Anda di halaman 1dari 47

WORKPLAN DISKUSI KASUS

MANAJEMEN KEPERAWATAN
COMPREHENSIVE CLINICAL NURSING SKILLS (CCNS)

SKENARIO
KELOMPOK 6
Anggota Kelompok:
Ruang Bougenville 4 di Rumah Sakit Tipe A Pendidikan merupakan bangsal kelas
1. Ratna Wulandari
(15183)
II penyakit dalam khususnya bangsal Onkologi. Kapasitas pasien di bangsal ini adalah 30
2. Ardhy Kartika Dewi
(15185)
tempat tidur dengan BOR 903. %.Chlara
Terdapat
18
tenaga
perawat,
1
perawat lulusan SPK, 1
Yulia A
(15186)
perawat lulusan S1 dan4.yang
lulusan Diploma. Kepala(15189)
Ruang dipegang oleh
Nurilainnya
Ashrissilmi
perawat senior lulusan D3,
PN I dipegang
S1 dan PN II di pegang
5. sedangkan
Alenda Dwiadilla
M. P. oleh lulusan(15190)
6. Priscilla
Yonava
(15197)
oleh lulusan D3. Di bangsal
ini belum
semuaS.perawat mendapatkan
pelatihan pemberian
7.
Sri
Marga
Siwi
(15200)
perawatan pada pasien dengan Sitostatika. Sebagian besar perawat tidak memperhatikan
8. sitostatika
Ina Laela Abdillah
(15209)
APD saat memberikan obat
pada pasien.
9. Nyoman Martana
(15211)
10. muncul
Nandela pada
Melandy
A. Bougenvile (15219)
Permasalahan yang
ruangan
4 adalah kegiatan post
11. Prita Widayanti
(15220)
conference tidak pernah dilakukan dikarenakan PN II dan kepala ruang harus
12. Hersinta Retno Martani
(15225)
meninggalkan ruangan jam
atauFebrianingtyas
sebelum pergantian shift untuk
mengikuti sekolah S1.
13. 1Anita
(11493)
Kepala ruang merupakan orang yang cukup ramah, baik dan perhatian terhadap
bawahannya, namun dalam administrasi seperti pelaporan indicator mutu klinik kepala
ruang jarang membuat laporan dengan alasan banyaknya tugas di luar ruang seperti rapat,
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
pelatihan dan juga mengerjakan tugas belajar. Struktur organisasi yang terpajang di
ruangan pun sudah tiak sesuai dengan
yang seharusnya
karena ada beberapa perawat yang
FAKULTAS
KEDOKTERAN
dipindah kebangsal lain 3 bln yang lalu.
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Dari hasil survey kepuasan pelanggan didapatkan kepuasan pasien cukup tinggi 80
2016
% pasien mengatakan puas dengan pelayanan
perawat, namun ada beberapa pasien yang
merasa tidak nyaman dengan adanya pengunjung yang dengan bebasnya keluar masuk
bangsal di luar jam kunjung. Kepuasan mahasiswa praktek belum pernah di evaluasi. PN I
merasa sangat kealahaan karena harus mengurus mahasiswa yang jumlahnya 10 12
mahasiswa / mggnya. PN I Ronde keperawatan jaran dilakukan karena kesibukannya, PN I
belum mengetahui bagaimana melakukan ronde keperawatan dengan cara yang tepat.

Buatlah workplan dengan panduan sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kaji unsur Input


Kaji unsur proses
Kaji unsur output
Buat analisa data berdasarkan data pengkajian
Rumuskan masalah yang ada
Rencanakan penyelesaian masalah dalam bentuk POA ( Plan of Action)
Rencanakan evaluasi secara detail untuk mengukur pencapaian dari masing-masing
target yang suah di tetapkan
8. Lakukan analisis SWOT untuk ruang rawat tersebut
UNSUR INPUT MANAJEMEN KEPERAWATAN

Pengkajian unsur input


Menurut Harrington Emerson dalam Herujito (2001) manajemen memiliki 5 unsur,
yaitu men, money, materials, machines, dan method. Berikut identifikasi masalah yang
terjadi di ruang Bougenville 4 :
No
1

2
3
4
5

Instrumen Input
Masalah
Man
a. Kuantitas terkait SDM perawat masih belum mencukupi

Method
Material
Machine
Money

kebutuhan
b. Kualitas SDM masih ada yang belum sesuai kualifikasi
Prosedur tetap mengenai APD
Kebutuhan jenis APD belum memadai
-

UNSUR-UNSUR INPUT
1. MAN
a. Kuantitas terkait SDM perawat masih belum mencukupi kebutuhan
Data :
Terdapat 18 tenaga perawat di ruang Bougenville 4 di Rumah Sakit Tipe A
Pendidikan.
Teori:
Perhitungan kebutuhan tenaga
BOR di bangsal 90% dan kapasitas 30 tempat tidur
Tenaga pelaksana keperawatan sejumlah 18 orang : 1 perawat lulusan SPK, 1
perawat lulusan S1, dan 16 orang lulusan diploma.
1) Rumus Gillies
Ruang Bougenvile diasumsikan melakukan perawatan agak berat dengan ratarata jumlah jam perawatan per pasien per hari selama 4,15 jam (Depkes, 2005):
1) sebagian besar aktivitas diberikan atau dibantu
2) posisi diatur
3) observasi TTV setiap 2-4 jam
4) folley kateter
5) intake dan output dicatat
6) pengobatan lebih dari satu kali
7) persiapan obat memerlukan prosedur
Perhitungan tenaga kerja perawat menurut Gilles:

Keterangan:
A

= Jam kerja efektif perawat/24 jam

BOR = Bed Occupation Rate (%)

TT

= Tempat tidur

= Jumlah hari libur dalam satu tahun

Perhitungan tenaga perawat untuk kasus di ruang Bougenvile


1) Jam kerja efektif menggunakan patokan Depkes (karena tidak diketahui
didalam skenario) diasumsikan harus melakukan perawatan agak berat = 4,15
jam/hari
2) Libur hari minggu = 52 hari
3) Cuti tahunan = 12 hari
4) Libur nasional = 14 hari
Tenaga perawat =
= 20,6
= 21
Jumlah kebutuhan tenaga menurut gillies untuk ruang Bougenvile dengan
tipe perawatan agak berat adalah 21 orang, ditambah 1 orang kepala ruang.
Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan sebanyak 22 perawat.
2) Rumus DEPKES
Jumlah tenaga perawat = Kebutuhan tenaga perawat (KTP) + Faktor koreksi
Kebutuhan tenaga perawat=
Faktor koreksi

= Loss day + tugas non keperawatan

Loss Day (LD)

