MANAJEMEN KEPERAWATAN
COMPREHENSIVE CLINICAL NURSING SKILLS (CCNS)
SKENARIO
KELOMPOK 6
Anggota Kelompok:
Ruang Bougenville 4 di Rumah Sakit Tipe A Pendidikan merupakan bangsal kelas
1. Ratna Wulandari
(15183)
II penyakit dalam khususnya bangsal Onkologi. Kapasitas pasien di bangsal ini adalah 30
2. Ardhy Kartika Dewi
(15185)
tempat tidur dengan BOR 903. %.Chlara
Terdapat
18
tenaga
perawat,
1
perawat lulusan SPK, 1
Yulia A
(15186)
perawat lulusan S1 dan4.yang
lulusan Diploma. Kepala(15189)
Ruang dipegang oleh
Nurilainnya
Ashrissilmi
perawat senior lulusan D3,
PN I dipegang
S1 dan PN II di pegang
5. sedangkan
Alenda Dwiadilla
M. P. oleh lulusan(15190)
6. Priscilla
Yonava
(15197)
oleh lulusan D3. Di bangsal
ini belum
semuaS.perawat mendapatkan
pelatihan pemberian
7.
Sri
Marga
Siwi
(15200)
perawatan pada pasien dengan Sitostatika. Sebagian besar perawat tidak memperhatikan
8. sitostatika
Ina Laela Abdillah
(15209)
APD saat memberikan obat
pada pasien.
9. Nyoman Martana
(15211)
10. muncul
Nandela pada
Melandy
A. Bougenvile (15219)
Permasalahan yang
ruangan
4 adalah kegiatan post
11. Prita Widayanti
(15220)
conference tidak pernah dilakukan dikarenakan PN II dan kepala ruang harus
12. Hersinta Retno Martani
(15225)
meninggalkan ruangan jam
atauFebrianingtyas
sebelum pergantian shift untuk
mengikuti sekolah S1.
13. 1Anita
(11493)
Kepala ruang merupakan orang yang cukup ramah, baik dan perhatian terhadap
bawahannya, namun dalam administrasi seperti pelaporan indicator mutu klinik kepala
ruang jarang membuat laporan dengan alasan banyaknya tugas di luar ruang seperti rapat,
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
pelatihan dan juga mengerjakan tugas belajar. Struktur organisasi yang terpajang di
ruangan pun sudah tiak sesuai dengan
yang seharusnya
karena ada beberapa perawat yang
FAKULTAS
KEDOKTERAN
dipindah kebangsal lain 3 bln yang lalu.
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Dari hasil survey kepuasan pelanggan didapatkan kepuasan pasien cukup tinggi 80
2016
% pasien mengatakan puas dengan pelayanan
perawat, namun ada beberapa pasien yang
merasa tidak nyaman dengan adanya pengunjung yang dengan bebasnya keluar masuk
bangsal di luar jam kunjung. Kepuasan mahasiswa praktek belum pernah di evaluasi. PN I
merasa sangat kealahaan karena harus mengurus mahasiswa yang jumlahnya 10 12
mahasiswa / mggnya. PN I Ronde keperawatan jaran dilakukan karena kesibukannya, PN I
belum mengetahui bagaimana melakukan ronde keperawatan dengan cara yang tepat.
2
3
4
5
Instrumen Input
Masalah
Man
a. Kuantitas terkait SDM perawat masih belum mencukupi
Method
Material
Machine
Money
kebutuhan
b. Kualitas SDM masih ada yang belum sesuai kualifikasi
Prosedur tetap mengenai APD
Kebutuhan jenis APD belum memadai
-
UNSUR-UNSUR INPUT
1. MAN
a. Kuantitas terkait SDM perawat masih belum mencukupi kebutuhan
Data :
Terdapat 18 tenaga perawat di ruang Bougenville 4 di Rumah Sakit Tipe A
Pendidikan.
Teori:
Perhitungan kebutuhan tenaga
BOR di bangsal 90% dan kapasitas 30 tempat tidur
Tenaga pelaksana keperawatan sejumlah 18 orang : 1 perawat lulusan SPK, 1
perawat lulusan S1, dan 16 orang lulusan diploma.
