lingkungan yang
dibandingkan dengan ciri bahasa pada teks LHO Biota Laut. Pertanyaan
tentang ciri bahasa dapat mencakup tentang pilihan kata, jenis kata ,
maupun kalimat.
d. Agar sejalan dengan KD, yaitu membedakan,
setiap pertanyaan
diarahkan pada pembandingan antara hal-hal yang ada pada teks LHO
Cinta Lingkungan dan teks LHO Biota Laut.
e. Terakhir, pada tahap menanya ini, peserta didik menemukan jawaban
sementara atas berbagai pertanyaan tentang isi, struktur, dan ciri
bahasa teks Cinta Lingkungan dan Biota Laut termasuk di dalamnya
perbedaan keduanya. Dengan demikian, puncak kegiatan menanya untuk
pembelajaran
KD
membedakan teks LHO adalah terumuskannya
jawaban sementara tentang perbedaan isi, variasi struktur, dan ciri
bahasa dua buah teks LHO.
3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik berkelompok terdiri atas 4--5 orang/kelompok dengan cara
menyebut nama-nama benda/tumbuhan untuk ditetapkan sebagai nama
kelompoknya. Dalam kelompok peserta didik membaca sumber-sumber lain
untuk menentukan perbedaan struktur, isi, dan bahasa kedua teks LHO
tersebut.
Sumber-sumber lain itu dapat berupa buku-buku retorika tulis, misalnya Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia terutama pada bab Analisis Wacana atau
buku Menulis secara Populer yang ditulis oleh Ismail Marahimin. Termasuk
dalam membaca sumber lain ini adalah peserta didik membaca contohcontoh teks LHO dari berbagai kutipan untuk memperkaya contoh. Sasaran
dari langkah mengumpulkan data ini adalah peserta didik memiliki banyak
informasi faktual, tentang isi, struktur, dan ciri bahasa berbagai teks LHO.
4. Menganalisis Data
Dalam kelompok, peserta didik mendiskusikan perbedaan struktur isi teks
hasil teks LHO tentang judul, definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi
manfaat.
Berikutnya, peserta didik secara berkelompok mendiskusikan perbedaan
bahasa yang digunakan pada kedua teks LHO sesuai dengan data yang
terdapat pada kedua teks tersebut.
Pada tahap ini pula, peserta didik membandingkan dan menyimpulkan
perbedaan struktur kedua teks LHO tepat waktu.
Peserta didik dalam kelompok membandingkan dan menyimpulkan
perbedaan ciri bahasa yang digunakan dalam kedua teks LHO.
Dalam diskusi tahap menganalisis ini peserta didik memanfaatkan
rumusan sementara yang diperoleh dari tahap menanya. Peserta didik
juga memanfaatkan berbagai data faktual yang diperoleh dari tahap
mengumpulkan data. Target akhir dari tahap menganalisis ini adalah
terumuskannya simpulan tentang perbedaan kedua teks LHO dari sisi isi,
variasi struktur, dan ciri bahasa.
5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik menyampaikan simpulannya secara lisan
dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya
jawab.Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang perbedaan
struktur, isi, dan ciri bahasa kedua teks LHO. Satu kelompok sebagai penyaji
60

dan kelompok lain menanggapi. Tanggapan kelompok memperhatikan pilihan


kata yang tidak menyinggung perasaan kelompok lain.
Berikutnya, dengan dipandu guru, peserta didik menyimpulkan perbedaan
struktur, isi, dan bahasa kedua teks LHO. Simpulan yang dibangun dari
simpulan kelompok, kini menjadi lebih sempurna, menjadi simpulan kelas
Penutup
1. Peserta didik mengemukakan kesulitan dan kemanfaatan pembelajaran
tentang LHO yang sudah dialaminya.
2. Peserta didik menerima tugas membaca berbagai teks LHO.
3. Peserta didik menerima rencana kegiatan berikutnya berupa mengamati suatu
objek sebagai bahan pembelajaran menyusun teks LHO (KD 4.2).
Lampiran 1g. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Agama Islam
: VII/1
:

Kompetensi Dasar
2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai
implementasi dari Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan hadis terkait,
2.3. Menghargai perilaku empati terhadap sesama sebagai implementasi dari
Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait,
3.4. Memahami makna empati terhadap sesama sesuai kandungan Q.S. An-Nisa
(4): 8 dan hadis terkait, dan
4.4. Mencontohkan perilaku empati terhadap sesama sesuai kandungan Q.S. AnNisa (4): 8 dan hadis terkait.
Contoh Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian perilaku hormat kepada kedua
orang tua dan guru,
2. Peserta didik dapat menunjukkan dalil naqli yang berkaitan dengan perilaku
hormat kepada kedua orang tua,
3. Peserta didik dapat menjelaskan cara menghormati kedua orang tua,
4. Peserta didik dapat menjelaskan cara menghormati guru.
Pertemuan 2
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian perilaku empati terhadap
sesama,
2. Peserta didik dapat menjelaskan makna empati terhadap sesama
sebagaimana terkandung dalam Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait,
3. Peserta didik dapat menjelaskan bentuk-bentuk perilaku empati terhadap
sesama,
4. Peserta didik dapat menyebutkan contoh perilaku empati terhadap sesama,
5. Peserta didik dapat menampilkan perilaku empati terhadap sesama
sebagaimanaterkandung dalam Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Pendahuluan
61

1. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan mempersilahkan berdoa


bersama dipimpin oleh seorang peserta didik.
2. Guru mengajak peserta didik untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti
pembelajaran yang diawali dengan melakukan presensi serta memeriksa
kerapihan pakaian, posisi, dan tempat duduk peserta didik.
3. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai melalui
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
4. Guru memulai pembelajaran dengan pembacaan ayat-ayat Alquran dari
surah-surah pilihan, terutama Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan ayat-ayat yang
berisi berbakti kepada kedua orang tuayang dipimpin oleh salah seorang
peserta didik.
5. Guru mengondisikan peserta didik untuk membentuk kelompok yang
masing-masing anggotanya bervariasi kemampuannya, mulai dari yang
tertinggi hingga yang terendah.
Kegiatan Inti
1.
Mengamati
a. Peserta didik mengamati gambar-gambar di buku peserta didik dan
tayangan video yang berisi berbagai fenomena masyarakat sekarang
terkait dengan sikap dan perilaku anak terhadap kedua orang tua atau
gurunya.
b. Peserta didik membaca uraian tentang sikap dan perilaku hormat kepada
kedua orang tua dan guru di buku peserta didik dan sumber-sumber lain
yang sudah disiapkan.
c. Peserta didik mencatat beberapa hal penting sebagai hasil dari
pengamatan terhadap gambar dan video serta bacaan literatur yang ada.
2.
Menanya
a. Peserta didik merumuskan beberapa pertanyaan, misalnya: a) mengapa
anak harus menghormati kedua orang tuanya? b) apa saja yang bisa
dilakukan anak terhadap kedua orang tuanya? c) bagaimana peran orang
tua kepada anak-anak mereka di zaman modern ini, d) mengapa banyak
anak yang berani kepada kedua orang tuanya? e) mengapa orang-orang
yang terpelajar juga banyak yang kurang hormat terhadap kedua orang
tua dan guru mereka, f) mengapa banyak peserta didik sekarang ini yang
memusuhi guru-guru mereka, dan g) bagaimana cara-cara menghormati
kedua orang tua dan guru?
b. Peserta didik menanyakan beberapa kandungan dari Q.S. Al-Baqarah (2):
83 dan ayat-ayat Alquran lain serta hadis-hadis Nabi yang terkait kepada
guru atau teman-temannya terkait dengan sikap dan perilaku hormat
kepada kedua orang tua dan guru.
c. Guru mengajak dan mendorong peserta didik untuk memberikan jawabanjawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan mereka tersebut
berdasarkan pengetahuan mereka.
2.
Mengumpulkan data dan informasi:
a. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang relevan selain Q.S.
Al-Baqarah (2): 83 dengan alasan-alasan mengapa anak harus hormat dan
berbakti kepada kedua orang tuanya, sebab-sebab terjadinya fenomena
banyaknya anak yang berani kepada kedua orang tua mereka, sebabsebab terjadinya kenakalan peserta didik di sekolah yang di antaranya
kurang menghormati guru-guru mereka, baik secara individu maupun
kelompok.
b. Peserta didik juga mencari data melalui buku peserta didik, Alquran dan
hadis, literatur lain yang relevan, dan sumber-sumber ajar lainnya,
62

terutama dengan browsing internet tentang bagaimana cara dan bentuk


sikap dan perilaku hormat kepada kedua orang tua dan guru.
3.
Menganalisis data
a. Peserta didik mencermati data dan informasi terkait dengan jawabanjawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada lalu mendiskusikannya
dengan peserta didik yang lain.
b. Guru memandu diskusi untuk mengaitkan jawaban dan informasi yang
dikumpulkan peserta didik dengan norma sosial dan norma agama yang
berhubungan dengan ajaran bahwa anak perlu menghormati orangtua.
c. Peserta didik merumuskan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari telaah
atau analisis terhadap data dan informasi yang dikumpulkan.

63

4.

Mengkomunikasikan
a. Peserta didik menyampaikan hasil-hasil kesimpulannya secara lisan
kepada peserta didik yang lain baik dalam kelompok maupun kelas, dan di
hadapan guru untuk mendapatkan tanggapan dari peserta didik yang
lain.
b. Peserta didik menyampaikan kesimpulan secara tertulis kepada peserta
didik yang lain, baik secara individu maupun kelompok, dan juga kepada
guru.
c. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati kesimpulan-kesimpulan
terkait dengan berabagai permasalahan yang dikaji.

Penutup
1. Guru melakukan penilaian singkat terkait dengan pencapaian kompetensi
dan tujuan pembelajaran.
2. Guru bersama-sama para peserta didik melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan pengayaan
di rumah, misalnya dengan membaca ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis
yang terkait dengan sikap dan perilaku hormat kepada kedua orang tua dan
guru.
4. Guru bersama-sama para peserta didik menutup pembelajaran dengan
berdoa.