Non nursing job

= KTP + LD x 25%

No

Klasifikasi

Rata-rata

Rata-rata

jam Jumlah

jumlah pasien perawatan/pasien/


1
2
3
4

Minimal
Intermediet
Agak berat
Maksimal
Jumalah

per hari
A
B
C
D

hari
2
3,08
4,15
6,16

jam

perawatan/ hari
2xa
3,08 x b
4,15 x c
6,16 x d
Jumlah

Jam

Perawatan/ Hari
Perhitungan jumlah tenaga perawat untuk ruang Bougenvile menurut
DEPKES jika diasumsikan 4 pasien membutuhkan perawatan minimal, 23

pasien perawatan intermediet, dan 3 pasien perawatan total adalah sebagai


berikut:
No

Klasifikasi

1
2
3
4

Minimal
Intermediet
Agak berat
Maksimal
Jumlah

Rata-rata jumlah Rata-rata

jam Jumlah

pasien per hari

perawatan/pasien/

4
24
0
2

hari
2
3,08
4,15
6,16

jam

perawatan/ hari
8
73,92
0
12,32
94,24

Jumlah tenaga yang dibutuhkan per hari = 94,24/7

Loss day =

Tenaga non keperawatan = (13,46 + 3,66) x 25% = 4,28


Faktor koreksi = 3,66 + 4,28 = 7,94
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan = 13,46 + 7,94 + 1

= 13,46

= 22,4
= 22 orang
3) Rumus Douglas
Tenaga perawat menurut Douglas dihitung berdasarkan klasifikasi pasien.
Masing masing klasifikasi/ kategori mempunyai nilai standard per shiftnya.
Berikut adalah daftar standar tiap shift:
Klasifikasi
Minimal
Intermediet
Maksimal

Kebutuhan Perawat
Pagi
Siang
0,17
0,14
0,27
0,15
0,36
0,3

Malam
0,07
0,1
0,2

Jika diasumsikan terdapat 30 pasien di ruang Bougenvile terdiri dari pasien


yang membutuhkan perawatan minimal (4 orang) , perawatan intermediet (24
orang) dan perawatan total (2 orang) , maka perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Klasifikasi
Minimal
Intermediet
Maksimal
Jumlah

Kebutuhan Perawat
Pagi
Siang
0,17x4
0,14x4
0,27x24
0,15x24
0,36x2
0,3x2
7,88
4.76

Malam
0,07x4
0,1x24
0,2x2
3,08

Kebutuhan tenaga perawat di ruang Bougenvile menurut Douglas adalah=

7,88 + 4,76 + 3,08 = 15,72 orang


Perawat libur/cuti= 1/3 x 15,72 = 5,24 orang
Jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat menurut Douglas untuk ruang
Bougenvile adalah= 15,72 + 5,24 = 20,96 21 orang + 1 orang kepala
ruang= 22 orang.

Analisa:
Saat ini, ruang Bougenvile memiliki 18 orang perawat. Menurut 3 teori
yang sudah di paparkan, hasil perhitungan tenaga perawat yang mungkin
diterapkan untuk ruang Bougenvile adalah hasil perhitungan Gillis yaitu 20 orang
perawat ditambah 1 orang kepala ruang. Jadi, ruang Bougenvile membutuhkan
tenaga perawat tambahan sebanyak 3 orang.
Masalah:
Dari keterangan diatas, kami ketahui bahwa tenaga keperawatan yang harus
ada dalam satu hari menurut Gillis adalah 21 orang. Jika dibandingkan dengan
jumlah perawat yang ada pada kasus, maka jelas terjadi kekurangan perawat pada
kasus.

b. Kualitas SDM masih ada yang belum sesuai kualifikasi


Teori:
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Faktor
manusia merupakan faktor yang paling ditentukan dalam manajemen keperawatan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja. Oleh karena itu,
manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan (Satrianegara, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan (Ilyas, 2004):
1. Faktor pasien
- Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan perawatan
- Tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia maupun fak tor spesifik
- Jumlah klien dan fluktuasi
- Keadaan sosial ekonomi yang mempengaruhinyaharapan klien dan
keluarganya
2. Faktor tenaga/staf
- Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
- Kebijakan
- Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat
- Tingkat pendidikan dan pengalaman karyawan

- Kelangkaan tenaga perawat dengan jenjang pendidikan tinggi


3. Faktor lingkungan
- Tipe dan lokasi rumah sakit
- Fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan
- Pelayanan penunjang seperti laboratorium, radiologi, dll
4. Faktor organisasi
- Mutu pelayanan
- Kebijakan pembinaan dan pengembangan staf
Menurut Yaslis (2004), dalam mennentukan kebutuhan SDM Rumah sakit
harus memperhatikan salah satu faktor yaitu turn over personel dan tingkat
kehadiran dalam bekerja. Dalam analisis klasifikasi kebutuhan tenaga keperawatan
dibagi menjadi analisis organisasional, analisis operasional, dan analisis individu
(Nengsih, 2010).
1. Analisis organisasional. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui pelatihan
dilakukan di level mana. Diagnosa meliputi efektifitas dan efisiensi
organisasi, perencanaan jenjang karir.
2. Analisis operasional. Analisis ini dilakukan guna menentukan perilakuperilaku yang harus ada pada diri seorang karyawan supaya mampu bekerja
sesuai yang diharapkan. Analisa ini mengacu pada tingkat kemampuan dan
skill yang harus dipenuhi oleh karyawan.
3. Analisis individu. Kesenjangan antara kebutuhan kerja dan organisasi
dengan karakteristik karyawan diidentifikasi dalam analisis individu.
Fokusnya yaitu pada tingkat prestasi karyawan dan pengalaman karyawan
tersebut.
Data:
Terdapat 18 tenaga perawat, 1 perawat lulusan SPK, 1 perawat lulusan S1,
dan yang lainnya lulusan Diploma. Kepala Ruang dipegang oleh perawat senior
lulusan D3, sedangkan PN I dipegang oleh lulusan S1 dan PN II di pegang oleh
lulusan D3.
Analisa:
Dalam peningkatan kualitas SDM berhubungan dengan tingkat pendidikan
di Ruang Bougenvile sebaiknya dilakukan melihat karyawan yang berstatus S1
sangat minim dan masih terdapat lulusan SPK.
Masalah:
Dari keterangan diatas, kami ketahui bahwa tenaga keperawatan harus
meningkatkan kualifikasi individu dengan melakukan penambahan tenaga yang
memiliki status pendidikan tinggi namun tetap disesuaikan dengan faktor utama
rumah sakit yang mempengaruhi perlu adanya penambahan tenaga dengan status
pendidikan tinggi seperti S1.