1) Rumus Gillies
Ruang Bougenvile diasumsikan melakukan perawatan agak berat dengan ratarata jumlah jam perawatan per pasien per hari selama 4,15 jam (Depkes, 2005):
1) sebagian besar aktivitas diberikan atau dibantu
2) posisi diatur
3) observasi TTV setiap 2-4 jam
4) folley kateter
5) intake dan output dicatat
6) pengobatan lebih dari satu kali
7) persiapan obat memerlukan prosedur
Perhitungan tenaga kerja perawat menurut Gilles:
Keterangan:
A
TT
= Tempat tidur
= KTP + LD x 25%
No
Klasifikasi
Rata-rata
Rata-rata
jam Jumlah
Minimal
Intermediet
Agak berat
Maksimal
Jumalah
per hari
A
B
C
D
hari
2
3,08
4,15
6,16
jam
perawatan/ hari
2xa
3,08 x b
4,15 x c
6,16 x d
Jumlah
Jam
Perawatan/ Hari
Perhitungan jumlah tenaga perawat untuk ruang Bougenvile menurut
DEPKES jika diasumsikan 4 pasien membutuhkan perawatan minimal, 23
Klasifikasi
1
2
3
4
Minimal
Intermediet
Agak berat
Maksimal
Jumlah
jam Jumlah
perawatan/pasien/
4
24
0
2
hari
2
3,08
4,15
6,16
jam
perawatan/ hari
8
73,92
0
12,32
94,24
Loss day =
= 13,46
= 22,4
= 22 orang
3) Rumus Douglas
Tenaga perawat menurut Douglas dihitung berdasarkan klasifikasi pasien.
Masing masing klasifikasi/ kategori mempunyai nilai standard per shiftnya.
Berikut adalah daftar standar tiap shift:
Klasifikasi
Minimal
Intermediet
Maksimal
Kebutuhan Perawat
Pagi
Siang
0,17
0,14
0,27
0,15
0,36
0,3
Malam
0,07
0,1
0,2
Kebutuhan Perawat
Pagi
Siang
0,17x4
0,14x4
0,27x24
0,15x24
0,36x2
0,3x2
7,88
4.76
Malam
0,07x4
0,1x24
0,2x2
3,08
Analisa:
Saat ini, ruang Bougenvile memiliki 18 orang perawat. Menurut 3 teori
yang sudah di paparkan, hasil perhitungan tenaga perawat yang mungkin
diterapkan untuk ruang Bougenvile adalah hasil perhitungan Gillis yaitu 20 orang
perawat ditambah 1 orang kepala ruang. Jadi, ruang Bougenvile membutuhkan
tenaga perawat tambahan sebanyak 3 orang.
Masalah:
Dari keterangan diatas, kami ketahui bahwa tenaga keperawatan yang harus
ada dalam satu hari menurut Gillis adalah 21 orang. Jika dibandingkan dengan
jumlah perawat yang ada pada kasus, maka jelas terjadi kekurangan perawat pada
kasus.
2. METHOD
Teori:
Metode/ method merupakan cara-cara pelaksanaan kerja dengan seefisien mungkin
atas suatu tugas yang diperoleh dengan memperhitungkan segi-segi tujuan, peralatan,
fasilitas, tenaga kerja, waktu, ruang dan biaya-biaya yang tersedia (Hasibuan, 2009).
Alasan penggunaan proteksi diri antara lain untuk menjaga keselamatan,
meminimalkan bahaya, terutama dalam merawat pasien sitostatika terhadap efek
samping dari obat sitostatika. Seperti telah diketahui secara luas bahwa obat- obat
sitostatika mempunyai efek toksis baik terhadap pasien maupun terhadap petugas
dimana dalam penangananya harus sesuai dengan prosedur tetap pemberian obat
sitostatika sehingga dapat meminimalkan bahaya, efek samping serta menjaga
keselamatan petugas/perawat. (Diklat RSP Dr.Kariadi, 2005)
Pelaksanaan proteksi diri perawat dalam pemberian sitostatika antara lain 7
pertama; cara mempersiapkan alat proteksi: di tempat/ruangan perawat kerja, sesuai
dengan teori yang ada bahwa tempat persiapan alat proteksi diri berada diruangan dan
lemari tersendiri sedangkan jenis proteksi diri yang digunakan hanya masker, sarung
tangan dan baju kerja, sesuai teori bahwa alat proteksi yang digunakan dalam
pemberian sitostatika harus lengkap yaitu terdiri dari topi, masker, kaca mata khusus,
sarung tangan, baju lengan panjang yang kedap air, serta sepatu khusus. Kedua ;
prosedur persiapan obat sitostatika terdiri prosedur pengambilan obat, tempat
mengelola serta alat proteksi diri dimana pada prakteknya yaitu pasien mengambil obat
dari apotik dan diserahkan pada perawat, obat disiapkan di meja perawat, hanya
memakai masker, sarung tangan sedangkan sesuai dengan teori yang ada bahwa
prosedur persiapan obat sitostatika yaitu obat dikelola di bagian farmasi dengan
memakai alat biosafety laminary airflow kemudian dikirim ke ruang perawatan
dalam tempat khusus tertutup, diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis
obat, dosis obat dan jam pencampuran. Apabila tidak mempunyai biosafety laminary
airflow maka pengelolaan sitostatika dilakukan diruangan khusus dan tertutup
(National Institute for Occupational Safety and Health, 2004).