64

Lampiran 1h. Contoh Pembelajaran denan Pendekatan Saintifik


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Seni Budaya (Seni Rupa)


: VII/1
: Ragam Hias Flora dan Fauna serta Geometrik

Kompetensi Dasar
1.1 Menerima,menenggapi dan menghargai keragaman dan keunikkan karya
seni 1rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.
2.3.Menunjukkan sikap percaya diri ,motivasi internal, kepedulian terhadap
lingkungan dalam berkarya seni.
3.2.Memahami konsep dan prosedur menggambar gubahan flora dan fauna serta
geometrik menjadi ragam hias.
4.2 Menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik menjadi ragam hias
Contoh Tujuan Pembelajaran
1.
Peserta didik dapat menggambar gubahan flora dan fauna
serta geometrik menjadi ragam hias
2.
Menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik
menjadi ragam hias
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1.
Guru mengucapkan salam dilanjudkan dengan doa.
2.
Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep dan prosedur yang
telah dipelajari oleh peserta didik tentang gambar ragam hias motif flora,
fauna dan geometrik.
3.
Peserta didik mengamati contoh gambar motif ragam hias flora,fauna
daerah setempat yang ditunjukkan oleh guru.
4.
Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang contoh gambar motif
ragam hias yang ditunjukan (disain,motif dan cara menggayakan).
5.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
a. Peserta didik mengamati tayangan gambar tentang contoh ragam hias
motif flora,fauna dan geometrik daerah setempat .
b. Sambil mengamati tayangan peserta didik membuat catatan tentang
bentuk, teknik dan klasifikasi dari tayangan contoh motif-motif ragam hias
flora, fauna, dan geometrik daerah setempat.
2. Menanya
a. Guru memotivasi Peserta didik untuk merumuskan pertanyaan berkenaan
dengan, bentuk, teknik, dan klasifikasi motif ragam hias flora, fauna, dan
geometrik berdasarkan hasil pengamatan. Contoh Mengapa motif ragam
hias fauna dibuat tidak sesuai kenyataan/riil?, Bagaimana cara atau
langkah menyederhanakan bentuk atau menggayakan motif flora, fauna
sehingga menjadi indah atau menarik?
b. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya tentang permasalahan
berkaitan dengan tayangan contoh ragam hias yang masih ragu/mantap.
c. Pada tahap ini peserta didik juga didorong untuk merumuskan jawaban
sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh
motif-motif ragam hias baik flora, fauna, dan figuratif sudah mengalami
proses penggayaan/stilasi/stilir.
65

3. Mengumpulkan data atau informasi


Peserta didik mengumpulkan data (eksplorasi) tentang informasi ragam
hias flora, fauna dan geometrik, baik melalui pengamatan tayangan gambar
maupun membaca buku. atau guru memberikan contoh cara menggayakan
(bentuk awal/riil , dibuat bentuk global digayakan/disederhanan tanpa
meninggalkan ciri/karakter aslinya). Proses menyederhanakan atau
menggayakan bentuk tanpa meninggalkan ciri/karakter aslinya disebut
setilir/stilasi. Misalnya motif daun yang ada pada bahan tekstil semwa sudah
digayakan. Contoh motif lain misalnya figuratif yang ada pada hiasan dinding
juga tidak lepas dari proses penggayaan atau stilasi/stilir.
4. Menganalisis Data
a. Peserta didik melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil
pengamatan terhadap tayangan gambar contoh motif, maupun membaca
buku.
b. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai
contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa ragam hias motif flora,fauna
yang ada didaerah semua sudah disederhanakan atau digayakan tapi
masih tetap bisa dikenali bentuk aslinya.
5. Mengkomunikasikan
a. Pada langkah ini, peserta didik mempresentasikan hasil karyanya melalui
pameran atau menampilkan produk ragam hias gubahan flora, fauna serta
geometrik pada papan tempel atau tempat yang disediakan. Kelompok
lain mencermati dan menyampaikan tanggapanya
b. Peserta didik mengungkapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
telah dikonstruk melalui diskusi dalam presentasi kelompok.
c. Dalam mata pelajaran seni budaya, baik seni rupa, musik, tari dan teater
dapat dilakukan dengan kegiatan yang sama.
Penutup
1. Bersama-sama guru dan pesertsa didik melakukan refleksi hasil
pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Guru dapat memberikan situs di internet berkaitan dengan motif-motif
ragam hias flora ,fauna serta motif lainya.
3. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan
berikutnya

66

Lampiran 2a. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah


Mata pelajaran
Kelas/semester
Materi pokok

: IPA
: VII/2
: Perubahan Lingkungan dan Pencemaran

Kompetensi Dasar
1.1Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik
dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang
dianutnya
2.1Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, tanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif,
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.
3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup
4.12 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan sekitarnya
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Diberikan masalah pencemaran air, peserta didik dapat menyelesaikan
masalah dengan cara membuat desain alat penjernih air
2. Peserta didik dapat mendeskripsikan cirri-ciri air yang tercermar
3. Setelah melakukan kegiatan penyelesaian masalah, peserta didik dapat
mempresentasikan cara membuat alat penjernih air sederhana
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Guru melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik selama kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
Tahap 1. Orientasi terhadap Masalah
1. Guru menyajikan masalah nyata dengan menunjukkan berita di surat kabar
mengenai air sungai yang sangat keruh. Warga tidak memiliki pilihan lain
selain menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari. Guru
menunjukkan contoh air tersebut. Peserta didik mengamati contoh air
tersebut. Guru bertanya, Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersebut?
2. Guru meminta peserta didik untuk membaca sumber belajar relevan yang
telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya terkait dengan penjernihan air
Tahap 2. Organisasi Belajar
1. Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam kelompok.
Peserta didik mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui,
dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya
peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Guru dapat merumuskan pertanyaan, seperti Alat dan bahan apakah yang
diperlukan untuk menjernihkan air? Bagaimanakah susunan bahan yang
dapat menghasilkan air yang paling jernih dalam waktu yang paling cepat?
3. Guru membimbing peserta didik melakukan percobaan atau mengumpulkan
data/informasi untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.
67

Tahap 3. Penyelidikan Individual Maupun Kelompok


1. Guru membimbing peserta didik untuk merancang model penjernih air yang
menghasilkan air paling jernih (efektif) dalam waktu yang paling singkat
(efisien)
2. Tiap-tiap kelompok mengamati dan mencatat data tingkat kejernihan air
hasil model penjernih air yang telah dikembangkan.
Tahap 4. Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah
1. Setiap kelompok menyusun laporan dan mempresentasikan hasil karya atau
hasil pemecahan masalah terkait proses penjernihan air
2. Tiap-tiap kelompok mengamati membandingkan hasil penjernihan air dan
menentukan atau mengidentifikasi model penjernihan air yang efisien dan
efektif.
3. Kelompok yang menghasilkan model penjernihan air yang efektif dan efisien
mempresentasikan karyanya. Kelompok lain memberikan tanggapan.
Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan penyelesaian
masalah yang telah dilakukan
Penutup
1. Membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran, terutama
tentang model penjernihan air yang efektif dan efisien.
2. Memberikan penghargaan kepada peserta didik/kelompok yang kinerjanya
bagus yang menghasilkan model penjernihan air paling efektif dan efisien.
3. Guru dapat memberikan pengayaan dengan mengajukan pertanyaan, seperti
Apakah air yang tampak jernih pasti aman untuk digunakan? Perlakuan apa
yang diperlukan sehingga air tersebut aman digunakan? Untuk menjawab
pertanyaan ini, peserta didik dapat mengkaji berbagai sumber belajar yang
relevan, seperti buku atau artikel dari internet. Jika dimungkinkan, melalui
aktivitas di luar kelas, peserta didik dapat melakukan percobaan untuk
menghasilkan air yang aman digunakan.

68

Lampiran 2b. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah


Mata pelajaran
Kelas/semester
Materi pokok

: Matematika
: VIII/1
: Teorema Pythagoras

Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung
jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah
3.8 Memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga dan penyelidikan
berbagai pola bilangan
4.5 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menyelesaikan berbagai masalah
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengeksplorasi beberapa segitiga siku-siku dengan ukuran sisi
berbeda dan mengaitkan dengan konsep luas, peserta didik dapat
merumuskan Teorema Pythagoras
2. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah terkait Teorema Pytgaoras
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
Guru melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik selama kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
Tahap 1. Orientasi terhadap Masalah
1. Guru mengemukakan masalah nyata terkait Teorema Pythagoras sebagai
berikut.
Dalam keadaan darurat seseorang harus diselamatkan melalui pintu
jendela yang tingginya 4 m dengan menggunakan tangga. Dengan
pertimbangan keselamatan, tangga tersebut harus ditempatkan minimal 1
m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin?
2. Peserta didik mencermati dan mengeksplorasi masalah tersebut dan
mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, apa yang
perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah nyata yang telah
dikemukakan. Misalnya, peserta didik dapat membuat model atau gambar
terkait masalah tersebut yaitu berupa segitiga siku-siku dengan ukuran sisi
siku-siku 4 dan 1. Peserta didik perlu mengetahui ukuran sisi miring dari
segitiga tersebut. Misalnya, peserta didik dapat menduga ukuran sisi miring
segitiga tersebut dengan cara menggambar segitiga beserta ukurannya di
kertas berpetak.
Tahap 2. Organisasi Belajar
Guru mengorganisasi peserta didikuntuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok
kecil untuk menyelesaikan masalah nyata yang diberikan. Peserta didik
mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, dan apa yang
perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya peserta didik berbagi
peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Tahap 3. Penyelidikan Individual Maupun Kelompok