2. METHOD
Teori:
Metode/ method merupakan cara-cara pelaksanaan kerja dengan seefisien mungkin
atas suatu tugas yang diperoleh dengan memperhitungkan segi-segi tujuan, peralatan,
fasilitas, tenaga kerja, waktu, ruang dan biaya-biaya yang tersedia (Hasibuan, 2009).
Alasan penggunaan proteksi diri antara lain untuk menjaga keselamatan,
meminimalkan bahaya, terutama dalam merawat pasien sitostatika terhadap efek
samping dari obat sitostatika. Seperti telah diketahui secara luas bahwa obat- obat
sitostatika mempunyai efek toksis baik terhadap pasien maupun terhadap petugas
dimana dalam penangananya harus sesuai dengan prosedur tetap pemberian obat
sitostatika sehingga dapat meminimalkan bahaya, efek samping serta menjaga
keselamatan petugas/perawat. (Diklat RSP Dr.Kariadi, 2005)
Pelaksanaan proteksi diri perawat dalam pemberian sitostatika antara lain 7
pertama; cara mempersiapkan alat proteksi: di tempat/ruangan perawat kerja, sesuai
dengan teori yang ada bahwa tempat persiapan alat proteksi diri berada diruangan dan
lemari tersendiri sedangkan jenis proteksi diri yang digunakan hanya masker, sarung
tangan dan baju kerja, sesuai teori bahwa alat proteksi yang digunakan dalam
pemberian sitostatika harus lengkap yaitu terdiri dari topi, masker, kaca mata khusus,
sarung tangan, baju lengan panjang yang kedap air, serta sepatu khusus. Kedua ;
prosedur persiapan obat sitostatika terdiri prosedur pengambilan obat, tempat
mengelola serta alat proteksi diri dimana pada prakteknya yaitu pasien mengambil obat
dari apotik dan diserahkan pada perawat, obat disiapkan di meja perawat, hanya
memakai masker, sarung tangan sedangkan sesuai dengan teori yang ada bahwa
prosedur persiapan obat sitostatika yaitu obat dikelola di bagian farmasi dengan
memakai alat biosafety laminary airflow kemudian dikirim ke ruang perawatan
dalam tempat khusus tertutup, diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis
obat, dosis obat dan jam pencampuran. Apabila tidak mempunyai biosafety laminary
airflow maka pengelolaan sitostatika dilakukan diruangan khusus dan tertutup
(National Institute for Occupational Safety and Health, 2004).
Data:
Sebagian besar perawat tidak memperhatikan APD saat memberikan obat
sitostatika pada pasien.
Analisa dan Masalah:

Kepatuhan perawat dalam menggunakan APD di Ruang Bougenville 4 masih


minim. Perawat tidak memperhatikan standar operasional yang ada tentang
penggunaan APD khususnya pada bangsal yang melakukan pengelolaan obat
sitostatika.
3. MATERIAL
Teori:
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Bersumber
dari Core Facilities and Common Equipment at the Cancer Center Karolinska), daftar
peralatan atau fasilitas utama yang ada di cancer center adalah flow cytometers, layanan
lab histologi, Real Time PCR, confocal microscope, counter untuk isotop radioaktif,
elispot, film developer, fluorescene microscope, gen documentation system, light
microscope dengan kamera CCD, microplate reader, lempeng luminometer, alat
pengolah gambar, sonicator, spektofotometri, ultra sentrifuge, dan western blot
equipment (Rindsjo, 2015).
APD yang digunakan dan pentingnya penggunaan APD tersebut yaitu:
Persiapan petugas kesehatan setengahnya (50,23%) dilakukan oleh petugas kesehatan
sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan APD yang digunakan oleh
petugas kesehatan di ruangan adalah sarung tangan latex, masker surgical, dan baju
pelindung.
Menurut Power & Polovich (2003) dalam Donadear dkk(-), APD digunakan untuk
melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan. APD yang dianjurkan
dalam pelaksanaan kemoterapi antara lain sarung tangan nitril tidak berpowder,
pelindung kepala, pelindung mata dan wajah, masker respirator, dan baju pelindung
tahan air. Penelitian Horisson (2001, dalam NIOSH, 2004 dalam Donadear dkk,-)
melaporkan bahwa enam obat kemoterapi yang berbeda terdeteksi dalam urin perawat
yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi. Sebuah penelitian lanjutan menyatakan
bahwa peningkatan keamanan penanganan obat sitotoksik dapat menurunkan risiko hal
tersebut (Donadear dkk,-).
Data:
Jumlah kebutuhan dan jenis APD di Ruang Bougenville
Analisa dan Masalah :
Perlu ditindak lanjuti untuk jumlah kebutuhan dan jenis alat pelindung diri yang
harus ada di ruang perawatan onkologi Bougenville mengingat proteksi dari sumber
radiasi obat sangat diperlukan.
4. MACHINE
Teori:

Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan


keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja (Satrianegara, 2009).
Sarana dan prasarana yang harus ada di bangsal Onkologi:
a. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Serviks, program Payudara Terpadu,
pemeriksaan Ginekologi Onkologi, Pembedahan Estetik Payudara, program
Thyroid

Terpadu,

Pusat

Kemoterapi,

Laboratorium

Patologi

Anatomi,

Laboratorium Klinik, Rawat Inap, Radiodiagnostik.


b. Ruang perawatan
Pada ruang perawatan, komponen yang dinilai adalah terdapat kasur yang bersih
dan ada pegangannya, bebas dari tikus dan serangga, tidak kotor dan berbau
(terutama H2S dan/atau NH3), terdapat kamar mandi (toilet), terdapat wastafel,
sabun dan kain lap/tissue, terdapat AC, jendela dan pintu yang berfungsi dengan
baik, penerangan menggunakan lampu 10-30 watt/m2 (baik dan terang), penataan
ruangan rapi (Friska, 2012).
Data: Analisa: Masalah : 5. MONEY
Teori:
Money adalah sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas,
dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan pengeluaran seperti
untuk pengembangan program, insentif perawat, rincian harga pelayanan jasa
pengobatan dan lain- lain (Satrianegara, 2009).
Pembiayaan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada tahun 2014 PT Askes (Persero) yang akan
berubah menjadi BPJS Kesehatan diwajibkan menerapkan sistem pembayaran
Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs). INA-CBGs adalah suatu sistem klasifikasi
pasien yang memiliki empat karakteristik utama, yaitu 1) pengumpulan secara teratur
data pasien keluar perawatan (terutama data tentang karakteristik pasien, pelayanan,
serta pemberi layanan) yang digunakan untuk mengklasifikasikan pasien menjadi (2)
kelompok-kelompok pasien (Kode INA-CBGs), yang (3) secara klinis bermakna dan
(4) secara ekonomi homogen atau mengonsumsi sumber daya yang relatif sama besar.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 27 Tahun 2014 Tentang petunjuk teknis
sistem Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs), terdapat dua metode pembayaran
rumah sakit, yaitu:

1. Metode pembayaran retrospektif: metode pembayaran yang dilakukan atas layanan


kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan yang
diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya
yang harus dibayarkan (contoh: Fee For service).
2. Metode pembayaran prospektif: metode pembayaran yang dilakukan atas layanan
kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan
diberikan (contoh: global budget, perdiem, kapitasi, dan case based payment).
Data: Analisa: Masalah :

PLAN OF ACTION
No

Masalah

Kegiatan

Kuantitas

a. Dilakukan
penambaha
n jumlah
tenaga
perawat
sebanyak 3
orang,
sesuai
dengan
teori Gillis
bahwa
jumlah
tenaga
perawat
yang
dibutuhkan
adalah 21
orang per
hari.
b. Metode
rekruitmen

terkait SDM
perawat
masih belum
mencukupi
kebutuhan, di
ruang
Bugenville
jumlah
perawat 18
sedangkan
yang
dibutuhkan
sesuai dengan

Rincian
Tujuan
Kuantitas
SDM
perawat di
ruang
Bugenville
tercukupi
agar tercapai
peningkatan
mutu
pelayanan
keperawatan

Sasaran
Lulusan
perawat S1

Pihak Yang
Terlibat
Direktur RS,
kepala ruang,
komite
keperawatan,
tim pelaksana
rekruitmen dan
seleksi tenaga
keperawatan,
bagian SDM

Indikator
Target
Jumlah
SDM
perawat di
ruang
Bugenville
RS A
pendidikan
terpenuhi