Data:
Sebagian besar perawat tidak memperhatikan APD saat memberikan obat
sitostatika pada pasien.
Analisa dan Masalah:
Terpadu,
Pusat
Kemoterapi,
Laboratorium
Patologi
Anatomi,
PLAN OF ACTION
No
Masalah
Kegiatan
Kuantitas
a. Dilakukan
penambaha
n jumlah
tenaga
perawat
sebanyak 3
orang,
sesuai
dengan
teori Gillis
bahwa
jumlah
tenaga
perawat
yang
dibutuhkan
adalah 21
orang per
hari.
b. Metode
rekruitmen
terkait SDM
perawat
masih belum
mencukupi
kebutuhan, di
ruang
Bugenville
jumlah
perawat 18
sedangkan
yang
dibutuhkan
sesuai dengan
Rincian
Tujuan
Kuantitas
SDM
perawat di
ruang
Bugenville
tercukupi
agar tercapai
peningkatan
mutu
pelayanan
keperawatan
Sasaran
Lulusan
perawat S1
Pihak Yang
Terlibat
Direktur RS,
kepala ruang,
komite
keperawatan,
tim pelaksana
rekruitmen dan
seleksi tenaga
keperawatan,
bagian SDM
Indikator
Target
Jumlah
SDM
perawat di
ruang
Bugenville
RS A
pendidikan
terpenuhi
Kriteria
Waktu
Penilaian
a. SDM
1bulan
perawat
di ruang
Bugenvill
e
bertamba
h yaitu
sebanyak
3 orang
dan
berpendid
ikan S1
keperawa
tan
b. Rekruitm
en tenaga
keperawa
tan sesuai
dengan
kualifikas
i dan
Penanggung
Jawab
Direktur
dan jajaran
direksi RS
teori Gillis
dapat
dilakukan
berjumlah 21
secara
orang
internal
maupun
eksternal
sesuai
dengan
peraturan
yang ada di
RS
(Schuler
dan
Jackson,
2006 dalam
Nainggolan
, 2011)
Kualitas SDM a. Peningkata
masih ada
n kualitas
yang belum
SDM
sesuai
dengan cara
kualifikasi
mendorong
yaitu masih
perawat
terdapat
lulusan
lulusan SPK
SPK
maupun D3
untuk
melanjutan
pendidikan
ke jenjang
yang lebih
kompeten
si tenaga
keperawa
tan sesuai
persyarat
an yang
telah
ditentuka
n pihak
RS
Semua
perawat
memiliki
jenjang
pendidikan
sesuai
dengan UU
keperawatan
no 38 tahun
2014
Perawat
lulusan SPK
dan D3
AN, Kepala
ruang, Kepala
bangsal, bagian
kepegawaian
RS, direktur RS
Lulusan
SPK dan D3
dapat
melanjutkan
pendidikan
kejenjang
yang lebih
tinggi
minimal S1
Semua
perawat
khususnya di
ruang
Bugenville
memiliki
kualifikasi
dan
kompetensi
sesuai
dengan UU
keperawatan
dan kriteria
RS
Dilakuka
n secara
bertahap
sampai 1
tahun
Kepala
ruang,
direktur RS
tinggi
dengan
memberika
n tugas
belajar
sesuai
porsinya
b. Pemberian
kesempatan
kepada
perawat
yang akan
melanjutka
n jenjang
pendidikan
diberikan
secara
bertahap
sesuai
dengan
memperhati
kan
berbagai
aspek, salah
satunya
adalah
ketersediaa
n jumlah
tenaga
perawat
yang ada
Sebagian
a. Dilakukan
besar perawat
pelatihan
tidak
terhadap
memperhatika
perawat
n APD
mengenai
dengan benar
pemberian
saat
obat
memberikan
sitostatika
obat
b. memonitor
sitostatika
kinerja
pada pasien
perawat
( Prosedur
dalam
tetap
menerapka
mengenai
n APD
APD)
terutama
pada saat
pemberian
obat
sitostatika
a. perawat
mampu
menerapkan
APD saat
memberikan
obat
sitostatika
b. pemberian
obat
sitostatika
aman bagi
petugas
kesehatan
dan pasien
Perawat
yang belum
pernah
mendapatka
n pelatihan
terkait
pemberikan
obat
statitika
Karu, PN, AN
a. semua
perawat
yang telah
diberikan
pelatihan
mampu
menerapk
an hasil
pelatihan
dengan
baik dan
benar
b. pengguna
an APD
yang tepat
dan
minim
kelalaian
dalam
pengguna
an APD
a. PN
melakuka
n
pengawas
an
terhadap
para
perawat
di ruang
Bugenvill
e dalam
menerapk
an APD
pada
pemberia
n obat
sitostatik
a
b. PN
memberi
kan saran
dan
memfasili
tasi
diskusi
terhadap
perawat
yang
melakuka
n
kelalaian
7 April
2016
smpai 14
April
2016
Kepala
ruang
dalam
menggun
akan
APD
pada
pemberia
n obat
sitostatik
a
No
1.