69

1. Peserta didik melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah. Dalam


rangka menyelesaikan masalah tersebut, peserta didik dapat mengamati
beberapa segitiga siku-siku dengan ukuran sisi berbeda. Peserta didik
membuat dugaan mengenai hubungan antara ukuran segitiga siku-siku.
2. Untuk menguji dan menguatkan dugaan tersebut, peserta didik menemukan
hubungan antara ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku pada dua persegi yang
berukuran sisi sama, yaitu (a + b) berikut. Peserta didik menuliskan
persamaan yang menunjukkan luas masing-masing persegi tersebut.
c
b

c
c

3. Guru membimbing peserta untuk menemukan bahwa luas daerah persegi


berarsir sama dengan luas daerah persegi tidak berarsir. Dengan
menyederhanakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara luas dua
persegi tersebut, peserta didik menemukan hubungan antara ukuran sisi-sisi
segitiga siku-siku. Peserta didik menyatakan hubungan tersebut dengan
kata-kata mereka sendiri.
Tahap 4. Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah
1. Masing-masing
kelompok
atau
salah
satu
kelompok
terpilih
mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan hasil diskusi. Kelompok lain
memberikan saran dan tanggapan untuk menyempurnakan.
2. Guru membimbing diskusi kelas untuk mengklarifikasi pemahaman peserta
didik mengenai Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras itu adalah pada
segitiga siku-siku, kuadrat ukuran sisi segitiga siku-siku sama dengan jumlah
kuadrat ukuran sisi siku-sikunya.
3. Peserta didik menggunakan Teorema Pythagoras tersebut, peserta didik
menyelesaikan masalah nyata yang dikenalkan di awal kegiatan
pembelajaran, yaitu menentukan minimum panjang tangga yang mungkin.
Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
Guru membimbing peserta didik untuk mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah dilakukan. Guru juga membimbimbing peserta didik untuk
merefleksi seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dapat
dikaitkan difokuskan pada perilaku ilmiah yang dapat terbentuk pada diri peserta
didik melalui akktivitas pembelajaran Perilaku ilmiah tersebut seperti memiliki
keingintahuan, objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab;
terbuka; kritis; kreatif; dan inovatif. Refleksi lebih lanjut juga dapat mendorong
peserta didik untuk mengagumi keteraturan ciptaan Tuhan termasuk keteraturan
dan keindahan hubungan antara ukuran-ukuran sisi segitiga siku-siku.
Penutup
1. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan rangkuman
2. Guru memberikan tugas untuk menyelediki cara atau strategi lain untuk
menemukan atau membuktikan Teorema Pythagoras

70

Lampiran 2c. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah


Mata
Pelajaran
Kelas Kelas
Materi Pokok

Bahasa Inggris

:
:

VIII
Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan
dan menanyakan tingkah laku/tindakan/fungsi dari
orang, binatang, dan benda

Kompetensi Dasar
1.1Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat
belajar
2.3 Menunjukkan perilaku tanggungjawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai
dalam melaksanakan komunikasi fungsional
3.8Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks
untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan/fungsi orang,
binatang, benda, sesuai dengan konteks.
4.9Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan dan menanyakan tingkah
laku/tindakan/fungsi dari orang, binatang, dan benda, dengan unsur
kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
Contoh Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran baik secara individual, berpasangan,
maupun berkelompok peserta didik dapat:
1. mengidentifikasi data tentang masalah yang terkait dengan orang.
2. melakukan penyelidikan untuk mencari penyebab masalah yang terkait
dengan orang dengan menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai.
3. melaporkan hasil penyelidikan secara lisan dengan menggunakan ungkapan
kebahasaan yang sesuai.
4. membuat usulan penyelesaian terhadap masalah yang terkait dengan orang
secara lisan
5. menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan orang secara lisan
dengan lancar, tepat, dan berterima.
6. menunjukkan perilaku kesungguhan belajar bahasa Inggris tentang
menyatakan dan meminta pendapat.
7. menunjukkan perilaku santun, percaya diri, dan kerjasama dalam
berkomunikasi tentang menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan
orang secara lisan.
(Catatan: Contoh-contoh tujuan pembelajaran di atas diturunkan dari indikator.)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru dan peserta didik berdiskusi tentang kondisi kesehatan peserta didik di
kelas akhir-akhir ini yang tidak begitu baik.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi.
Kegiatan Inti
Tahap 1Orientasi terhadap Masalah
71

1. Guru memaparkan data tentang tingkat ketidakhadiran peserta didik


akhir-akhir ini karena sakit dengan menggunakan teks lisan lengkap dalam
bentuk monolog.
2. Peserta didik mencermati data dan menemukan fakta bahwa ada
kecenderungan ketidakhadiran karena sakit ini berlangsung selama
beberapa hari.
3. Peserta didik diarahkan agar dapat menemukan berbagai penyebab
ketidakhadiran karena sakit tersebut.
4. Guru mengajak peserta didik mencermati dan mendiskusikan kosakata,
pola kalimat, pengucapan, dan struktur teks dalam monolog.
Tahap 2Organisasi Belajar
1. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5 6
orang.
2. Guru memberikan pertanyaan arahan: Apa yang menyebabkan peserta
didik sakit? Apakah hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan (tindakan)
sehari-hari? Apakah hal tersebut disebabkan oleh pola makan, pola
istirahat, atau pola aktivitas?
3. Peserta didik dilatih menggunakan kosakata, pola kalimat, pengucapan,
dan ungkapan yang digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan untuk
mengumpulkan data dan membuat pernyataan terkait dengan masalah
yang diangkat, misalnya
Why do you think youre sick?
How is your eating habit?
Can you describe your daily activities?
How long do you sleep a day?
How often do you exercise a week?
What needs to be done to overcome the problem?
Most of the students often consume junk food.
Some students usually go to bed late.
Etc.
Tahap 3Penyelidikan Individual maupun Kelompok
1. Peserta didik memulai penyelidikan dengan memanfaatkan contoh-contoh
pertanyaan yang diberikan guru.
2. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
sendiri untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
3. Guru membimbing peserta didik selama proses penyelidikan berlangsung.
Tahap 4Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah
1. Peserta didik melaporkan secara lisan hasil penyelidikan kelompok
terhadap penyebab sakitnya anggota kelas.
2. Peserta didik membuat daftar urutan penyebab sakit dari yang paling
banyak sampai dengan yang paling sedikit.
3.
Peserta didik mengusulkan penyelesaian masalah secaralisan
berdasarkan urutan penyebab yang telah dibuat.
Tahap 5Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah
1. Peserta didik membandingkan dan menganalisis berbagai macam usulan
solusi dari semua kelompok.
2. Peserta didik membuat rekomendasi tentang pentingnya hidup sehat
secara lisan.
3. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan
penyelesaian masalah yang telah dilakukan
Penutup
1. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan rangkuman
72

2. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Lampiran 2d. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Prakarya (Teknologi Budidaya)


: VII/2
: Budidaya Tanaman Sayuran

Kompetensi Dasar (KD)


1.1Menghargai keberagaman hasil budidaya di daerah setempat sebagai
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi
tentang keberagaman produk budidaya daerah setempat sebagai wujud
cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia.
2.2 Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan budidaya.
2.3 Menunjukkan kemauan bertoleransi, disiplin dan bertanggung jawab dalam
penggunaan alat dan bahan, serta teliti dan rapi saat melakukan berbagai
kegiatan budidaya
3.1 Memahami konsep dan prosedur budidaya tanaman sayuran sesuai wilayah
setempat
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penggalian dari berbagai sumber belajar (majalah, koran, buku, dan
internet), peserta didik dapat menunjukkan jenis produk budidaya tanaman
sayuran yang dapat ditanam secara vertikular.
2. Setelah diskusi, peserta didik dapat menunjukkan keunggulan tanaman
sayuran secara vertikular.
3. Menjelaskan prosedur budidaya tanaman secara vertikular dengan langkahlangkah yang sistematis dan benar.
4. Setelah diskusi, peserta didik dapat menjelaskan penggunaan alat dan bahan
yang digunakan dalam budidaya tanaman sayuran secara vertikular dengan
tepat.
5. Setelah berdiskusi, peserta didik dapat menjelaskan cara-cara budidaya
tanaman sayuran secara vertikular sesuai dengan prosedur yang tepat.
6. Merancang kegiatan budidaya tanaman sayuran dengan penuh percaya diri.
7. Mempresentasikan langkah-langkah budidaya tanaman sayuran secara
mandiri berdasarkan rancangan budidaya yang telah disusun
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
Guru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira,
dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Apersepsi dengan memutarkan video pendek tentang kebutuhan sayuran
dan fungsinya bagi tubuh
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang konsep budidaya
tanaman sayuran secara vertikular
73

Kegiatan Inti
Tahap 1 Orientasi terhadap Masalah
Guru memberikan masalah nyata kepada peserta didik sebagai berikut.
Seorang Ibu yang tinggal diperkotaan ingin sekali menanam berbagai
sayuran yang dibutuhkan sehari-hari. Namun, Ibu tersebut tidak memiliki
lahan yang luas untuk menanam. Ia juga belum mengetahui jenis sayuran
yang sesuai ditanam di lahan terbatas. Bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut?
Tahap 2 Organisasi Belajar
1. Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi
kelompok
2. Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah, yaitu
mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, dan apa yang
perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Peserta didik berbagi
peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Guru meminta peserta didik mengajukan dugaan mengenai solusi atau
strategi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, peserta didik
menduga mengenai budi daya sayuran dapat dilakukan dengan
memanfaatkan wadah bekas sebagai tempat tanam dan disusun seperti
anak tangga (vertikular) untuk mengatasi lahan yang terbatas. Untuk
menguatkan dugaan tersebut, peserta didik dapat membaca berbagai
sumber belajar yang sesuai.
Tahap 3Penyelidikan Kelompok
1. Dengan bimbingan guru, peserta didik melakukan eksplorasi sumber-sumber
belajar yang mendukung untuk menemukan strategi terbaik untuk menanam
sayuran di lahan terbatas dengan biaya yang minimal
2. Peserta didik dalam kelompok menyimpulkanhasil diskusi kelompok
Tahap 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Pemecahan Masalah
1. Peserta didik dalam kelompok mengembangkan laporan hasil diskusi
kelompok. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain
menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik.
2. Guru membimbing diskusi kelas untuk mengklarifikasi dan memperkuat
pemahaman peserta didik terkait hasil diskusi kelompok.
Tahap 5Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah
1. Guru bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses
penyelesaian masalah yang dipresentasikan setiap kelompok maupun
terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
2. Guru memberikan penguatan terkait penguasaan pengetahuan atau konsep
tertentu, misalnya cara budidaya tanaman sayuran secara vertikular.
Penutup
Dengan bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Guru dapat
melakukan kegiatan pengayaan bagi peserta didik dengan melakukan praktik
menanam sayuran untuk lahan terbatas dengan biaya minimal.