Kriteria
Waktu
Penilaian
a. SDM
1bulan
perawat
di ruang
Bugenvill
e
bertamba
h yaitu
sebanyak
3 orang
dan
berpendid
ikan S1
keperawa
tan
b. Rekruitm
en tenaga
keperawa
tan sesuai
dengan
kualifikas
i dan

Penanggung
Jawab
Direktur
dan jajaran
direksi RS

teori Gillis

dapat
dilakukan
berjumlah 21
secara
orang
internal
maupun
eksternal
sesuai
dengan
peraturan
yang ada di
RS
(Schuler
dan
Jackson,
2006 dalam
Nainggolan
, 2011)
Kualitas SDM a. Peningkata
masih ada
n kualitas
yang belum
SDM
sesuai
dengan cara
kualifikasi
mendorong
yaitu masih
perawat
terdapat
lulusan
lulusan SPK
SPK
maupun D3
untuk
melanjutan
pendidikan
ke jenjang
yang lebih

kompeten
si tenaga
keperawa
tan sesuai
persyarat
an yang
telah
ditentuka
n pihak
RS

Semua
perawat
memiliki
jenjang
pendidikan
sesuai
dengan UU
keperawatan
no 38 tahun
2014

Perawat
lulusan SPK
dan D3

AN, Kepala
ruang, Kepala
bangsal, bagian
kepegawaian
RS, direktur RS

Lulusan
SPK dan D3
dapat
melanjutkan
pendidikan
kejenjang
yang lebih
tinggi
minimal S1

Semua
perawat
khususnya di
ruang
Bugenville
memiliki
kualifikasi
dan
kompetensi
sesuai
dengan UU
keperawatan
dan kriteria
RS

Dilakuka
n secara
bertahap
sampai 1
tahun

Kepala
ruang,
direktur RS

tinggi
dengan
memberika
n tugas
belajar
sesuai
porsinya
b. Pemberian
kesempatan
kepada
perawat
yang akan
melanjutka
n jenjang
pendidikan
diberikan
secara
bertahap
sesuai
dengan
memperhati
kan
berbagai
aspek, salah
satunya
adalah
ketersediaa
n jumlah
tenaga
perawat
yang ada

Sebagian
a. Dilakukan
besar perawat
pelatihan
tidak
terhadap
memperhatika
perawat
n APD
mengenai
dengan benar
pemberian
saat
obat
memberikan
sitostatika
obat
b. memonitor
sitostatika
kinerja
pada pasien
perawat
( Prosedur
dalam
tetap
menerapka
mengenai
n APD
APD)
terutama
pada saat
pemberian
obat
sitostatika

a. perawat
mampu
menerapkan
APD saat
memberikan
obat
sitostatika
b. pemberian
obat
sitostatika
aman bagi
petugas
kesehatan
dan pasien

Perawat
yang belum
pernah
mendapatka
n pelatihan
terkait
pemberikan
obat
statitika

Karu, PN, AN

a. semua
perawat
yang telah
diberikan
pelatihan
mampu
menerapk
an hasil
pelatihan
dengan
baik dan
benar
b. pengguna
an APD
yang tepat
dan
minim
kelalaian
dalam
pengguna
an APD

a. PN
melakuka
n
pengawas
an
terhadap
para
perawat
di ruang
Bugenvill
e dalam
menerapk
an APD
pada
pemberia
n obat
sitostatik
a
b. PN
memberi
kan saran
dan
memfasili
tasi
diskusi
terhadap
perawat
yang
melakuka
n
kelalaian

7 April
2016
smpai 14
April
2016

Kepala
ruang

dalam
menggun
akan
APD
pada
pemberia
n obat
sitostatik
a

No
1.

2.

Masalah
Kuantitas dan
kualitas terkait
SDM perawat
masih belum
mencukupi
kebutuhan dan
kualifikasi

Sebagian besar
perawat tidak
memperhatikan
APD dengan
benar saat
memberikan obat
sitostatika pada
pasien

Indikator
Target
Memperhatikan Setiap
penempatan
posisi
posisi jabatan
jabatan
sesuai dengan
ditempati
kewenangan
oleh
dan tingkat
perawat
pendidikan,
sesuai
menyesuaikan
dengan
jumlah
kualifikasi
kebutuhan
dan jumlah
tenaga
tenaga

Kriteria
Penilaian
Perawat
melakukan
tugas sesuai
dengan
kompetensi
masing
masing

- dilakukan
pelatihan
terhadap
perawat
mengenai
pemberian obat
sitostatika
- memonitor
kinerja perawat
dalam
menerapkan
APD terutama
pada saat
pemberian obat
sitostatika

-PN
melakukan
pengawasan
terhadap para
perawat di
ruang
Bugenvil
dalam
menerapkan
APD pada
pemberian
obat
sitostatika
- PN
memberikan
saran dan
memfasilitasi
diskusi
terhadap
perawat yang
melakukan
kelalaian
dalam
menggunakan

Kegiatan

- semua
perawat
yang telah
diberikan
pelatihan
mampu
menerapkan
hasil
pelatihan
dengan baik
dan benar
penggunaan
APD yang
tepat

Waktu

Rencana Evaluasi

10

April
201610
Mei
2016

April
2016
smpai
14
April
2016

Melakukan
pengawasan
mengenai
penempatan
tenaga
SDM,
mulai dari alur
penerimaan
sampai dengan
penempatan
Menentukan
standard
minimal yang
harus dimiliki
oleh
seorang
perawat
yang
bekerja dalam
bangsal
Memberikan
pre-test
dan
post-test serta
simulasi dalam
pelatihan agar
kompetensi
perawat dapat
terukur
Membuat buku
catatan
pelanggaran
dalam
penggunaan
APD
Menyediakan
kotak
saran
mengenai
penggunaan
APD yang tepat
Mengawasi
prosedur
dan
pengelolaan
peralatan yang
terkontaminasi

APD pada
pemberian
obat
sitostatika

UNSUR PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN


Pengkajian Unsur Proses
Pengkajian Unsur Proses meliputi Manajemen Pelayanan, Manajemen Asuhan
Keperawatan dan Pendidikan Keperawatan Klinis.
A. Manajemen Pelayanan
1. Planning (perencanaan)
RENCANA HARIAN
1) Rencana Harian Kepala Ruangan
-

Asuhan keperawatan

Supervisi Katim dan perawat pelaksana

Supervisi tenaga selain perawat

Kerjasama dengan unit yang terkait

2) Rencana Harian Ketua Tim


-

Penyelenggaran asuhan keperawatan pada pasien di timnya

Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara


langsung dan tidak langsung, serta on the job training yang dirancang

Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya.

Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau
tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan di sore dan malam hari

3) Rencana harian perawat pelaksana, tindakan keperawatan untuk sejumlah klien


yang dirawat pada shift dinasnya.
RENCANA BULANAN
1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan:
-

Membuat jadwal dan memimpin case conference

Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

Membuat jadwal dinas

Membuat jadwal petugas TAK

Membuat jadwal memimpin rapat bulanan perawat

Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan

Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana

Melakukan audit dokumentasi

Membuat laporan bulanan

2) Rencana Bulanan Ketua Tim


-

Mempresentasikan kasus dalam case conference

Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

Melakukan supervisi perawat pelaksana

A. RENCANA TAHUNAN
1) Rencana Tahunan Kepala Ruang
-

Menyusun laporan

Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim

Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya yang bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang

Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir


perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihanpelatihan.