2.
Masalah
Kuantitas dan
kualitas terkait
SDM perawat
masih belum
mencukupi
kebutuhan dan
kualifikasi
Sebagian besar
perawat tidak
memperhatikan
APD dengan
benar saat
memberikan obat
sitostatika pada
pasien
Indikator
Target
Memperhatikan Setiap
penempatan
posisi
posisi jabatan
jabatan
sesuai dengan
ditempati
kewenangan
oleh
dan tingkat
perawat
pendidikan,
sesuai
menyesuaikan
dengan
jumlah
kualifikasi
kebutuhan
dan jumlah
tenaga
tenaga
Kriteria
Penilaian
Perawat
melakukan
tugas sesuai
dengan
kompetensi
masing
masing
- dilakukan
pelatihan
terhadap
perawat
mengenai
pemberian obat
sitostatika
- memonitor
kinerja perawat
dalam
menerapkan
APD terutama
pada saat
pemberian obat
sitostatika
-PN
melakukan
pengawasan
terhadap para
perawat di
ruang
Bugenvil
dalam
menerapkan
APD pada
pemberian
obat
sitostatika
- PN
memberikan
saran dan
memfasilitasi
diskusi
terhadap
perawat yang
melakukan
kelalaian
dalam
menggunakan
Kegiatan
- semua
perawat
yang telah
diberikan
pelatihan
mampu
menerapkan
hasil
pelatihan
dengan baik
dan benar
penggunaan
APD yang
tepat
Waktu
Rencana Evaluasi
10
April
201610
Mei
2016
April
2016
smpai
14
April
2016
Melakukan
pengawasan
mengenai
penempatan
tenaga
SDM,
mulai dari alur
penerimaan
sampai dengan
penempatan
Menentukan
standard
minimal yang
harus dimiliki
oleh
seorang
perawat
yang
bekerja dalam
bangsal
Memberikan
pre-test
dan
post-test serta
simulasi dalam
pelatihan agar
kompetensi
perawat dapat
terukur
Membuat buku
catatan
pelanggaran
dalam
penggunaan
APD
Menyediakan
kotak
saran
mengenai
penggunaan
APD yang tepat
Mengawasi
prosedur
dan
pengelolaan
peralatan yang
terkontaminasi
APD pada
pemberian
obat
sitostatika
Asuhan keperawatan
Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau
tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan di sore dan malam hari
Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
A. RENCANA TAHUNAN
1) Rencana Tahunan Kepala Ruang
-
Menyusun laporan
Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya yang bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang
2. Organizing (Pengorganisasian)
Metode primer yang diterapkan pada Ruang Bougenville 4 memiliki ciri terdapat kepala
ruang, PN, AN. Kepala ruang di ruang Bougenville 4 merupakan perawat senior lulusan
D3, PN I merupakan perawat lulusan S1, PN II merupakan perawat lulusan D3, AN
dipegang oleh 14 orang perawat lulusan D3 serta 1 orang perawat lulusan SPK.
Tugas perawat primer antara lain:
a) Memiliki tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan pasien selama 24
jam sehari, dari pasien masuk sampai pasien pulang.
b) Melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, tindakan kolaborasi,
serta menyusun rencana keperawatan.
c) Melaksanakan rencana asuhan keperawatan, serta melakukan pendelegasian
kepada perawat asosiate saat sedang tidak bertugas.
d) Melakukan konsultasi dengan kepala ruang serta supervisor
Tugas seorang kepala ruang dalam metode primer:
a) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja
m) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat
selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru
n) Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam libur
Berikut ini merupakan uraian tugas seorang perawat associate dalam metode primer:
a) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN
yang ada dalam satu grup
b) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
c) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga
d) Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas
e) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
f) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PN
g) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
h) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
i) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
j) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
k) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
l) Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang akan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga
baru
m) Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore, malam, libur
n) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien
pada sore, malam, libur
o) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu
p)
q)
r)
s)
sekali
Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik keperawatan
Melakukan triage (khusus di kasus gawat darurat)
3. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
1) Program Motivasi, dapat dilakukan dengan memberikan reinforcement satu sama lain.