74

Lampiran 3a. Pembelajaran Berbasis Projek


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Proyek
Alokasi Waktu
Alat dan Bahan
Sumber Belajar

:IPA dan Matematika


: IX/1
: Bercocok Tanam
: 12 minggu
: Pot, tanah dan/atau media lain, selang, botol air minum
kemasan sebagai tandon air, kotak plastik bekas untuk
menampung kelebihan air, mistar
: Buku IPA dan Matematika, ensiklopedia, internet

Kompetensi Dasar IPA


1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik
dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dan bekerja sama dalam aktivitas sehari-hari.
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi dalam melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan.
2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas
sehari-hari.
2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang dalam aktivitas sehari-hari
3.11 Memahami pentingnya tanah dan organisme yang hidup dalam tanah untuk
keberlanjutan kehidupan.
4.9 Menyajikan data dan informasi tentang proses dan produk teknologi yang
tidak merusak lingkungan.
4.10 Melakukan penyelidikan tentang fungsi tanah bagi keberlangsungan
kehidupan.
Projek yang berjudul Bercocok tanam hemat air ini bersifat lintas mata
pelajaran, berikut ini adalah kompetensi dasar mata pelajaran Matematika yang
terkait dengan projek tersebut.
Kompetensi Dasar Matematika
1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung
jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika
serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang
terbentuk melalui pengalaman belajar.
2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya
teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
75

3.14

Memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik


batang, diagram lingkaran, dan grafik garis dengan komputer serta
menganalisis hubungan antar variabel.
4.7 Mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil
pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik dari dua variabel
serta mengidentifikasi hubungan antar variabel.

Contoh Tujuan Pembelajaran


1. Peserta didik menjelaskan pentingnya tanah dan organisme yang hidup
dalam tanah untuk keberlanjutan kehidupan.
2. Peserta didik menyajikan data dan informasi tentang proses dan produk
teknologi yang tidak merusak lingkungan dalam projek bercocok tanam
hemat air.
3. Peserta didik melakukan penyelidikan tentang fungsi tanah bagi
keberlangsungan kehidupan melalui Projek bercocok tanam hemat air.
4. Peserta didik menjelaskan teknik penyajian data dua variabel menggunakan
tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis dengan komputer
serta menganalisis hubungan antar variable dalam projek bercocok tanam
hemat air.
5. Peserta didikmengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan
data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik dari dua
variabel serta mengidentifikasi hubungan antar variable dalam projek
bercocok tanam hemat air.
6. Peserta didik membuat laporan projek bercocok tanam hemat air.
7. Peserta didik mempresentasikan laporan projek bercocok tanam hemat air.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
Contoh kegiatan pendahuluan, guru menyapa peserta didik dengan nada
bersemangat dan gembira, dilanjutkan dengan kegiatan:
1.
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
2.
Apersepsi
a. Guru mengangkat masalah tentang kekeringan.
b. Guru menayangkan videocontoh beberapa masalah kekeringan di
Gunung Kidul.
3.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
4.
Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang
projek bercocok tanam hemat air
Kegiatan Inti
1. Menentukan projek
a. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang contoh masalah
berikut: Di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak
lahan tidak produktif saat musim kemarau. Menurut petani, hal tersebut
terjadi karena tidak tersedia air untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Namun pengamatan menunjukkan bahwa pohon pisang (yang berdaun
lebar) masih dapat tumbuh dengan baik saat musim kemarau. Ini berarti
masih tersedia air untuk memenuhi kebutuhan pohon pisang, walaupun
ketersediaan air tidak melimpah. Atau, apakah pohon pisang
sesungguhnya tidak membutuhkan air sebanyak yang kita perkirakan?
76

b. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan contoh sebagai

berikut: Keterbatasan persediaan air di musim kemarau adalah fakta yang


tidak bisa dipungkiri. Tetapi keterbatasan air seharusnya tidak membatasi
kelangsungan usaha tani, asalkan petani bisa mengetahui dengan tepat
kebutuhan air setiap tanaman.
c. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru dengan contoh sebagai
berikut: Anak-anak, misalnya kita menghadapi masalah kekurangan air.
Untuk bertani, kita harus benar-benar menghemat air dengan cara
mengairi tanaman benar-benar tepat sebatas kebutuhan tanaman. Kita
akan belajar mengatasi masalah keterbatasan air ini dan mengairi
tanaman sebatas keperluan dengan cara menanam di pot dan mengairi
tanaman setetes demi setetes melalui lubang yang dibuat pada selang
berair. Sekarang misalnya, kita akan menanam cabai. Berapa banyak air
yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap tanaman cabai? Faktor-faktor
apa yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman cabai? Apakah air yang
kita berikan memang sudah pas?
d. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok (tergantung jumlah
peserta didik dalam satu kelas); satu kelompok terdiri dari 3 (tiga) peserta
didik.
e. Peserta didik bersama dengan kelompoknya menentukan satu jenis
tanaman yang akan dijadikan sebagai objek yang diteliti untuk
menyelesaikan tugas projek. (Dimungkinkan dalam satu kelas ada 3 (tiga)
jenis tanaman yang diteliti.)
2. Merancang langkah-langkah penyelesaian projek
a. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan berapa jumlah
pot yang dipakai dan berapa jumlah tanaman tiap pot (misalnya, tiap
kelompok memerlukan 5 (lima) pot, dengan 5 (tanaman) dalam tiap pot).
b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan diameter dan
panjang selang yang dipakai. (Dengan mempertimbangkan ukuran pot
dan jumlah pot yang akan diairi.)
c. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan ukuran lubang
tempat menetesnya air pada selang dan berapa jumlah lubang untuk
setiap pot. (Tahap ini adalah tahap yang penting karena harus
mempertimbangkan jenis tanaman, jenis tanah atau media tanam dan
faktor kelembaban udara.)
d. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan ukuran dan
jenis tandon air yang akan digunakan.
e. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan volume air
dalam tandon air dan selisih ketinggian antara tandon air dengan lubang
tempat keluar air pada setiap pot. (Tahap ini adalah tahap yang penting
karena memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengatur laju
tetes air. Guru sebagai fasilitator dapat membantu peserta didik dengan
menunjukkan salah satu indikasi laju tetes air yang terlalu besar adalah
adanya air yang keluar dari dasar pot.)
f. Peserta didik (melalui diskusi kelas dengan difasilitasi oleh guru)
memutuskan ciri-ciri morfologi tanaman yang akan diamati dan diukur
sebagai indikator tepat-tidaknya pemberian suplai air. (Misalnya, tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun atau ciri morfologi
lain sesuai dengan jenis tanaman yang dipilih oleh masing-masing
kelompok)
g. Peserta didik (melalui diskusi kelompok) merancang cara pengukuran dan
alat-alat ukur yang diperlukan untuk mengukur ciri-ciri morfologi
tanaman.
77

Berikut ini adalah contoh skema peletakan pot, selang, tandon air dan
wadah tempat menampung kelebihan air yang diletakkan di bawah pot.

3. Menyusun jadwal pelaksanaan projek


a. Peserta didik (secara berkelompok) memutuskan kapan penanaman bibit
tanaman dalam pot dimulai (untuk menghemat waktu, projek untuk
tanaman cabai, misalnya, dapat dimulai dengan menanam bibit cabai
yang sudah berumur satu minggu).
b. Peserta didik (dalam satu kelompok) berbagi tugas. Misalnya, siapa yang
bertanggung jawab untuk menyiapkan pot dan tanahnya, siapa yang
menyiapkan bibit tanamanmya, siapa yang menyiapkan selang dan
tandon airnya.
c. Peserta didik (dalam satu kelompok) kemudian menyusun jadwal
pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi tanaman yang telah diputuskan
untuk diamati sebagai indikator tepat-tidaknya pemberian suplai air.
Misalnya, pengamatan dan pengukuran dapat dilakukan 3 hari sekali.
Pengamatan dan pengukuran sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh
semua anggota kelompok, sehingga semua peserta didik dapat
merasakan suka-duka penelitian. (Sebaiknya proses pengamatan dan
pengukuran dilakukan sampai tanaman menghasilkan buah, sehingga
peserta didik puas dengan hasil projek yang dilakukan. Oleh karena itu,
mohon bijaksana dalam memilih tanaman yang akan diteliti.)
4. Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan pemantauan guru
a. Peserta didik (dalam satu kelompok) mempersiapkan pot, mengisi pot
dengan media tanam (bisa berupa tanah dan/atau yang lain sesuai
dengan rencana masing-masing kelompok), menanam bibit tanaman,
mengisi tandon air, menghubungkan selang dengan tandon air dan
melubangi selang.
b. Peserta didik (dalam satu kelompok) mempersiapkan wadah yang
ditempatkan di bawah tiap-tiap pot untuk menampung kelebihan air.
c. Peserta didik (dalam satu kelompok) mengatur selisih ketinggian antara
tandon air dan pot untuk mengatur laju tetes air. (Indikator air tidak
berlebihan adalah tidak ada air yang menetes dan tertampung pada
wadah yang ditempatkan di bawah tiap-tiap pot.)
d. Peserta didik (bersama-sama dalam satu kelompok) melakukan
pengamatan dan pengukuran ciri-ciri morfologi tanaman yang telah
diputuskan (dalam tahap perencanaan) sebagai indikator tepat-tidaknya
suplai air. Proses pengamatan dan pengukuran dilakukan sampai
tanaman berbuah. Data hasil pengukuran dicatat dalam tabel.
(Sebaiknya peserta didik diminta untuk merancang sendiri tabel yang
diperlukan.)
78

e. Peserta didik (dalam satu kelompok) mengukur dan mencatat volume air
yang dibutuhkan, mulai dari awal penanaman hingga tanaman berbuah
(atau sampai akhir pelaksanaan projek). Data hasil pengukuran dicatat
dalam tabel.
5. Menyusun laporan dan mempersiapkan presentasi hasil projek
a. Peserta didik (dalam satu kelompok) mengolah data yang sudah tercatat
dalam tabel, dan menyajikannya dalam bentuk grafik. (Guru sebagai
fasilitator diharapkan mengambil peran yang besar dalam tahap ini.)
b. Berdasarkan data dan grafik yang telah dibuat, peserta didik (bersamasama dengan anggota dalam satu kelompok) menarik kesimpulan: 1)
apakah air yang diberikan pada tanaman sudah pas atau belum, 2) ciri
morfologi apa yang paling tepat digunakan sebagai indikator ketepatan
suplai air, 3) berapa total volume air yang sebenarnya dibutuhkan setiap
tanaman dari awal penanaman sampai tanaman berbuah.
6. Evaluasi proses dan hasil projek
a. Setiap kelompok (diwakili oleh salah satu anggota kelompok)
mempresentasikan hasil projek yang telah mereka peroleh. Peserta didik
lain dan guru memberikan tanggapan. (Guru sebaiknya mendorong tiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil yang mereka peroleh dalam
bentuk grafik; hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir analitis
peserta didik.) Apakah total volume air yang dibutuhkan setiap tanaman
sebenarnya tidak terlalu banyak?
b. Guru memberikan kesimpulan umum terhadap hasil projek dari semua
kelompok. Lebih jauh lagi, guru membahas kemungkinan penerapan hasil
projek pada skala yang lebih luas. Jika memungkinkan (misalnya, sekolah
mempunyai lahan untuk bercocok tanam) hasil projek diterapkan. Pada
tahap ini, diharapkan akan muncul pertanyaan dari peserta didik,
misalnya: Apakah kita tetap akan menggunakan pot untuk menanam?
Jika penggunaan pot dinilai tidak ekonomis, bagaimana mengupayakan
media tanam agar tetap hemat air?
c. Upaya guru untuk menerapkan hasil projek sangat penting dan sangat
berharga untuk menumbuhkembangkan sikap ilmiah pada diri peserta
didik, karena upaya penerapan ini adalah bentuk penghargaan tertinggi
terhadap hasil karya peserta didik. Keberanian guru mengambil sikap
seperti ini adalah contoh langsung sikap ilmiah yang sangat baik bagi
peserta didik. Guru, pada posisi yang lebih tinggi dari peserta didik,
dengan ikhlas menempatkan dirinya di bawah peserta didik karena sadar
bahwa yang paling tahu tentang hasil penelitian adalah yang melakukan
penelitian.
Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang diperoleh dan
menyampaikan materi yang akan dipelajari pada tatap muka berikutnya