2. Organizing (Pengorganisasian)
Metode primer yang diterapkan pada Ruang Bougenville 4 memiliki ciri terdapat kepala
ruang, PN, AN. Kepala ruang di ruang Bougenville 4 merupakan perawat senior lulusan
D3, PN I merupakan perawat lulusan S1, PN II merupakan perawat lulusan D3, AN
dipegang oleh 14 orang perawat lulusan D3 serta 1 orang perawat lulusan SPK.
Tugas perawat primer antara lain:
a) Memiliki tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan pasien selama 24
jam sehari, dari pasien masuk sampai pasien pulang.
b) Melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, tindakan kolaborasi,
serta menyusun rencana keperawatan.
c) Melaksanakan rencana asuhan keperawatan, serta melakukan pendelegasian
kepada perawat asosiate saat sedang tidak bertugas.
d) Melakukan konsultasi dengan kepala ruang serta supervisor
Tugas seorang kepala ruang dalam metode primer:
a) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja

b) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN


c) Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan yang ada pada
hari tersebut termasuk laporan permasalahan dinas malam
d) Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk menindaklanjuti masalah
yang ada yang diawali dan diakhiri dengan doa
e) Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja
f) Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan AN
g) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf keperawatan untuk
mencapai kinerja yang optimal
h) Memberikan reinforcement positif kepada semua staf termasuk pada saat
mengakhiri meeting morning kepada dinas malam dan dinas pagi
i) Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan melakukan
evaluasi melalui angket setiap pasien akan pulang
j) Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore, malam, libur
k) Berperan serta sebagai konsultan
l) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang ada
di ruang
m) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
Berikut ini merupakan uraian tugas seorang perawat primer dalam metode primer:
a) Bertugas pada pagi hari
b) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas malam
c) Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera
setelah selesai operan tugas jaga malam
d) Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas dilakukan
setelah selesai operan tugas jaga malam
e) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada dalam grupnya setiap
awal dinas pagi
f) Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban kerja
g) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa dan perencanaan
keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada bukti di
rekam keperawatan
h) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien
i) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh AN yang ada di bawah tanggung jawabnya
j) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan
k) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan
akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
l) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN yang tugas jaga
berikutnya

m) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat
selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru
n) Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam libur
Berikut ini merupakan uraian tugas seorang perawat associate dalam metode primer:
a) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN
yang ada dalam satu grup
b) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
c) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga
d) Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas
e) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
f) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PN
g) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
h) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
i) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
j) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
k) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
l) Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang akan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga
baru
m) Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore, malam, libur
n) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien
pada sore, malam, libur
o) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu
p)
q)
r)
s)

sekali
Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik keperawatan
Melakukan triage (khusus di kasus gawat darurat)

3. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
1) Program Motivasi, dapat dilakukan dengan memberikan reinforcement satu sama lain.
2) Manajemen Konflik, saat terjadi konflik diselesaikan dengan win-win solution.

3) Supervisi, yaitu mengawasi pelaksanaan kegiatan dan memberikan penghargaan pada


pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum
terpenuhi.
4) Pendelegasian, yaitu melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi
tetap berjalan
5) Komunikasi Efektif, merupakan bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah
operan, pre conference, dan post conference.
4. Controlling (Pengawasan)
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengawasan meliputi :
1.
2.
3.
4.

Menentukan standar dan metode untuk mengukur prestasi kerja


Melakukan pengukuran prestasi kerja
Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
Mengambil tindakan korektif dengan merencanakan pemecahan masalah

B. Management Asuhan keperawatan


Management asuhan keperawatan profesional adalah sistem yang meliputi struktur,
proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menompang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996 dalam Hamid, 2001). Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu
pengelolaan Sumber Daya Manusia Keperawatan dalam menjalankan kegiatan keperawatan
menggunakan metoda proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien. Dengan
demikian dalam pengelolaan asuhan keperawatan ini terdapat hubungan antara perawat dan
pasien baik langsung ataupun tidak langsung
Pemberian asuhan keperawatan terdapat 4 metode yaitu metode fungsional, metode kasus,
metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies, 1989 cit. Nur Hidayah, 2014)
1. Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 12 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002)
2. Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,
intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu
(Nursalam, 2002)
3. Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) tim
Metode tim merupakan suatu metode dimana pemberi asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Potter, Patricia 1993 ). Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatab terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/ group yang terdiri daru tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
4. Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) primer
Menurut Gillies (1989) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat di
rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metide penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelakasana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien di rawat,

Menurut Sitorus Nursalam (2002), terdapat 3 aspek Model Praktik Keperawatan


Profesional yang perlu dikembangkan yang meliputi :
1. Ketenagaan
Dalam pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional, aspek ketenagaan
merupakan komponen pertama yang harus dipertimbangkan, sehingga tujuan
pelayanan dapat dicapa
2. Penerapan sistem pemberian asuhan keperawatan
Metode penugasan yang dipilih dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sesuai dengan kondisi yang ada di Rumah Sakit. Sistem pemberian asuhan
keperawatan harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan
karakteristik populasi pasien yang dilayani.
3. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
kesehatan, karena dengan adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai
keadaan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nursalam, 2002),
yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut :
o Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan
pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data
dapat diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan
kemudian didokumentasikan.
o Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan, adapun kriteria proses yaitu Proses diagnosa terdiri dari analisis,
interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri
dari masalah dan penyebab (P, E).
o Standar 3 : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, seperti perencanaan terdiri dari
penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan, bekerjasama
dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, perencanaan bersifat

individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, mendokumentasikan rencana


keperawatan
o Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses
Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi bekerjasama dengan pasien dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, melakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien, memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri,
serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan, mengkaji ulang
dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.
o Standar 5 :Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria
prosesnya yaitu menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
Masalah :
Pada kasus, tidak ditemukan adanya masalah pada management asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Pendidikan A bangsal bugenvil B.
C. Praktik klinik keperawatan
Rumah sakit akademik hanya dapat menerima mahasiswa sesuai dengan rasio jumlah
dosen dengan mahasiswa dan jumlah serta variasi kasus penyakit. Perencanaan Ideal
perbandingan mahasiswa praktik dengan pembimbing klinis adalah 4-5 mahasiswa dengan 1
pembimbing, karakteristik dan kekhususan disesuaikan dengan bidang masing-masing
(Restuning et.al. 2013) Sedangkan jumlah mahasiswa program profesi yang membutuhkan
pasien sebagai bahan ajar proporsi idealnya 1 mahasiswa: 3 pasien (Rakernas ditjen dikti,
2016). Dalam kasus ini PN I membimbing 10-12 mahasiswa, hal ini melebihi rasio ideal yang
hanya 4-6 mahasiswa untuk satu pembimbing klinik. Hal ini menimbulkan kelelahan pada
PN I sehingga tidak dapat mengerjakan perannya dengan maksimal.
Masalah yang ditemukan pada Proses sesuai dengan prioritas
1.
2.
3.
4.