2) Manajemen Konflik, saat terjadi konflik diselesaikan dengan win-win solution.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,
intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu
(Nursalam, 2002)
3. Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) tim
Metode tim merupakan suatu metode dimana pemberi asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Potter, Patricia 1993 ). Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatab terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/ group yang terdiri daru tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
4. Metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) primer
Menurut Gillies (1989) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat di
rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metide penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelakasana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien di rawat,
No Masalah
Kegiatan
Rincian
tujuan
Karu memberikan
saran kepada PN
mengenai
pentingnya/urgency
melakukan post
conference serta
melakukan
pengaturan
pelaksanaan post
conference yang
lebih fleksibel
Untuk
PN dan AN
mengevaluasi
asuhan
keperawatan
yang telah
dilakukan di
shift
sebelumnya
Tidak dilakukan
kegiatan post
conference
sasaran
Pihak
yang
terlibat
Kepala
ruang,
PN, AN
Indikator
target
Kriteria
penilaian
waktu Rencana
Evaluasi
- post
conference
dapat
dilakukan
secara rutin
Mendapatkan
orang yang
berkompeten
dalam
menerima
delegasi untuk
melakukan
post
conference
-perawat yang
telah
mendapatkan
delegasi
mampu
melakukan
post
conference
7
april
2016
Meminta
pelaporan
kegiatan post
conference
secara rutin
dengan baik
Struktur
organisasi sudah
tidak berfungsi
sebagaimana
mestinya
Membuat
restruktur
organisasi yang
baru
Ketidaknyamanan
pasien dalam hal
kunjungan
terhadap pasien
Memberikan
penjelasan
mengenai jam
besuk pasien
kepada
penanggung jawab
pasien
Memberikan
informasi
mengenai
struktur
organisasi
yang berlaku
sekarang
Penertiban
jadwaal
kunjungan
pasien di
bangsal
Bugenvil
Karu, PN,
AN
Karu, PN,
AN, staf
sarnana
prsasarana
Penanggung PN
jawab
pasien
Struktur
organisasi
yang baru
sudah
terpasang di
Ruang
Bugenvil
PN mampu
menjelaska
n protab
mengenai
orientasi
pasien
baru,
khususnya
mengenai
jam besuk
pasien.
Pengunjung
tertib
dalam
melakukan
kunjungan
di bangsal
Bugenvil
Struktur
organisasi
sudah
terpasang di
Ruang
Bugenvil
Kunjungan
pasien
menjadi
lebih tertib
11
April
2016
Melakukan
pemeriksaa
n perubahan
struktur
organisasi
secara rutin
April
2016
Melakukan
evaluasi
pelayanan
bangsal
dengan
memberika
n kuisioner
atau
wawancara
dengan
pihak
pasien atau
keluarga
pasien
secara acak
Mengawasi
pelaksanaa
n
pemberian
informasi
pasien baru
dan
membuat
pelaporan
mengenai
pelanggara
n terhadap
jam besuk
pasien
4
Pelaporan dan
administrasi yang
tidak adekuat
oleh kepala ruang
-Karu dapat
melakukan
pelaporan
administrasi
dengan baik
Agar
pelaporan
dan
administrasi
dapat
berjalan
dengan
lancar
Kepala
ruang
Kepala
ruang, PN
Pelaporan
dan
administrasi
dapat
dilakukan
secara
terstruktur
-Karu dapat
melakukan
pelaporan dan
administrasi
7-10
april
2016
Melakukan
pemeriksaa
n pelaporan
dan
administras
i
secara
berkala.
Memberika
n masukan
apabila
terdapat
kesalahan
dalam
pelaporan
dan
administras
i.
x 100%
belum dievaluasi di bangsal Bugenvil 4 karena PN I terlalu lelah dalam mendampingi 10-12
mahasiswa klinik.
Menurut Muninjaya (2004), kepuasan penggunaan jasa pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.
b) Sikap peduli yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
c) Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral bagi pasien dan
keluarganya.
d) Penampilan fisik (kerapian) petugas,kondisi kebersihan, dan kenyamanan ruangan.
e) Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
f) Keandalan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.
g) Kecepatan petugas dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien.
Metode untuk mengukur kepuasan konsumen ada 4 , yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer oriented) perlu
memberikan kesempatan yang luas kepada para konsumen untuk menyampaikan
saran, pendapat dan keluhan mereka terhadap pelayanan yang disediakan (Kotler,
1997).
2. Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen adalah
dengan memperkerjakan beberapa orang (ghost shopping) untuk berperan atau
bersikap sebagai konsumen kepada pesaing. Cara ini dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan dari pesaing (Kotler, 1997).
