Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PRAKTIKUM BIOLOGI

RUMEN PADA SAPI

Oleh :
Kelas : C
Kelompok : 4

NORMAN BILLI

200110140133

RISMAYANI SUHERMAN

200110140134

HENDRICO LUMBANTORUAN

200110140135

ELSA SALSABILLA

200110140136

LULU INTAN APRILIAN

200110140137

KIKI KURNIAWATI

200110140138

RISNA ROSDIANA

200110140139

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memamah
(memakan) dua kali sehinnga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai
hewan memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia
pada umumnya mempunyai kesamaan ciri dari sistem pencernaan hewan
ruminansia dan manusia. Seperti halnya pada manusia, hewan ruminansia
memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi) pada hewan
ruminansia terdapat gigi geraham yang besar yang berfungsi untuk menggiling
dan menggilas serta mengunyah rumput yang mengandung selulosa yang sulit
dicerna. Selain rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan dalam alat
pencernaan yaitu oesophagus, lambung dan usus. Yang membedakan adalah
susunan dan fungsi alat pencernaan, terutama susunan dan fungsi dari lambung.
Lambung hewan ruminansia terdiri atas lambung pengunyah, yatu rumen
(perut besar) dan retikulum (perut gala), serta lambung kelenjar yaitu omasum
(perut lutab) dan abomasum (perut masam).
Proses pencernaan ruminansia tergolong unik karena melibatkan bagian
yang tidak dimiliki hewan lain selain ruminansia, yaitu rumen.
Suatu sifat yang menonjol dari ternak ruminansia adalah bahwa untuk
keperluan mempertahankan hidupnya, tidaklah harus bersaing dengan kebutuhan
pangan manusia. Ternak ruminansia terutama menyandarkan diri pada bahanbahan pakan yang berkadar serat kasar tinggi, yang tidak cocok untuk konsumsi
langsung oleh manusia. Ternak ruminansia mengubah bahan-bahan tersebut
menjadi zat-zat yang bernilai biologis tinggi. Kemampuan yang unik dari ternak

ruminansia tersebut menggambarkan adanya proses fisiologis pencernaan yang


spesifik serta menyajikan metabolit sebagai produk-produk akhir, disebabkan oleh
adanya mikroba di dalam rumen. Salah satu contohnya adalah pada sistem
pencernaan sapi.

I.2 Identifikasi Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan rumen.
2. Apa fungsi rumen pada sapi.

I.3 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui pengertian rumen.
2. Mengetahui fungsi rumen pada sapi.

II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ternak ruminansia sering disebut hewan memamah biak, karena


karakteristik hewan ini mengunyah kembali makanannnya. Istilah untuk
mengunyah kembali makanan ialah ruminasi, sehingga hewan tersebut disebut
ruminansia (Hungate, 1966).
Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo
membranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah
memasukan makanan, menggiling, mencerna, dan menyerap makanan, serta
mengeluarkan buangannya yang berwujud padat. (R.D. Frandson, 1993).
Perut sejati atau perut glandular pada ruminansia, diawali oleh tiga bagian
perut atau divertikula (diselaputi oleh epitel squamous berstrata), dimana makanan
dicerna oleh mikroorganisme sebelum bergerak ke saluran pencernaan berikutnya.
(R.D. Frandson, 1993).
Rumen, retikulum, dan omasum pada ruminansia, secara bersama-sama
disebut perut depan. Kardia terletak pada posisi kraniodorsal di dalam kubah yang
bernama atrium ventrikuli, yang ada baik pada rumen ataupun retikulum. Sulcus
ruminorectikularis (atau yang disebut pula esofageal atau retikular groove, yang
terentang dari kardia perut menuju ke omasum, terbentuk oleh dua lipatan
muskuler yang kuat, atau dua bibir, yang dapat menutup atau membuka arus
material ke jurusan rumen dan retikulum. (R.D. Frandson, 1993).
Permukaan bagian dalam epitel rumen berpapila, bersisik, berlapis-lapis,
berkeratin lunak dan dilapisi mukopolisakarida (Lavker et al., 1969). Epitel
tersebut bukanlah bersifat sebagai kelenjar dan tidak memilii fungsi sekresi,

namun dapat mencernakan bahan kasar dalam digesta. Papila mempunyai lapisan
dasar yang diikuti lapisan status spinosa, stratus granulosa, dan lapisan terluar
yaitu stratus corneum. Asam asam lemak terbang yang merupakan 60%
konsumsi energi tercerna, secara konstan masuk melalui dinding rumen (Bergman
et al., 1965).

III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Rumen


Rumen adalah struktur sistem pencernaan seperti lambung hewan-hewan
tertentu

yang

ditandai

sebagai

ruang

pra-pencernaan

bagi

simbiosis

mikroorganisme hidup kritis untuk memulai pemecahan makanan khususnya


hewan. Biasanya hewan yang memiliki anatomi perut seperti ini disebut
ruminansia, dan sebagian besar adalah herbivora yang membutuhkan pasokan
makanan karbohidrat dari tanaman yang sulit dicerna.
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan
dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstansif bakteri dan
mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasanproduk akhir yang
dapat diasimilasi. Papila berkembang dengan baik sehingga luas permukaan
rumen bertambah 7 kalinya. Dari keseluruhan asam lemak terbang

yang

diproduksi, 85% diabsorpsi, melalui epitelium retikulo rumen.

3.2 Fungsi Rumen Pada Sapi


Rumen memiliki fungsi sebagai penampung sementara makanan setelah
ditelan hewan.
Ketika rumput dan tanaman lainnya yang sebagian dikunyah dengan air liur
dan ditelan ke tabung kerongkongan, selanjutnya akan ditampung sementara di
rumen yang kemudian akan terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase.
Kontraksi gelombang otot rumen mendorong ini lebih lanjut ke retikulorumen,

dengan terus berkontraksi mengocok makanan. Setelah usus penuh, biasanya


hewan akan beristirahat, memutahkan kembali,
Hampir setiap bolus yang ditelan ruminansia dewasa, akan masuk ke kantung
dorsal sebelah anterior, kecuali makanan yang berat akan masuk kedalam
retikulum. Makanan yang ringan bercampur dengan yang lebih berat, berkumpul
dalam rumen, akan tetapi rumen tidak akan langsung penuh, karena makanan
masuk secara bertahap, dan diseling dengan ruminasi.
Pada sapi yang diberi makan secara ad-libitum, hampir tidak ada cairan bebas
diatas bahan makanan. Makanan akan bercampur, karena adanya gerakan rumen
dan retikulum. Pergerakan rumen dan retikulum ini menyebabkan isi rumen
bercampur dan hal ini menolong bercampurnya mikroorganisme dengan merata
sehingga fermentasi juga akan merata. Gerakan rumen akan menyebarkan saliva
keseluruh rumen, mencegah terapungnya zat-zat padat selama fermentasi, dan
membantu pengangkutan dan perjalanan ingesta dari rumen dan retikulum ke
abomasum. Pencampuran tersebut dilakukan dengan kontraksi dinding rumen dan
retikulum.

IV
KESIMPULAN

1. Rumen adalah salah satu perut atau lambung yang ada pada sistem pencernaan
ruminansia, salah satunya terdapat pada sapi.
2. Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara makanan yang
masuk, yang kemudian terjadi proses fermentasi oleh enzim selulosa.

DAFTAR PUSTAKA

Bergman, E.N., Reid, R.S., Murray, M.G., Brockway, J.M. dan White law, F.G.
1965. Interconversions and production of volatile fatty acid in the sheep
rumen. Biochem. J. 97:53-68.
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes.Academic Press. New York and
London.
Lavker, R., Chalupa, W. Dan Dickey, J.F. 1969. J. Ultrastuc. Res. 28 : 1-15.
Mushawwir, Andi. 2010. Fisiologi Ternak . Bandung: Widya Padjadjaran.
Noviyanti, putri. 2012. Sistem Pencernaan Pada Ruminansia. http://materiforever.blogspot.com/2012/06/sistem-pencernaan-pada-ruminansia.html?
m=1 (diakses:14 Oktober 2014).

Anda mungkin juga menyukai