Tidak dilakukan kegiatan post conference


Struktur organisasi sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya
Ketidaknyamanan pasien dalam hal kunjungan terhadap pasien
Pelaporan dan administrasi yang tidak adekuat oleh kepala ruang

PLAN OF ACTION DAN RENCANA EVALUASI

No Masalah

Kegiatan

Rincian
tujuan

Karu memberikan
saran kepada PN
mengenai
pentingnya/urgency
melakukan post
conference serta
melakukan
pengaturan
pelaksanaan post
conference yang
lebih fleksibel

Untuk
PN dan AN
mengevaluasi
asuhan
keperawatan
yang telah
dilakukan di
shift
sebelumnya

Tidak dilakukan
kegiatan post
conference

sasaran

Pihak
yang
terlibat
Kepala
ruang,
PN, AN

Indikator
target

Kriteria
penilaian

waktu Rencana
Evaluasi

- post
conference
dapat
dilakukan
secara rutin

Mendapatkan
orang yang
berkompeten
dalam
menerima
delegasi untuk
melakukan
post
conference
-perawat yang
telah
mendapatkan
delegasi
mampu
melakukan
post
conference

7
april
2016

Meminta
pelaporan
kegiatan post
conference
secara rutin

dengan baik

Struktur
organisasi sudah
tidak berfungsi
sebagaimana
mestinya

Membuat
restruktur
organisasi yang
baru

Ketidaknyamanan
pasien dalam hal
kunjungan
terhadap pasien

Memberikan
penjelasan
mengenai jam
besuk pasien
kepada
penanggung jawab
pasien

Memberikan
informasi
mengenai
struktur
organisasi
yang berlaku
sekarang
Penertiban
jadwaal
kunjungan
pasien di
bangsal
Bugenvil

Karu, PN,
AN

Karu, PN,
AN, staf
sarnana
prsasarana

Penanggung PN
jawab
pasien

Struktur
organisasi
yang baru
sudah
terpasang di
Ruang
Bugenvil
PN mampu
menjelaska
n protab
mengenai
orientasi
pasien
baru,
khususnya
mengenai
jam besuk
pasien.
Pengunjung
tertib
dalam
melakukan
kunjungan
di bangsal
Bugenvil

Struktur
organisasi
sudah
terpasang di
Ruang
Bugenvil
Kunjungan
pasien
menjadi
lebih tertib

11
April
2016

Melakukan
pemeriksaa
n perubahan
struktur
organisasi
secara rutin

April
2016

Melakukan
evaluasi
pelayanan
bangsal
dengan
memberika
n kuisioner
atau
wawancara
dengan
pihak
pasien atau
keluarga
pasien
secara acak
Mengawasi
pelaksanaa
n
pemberian

informasi
pasien baru
dan
membuat
pelaporan
mengenai
pelanggara
n terhadap
jam besuk
pasien
4

Pelaporan dan
administrasi yang
tidak adekuat
oleh kepala ruang

-Karu dapat
melakukan
pelaporan
administrasi
dengan baik

Agar
pelaporan
dan
administrasi
dapat
berjalan
dengan
lancar

Kepala
ruang

Kepala
ruang, PN

Pelaporan
dan
administrasi
dapat
dilakukan
secara
terstruktur

-Karu dapat
melakukan
pelaporan dan
administrasi

7-10
april
2016

Melakukan
pemeriksaa
n pelaporan
dan
administras
i
secara
berkala.
Memberika
n masukan
apabila
terdapat
kesalahan
dalam
pelaporan
dan
administras
i.

UNSUR OUTPUT MANAJEMEN KEPERAWATAN


Pengkajian unsur Output
a. Efisiensi ruang rawat
- Bed Occupancy Rate (BOR)
Penghitungan pemakaian tempat tidur yang dipergunakan untuk melihat berapa
banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa.
BOR =

x 100%

a= total jumlah hari perawatan pt di RS (Jumlah hari perawatan didapat dari


penjumlahan hari rawat tiap ruang selama satu bulan maupun satu tahun)
b = jumlah total tempat tidur tersedia di RS
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85
%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Menurut Barber
Johnson nilai ideal BOR adalah 75%-85%.
Output adalah hasil pelayanan kesehatan merupakan perubahan yang terjadi pada
pasien/masyarakat termasuk kepuasan dari pasien tersebut. Tanpa mengukur hasil kinerja
rumah sakit/keperawatan tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik telah
menghasilkan output yang baik pula (Nursalam, 2005).
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumh sakit diawali dengan penilaian
akreditasi rumh sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan
proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang
telah ditetapkan. Rumah sakit dipacu untuk dapat menilai diri (self assessment) dan
memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan
untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain, yaitu instrumen mutu
pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (output) (Prabowo,
2013).
Pengkajian dilakukan terhadap unsur output yang ada pada bangsal Bugenvil 4.
Pengkajian unsur output didapatkan data adalah kepuasan mahasiswa yang belum dievaluasi.
Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan dari unsur output, perawat dapat menganalisa
masalah yang mungkin muncul dari unsur kepuasan konsumen (mahasiswa) yang ternyata

belum dievaluasi di bangsal Bugenvil 4 karena PN I terlalu lelah dalam mendampingi 10-12
mahasiswa klinik.
Menurut Muninjaya (2004), kepuasan penggunaan jasa pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.
b) Sikap peduli yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
c) Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral bagi pasien dan
keluarganya.
d) Penampilan fisik (kerapian) petugas,kondisi kebersihan, dan kenyamanan ruangan.
e) Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
f) Keandalan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.
g) Kecepatan petugas dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien.
Metode untuk mengukur kepuasan konsumen ada 4 , yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer oriented) perlu
memberikan kesempatan yang luas kepada para konsumen untuk menyampaikan
saran, pendapat dan keluhan mereka terhadap pelayanan yang disediakan (Kotler,
1997).
2. Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen adalah
dengan memperkerjakan beberapa orang (ghost shopping) untuk berperan atau
bersikap sebagai konsumen kepada pesaing. Cara ini dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan dari pesaing (Kotler, 1997).
3. Lost Customer Analysis
Penyedia jasa mengevaluasi dan menghubungkan konsumen yang telah berhenti
membeli atau yang telah pindah ke penyedia jasa agar dapat memahami mengapa hal
itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. Pemantauan
terhadap lost customer analysis sangat penting karena peningkatannya menunjukkan
kegagalan penyedia jasa dalam memuaskan konsumen (Kotler, 1997).
4. Survei kepuasan konsumen
Melalui survei, penyedia jasa akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
(feedback) secara langsung dari konsumen serta memberikan kredibilitas positif
bahwa penyedia jasa menaruh perhatian terhadap para konsumen (Kotler, 1997).
Salah satu cara mengukur kepuasan konsumen dengan metode survey kepuasan
konsumen dapat menggunakan pengukuran SERVQUAL (service quality) yang

dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi konsumen atas
layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang
diharapkan (expected service). Pengukuran kualitas jasa (service quality) didasarkan
pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi
pelanggan serta gap diantara keduanya pada 5 dimensi kualitas jasa (keandalan,
ketanggapan, jaminan, empati, dan berwujud). Kelima dimensi tersebut dijabarkan
secara rinci untuk variabel harapan dan variabel persepsi yang disusun dalam
pertanyaan dan berdasarkan bobot dalam skala Likert (Supranto, 1997).
Berdasarkan beberapa jenis metode yang sudah dijelaskan sebelumnya,
metode yang yang paling tepat digunakan untuk mengukur kepuasan mahasiswa
adalah metode survey. Metode survey ini menggunakan SERVQUAL (service quality)
yang dibangun atas dua faktor pembanding yaitu persepsi mahasiswa atas
pendampingan yang mereka terima di klinik dengan harapan mahasiswa terhadap
pendampingan.