3. Lost Customer Analysis
Penyedia jasa mengevaluasi dan menghubungkan konsumen yang telah berhenti
membeli atau yang telah pindah ke penyedia jasa agar dapat memahami mengapa hal
itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. Pemantauan
terhadap lost customer analysis sangat penting karena peningkatannya menunjukkan
kegagalan penyedia jasa dalam memuaskan konsumen (Kotler, 1997).
4. Survei kepuasan konsumen
Melalui survei, penyedia jasa akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
(feedback) secara langsung dari konsumen serta memberikan kredibilitas positif
bahwa penyedia jasa menaruh perhatian terhadap para konsumen (Kotler, 1997).
Salah satu cara mengukur kepuasan konsumen dengan metode survey kepuasan
konsumen dapat menggunakan pengukuran SERVQUAL (service quality) yang
dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi konsumen atas
layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang
diharapkan (expected service). Pengukuran kualitas jasa (service quality) didasarkan
pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi
pelanggan serta gap diantara keduanya pada 5 dimensi kualitas jasa (keandalan,
ketanggapan, jaminan, empati, dan berwujud). Kelima dimensi tersebut dijabarkan
secara rinci untuk variabel harapan dan variabel persepsi yang disusun dalam
pertanyaan dan berdasarkan bobot dalam skala Likert (Supranto, 1997).
Berdasarkan beberapa jenis metode yang sudah dijelaskan sebelumnya,
metode yang yang paling tepat digunakan untuk mengukur kepuasan mahasiswa
adalah metode survey. Metode survey ini menggunakan SERVQUAL (service quality)
yang dibangun atas dua faktor pembanding yaitu persepsi mahasiswa atas
pendampingan yang mereka terima di klinik dengan harapan mahasiswa terhadap
pendampingan.
No
Teori
Kepuasan Pasien
1.
Tangible
Tangible memiliki
arti yaitu dapat
dilihat dari
penampilan fisik,
peralatan materi
komunikasi yang
menarik, dan lainlain (Newyork
Freepress, 1991).
Menurut Nursalam
(2011) terdapat
beberapa hal yang
dapat diamati dalam
poin tangible ini,
meliputi:
a. Pemberian
informasi tentang
administrasi yang
Analisis
2.
berlaku bagi
pasien rawat inap
di RS.
b. Menjaga
kebersihan dan
kerapihan
ruangan yang
anda tempati.
c. Menjaga
kebersihan dan
kesiapan alat-alat
kesehatan yang
digunakan.
d. Menjaga
kerapian dan
penampilannya
Reliabilitas
Beberapa pasien
yang merasa tidak
Reliabilitas adalah
nyaman dengan
kemampuan untuk
adanya pengunjung
memberikan jasa
yang dengan bebas
sesuai yang
keluar masuk bangsal
dijanjikan, terpercaya di luar jam kunjung
dan akurat serta
konsisten (Nursalam,
2011).
Terdapat beberapa
poin yang dapat
dilihat dalam menilai
keandalan, meliputi:
a. Mampu
menangani
masalah
perawatan
dengan tepat dan
profesional
b. Memberikan
informasi tentang
fasilitas yang
tersedia, cara
penggunaannya
dan tata tertib
yang berlaku di
rumah sakit
c. Memberitahu
dengan jelas
tentang hal-hal
3.
yang dilarang
dalam perawatan
Responsiveness
Responsiveness atau
cepat tanggap dapat
dilihat dari kemauan
karyawan dan
pengusaha untuk
membantu pelanggan
dan memberikan jasa
dengan cepat serta
mengatasi keluhan
dari konsumen.
Menurut Nursalam
(2011) beberapa
indikator yang dapat
digunakan untuk
melihat tingkat
responsiveness yang
baik:
4.
a. Bersedia
menawarkan
bantuan ketika
mengalami
kesulitan
meskipun tidak
diminta
b. Segera
menanggapi
ketika pasien
sampai di
ruangan rawat
inap
c. Menyediakan
waktu khusus
untuk membantu
pasien berjalan,
BAB, BAK, ganti
posisi tidur, dll
Empati
Empati adalah
kesediaan karyawan
untu memberikan
perhatian secara
pribadi kepada
konsumen.
Terdapat beberapa
indikator yang
menunjukkan empati
menurut Nursalam
(2011), yaitu;
5.
a. Memberikan
informasi kepada
pasien tentang
segala tindakan
perawatan yang
akan
dilaksanakan
b. Mudah ditemui
dan dihubungi
bila pasien
membutuhkan
c. Sering menengok
dan memeriksa
keadaan pasien
seperti mengukur
tensi, suhu, nadi,
pernafasan dan
cairan infus
Assurance
Hal ini berupa
kemampuan
karyawan untuk
menimbulkan
keyakinan dan
kepercayaan terhadap
janji yang telah
dikemukakan kepada
konsumen. Menurut
Nursalam (2011)
terdapat beberapa
indikator untuk
assurance/jaminan:
a. Memberi
perhatian
terhadap keluhan
yang pasien
rasakan
b. Dapat menjawab
pertanyaan
tentang tindakan
perawatan yang
diberikan kepada
anda
c. Perawat jujur
dalam
memberikan
informasi tentang
keadaan anda
Planning Of Action (POA) dari analisa maslaah tersebut adalah pembuatan program
pengurangan jumlah mahasiswa klinik atau penambahan sumberdaya pendamping klinik
bagi mahasiswa. Berdasarkan Restuning et al. (2013), perbandingan 4-6 mahasiswa dengan 1
pembimbing klinik merupakan proporsi ideal dalam keefektifan pendampingan klinik.
Penambahan sumberdaya juga dapat dilakukan untuk membantu PN dalam melaksanakan
tanggung jawab PN khususnya mengenai pendampingan mahasiswa klinik.
PLAN OF ACTION
No
1
Masalah
Kegiatan
unsur kepuasan
konsumen
(mahasiswa) yang
ternyata
belum
dievaluasi
di
bangsal Bugenvil
4 karena PN I
terlalu
lelah
dalam
mendampingi 1012
mahasiswa
klinik.
- Penambahan
sumberdaya
pendamping
klinik
Rincian Tujuan
-PN
mendelegasikan
tugas PN yang
lain kepada staf
yang
-Diskusi
mempunyai
bersama antara kemampuan
institusi
setara
dengan
pendidikan
PN
dengan rumah
sakit
- Kesepakatan
pendidikan
bersama jumlah
dalam
mahasiswa
menyepakati
klinik
jumlah
mahasiswa
klinis
per
Sasaran
-PN
Pihak
yang
Terlibat
Penanggung
Jawab
Kriteria Penilaian
Indikator Target
-Sumberdaya
bertambah
untuk
membantu PN dalam
menjalankan tugas lain
PN
Wa
-Mengobservasi
8
adanya
2016penambahan
April
sumber daya yang
kemampuannya
setara dengan PN
-Keputusan
sudah dalam membantu
diambil
dalam melaksanakan
menentukan
jumlah tanggung jawab PN
mahasiswa klinik
(pendelegasian PN)
-
bangsal
Kepuasan
- PN
mahasiswa belum melakukan
pernah di evaluasi evaluasi
kepuasan pada
mahasiswa
praktek di
ruang
Bugenville
- PN juga
dapat
memberikan
delegasi
kepada
perawat yang
- Mengetahui
-PN, AN
tingkat kepuasan
mahasiswa yang
praktik di ruang
Bugenvil 4
-Evaluasi yang
dilakukan dapat
meningkatkan
pemberian
pelayanan
-Kepala
PN
ruang, PN
sebagai
clinical
instructor,
mahasiswa
praktik
-Evaluasi terhadap
kepuasan mahasiswa
praktik dapat
dilakukan secara rutin
-PN sebagai
sebagai clinical
instructor mampu
melakukan evaluasi
terhadap ekpuasan
mahasiswa praktikKaru emngawasi
dalam pelaksanaan
evaluasi yang
dilakukan oleh PN
- Bila dilakukan
pendelegasian
maka PN harus
melakukan
Dua h
sebelu
sesi p
mahas
diruan
Bugen
selesa
mampu dan
berkompeten
untuk
melakukan
tugas evaluasi
No
1
Masalah
Unsur kepuasan
konsumen (mahasiswa)
yang ternyata belum
dievaluasi di bangsal
Bugenvil 4 karena PN I
terlalu lelah dalam
mendampingi 10-12
mahasiswa klinik.
Kepuasan mahasiswa
belum pernah di
evaluasi
Kegiatan
- Penambahan
sumberdaya
pendamping klinik
-Diskusi bersama
antara institusi
pendidikan dengan
rumah sakit
pendidikan dalam
menyepakati jumlah
mahasiswa klinis per
bangsal
- PN melakukan
evaluasi kepuasan
pada mahasiswa
praktek di ruang
Bugenville
- PN juga dapat
memberikan delegasi
kepada perawat yang
mampu dan
monitoring supaya
evaluasi terus
berjalan dengan
baik
Indikator Target
Kriteria Penilaian
-Sumberdaya
bertambah untuk
membantu PN
dalam menjalankan
tugas lain PN
-Mengobservasi
adanya penambahan
sumber daya yang
kemampuannya setara
dengan PN dalam
membantu
melaksanakan
tanggung jawab PN
(pendelegasian PN)
-Keputusan sudah
diambil dalam
menentukan jumlah
mahasiswa klinik
Waktu
8 April 2016- 15
April 2016
-Evaluasi terhadap
kepuasan
mahasiswa praktik
dapat dilakukan
secara rutin
Rencana Evaluasi
Dua hari
sebelum sesi
praktik
mahasiswa
diruang
Bugenvil selesai
Mengawasi
penambahan
sumberdaya yang
sesuai dengan
kompetensi PN
sebagai delegasi.
Mengkonfirmasi
kembali jumlah
mahasiswa klinik
dengan jumlah yang
sudah ditetapkan
sesuai kesepakatan
Menyediakan beberapa
metode yang digunakan
untuk evaluasi
kepuasan mahasiswa
praktik
berkompeten untuk
melakukan tugas
evaluasi
dilakukan oleh PN
- Bila dilakukan
pendelegasian maka
PN harus melakukan
monitoring supaya
evaluasi terus berjalan
dengan baik
Kepala ruang
merupakan orang yang
cukup ramah, baik dan
perhatian terhadap
bawahannya
Ruang Bougenville 4
di Rumah Sakit Tipe A
Pendidikan
Weakness
Opportunity
kepuasan
pasien cukup
tinggi 80 %
pasien
mengatakan
puas dengan
pelayanan
perawat
Rumah Sakit
Tipe A
Pendidikan
SO Strategy
Keramahan dan
perhatian kepala ruang
harus dicontoh para
perawat yang ada di
bangsal sehingga
tingkat kepuasan
pasien bisa semakin
bertambah.
Kepala ruang atau
perawat lain bisa
membantu PN I
menjadi pembimbing
klinik
WO strategy
RS tipe A merupakan
RS tipe rujukan tertinggi
sehingga ini bisa
dijadikan dasar dalam
pengajuan dana terkait
pelatihan sitostatika dan
K3 secara bergantian
RS ini berjejaring
dengan prodi
keperawatan sehingga
bisa berdiskusi terkait
post conference, ronde
keperawatan dan
indikator mutu klinik.
Pelaporan bisa
didelegasikan ke staf
perawat yang lain
Thread
ada beberapa
pasien yang
merasa tidak
nyaman dengan
adanya
pengunjung
yang dengan
bebasnya keluar
masuk bangsal
di luar jam
kunjung.
PN I merasa
sangat
kewalahaan
karena harus
mengurus
mahasiswa
yang jumlahnya
10 12
mahasiswa /
mggnya
ST strategy
WT strategy
Dalam pelaporan
masukkan keluhan
pasien yang merasa
tidak nyaman sehingga
dapat
terdokumentasikan
sebagai masalah
Dalam penyusunan
struktur organisasi harus
ditambahkan
pembimbing klinik yang
akan membantu PN I
DAFTAR PUSTAKA
Donadear, A., Prawesti, A., & Anna, A. (n.d.). GAMBARAN PELAKSANAAN
KEMOTERAPI DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG, (081349295151),
113.
Friska dkk. 2012. TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT ONKOLOGI
SURABAYA. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
AIRLANGGA.
Gillies, D. A., 1989, Nursing Management A System Approach, Second Edition. WB
Saunder Company, Philadelphia.
Gillies, D.A. 1994. Nursing Management: A System Approach. 3rd ed. Saunder.Co.
Philadelphia, US.
Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo
Hidayah, N. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal kesehatan volume
VII no. 2/2104
Ilyas. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula, Pusat Kajian
Ekonomi Kesehtan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Nengsih, Yurna. 2010. Analisis Kebutuhan dan Kualifikasi Tenaga Dokter dan Perawat di
Pelayanan Rawat Ianp RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2010. Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional, Salemba Medika , Edisi 1, Jakarta.
Prabowo, S. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
https://www.scribd.com/doc/122519567/Dirjen-Yanmed-Tahun-2001-PetunjukPelaksanaan-Indikator-Mutu-Pelayanan-Rumah-Sakit diakses pada 7 April 2016
pukul 20.00 WIB
Pratiwi, A., Muhlisin, A. 2008. Kajian Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
(Mpkp) Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
ISSN 1979-762. Vol.1, No.1, Juni 2008 Hal 73-80
Rakernas direktorat Jenderal sumber daya iptek dan dikti. 2016. Membangun sinergi ristek
dan dikti untuk meningkatkan daya saing di era MEA. Serpong 2016
10
April
2015.,
http://ki.se/en/onkpat/core-facilities-and-common-
equipment-at-the-cancer-center-karolinska-cck.
Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.