79

Lampiran 3b. Contoh Pembelajaran Berbasis Projek


Mata Pelajaran
:Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/ Semester
: VII/1
Materi Proyek: Memakmurkan masjid dengan melaksanakan shalat wajib
berjamaah setiap hari
Alokasi Waktu
: 12 minggu
Alat dan Bahan
: Alat Sholat
Sumber Belajar
: Buku, ensiklopedia, sumber dari internet
Kompetensi Dasar
3.8 Memahami ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar,
3.9 Memahami ketentuan shalat berjamaah, dan
3.10 Memahami ketentuan shalat Jumat
Contoh Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian pembelajaran peserta didik diharapkan dapat:
1. melaksanakan tata cara bersuci dari hadas kecil dan besar dengan baik dan
benar berdasarkan ketentuan syariat Islam,
2. melaksanakan shalat wajib dengan berjamaah setiap hari sebagai
implementasi dari pemahaman rukun Islam, dan
3. melaksanakan shalat Jumat dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan
syariat Islam.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru memulai dengan salam lalu menyapa peserta didik dengan nada
bersemangat dan gembira.
2. Salah seorang peserta didik memimpin berdoa bersama.
3. Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan persiapan-persiapan
pembelajaran.
80

4. Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali pelajaran terdahulu


tentang taharah atau bersuci, shalat berjamaah, dan shalat jumat.
5. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran.
6. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang memakmurkan
masjid sebagai implementasi pemahaman rukun Islam yang di antaranya
dengan selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid
Kegiatan Inti
1. Menentukan Projek
a. Guru menyampaikan program Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)atau
Project Based Learning (PBL) dengan berbagai ketentuan dan
kesepakatan.
b. Guru memberikan penjelasan secukupnya tentang berbagai pilihan projek
beserta argumentasinya yang bisa dilakukan oleh peserta didik, termasuk
projek memakmurkan masjid dengan melaksanakan shalat wajib dengan
berjamaah setiap hari.
c. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati pembelajaran berbasis
projek yang akan dilakukan.
d. Guru menjelaskan bahwa projek ini dilakukan dalam rangka pencapaian
beberapa KD dan tujuan pembelajaran seperti tersebut di atas terkait
dengan ketentuan thaharah, shalat berjamaah, dan shalat Jumat.
2. Merancang langkah-langkah penyelesaian projek
a. Guru
bersama-sama
peserta
didik
mengadakan
kesepakatan
tentanglangkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta
didik sebagai berikut, misalnya:
1) Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 9-12 orang yang
masing-masing dipimpin oleh seorang ketua kelompok, kemudian
peserta didik bersama-sama dalam kelompok tersebut menentukan
bentuk kegiatan projek,
2) Ketua kelompok membagi tugas kepada setiap anggota kelompok
dalam rangka melaksanakan projek,
3) Peserta didik secara berkelompok melaksanakan kegiatan-kegiatan
projek yang sudah dipilih dan disepakati, dan
4) Peserta didik juga menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan
projek.
b. Masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk menyepakati langkahlangkah praktis dan persiapan-persiapan projek yang akan dilakukan.
3. Menyusun jadwal pelaksanaan projek
a. Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan
dalam melaksanakan projek.
b. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) setelah peserta didik
mendapatkan penjelasan dari guru kemudian peserta didik menyusun
kegiatan pembimbingan untuk memperdalam materi bersuci dan
melaksanakan shalat berjamaah
secara benar, (2) Kegiatan
pembimbingan dilaksanakan selama 8 minggu, (3) peserta didik
membentuk kelompok menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 9-12 orang.
Setelah terbentuk kelompok kemudian masing-masing kelompok memilih
tema yang akan dilaksanakan, misalnya tema bersuci, shalat wajib
berjamaah, dan shalat Jumat, (4) Peserta didik meminta kepada guru
melaksanakan pembimbingan sesuai tema yang telah dipilih oleh
masing-masing kelompok untuk menghindari kesalahan.
c. Peserta didik membuat jadwal (timeline) untuk menyelesaikan projek.
d. Peserta didik menyepakatibatas waktu akhir penyelesaian projek.

81

e. Peserta didik (secaraberkelompok) berdiskusi menentukan jadwal


kegiatan projek sesuai dengan target waktu yang telah disepakati
bersama guru.
f. Peserta didik (secaraberkelompok) menentukan waktu pelaksanaandi
tingkat internal kelompok dan antarkelompok.
4. Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan pemantauan guru
a. Guru melakukan monitoring terhadap aktivitas peserta didik secara
individu dan kelompok selama menyelesaikan projek.
b. Monitoring guru dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada
setiap proses, yakni memberikan pembimbingan dan masukan berbagai
kegiatan dan contoh yang berkaitan dengan projek yang sedang
dilaksanakan oleh peserta didik.
c. Untuk mempermudah peningkatan kemajuan setiap kegiatan projek,
guru membuat catatan-catatan tertentu semisal jurnal kemajuan
pelaksanaan projek agar lebih mudah diketahui kesulitan apa yang
sedang dialami oleh masing-masing kelompok.
5. Menyusun laporan dan presentasi hasil projek
a. Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan hasil pelaksanaan
projek.
b. Peserta didik secara berkelompok menyusun laporan kegiatan projek
dengan sistematika laporan yang standar, misalnya tersusun dari
beberapa bab, dimulai dari bab pendahuluan, laporan pelaksanaan
projek, analisis hasil projek, dan penutup atau kesimpulan.
c. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil projek
kelompoknya di tempat ibadah sekolah (mushala atau masjid) yang
ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya secara bergantian.
d. Guru memberikan tanggapan, masukan, dan perbaikan atas presentasi
hasil laporan projek yang dilakukan masing-masing kelompok.
e. Peserta didik memperbaiki laporan hasil projek berdasarkan masukan
dan saran dari kelompok yang lain dan juga dari guru.
6. Evaluasi Proses dan Hasil Projek
Guru melakukan evaluasi secara lisan kepada peserta didik tentang proses
dan hasil projek yang telah dilakukan.
Penutup
a. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari seluruh proses
pembelajaran yang telah selesai.
b.Guru membuat penilaian terhadap keberhasilan proses pembelajaran
secaratransparan.
c. Guru bersama-sama peserta didik melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran berbasis projek dan menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada tatap muka berikutnya.

82

Lampiran 3c. Contoh Pembelajaran Berbasis Projek


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Proyek
Alokasi Waktu
Alat dan Bahan
Sumber Belajar

:Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


: IX/1
: Aksi Sosial Kemanusiaan
: 12 minggu
: Alat dan Bahan sesuai kebutuhan
: Buku, ensiklopedia, sumber dari internet

Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati perilaku beriman dan bertaqwa kepada TuhanYME dan berakhlak
mulia dalam kehidupan di lingkungan pergaulan antarbangsa
2.4 Menghargai sikap toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia
3.4 Memahami perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku, dan
bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
4.4 Menyaji sikap, tutur kata, dan perilaku yang baik, sesuai dengan nilai dan
moral Pancasila dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat, bangsa
dan negara
4.8 Menyaji bentuk-bentuk partisipasi dan tanggung jawab kewarganegaran
yang mencerminkan komitmen terhadap keutuhan nasional
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mempraktikkan sikap toleransi dan harmoni keberagaman
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia
melalui projek aksi sosial kemanusiaan.
2. Peserta didik membedakan baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku,
dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila melalui projek aksi sosial
kemanusiaan.
3. Peserta didik melaksanakan aksi sosial kemanusiaan sebagai pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung
sebagai bentuk partisipasi dan tanggung jawab kewarganegaraan.
83

4. Menyaji bentuk-bentuk partisipasi dan tanggung jawab kewarganegaran


melalui projek aksi sosial kemanusiaan.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
Contoh kegiatan pendahuluan, guru menyapa peserta didik dengan nada
bersemangat dan gembira, dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut.
1.
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
2. Apersepsi
a. Guru mengingatkan kembali bahan pelajaran yang telah dipelajari tentang
nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
b. Guru menayangkan videocontoh beberapa pelaksanaan nilai-nilai
Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
3.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
4.
Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang projek aksi
sosial kemanusiaan.

Kegiatan Inti
1.
Menentukan projek
a. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang contoh masalah
berikut: Persoalan sosial kemanusiaan di Indonesia masih menjadi
persoalan yang sangat serius. Beberapa kasus sosial kemanusiaan
seperti anak jalanan, kehidupan anak di panti asuhan, panti jompo,
layanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu perlu
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Pada sisi lain, perhatian
pemerintah ataupun masyarakat memiliki keterbatasan.
b. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat projek aksi sosial kemanusiaan, dengan
mementukan aksi sosial apa yang akan dikerjakan?
c. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok (tergantung jumlah
peserta didik dalam satu kelas); satu kelompok terdiri dari 4-5peserta
didik.
d. Peserta didik bersama dengan kelompoknya menentukan aksi sosial
kemausiaan apa yang akan dilakukan (Dapat dipilih yang paling mungkin
dilakukan dilihat dari lokasi seperti anak jalanan, kehidupan anak di panti
asuhan, panti jompo, layanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang
mampu).
2.
Merancang langkah-langkah penyelesaian projek
a. Peserta didik bersama dengan kelompoknya mendiskusikan rancangan
pendataan dari sasaran yang akan menjadi tujuan aksi sosial
kemanusiaan (Lokasi, sasaran, kegiatan yang dilakukan kelompok
sasaran dalam sehari-hari, aksi sosial kemanusiaan yang dapat dilakukan
untuk membantu kelompok sasaran). Peserta didik merancangtujuan aksi
sosial kemanusiaan yang akan dilaksanakan.
b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang persiapan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan aksi sosial kemanusiaan, seperti
kebutuhan alat, bahan, dan perlengkapan lainnya.
c. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang hal-hal yang
harus dilakukan pada saat pelaksanaan aksi sosial kemanusiaan
84

dijalankan, seperti perizinan, tindakan yang akan dilakukan, dan


kemungkinan resiko yang dapat terjadi. Guru memberikan fasilitasi
terhadap dalam proses perancangan projek aksi sosial kemanusiaan yang
dilakukan oleh peserta didik.
3.
Menyusun jadwal pelaksanaan projek
a. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang kapan aksi sosial
kemanusiaan itu dimulai, jangka waktu kegiatan, dan kapan diakhiri.
b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang pembagian
tugas dari persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan.
4.
Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan pemantauan
guru
a. Peserta didik bersama dengan kelompoknya melakukan pendataan
terhadap sasaran aksi sosial kemanusiaan yang menjadi pilihan
projeknya. Peserta didik mencatat dan mendokumentasikan sasaran
yang menjadi target projek aksi sosial kemanusiaan sebagai data awal
sebelum aksi sosial kemanusiaan dilakukan.
b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya melaksanakan aksi sosial
kemanusiaan yang telah direncanakan sesuai jadwal yang telah dibuat.
Peserta didik mencatat dan mendokumentasikan semua aktivitasnya
ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan kepada sasaran yang
menjadi target projeknya. Fasilitasi dan monitoring guru berlanjut dalam
kegiatan ini, sambil mengumpulkan data penilaian pelaksanaan projek.
c. Peserta didik bersama dengan kelompoknya mengumpulkan data
perubahan yang terjadi pada kelompok sasaran setelah aksi sosial
kemanusiaan dilaksanakan.
d. Peserta didik bersama dengan kelompoknya mendiskusikan nilai-nilai
Pancasila yang diperoleh ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan.
5.
Menyusun laporan dan mempersiapkan presentasi hasil
projek
a. Peserta didik bersama dengan kelompoknyamengolah data yang sudah
tercatat dalam bentuk deskripsi, tabel, atau grafik tentang data awal
kelompok sasaran, aksi sosial kemanusiaan yang dilaksanakan, data
perubahan yang terjadi pada kelompok sasaran setelah aksi sosial
kemanusiaan dilaksanakan, dan nilai-nilai Pancasila yang diperoleh ketika
melaksanakan aksi sosial kemanusiaan. (Guru sebagai fasilitator
diharapkan mengambil peran yang besar dalam tahap ini.)
b. Berdasarkan data, peserta didik bersama-sama dengan anggota dalam
satu kelompok menarik kesimpulan karakteristik kelompok sasaran dalam
aksi sosial kemanusiaan, aksi sosial kemanusiaan yang dilaksanakan
beserta dampaknya bagi kelompok sasaran, dan nilai-nilai Pancasila yang
diperoleh ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan.
c. Peserta didik membuat laporan pelaksanaan aksi sosial kemanusiaan yang
dilakukan pada kelompok sasaran berdasarkan rancangan, pelaksanaan,
dan kesimpulan.
d. Peserta didik mempersiapkan presentasi hasil projek dalam bentuk slide
paparan power-point atau poster.
6.
Evaluasi proses dan hasil projek
a. Setiap kelompok (diwakili oleh salah satu anggota kelompok)
mempresentasikan hasil projek yang telah mereka peroleh. Peserta didik
lain dan guru memberikan tanggapan.
b. Guru memberikan kesimpulan umum terhadap hasil projek dari semua
kelompok. Lebih jauh lagi, guru membahas kemungkinan penerapan hasil
projek pada skala yang lebih luas.

85

c. Peserta didik mengevaluasi proses dan hasil projek dari masing-masing


kelompok dilihat dari kekuatan dan kelemahannya.
Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang diperoleh dan
menyampaikan materi yang akan dipelajari pada tatap muka berikutnya

Lampiran 4a. Contoh Pembelajaran Kooperatif


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:IPA
: VII/
: Suhu, Pemuaian, dan Kalor

Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik
dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan
berdiskusi
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan
2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam memilih penggunaan
alat dan bahan untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan
2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi perilaku menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan

86

3.7

Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan


penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada
manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari
4.7 Melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya, serta
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda
4.8 Melakukan penyelidikan terhadap karakteristik perambatan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Menyampaikan salam, mengecek kehadiran peserta didik.
2. Menyampaikan tujuan dan motivasi dalam pembelajaran kooperatif pada
materi pokok Suhu, Pemuaian dan Kalor.
3. Melakukan tes awal/untuk menggambarkan kondisi awal peserta didik di
dalam kelompoknya.
Langkah 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
1. Menunjukaan fenomena untuk memotifasi peserta didik (pemuaian
udara,video, gelas retak)
2. Meyampaikan tujuan dengan menyampaikan sebagai berikut. Jika benda di
kenai kalor maka salah satu akibatnya adalah suhunya bertambah dan
berdampak pada bertambahnya ukuran volume benda, kita akan
mempelajari karakteristik pemuaian pada benda dan menerapkan konsep
pemuaian pada termometer.
3. Melakukan observasi dan pengajukan pertanyaan untuk merumuskan
masalah. Dengan mengamati demonstrasi, guru membimbing peserta didik
untuk bertanya dan mengajukan masalah sebagai berikut.
a. Bandingkan pemuaian pada alkohol dan raksa pada kedua termometer
berikut ini, apakah sama? mengapa?
b. Salah satu penerapan konsep pemuaian digunakan pada termometer,
bagaimana termometer dapat dipergunakan sebagai alat pengukur suhu?
Contoh MPK tipe STAD pada kegiatan inti ( menyajikan informasi,
mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar, dan
membimbing kelompok bekerja dan belajar)
Langkah 2. Menyajikan informasi
Peserta didik mendengarkan penjelasan guru terkait dengan permasalahan
Peserta didik mendefiniskan pengertian pemuaian berdasarkan demonstasi dan
bimbingan guru.Pemuaian adalah bertambahnya ukuran volume benda ketika
suhunya bertambah akibat pemberian kalor. Pemuaian dapat terjadi pada benda
padat, cair dan gas.
Langkah 3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompokkelompok belajar
Guru memberikan penjelasan tata cata kerja dan penilain kelompok.
Langkah 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
a. Kelompok merencanakan dan melaksanakan eksperimen pemuaian
membanding-kan pemuaian pada alkohol dan raksa, dibawah bimbingan
guru.
b. Kelompok mempresentasikan hasil temuannya untuk menjawab apakah
alkohol memiliki sifat muai yang sama dengan raksa?
c. Kelompok mendengarkan penjelasan guru tentang aplikasi pemuaian pada
termometer.
1) Guru melakukan demonstrasi pengukuran suhu dengan menggunakan
termometer.
87

2) Peserta didik menjelaskan bagian-bagian dari termometer .


3) Peserta didik mengungkapkan mengapa termometer dapat dijadikan
sebagai alat ukur suhu.
4) Peserta didik menemukan persamaan dan perbedaan termometer Celsius
dan Kelvin dengan bantuan guru.
5) Peserta didik memformulasikan kesetaraan hubungan termometer
berdasarkan data hasil demonstrasi dengan b imbingan guru.
Kegiatan penutup dalam MPK tipe STAD (Evaluasi, dan memberikan
penghargaan )
Peserta didik mendengarkan penjelasan guru terkait dengan konsep-konsep
esensial
1. Pengertian pemuaian
2. Jika benda dikenai kalor maka suhunya akan naik dan berdampak kepada
bertambahnya volume benda (pemuaian).
3. Setiap benda memiliki karakteristik pemuaian yang berbeda dengan
menunjukkan tabel kofisien muai beberapa benda.
4. Termometer alat ukur suhu yang bekerja atas dasar prinsip pemuaian.
5. Beberapa aplikasi kekinian tetang pemuaian, misal penggunaan bimetal.
Langkah 5. Evaluasi
1. Guru memberikan post tes untuk mengukur kemajuan perkembangan
individu.
2. Dengan bantuan peserta didik (teman sejawat) guru memperoleh skor dan
memperoleh gambaran kemajuan kelompok berdasarkan standar aturan
yang telah dikembangkan.
Langkah 6. Memberikan penghargaan
1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan
nilai kognitif dan afektif (kelompok tinggi, sedang dan kurang). Menjelaskan
tentang ketrampilan sosial yang telah dibangun pada kelompok yang
dipandang paling unggul. Menyemangati peserta didik untuk berkompetisi,
bekerjasama di dalam kelompok dan peningkatan prestasi.
2. Guru memberikan tugas agar peserta didik membuat tulisan terkait dengan
penerapan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi
kekinian (bimetal), menyelesaikan persolan fisika sederhana terkait dengan
konsep pemuain.
3. Menyampaikan informasi materi pertemuan selanjutnya.
Lampiran 4b. Contoh Pembelajaran Kooperatif
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Prakarya (Kerajinan)
: VII/
: Kerajinan dari Bahan Alam

Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Menghargai keberagaman produk kerajinan di daerah setempat sebagai
anugerah Tuhan
2.1 Menghargai rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi
tentang keberagaman produk kerajinan daerah setempat sebagai wujud
cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia
2.2Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam merancang dan
membuat karya kerajinan
2.3 Menghargai kemauan bertoleransi, disiplin dan bertanggung jawab dalam
penggunaan alat dan bahan, serta teliti dan rapi saat melakukan berbagai
kegiatan pembuatan karya kerajinan
88

3.1 Memahami desain pembuatan dan pengemasan karya kerajinan bahan alam
berdasarkan konsep dan prosedur berkarya sesuai wilayah setempat.
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan pengertian kerajinan dari bahan alam (tanah liat, serat
alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll)
2. Mengidentifikasi jenis karya kerajinan dari bahan alam dan fungsinya
3. Mendeskripsikan motif ragam hias pada kerajinan dari bahan alam
4. Mengidentifikasi bahan, alat dan teknik dalam pembuatan pembuatan karya
kerajinan dari bahan alam
5. Mendeskripsikan prosedur pembuatan karya kerajinan dari bahan alam
6. Mengidentifikasi bahan dan alat untuk pembuatan kemasan karya kerajinan
dari bahan alam
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengecek kehadiran peserta didik
3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
4. Peserta didik secara individual mengerjakan tes/ kuis pilihan ganda untuk
mendapatkan skor awal (nilai pre test)
5. Apersepsi:
Guru bertanya kepada peserta didik tentang karya kerajianan yang ada di
rumah mereka, misalnya: Anak-anak, coba ingat benda/ karya kerajinan yang
ada di rumahmu! Jenis karya kerajinan apakah yang kamu miliki? Dibuat dari
bahan apakah karya tersebut?, dsb.
6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
7. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang kerajinan dari bahan
alam (tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll)

Kegiatan Inti
1. Peserta didik memperhatikan contoh-contoh karya kerajinan dari bahan alam
(tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll) melalui media LCD,
gambar-gambar ataupun produk kerajinan sebenarya yang ditunjukkan oleh
guru.
2. Peserta didik membaca bahan ajar (buku-buku, handout, browsing
internet,dsb.) tentang materi ajar: pengertian, jenis, motif ragam hias karya
kerajinan yang memiliki fungsi pakai, bahan, alat,
teknik, prosedur
pembuatan dan pengemasan kerajinan dari bahan alam (tanah liat, serat
alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll)
3. Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
dengan kemampuan yang berbeda beda (tinggi, sedang, dan rendah)
berdasarkan tes formatif sebelumnya.
4. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi mengerjakan tugas/ lembar kerja dari
guru untuk mengeksplorasi pengetahuan tentang materi ajar essensial Karya
kerajinan dari bahan alam (tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit,
batu, dll), kemudian menyimpulkan konsep-konsep atau pengetahuan yang
telah diperoleh. Guru berkeliling ke setiap kelompok membimbing,
mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman/
simpulan.
89

5. Peserta didik (wakil dari setiap kelompok) mempresentasikan hasil


simpulan/rangkuman dari kelompoknya dan guru memberikan penegasan
terhadap hasil dari kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut
serta menyimpulkan hasil keselurhan dari kegiatan diskusi kelompok.
6. Setiap kelompok mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan.
Penutup
1. Peserta didik secara individual mengerjakan tes/ kuis pilihan ganda, untuk
mendapatkan skor kedua (nilai post tes).
2. Peserta didik dan guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai kemajuan kelompok. Nilai kemajuan kelompok diperoleh
berdasarkan selisih skor awal (pre tes) dan skor kedua (post tes) mengacu
pada pedoman pemberian skor perkembangan individu yang dikemukakan
oleh Slavin (1995) sebagai berikut:
Skor Tes

Skor Perkembangan
Individu

1.
2.
3.
4.
5.

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal


5
10 hingga 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor
30
awal)
Contoh meghitung skor dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
Nama
Kelompo
k
A

Nama
Peserta
didik
Adi
Ratna
Susi
Budi

Tanggal:
Kuis: Ditambah dengan pengelompokan kembali
Skor post
Skor pre tes
tes
Poin Kemajuan
(skor awal)
(
skor
kedua)
90
100
30
85
74
10
80
67
0
70
91
30

Skor Kelompok (Skor rata-rata)


B

Devi
90
Raynaldo
85
Desi
80
Fandi
65
Skor Kelompok (Skor rata-rata)

17,5
100
72
91
70

30
0
30
20
20

Dst.
Pada contoh di atas Kelompok A memperoleh nilai kemajuan kelompok (skor
kelompok) 17,5 dan 20 untuk kelompok B, kelompok C dst dihitung dengan
langkah yang sama. Berdasarkan perolehan nilai kemajuan kelompok, guru
memberikan penghargaan kepada semua kelompok. Penghargaan/ reward dapat
berupa predikat kelompok (misalnya: super, hebat dan baik), memberikan
sertifikat/bintang, atau nilai tambahan, dan sebagainya.
1. Guru dan peserta didik melakukan refleksi, memberikan penekanan pada
konsep-konsep esensial dari materi yang telah dipelajari, serta penerapan
dan pengayaan.
90

2. Guru memberikan informasi tugas, dan materi yang akan disampaikan pada
minggu berikutnya.

91

Lampiran 4c. Contoh Pembelajaran Kooperatif


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Penjasorkes
: VIII/1
: Permainan Bola Voli (Pasing Atas dan Pasing Bawah)

Kompetensi Dasar
1.1 a. Pembiasaan perilaku berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
b. Selalu berusaha secara maksimal dan tawakal dengan hasil akhir
2.1 Berperilaku sportif dalam bermain
3.1 Memahami konsep variasi dan kombinasi permainan bola besar.
4.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi keterampilan berbagai permainan bola
besar dengan koordinasi yang baik
Contoh Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan cara melakukan variasi pasing bawah
dengan benar
2. Peserta didik dapat menjelaskan cara melakukan variasi dan kombinasi
pasing.
3. Peserta didik dapat melakukan variasi pasing atas dengan benar
4. Peserta didik dapat melakukan variasi pasing bawah dengan benar
5. Peserta didik dapat melakukan variasi dan kombinasi pasing
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Peserta didik dibariskan 2-4 bersaf, peserta didik yg tinggi disebelah kanan
2. Presensi kehadiran peserta didik dan menanyakan kesehatan secara umum
3. Peserta didik berdoa sesuai dengan kepercayaan dan agama masing-masing
4. Menugaskan
peserta
didik
untuk
melakukan
penguluran
(Stretching).Diupayakan gerakan pemanasan mengarah pada materi
pembelajaran.
5. Apersepsi
Guru membuka pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang
terkait dengan materi yang akan dipelajari guna mengetahui seberapa jauh
kompetensi awal peserta didik pada materi tersebut dengan cara memberikan
tes awal (pre tes) secara individual (tes berupa tes keterampilan dan
pengetahuan) serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan cakupan materi
yang akan dipelajari dalam hal ini materi permainan bolavoli (pasing atas dan
pasing bawah) (tahap 1)
Kegiatan Inti
Tahap 1
Untuk mengingatkan kembali memori peserta didik tentang pasing atas dan
bawah guru menyampaikan ulang materi pasing yang ditekankan pada variasi
dan kombinasi pasing. Dengan cara mendemonstrasikan teknik pasing atas dan
bawah. Peserta didik dengan bimbingan guru mengamati untuk mendapatkan
gambaran permasalahan yang dapat dipecahkan.
Tahap 2
Guru membentuk kelompok-kelompok pembelajaran dengan kemampuan yang
berbeda. Dengan menentukan katagori di masing-masing kelompoknya.
Tahap 3

92

Sesuai dengan katagori kelompoknya, peserta didik dimasing-masing kelompok


berdiskusi menyusun materi kegiatan untuk menunjang ketercapaian
kompetensi. Misalnya:
1. kelompok A adalah kelompok yang beranggotakan peserta didik yang
mempunyai kemampuan rendah dalam melakukan aktivitas passing.
Kelompok Dengan bimbingan guru kelompok ini menyusun materi latihan
untuk meningkatkan kompetensi pasing berdasar dari data awal. Hasil awal
kelompok A adalah peserta didik belum bisa pasing dengan benar. Maka
latihan yang disusun adalah: (misalnya) Melakukan pasing dengan bantuan
bola dilempar teman.
2. Untuk kelompok C adalah kelompok peserta didik yang mempunyai
kemampuan pasing baik. Kelompok ini menyusun materi latihan juga berdasar
dari tes awal. Maka latihan yang disusun adalah: (misalnya) melakukan
pasing berpasangan dengan teman dalam waktu tertentu
3. Begitu juga dengan katagori kelompok lainnya. Penyusunan materi
disesuaikan dengan hasil tes awal.
4. Setelah materi terkonsep, setiap kelompok mengaplikasikan konsep ke
kegiatan sesuai dengan konsepnya.
5. Kemudian guru membimbing peserta didik (kelompok) dalam menyusun
rangkuman dari kegiatan yang dilakukan peserta didik (kelompok) dalam
meningkatkan
kompetensinya,
kemudian
dianalisis,
setelah
itu
dikomunikasikan dengan kelompok lainya. Guru menguatkan hasil rangkuman
kegiatan peserta didik (kelompok) dengan cara memberi pengarahan,
penegasan dan penguatan pada materi pembelajaran yang sedang dipelajari.
Penutup
1.Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari seluruh proses
pembelajaran yang telah selesai
2.Guru memberikan tes yang kedua (pos tes) untuk mengukur tingkat
keberhasilan peserta didik pada materi pembelajaran tersebut. Tes berupa tes
keterampilan dan pengetahuan. Hasil tes dihitung dengan cara nilai pre tes
dan nilai pos tes masing-masing peserta didik dalam kelompok dihitung
peningkatannya, kemudian hasil dari semua anggota kelompok dijumlahkan.
(tahap 5)
3.Peserta didik melakukan (cooling down)
4.Gurumengevaluasi proses belajar secara klasikal.
Berdasarkan hasil peningkatan nilai kelompok tersebut, guru memberikan
reward pada semua kelompok, dari nilai yang tertinggi sampai yang paling
rendah dalam kelas tersebut. Reward ini kepentingannya untuk menambah
motivasi peserta didik untuk dapat belajar lebih baik lagi supaya kompetensi
yang dicapai bisa dikembangkan lebih lanjut. (tahap 6)
5.Refleksi dari guru dan peserta didik
a. Guru dan peserta didikmemberikan penekanan pada konsep-konsep
esensial dari materi yang telah dipelajari, serta penerapan dan
pengayaannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan
pendapatnya tentang materi pembelajaran merangkai gerakan lompat
harimau dan guling depan yang mereka pelajari dari sisi fungsi dan
berbagai teknik, kemudian guru memberi penekanan dari hasil yang
disampaikan peserta didik.
6.Tindak lanjut dan penjelaskan materi minggu depan.
7.Berdoa
8.Kembali ke kelas dengan tertib dan tepat waktu.

93

Lampiran 4d. Contoh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Seni Rupa
: VII/1
: Menggambar Flora dan Fauna

Kompetensi Dasar
1. Menerima, menanggapi, dan menghargai keragaman dan keunikan karya
1
seni rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan
2. Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin, melalui aktivitas berkesenian
1
2. Menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduli, dan santun terhadap karya
2
seni rupa dan pembuatnya
3. Menunjukkan sikap percaya diri, motivasi internal, kepedulian terhadap
2
lingkungan dalam berkarya seni
3, Memahami konsep dan prosedur menggambar flora, fauna, dan benda alam
3
4. Menggambar flora, fauna, dan benda alam
1
Contoh Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian proses belajar, peserta didik diharapkan dapat:
1. mendeskripsikan pengertian dan kriteria menggambar flora dengan benar,
2. mendeskripsikan prosedur dan teknik menggambar flora dengan benar, dan
3. mengkomunikasikan pemahaman tentang prosedur dan teknik menggambar
flora secara lisan dan/atau tertulis, dan
4. menggambar flora dengan teknik warna (pensil warna)
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
Pada awal pembelajaran guru menayangkan empat contoh gambar flora (dengan
objek bunga, buah, sayur, dan tanaman hias) untuk diamati peserta didik.
Melalui tanya jawab dengan guru, peserta didik diarahkan untuk menemukan
permasalahan tentang menggambar flora, yaitu pengertian, kriteria, dan
prosedur serta teknik menggambar flora. Guru kemudian memberikan tes awal
untuk dijawab peserta didik secara individual. Selanjutnya, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1.
Untuk melaksanakan pembelajaran model jigsaw, guru membagi peserta
didik menjadi lima kelompok sesuai dengan jenis objek menggambar: (1)
bunga, (2) buah, (3) sayuran, dan (4) tanaman hias, masing-masing dengan
empat orang anggota, sebagai kelompok asal. Kepada masing-masing
anggota kelompok asal ini diberikan bagian materi untuk dipelajari: (1)
pengertian menggambar flora, (2) kriteria karya gambar flora, (3) prosedur
menggambar flora teknik hitam putih (pensil), dan (4) prosedur menggambar
flora dengan teknik warna (pensil warna). Materi tersebut merupakan uraian
tentang proses menggambar objek tertentu yang diambil dari Buku Peserta
didik dan sumber-sumber lainnya.
94

2.
3.

4.
5.
6.

7.
8.

Anggota dari masing-masing kelompok asal bertemu dalam kelompok


baru (kelompok ahli) sesuai dengan bagian materi yang dipelajarinya untuk
mendiskusikan materi tersebut.
Setelah selesai diskusi di dalam kelompok ahli, masing-masing anggota
kembali ke dalam kelompok asalnya dan bergantian menjelaskan materi
tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Setiap anggota kelompok
harus bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi yang harus
dipelajari di dalam kelompok asalnya. Dengan bimbingan guru, masingmasing menyimpulkan butir-butir penting tentang materi yang dipelajarinya
untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas.
Masing-masing kelompok asal kemudian mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya tentang pengertian, kriteria, dan langkah-langkah menggambar
flora sesuai objeknya.
Melalui tanya jawab, guru memberikan penguatan tentang pengertian,
kriteria, dan teknik menggambar flora yang telah didiskusikan peserta didik.
Guru memberikan kuis untuk dijawab peserta didik secara individual. Tidak
diperbolehkan satu anggota membantu anggota lainnya. Nilai tes akhir yang
diperoleh peserta dibandingkan dengan nilai tes awal untuk menentukan skor
perkembangan pengetahuan peserta didik.
Dengan bimbingan guru, peserta didik menggambar flora sesuai dengan
pengertian, kritria, prosedur serta teknik yang telah dipelajari.
Bersama-sama dengan guru, peserta didik membahas hasil karya gambar
flora yang dihasilkan peserta didik.

Penutup
1. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan merangkum
hasil kegiatan pembelajaran tentang menggambar flora.
2. Dengan bimbingan guru, peserta didik melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran model jigsaw. Refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada perilaku
ilmiah yang dapat terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas
pembelajaran tersebut, misalnya sikap ingin tahu, jujur, kritis, objektif, teliti,
dan kreatif. Selain itu, refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada sikap sosial,
misalnya tanggung jawab, disiplin, dan kerjasama. Refleksi lebih lanjut juga
dapat mendorong peserta didik untuk mengagumi keindahan sebagai karunia
Tuhan yang Mahakuasa.
Kriteria Penilaian
No
1
2
3
4

Kriteria Penilaian Penghargaan Kelompok


Nilai Tes Akhir
Nilai Perkembangan
Lebih dari 20 poin di atas nilai tes awal
30
Sama atau hingga 10 poin dari nilai tes awal
20
Sepuluh hingga satu poin di bawah nilai tes
10
awal
Lebih dari 10 poin dari nilai tes awal
5

95

Lampiran 4e. Contoh Pembelajaran Kooperatif Tipe Write Pair


Square)
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Bahasa Inggris
: VIII
: Meminta dan Mengungkapkan Pendapat

Kompetensi Dasar
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar komunikasi Internasional yang diwujudkan dalam semangat
belajar
2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi
interpersonal dengan guru dan teman.
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai,
dalam melaksanakan komunikasi fungsional.
3.1 Menerapkan struktur teks dan Wnsure kebahasaan untuk melaksanakan
fungsi Wnsure dari ungkapan meminta dan mengungkapkan pendapat, serta
responnya, sesuai dengan konteks penggunaannya.
4.1 Menyusun teks lisan sederhana untuk mengucapkan dan merespon
ungkapan meminta dan mengungkapkan pendapat dengan memperhatikan
fungsi Wnsure, struktur teks, dan Wnsure kebahasaan yang benar dan sesuai
konteks
Contoh Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menunjukkan perilaku kesungguhan belajar bahasa Inggris tentang
menyatakan dan meminta pendapat.
2. Menunjukkan perilaku santun, percaya diri, dan kerjasama dalam
berkomunikasi tentang menyatakan dan meminta pendapat.
3. Menyatakan pendapat dengan lancar, tepat, dan sesuai dengan konteks.
4. Meminta pendapat dengan lancar, tepat, dan sesuai dengan konteks.
(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang fakta adanya orang yang
berhasil dan yang kurang berhasil dalam belajar bahasa Inggris.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang terdiri atas 4 anggota.
Write

96

Setiap individu peserta didik dalam kelompok tersebut mengungkapkan


pendapat secara tertulis yang berupa daftar kegiatan yang dilakukan di luar
kelas untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mereka.
Pair
1. Dengan salah satu anggota dalam kelompoknya, secara berpasangan, peserta
didik menyampaikan daftar kegiatan yang sudah ditulisnya.
2. Secara bergantian, giliran diberikan kepada pasangan untuk menyampaikan
daftar kegiatannya.
3. Setiap pasangan melakukan kegiatan saling bertanyajawab dan berkomentar
tentang daftar kegiatan yang sudah ditulis oleh masing-masing.
Square
1. Dua pasangan selanjutnya berkelompok.
2. Setiap anggota melaporkan pendapat pasangannya tentang kegiatan yang
dilakukan di luar kelas untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris
mereka.
3. Semua anggota saling bertanyajawab dan berkomentar tentang kegiatan
tersebut.
Penutup
1. Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran,
terutama tentang berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di luar kelas untuk
meningkatkan keterampilan bahasa Inggris.
2. Peserta didik dapat mengurutkan jenis kegiatan dari yang paling banyak
dilakukan oleh anggota kelompok sampai yang paling sedikit.

97

Lampiran 5. Contoh Pembelajaran Komunikatif


Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok

:Bahasa Inggris
: VIII
: Teks Fungsional Tulis Pengumuman

Kompetensi Dasar
1.1
Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam
semangat belajar
2.3 Menunjukkan perilaku tanggungjawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai
dalam melaksanakan komunikasi fungsional
3.13 Menerapkan struktur teks dan unsur kebahasaan untuk melaksanakan
fungsi sosial dari teks pesan singkat dan pengumuman/pemberitahuan
(notice), sesuai dengan konteks penggunaannya
4.17 Menyusun teks tulis pesan singkat dan pengumuman/pemberitahuan
(notice), sangat pendek dan sederhana, dengan memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks
Contoh Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran baik secara sendiri-sendiri, berpasangan,
maupun berkelompok peserta didik dapat:
1. mengidentifikasi ciri-ciri kebahasaan teks tulis pengumuman
2. menentukan tujuan komunikatif teks tulis pengumuman
3. melengkapi teks tulis pengumuman yang belum lengkap dengan kata-kata
yang tepat.
4. mengedit teks tulis pengumuman yang memiliki kesalahan-kesalahan ejaan
dan tanda baca
5. menulis teks tulis pengumuman berdasarkan konteks yang diberikan
(Catatan: Contoh-contoh tujuan pembelajaran di atas diturunkan dari indikator.)
Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru dan peserta didik bercurah pendapat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan teks pengumuman
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi.
Kegiatan Inti
1.
Building Knowledge of Field
a. Peserta didik mengamati contoh teks pengumuman yang ditunjukkan
oleh guru.
b. Peserta didik menanyakan tentang ciri-ciri kebahasaan teks yang
meliputi makna kata baru dan pola kalimat, serta fungsi sosial teks di
bawah arahan guru.
2.
Modelling of Text
a. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dalam teks
pengumuman di bawah bimbingan guru melalui kegiatan tanya jawab.
98

b. Peserta didik menentukan tujuan komunikatif teks pengumumandengan


cermat, cepat dan tepat.
c. Peserta didik menganalisis struktur teks beberapa teks tulis pengumuman
dan mengasosiasikannya dengan menggunakan bantuan kerangka yang
terdiri atas opening, content, dan closing.
d. Peserta didik mengidentifikasi pola kalimat yang digunakan dalam teks
tulis pengumuman.
3.

Joint Construction of Text


a. Peserta didik melengkapi teks tulis pengumuman yang belum lengkap
dengan kata-kata yang tepat.
b. Peserta didik mengedit teks tulis pengumuman yang memiliki kesalahankesalahan ejaan dan tanda baca.
c. Peserta didik mengkomunikasikan berbagai informasi yang disediakan
dengan cermat, cepat dan tepat dalam bentuk teks tulis pengumuman.
4.
Independent Construction of Text
a. Peserta didik secara mandiri mencipta teks tulis pengumuman
berdasarkan konteks yang diberikan.
b. Peserta didik memajang hasil tulisan mereka.
Penutup
1. Guru dan peserta didik membuat simpulan pembelajaran.
2. Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan
3. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
4. Guru memberikan tugas rumah untuk menulis sebuah pengumuman tentang
kegiatan yang terkait dengan peringatan keagamaan.

99

100

Anda mungkin juga menyukai