No

Teori

Kepuasan Pasien
1.

Tangible
Tangible memiliki
arti yaitu dapat
dilihat dari
penampilan fisik,
peralatan materi
komunikasi yang
menarik, dan lainlain (Newyork
Freepress, 1991).
Menurut Nursalam
(2011) terdapat
beberapa hal yang
dapat diamati dalam
poin tangible ini,
meliputi:
a. Pemberian
informasi tentang
administrasi yang

Data yang didapat

Analisis

2.

berlaku bagi
pasien rawat inap
di RS.
b. Menjaga
kebersihan dan
kerapihan
ruangan yang
anda tempati.
c. Menjaga
kebersihan dan
kesiapan alat-alat
kesehatan yang
digunakan.
d. Menjaga
kerapian dan
penampilannya
Reliabilitas

Beberapa pasien
yang merasa tidak
Reliabilitas adalah
nyaman dengan
kemampuan untuk
adanya pengunjung
memberikan jasa
yang dengan bebas
sesuai yang
keluar masuk bangsal
dijanjikan, terpercaya di luar jam kunjung
dan akurat serta
konsisten (Nursalam,
2011).
Terdapat beberapa
poin yang dapat
dilihat dalam menilai
keandalan, meliputi:
a. Mampu
menangani
masalah
perawatan
dengan tepat dan
profesional
b. Memberikan
informasi tentang
fasilitas yang
tersedia, cara
penggunaannya
dan tata tertib
yang berlaku di
rumah sakit
c. Memberitahu
dengan jelas
tentang hal-hal

Hal ini dapat terjadi


karena kurangnya
pemahaman keluarga
pasien tentang jam
jenguk. Kurang
pahamnya keluarga
dapat terjadi apabila
primary nurse tidak
mengerjakan
tugasnya dengan
optimal

3.

yang dilarang
dalam perawatan
Responsiveness
Responsiveness atau
cepat tanggap dapat
dilihat dari kemauan
karyawan dan
pengusaha untuk
membantu pelanggan
dan memberikan jasa
dengan cepat serta
mengatasi keluhan
dari konsumen.
Menurut Nursalam
(2011) beberapa
indikator yang dapat
digunakan untuk
melihat tingkat
responsiveness yang
baik:

4.

a. Bersedia
menawarkan
bantuan ketika
mengalami
kesulitan
meskipun tidak
diminta
b. Segera
menanggapi
ketika pasien
sampai di
ruangan rawat
inap
c. Menyediakan
waktu khusus
untuk membantu
pasien berjalan,
BAB, BAK, ganti
posisi tidur, dll
Empati
Empati adalah
kesediaan karyawan
untu memberikan
perhatian secara

pribadi kepada
konsumen.
Terdapat beberapa
indikator yang
menunjukkan empati
menurut Nursalam
(2011), yaitu;

5.

a. Memberikan
informasi kepada
pasien tentang
segala tindakan
perawatan yang
akan
dilaksanakan
b. Mudah ditemui
dan dihubungi
bila pasien
membutuhkan
c. Sering menengok
dan memeriksa
keadaan pasien
seperti mengukur
tensi, suhu, nadi,
pernafasan dan
cairan infus
Assurance
Hal ini berupa
kemampuan
karyawan untuk
menimbulkan
keyakinan dan
kepercayaan terhadap
janji yang telah
dikemukakan kepada
konsumen. Menurut
Nursalam (2011)
terdapat beberapa
indikator untuk
assurance/jaminan:
a. Memberi
perhatian
terhadap keluhan
yang pasien
rasakan

b. Dapat menjawab
pertanyaan
tentang tindakan
perawatan yang
diberikan kepada
anda
c. Perawat jujur
dalam
memberikan
informasi tentang
keadaan anda

Planning Of Action (POA) dari analisa maslaah tersebut adalah pembuatan program
pengurangan jumlah mahasiswa klinik atau penambahan sumberdaya pendamping klinik
bagi mahasiswa. Berdasarkan Restuning et al. (2013), perbandingan 4-6 mahasiswa dengan 1
pembimbing klinik merupakan proporsi ideal dalam keefektifan pendampingan klinik.
Penambahan sumberdaya juga dapat dilakukan untuk membantu PN dalam melaksanakan
tanggung jawab PN khususnya mengenai pendampingan mahasiswa klinik.

PLAN OF ACTION
No
1

Masalah

Kegiatan

unsur kepuasan
konsumen
(mahasiswa) yang
ternyata
belum
dievaluasi
di
bangsal Bugenvil
4 karena PN I
terlalu
lelah
dalam
mendampingi 1012
mahasiswa
klinik.

- Penambahan
sumberdaya
pendamping
klinik

Rincian Tujuan

-PN
mendelegasikan
tugas PN yang
lain kepada staf
yang
-Diskusi
mempunyai
bersama antara kemampuan
institusi
setara
dengan
pendidikan
PN
dengan rumah
sakit
- Kesepakatan
pendidikan
bersama jumlah
dalam
mahasiswa
menyepakati
klinik
jumlah
mahasiswa
klinis
per

Sasaran
-PN

Pihak
yang
Terlibat

Penanggung
Jawab

- PN, AN, -Karu


Karu
-Karu dan
-Manajer
Penanggu -Karu,
Rumah Sakit
ng Jawab Penanggu Pendidikan
Institusi
ng Jawab
terkait
Institusi
terkait, PN

Kriteria Penilaian

Indikator Target
-Sumberdaya
bertambah
untuk
membantu PN dalam
menjalankan tugas lain
PN

Wa

-Mengobservasi
8
adanya
2016penambahan
April
sumber daya yang
kemampuannya
setara dengan PN
-Keputusan
sudah dalam membantu
diambil
dalam melaksanakan
menentukan
jumlah tanggung jawab PN
mahasiswa klinik
(pendelegasian PN)
-

bangsal

Kepuasan
- PN
mahasiswa belum melakukan
pernah di evaluasi evaluasi
kepuasan pada
mahasiswa
praktek di
ruang
Bugenville
- PN juga
dapat
memberikan
delegasi
kepada
perawat yang

- Mengetahui
-PN, AN
tingkat kepuasan
mahasiswa yang
praktik di ruang
Bugenvil 4
-Evaluasi yang
dilakukan dapat
meningkatkan
pemberian
pelayanan

-Kepala
PN
ruang, PN
sebagai
clinical
instructor,
mahasiswa
praktik

-Evaluasi terhadap
kepuasan mahasiswa
praktik dapat
dilakukan secara rutin

-PN sebagai
sebagai clinical
instructor mampu
melakukan evaluasi
terhadap ekpuasan
mahasiswa praktikKaru emngawasi
dalam pelaksanaan
evaluasi yang
dilakukan oleh PN
- Bila dilakukan
pendelegasian
maka PN harus
melakukan

Dua h
sebelu
sesi p
mahas
diruan
Bugen
selesa

mampu dan
berkompeten
untuk
melakukan
tugas evaluasi

No
1

Masalah
Unsur kepuasan
konsumen (mahasiswa)
yang ternyata belum
dievaluasi di bangsal
Bugenvil 4 karena PN I
terlalu lelah dalam
mendampingi 10-12
mahasiswa klinik.

Kepuasan mahasiswa
belum pernah di
evaluasi

Kegiatan
- Penambahan
sumberdaya
pendamping klinik
-Diskusi bersama
antara institusi
pendidikan dengan
rumah sakit
pendidikan dalam
menyepakati jumlah
mahasiswa klinis per
bangsal
- PN melakukan
evaluasi kepuasan
pada mahasiswa
praktek di ruang
Bugenville
- PN juga dapat
memberikan delegasi
kepada perawat yang
mampu dan

monitoring supaya
evaluasi terus
berjalan dengan
baik

Indikator Target

Kriteria Penilaian

-Sumberdaya
bertambah untuk
membantu PN
dalam menjalankan
tugas lain PN

-Mengobservasi
adanya penambahan
sumber daya yang
kemampuannya setara
dengan PN dalam
membantu
melaksanakan
tanggung jawab PN
(pendelegasian PN)

-Keputusan sudah
diambil dalam
menentukan jumlah
mahasiswa klinik

Waktu
8 April 2016- 15
April 2016

-Evaluasi terhadap
kepuasan
mahasiswa praktik
dapat dilakukan
secara rutin

-PN sebagai sebagai


clinical instructor
mampu melakukan
evaluasi terhadap
ekpuasan mahasiswa
praktik
-Karu emngawasi
dalam pelaksanaan
evaluasi yang

Rencana Evaluasi

Dua hari
sebelum sesi
praktik
mahasiswa
diruang
Bugenvil selesai

Mengawasi
penambahan
sumberdaya yang
sesuai dengan
kompetensi PN
sebagai delegasi.
Mengkonfirmasi
kembali jumlah
mahasiswa klinik
dengan jumlah yang
sudah ditetapkan
sesuai kesepakatan
Menyediakan beberapa
metode yang digunakan
untuk evaluasi
kepuasan mahasiswa
praktik

berkompeten untuk
melakukan tugas
evaluasi

dilakukan oleh PN
- Bila dilakukan
pendelegasian maka
PN harus melakukan
monitoring supaya
evaluasi terus berjalan
dengan baik

ANALISIS SWOT RUANG BOUGENVILLE 4


Strength

Kepala ruang
merupakan orang yang
cukup ramah, baik dan
perhatian terhadap
bawahannya
Ruang Bougenville 4
di Rumah Sakit Tipe A
Pendidikan

Weakness

Opportunity

kepuasan
pasien cukup
tinggi 80 %
pasien
mengatakan
puas dengan
pelayanan
perawat
Rumah Sakit
Tipe A
Pendidikan

SO Strategy

Keramahan dan
perhatian kepala ruang
harus dicontoh para
perawat yang ada di
bangsal sehingga
tingkat kepuasan
pasien bisa semakin
bertambah.
Kepala ruang atau
perawat lain bisa
membantu PN I
menjadi pembimbing
klinik

belum semua perawat


mendapatkan pelatihan
pemberian perawatan
pada pasien dengan
Sitostatika
Sebagian besar perawat
tidak memperhatikan
APD saat memberikan
obat sitostatika pada
pasien
kegiatan post
conference & ronde
keperawatan tidak
pernah dilakukan
pelaporan indikator
mutu klinik masih
belum terlaksana
dengan baik
Struktur organisasi yang
terpajang di ruangan
pun sudah tidak sesuai
dengan yang seharusnya

WO strategy

RS tipe A merupakan
RS tipe rujukan tertinggi
sehingga ini bisa
dijadikan dasar dalam
pengajuan dana terkait
pelatihan sitostatika dan
K3 secara bergantian
RS ini berjejaring
dengan prodi
keperawatan sehingga
bisa berdiskusi terkait
post conference, ronde
keperawatan dan
indikator mutu klinik.
Pelaporan bisa
didelegasikan ke staf
perawat yang lain

Thread

ada beberapa
pasien yang
merasa tidak
nyaman dengan
adanya
pengunjung
yang dengan
bebasnya keluar
masuk bangsal
di luar jam
kunjung.
PN I merasa
sangat
kewalahaan
karena harus
mengurus
mahasiswa
yang jumlahnya
10 12
mahasiswa /
mggnya

ST strategy

Tim perawat yang


telah ramah
mendorong
pengunjung agar tidak
berkunjung di luar jam
kunjungan.
Kepala ruang
mengingatkan PN
untuk memberikan
informasi pasien baru
terutama menegaskan
jam kunjungan.

Pihak bangsal dapat


mengkomunikasikan
masalah pembimbing
klinik dengan
pembimbing akademik
dari pihak Prodi
Keperawatan karena
RS merupakan tipe A
pendidikan

WT strategy

Dalam pelaporan
masukkan keluhan
pasien yang merasa
tidak nyaman sehingga
dapat
terdokumentasikan
sebagai masalah

Dalam penyusunan
struktur organisasi harus
ditambahkan
pembimbing klinik yang
akan membantu PN I

DAFTAR PUSTAKA
Donadear, A., Prawesti, A., & Anna, A. (n.d.). GAMBARAN PELAKSANAAN
KEMOTERAPI DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG, (081349295151),
113.
Friska dkk. 2012. TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT ONKOLOGI
SURABAYA. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
AIRLANGGA.
Gillies, D. A., 1989, Nursing Management A System Approach, Second Edition. WB
Saunder Company, Philadelphia.
Gillies, D.A. 1994. Nursing Management: A System Approach. 3rd ed. Saunder.Co.
Philadelphia, US.
Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo
Hidayah, N. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal kesehatan volume
VII no. 2/2104
Ilyas. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula, Pusat Kajian
Ekonomi Kesehtan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Nengsih, Yurna. 2010. Analisis Kebutuhan dan Kualifikasi Tenaga Dokter dan Perawat di
Pelayanan Rawat Ianp RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2010. Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional, Salemba Medika , Edisi 1, Jakarta.
Prabowo, S. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
https://www.scribd.com/doc/122519567/Dirjen-Yanmed-Tahun-2001-PetunjukPelaksanaan-Indikator-Mutu-Pelayanan-Rumah-Sakit diakses pada 7 April 2016
pukul 20.00 WIB
Pratiwi, A., Muhlisin, A. 2008. Kajian Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
(Mpkp) Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
ISSN 1979-762. Vol.1, No.1, Juni 2008 Hal 73-80
Rakernas direktorat Jenderal sumber daya iptek dan dikti. 2016. Membangun sinergi ristek
dan dikti untuk meningkatkan daya saing di era MEA. Serpong 2016

Restuning P Dyah., Sukesi Niken., Supriyanti Endang. 2013. UPAYA PENINGKATAN


KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA
SEMARANG
Rindsjo, E., Core Facilities and Common Equipment at the Cancer Center Karolinska
(CCK),

10

April

2015.,

http://ki.se/en/onkpat/core-facilities-and-common-

equipment-at-the-cancer-center-karolinska-cck.
Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai