Patofisologi Trombositopenia
Patofisologi Trombositopenia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trombosit sangat penting untuk menjaga integritas endotel pembuluh darah dan
mengendalikan perdarahan yang berasal dari cedera pembuluh darah kecil melalui
pembentukan sumbatan trombosit (hemostasis primer). Cedera yang lebih luas dan
keterlibatan pembuluh darah yang lebih besar memerlukan, selain trombosit, partisipasi dari
system koagulasi untuk menciptakan sumbatan fibrin yang lebih kuat dan stabil (hemostasis
sekunder). Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit pada darah yang kurang
dari 150 x 103/L atau 150 x 109/L, dan merupakan penyebab utama dalam gangguan
hemostasis primer yang dapat menyebabkan perdarahan signifikan pada anak-anak.
Trombositopenia harus dicurigai ketika seorang anak datang dengan riwayat mudah
memar dan berdarah, terutama pada mukosa atau kulit. Namun, yang paling umum terjadi
dalam pasien anak dengan trombositopenia adalah penemuan tak terduga trombosit rendah
pada hitung darah lengkap (complete blood count) tanpa alasan yang jelas.
Trombositopenia dapat disebabkan oleh satu dari dua mekanisme, yaitu penurunan
produksi trombosit atau peningkatan penghancuran trombosit di dalam sirkulasi. Manajemen
pada trombositopenia harus disertai dengan pemahaman terhadap penyebab dan perjalanan
klinisnya. Tujuan utama manajemen pasien dengan trombositopenia adalah untuk
mempertahankan jumlah trombosit berada pada level yang aman untuk mencegah perdarahan
yang signifikan. Hal-hal yang menentukan berapakah level aman trombosit pada pasien
tertentu bervariasi, tergantung dari penyebab trombositopenia itu sendiri dan pertimbangan
dari semua aspek lain dalam hemostasis, dan tentu pula tingkat aktivitas pasien itu sendiri.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai trombositopenia pada anak.
1.3 Tujuan Penelitian
Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca pada umumnya dan penulis
pada khusunya mengenai penatalaksanaan perdarahan saluran cerna pada anak.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur.
1.5 Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan
tentang penatalaksanaan perdarahan saluran cerna pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trombosit yang beredar melakukan banyak fungsi hemostasis penting. Ketika ada
pembuluh darah kecil terbelah, trombosit berakumulasi pada lokasi cedera dan membentuk
sumbatan hemostatik. Adhesi platelet diawali oleh kontak dengan komponen ekstravaskular
seperti kolagen, dan difasilitasi dengan adanya faktor Von Willebrand. Sekresi mediatormediator hemostasis seperti tromboksan, adenosine 5 difosfat, serotonin, dan histamine
menyebabkan terjadinya agregasi yang kuat melalui ikatan fibrinogen dan peningkatan
vasokonstriksi lokal. Trombosit juga berperan dalam penghancuran kembali bekuan darah.
Risiko perdarahan meningkat dengan rendahnya jumlah trombosit.
Rentang hitung jumlah trombosit normal berkisar antara 150 - 450 x 10 3/L. Risiko
perdarahan tidak akan meningkat sampai penurunan jumlah trombosit yang signifikan hingga
dibawah 100 x 103/L (Gambar 1). Jumlah trombosit lebih besar dari 50 x 10 3/L cukup
untuk kelangsungan hemostasis dalam sebagian besar situasi, dan pasien dengan
trombositopenia ringan kemungkinan besar tidak akan diketahui kecuali jika hitung trombosit
dilakukan atas alasan yang lain. Pasien dengan trombositopenia sedang, dengan jumlah
trombosit antara 30 sampai 50 x 103/L jarang mengalami gejala (seperti mudah lecet atau
berdarah), bahkan dengan trauma yang signifikan. Pasien yang secara persisten hitung
trombositnya antara 10 - 30 x 10 3/L kadangkala juga tanpa gejala dengan aktivitas
keseharian yang normal namun memiliki risiko perdarahan berlebihan pada trauma yang
signifikan. Perdarahan spontan tidak akan terjadi kecuali hitung trombositnya kurang dari 10
x 103/L. Pasien seperti ini biasanya mengalami ptekie dan lecet, namun bahkan kadangkala
juga asimptomatik. Pada sebagian besar kasus, terlihat bahwa jumlah trombosit harus kurang
dari 5 x 103/L untuk menyebabkan perdarahan kritis spontan (seperti perdarahan intracranial
tanpa disebabkan trauma).
Gambar 1. Hubungan antara perdarahan mayor dengan jumlah trombosit. Disadur dari
Slichter SJ. Relationship between platelet count and bleeding risk in thrombocytopenic
patients. Transfus Med Rev. 2004;18:153167
Trombosit muda memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih aktif secara hemostasis.
Maka dari itu, pasien dengan trombositopenia destruktif dengan produksi normal tidak akan
mengalami perdarahan hebat karena banyaknya trombosit muda, jika dibandingkan dengan
pasien yang memiliki gangguan fungsi trombosit yang mengakibatkan trombosit tua lebih
banyak di sirkulasi.
2.3 Definisi
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit pada darah yang kurang dari
150 x 103/L atau 150 x 109/L, dan merupakan penyebab utama dalam gangguan hemostasis
primer yang dapat menyebabkan perdarahan signifikan pada anak-anak. Jika jumlah
trombosit berkurang manifestasi klinisnya ditandai dengan timbulnya ptekie, purpura,
perdarahan pada mukosa, biasanya sering pada mukosa hidung dan mulut.
2.4 Epidemiologi
ITP diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan perdarahan didapat yang
banyak ditemukan, insiden penyakit simtomatik berkisar 3 sampai 8 per 100.000 anak
pertahun. 80-90% anak dengan ITP menderita episode perdarahan akut yang akan sembuh
dalam 6 bulan. Pada ITP akut tidak ada perbedaan insiden laki-laki maupun perempuan dan
akan mencapai puncak pada usia 2-5 tahun. ITP kronis terjadi pada anak usia > 7 tahun,
sering terjadi pada anak perempuan. ITP rekuren didefinisikan sebagai adanya episode
trombositopenia > 3 bulan dan terjadi pada 1-4 % dengan ITP.
2.5 Etiologi
Trombositopenia dapat disebabkan karena
1. Produksi trombosit yang berkurang
Pansitopenia
Pansitopenia bisa disebabkan karena keganasan (leukemia) , infiltrasi pada
sumsum tulang (neuroblastoma), kegagalan pada sumsum tulang (anemia
aplastik), infeksi virus (HIV) , obat-obatan yang toksik, dan radiasi.
Sepsis
Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP)
3. Destruksi trombosit
Keadaan ini dapat ditemukan pada hipersplenisme, yaitu aktivitas lien yang
berlebihan dapat disebabkan karean infeksi, inflamasi, kongesti, kelainan sel darah
merah.
4.Dilusi dari trombosit
2.5 Patofisiologi
Penyebab Trombositopenia
Sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan trombositopenia didasarkan oleh
mekanisme penyebab trombositopenia, yaitu peningkatan destruksi trombosit dan
pengurangan produksi trombosit (Tabel 1).
A. Penurunan Produksi
Gangguan produksi trombosit mungkin karena kehilangan infiltrasi dari sumsum tulang,
penghancuran atau kegagalan elemen selular, atau kelainan dalam pembentukan megakariosit
dan diferensiasi sel. Dalam pengaturan ini, pemeriksaan sumsum tulang umumnya menunjukkan
penurunan jumlah megakariosit. Penyebab disfungsi sumsum tulang
meliputi:
Penyakit jantung sianotik
Kegagalan Sumsum tulang kegagalan atau infiltrasi sel
Kekurangan gizi
jantung
bawaan
cyanotic
berhubungan
dengan
trombositopenia.
megakariosit
yang
menghasilkan
gangguan
thrombopoiesis.
Pertimbangan
trombositopenia bawaan lebih besar dilakukan pada pasien yang memiliki riwayat
trombositopenia berkepanjangan tanpa gejala dengan jumlah trombosit normal atau riwayat
keluarga trombositopenia. Beberapa pasien dengan trombositopenia bawaan dan diagnosis
dugaan ITP hingga ditemukan anggota keluarga lain yang memiliki jumlah trombosit yang
rendah. Tabel 1 menguraikan penyebab genetik thrombopoiesis gangguan.
Penyebab ganguan trombopoiesis
Diagnosis
Cara
Penyebab
penurunan
manifestasi
gambaran
klinis
laboratoriu
m
Tidak ada Angka
trombosit
genetik
variable
penyebab
poenia
inheritan
genetik
ni
dengan
ce
yang belum
trombositope
menurunn
infant
kemungkin
radii
megakario
an
bilateral
Ibu
jari
sit
normal
Kelainan
kematanga
n
megakarios
skeletal,
it.
genitourinary
tidak
, dan jantung
melibatkan
akibat platelet
ya jumlah perdarahan
intrakranial.
yang jika
nyata.
Pematanga
pasien
bertahan,trombositope
nia sering terjadi pada
n Eritroid beberapa
dan
berikutnya.
tahun
mieloid
yang
normal
trombopoie
tin
kematian Transf
parah.
Kehilangan
defek
sana
jelas
syndrome
tatalak
atau
yang
kehilanga
radii
prognosis
dan
reseptor
trombopoie
amegakar autosoma
tin
mutasi pada severe
but
berkembang Plate
iosit
l resesif
atau
menjadi
pansitopenia
let
trombosit
trombopoieti
menurunn
dan
transformasi
tran
penia
n,
ya jumlah leukemic.
kongenita
mengakibatk
megakario
an hilangnya
sit
atau
trombositopenia
tidak
sfusi
Tran
spla
yang
ntasi
nyata.
Pematanga
berfungsinya
sums
reseptor
n Eritroid
um
trombopoieti
dan
tula
mieloid
ng
yang
Sindrom kelainan
gen
Wiskott-
x-linked
abnorman
Aldrich
resesif
pada lengan
proksimal
kromosom X
yang
mengode
pengaturan
Dermatitis
atopik
Trombositope
ni purpura
Peningkatan
normal
small (3-5 angka bertahan hidup splenek
fl)
defective
platelet
gambaran
merupakan
penyebab mening
utama kematian
kerentanan
normal
terhadap
12%
megakario
infeksi
merupakan
sit
keganasan
katkan
kejadian jumlah
protein
limfosit
tomi
kasus platelet
namun
sering
dan
mangki
fungsi
batkan
platelet
kompli
kasi
sepsis
dan
kemati
penyakit
autosoma
disfungsi
mudah
platelet
l resesif
atau
kehilangan
hebat
hayat
Be
reseptor
trauma/tindakan platelet
soulier,
rn
platelet
bedah
MYH9
raksasa
memar makrotromb
karena disfungsi
berat
kecenderungan
an
untuk
d-
an
untuk faktor
rd
d-
Von
desmop
so
willebrand
resin
uli
(GP-Ib-IX-V)
asetat
er
dapat
Sy
mempe
nd
rpende
ro
waktu
perdar
ahan,tr
ansfusi
platelet
untuk
kepenti
ngan
bedah/
perdar
ahan
hebat.
Pasien
dengan
Bernar
dSoulier
dapat
membe
ntuk
antibod
i
antipla
telet
karena
adanya
GP-IbIX-v
pada
platelet
yang
ditranf
usikan.
MYH9-
aotosomi
Related
nal
nonmuscle
Disease
dominan
inklusi
dengan
(MYH9
chain
leukosit,hem
yang
RD)
(MYH9)
nefritis,
makrotromb
tuli, ositopenia,
gene fechtner,sebastia
tuli
sensori
progresifitas
tinggi,
glomeronefritis
May-Hegglin
katarak
nuria,
neural
bisa
dan
timbul
anomali
didiagnosi
sampai dewasa
berdasarkan
pada manifestasi
klinis
yang
spesifik
B. Peningkatan Destruksi Trombosit
destruksi trombosit melalui interaksi dengan antigen membrane pada trombosit, yang
meningkatkan klirens trombosit dari sirkulasi.
ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura) primer adalah penyakit autoimun yang
ditandai oleh trombositopenia terisolasi tanpa adanya penyebab yang jelas. Sebelumnya ITP
berarti Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Terminologi baru mencerminkan pengetahuan
baru akan sifat autoimun pada penyakit ini dan tidak adanya tanda-tanda perdarahan pada
sebagian besar kasus. Jumlah trombosit yang menggambarkan ITP pada saat ini adalah
kurang dari 100 x 103/L. Terminologi ITP sekunder merujuk pada trombositopenia immunemediated akibat penyakit tertentu atau obat-obatan . perbedaan pada ITP primer dan sekunder
sangat mempengaruhi prognosis dan terapi.
ITP adalah penyebab paling banyak trombositopenia imun pada anak-anak, dengan
tingkat insidens kasus simptomatik antara 3 sampai 8 per 100.000 anak tiap tahun. Pasien
pediatrik yang mengalami ITP biasanya berumur 2 sampai 10 tahun, dengan insidens
tertinggi antara usia 2 sampai 5 tahun. Tidak terdapat bias gender yang signifikan terhadap
insidens ITP pada anak-anak. Merupakan penyebab tersering trombositopenia tanpa anemia
atau neutropenia.
Kasus tipikal ITP simptomatik pada anak-anak ditandai oleh munculnya lecet atau
perdarahan mukokutan tiba-tiba pada anak yang kelihatannya sehat, seringkali diawali oleh
penyakit infeksi virus. Peningkatan risiko ITP juga dihubungkan oleh imunisasi measles,
mumps, dan rubella (MMR) yang berkontribusi sekitar 50% kejadian ITP pada tahun kedua
setelah lahir. Bentuk ITP ini biasanya sementara dan jarang menyebabkan perdarahan yang
parah.
Anamnesis biasanya tidak menunjukkan gejala sistemik seperti demam, penurunan
berat badan, dan nyeri. Selain perdarahan mukokutan, pasien mungkin tampak sehat. Tidak
ada limfadenopati maupun hepatosplenomegali. Jika satu atau dua temuan diatas ditemukan,
sangat perlu dipikirkan diagnosis lain. Di lain pihak, diagnosis ITP dapat ditegakkan
berdasarkan dua kriteria ini: 1.) Trombositopenia terisolasi dengan hitung darah dan apusan
darah tepi yang normal 2.) Tidak terdapat kondisi tertentu yang dapat menyebabkan
trombositopenia.
Tingkat keparahan gejala perdarahan pada ITP anak-anak berbanding lurus dengan
derajat trombositopenia. Perdarahan serius yang membutuhkan transfusi biasanya jarang.
Pasien datang biasanya dengan jumlah trombosit kurang dari 20 x 103/L. Jumlah ini
biasanya diakibatkan karena pasien dengan jumlah trombosit lebih tinggi yang jarang
memiliki gejala biasanya jarang memerlukan perhatian medis. Anak-anak dengan ITP dengan
trombosit lebih besar dari 30 x 103/L biasanya memiliki sedikit atau tidak ada gejala dan
tidak membutuhkan terapi selain pengurangan aktivitas dan menghindari pengobatan yang
memiliki efek antikoagulan ataupun antiplatelet. Untuk pasien dengan jumlah trombosit
kurang dari 30 x 103/L, rekomendasi terapi didasarkan pada ada tidaknya gejala perdarahan.
ITP sekarang diklasifikasikan oleh durasi, mulai dari baru didiagnosis, persisten
(durasi 3-12 bulan) dan kronik (lebih dari 12 bulan).Sedangkan ITP pada dewasa biasanya
memiliki onset yang tiba-tiba dan diikuti oleh fase kronik. ITP pada anak biasanya
berlangsung singkat dan sekitar dua pertiga pasien mengalami sembuh total dalam 6 bulan,
dengan atau tanpa pengobatan.
-
ITP Kronis
Anak yang mengalami ITP persisten ataupun kronik yang mengalami gejala atipikal
sebaiknya dirujuk atau dikonsulkan kepada hematologis yang berpengalaman dalam
menangani dan merawat pasien dengan ITP.
Patogenesis ITP Kronis adalah :
Sindrom ITP disebabkan oleh trombosit yang diselimuti oleh autoantibodi trombosit
spesifik (IgG) yang kemudian akan mengalami percepatan pembersihan di lien dan di hati
setelah berikatan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan oleh makrofag jaringan. Faktor
yang memicu produksi autoantibodi belum diketahui, namun kebanyakan pasien mempunyai
antibodi terhadap glikoprotein pada permukaan trombosit. Autoantibodi terbentuk karena
adanya antigen yang berupa kompleks glikoprotein IIb/IIIa.
Sel penyaji antigen (makrofag) akan merusak glikoprotein IIb/IIIa dan memproduksi
epitop kriptik dari glikoprotein dari trombosit lain. Sel penyaji antigen yang teraktifasi
mengekspresikan peptida baru pada permukaan sel dengan bantuan konstimulasi dan sitokin
yang berfungsi memfasilitasi proliferasi inisiasi CD4-positif antiglikoprotein Ib/IX antibodi
dan meningkatkan produksi antiglikoprotein IIb/IIIa antibodi oleh B-cell clone Sensitisasi
trombosit oleh autoantibodi (biasanya IgG) menyebabkan disingkirkannya trombosit tersebut
secara prematur dari sirkulasi oleh makrofag sistem retikuloendotelial, khususnya limpa.
Biasanya pada tempat-tempat khusus yaitu di Iib-IIIa atau kompleks Ib. Masa hidup
trombosit pun akan menurun menjadi beberapa jam yang seharusnya 7 hari. Massa
megakariosit total dan perputaran trombosit meningkat secara sejajar menjadi sekitar lima
kali normal.
Penyakit Purpura trombositopenia autoimun (idiopatik) dapat ditemukan berkaitan
dengan penyakit autoimun seperti Systemic Lupus Eritematosus (SLE), infeksi Virus
imunodefisiensi manusia (HIV), leukemia limfositik kronis (CLL), penyakit Hodgkin atau
nemia hemolitik autoimun. Sindrom Evans ditandai oleh uji Coombs yang positif pada
anemia hemolitik yang dihubungkan dengan trombositopenia imun. Immune-mediated
Trombositopenia juga terjadi pada sindrom antibody antiphospolipid dan sindrom autoimun
lymphoproliferatif. Penyakit autoimun lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua dan
memiliki onset tiba-tiba dan trombositopenia persisten dalam 6 bulan setelah pasien datang.
-ITP akut
Sering terjadi pada anak-anak. Sekitar 75% pasien, episode tersebut terjadi setelah
vaksinasi atau infeksi seperti cacar air atau mononukleosis infeksiosa. Kelainan yang
swasirna ini paling sering terlihat pada anak-anak sesudah terinfeksi virus (misalnya infeksi
virus rubela, sitomegalovirus, virus hepatitis, monontikleosis infeksiosa). Penghancuran
trombosit disebabkan oleh auto antibodi anti trombosit yang transien. Sebagian besar kasus
terjadi akibat perlekatan kompleks imun non spesifik. Remisi spontan lazim terjadi tetapi 510% kasus penyakit tersebut menjadi kronis (berlangsung > 6 bulan).
a. Infeksi
Trombositopenia akibat infeksi tidak terkait dengan DIC biasanya disebabkan oleh
supresi sumsum tulang. Dalam beberapa kasus, peningkatan kerusakan akibat proses infeksi
yang disebabkan sistem imun atau splenomegali dan hiperaktif retikuloendotelial dapat
menambah masalah pada supresi sumsum tulang. Agen menular yang paling umum yang
terkait dengan trombositopenia karena penekanan sumsum tulang adalah Epstein-Barr virus,
cytomegalovirus, parvovirus, virus varicella, dan rickettsiae.Pada kebanyakan kasus,
trombositopenia bersifat sementara, dengan pemulihan dalam waktu hitungan minggu.
Trombositopenia paling sering ditemukan pada pasien yang terinfeksi human
immunodeficiency virus (HIV) yang
trombosit pada penyakit infeksi, secara keseluruhan tergantung penyebabnya dan diketahui
akibat pengaruh imun dengan mekanisme yang belum jelas.
b.
Mekanisme
Hapten-
Hapten
dependent
secara
antibody
membrane
Kejadian
Contoh obat
menyambungSangat cepat
kovalen
Penisilin, Kemungkinan
pada
protein
beberapa
dan
antibiotic
sefalosporin
mengikat
dari
satu
jutaKuinin,
sulfonamide,
Tirofiban, eftifibatide
Antibody
spesifik
komponen
fragmen
mengenali0,5-1,0
murin
Fab
daripaparan,
setelahAbciximab
10-14%
membrane trombosit GP
IIIa
Autoantibodi
bereaksi
dengansangat
dengan
emas,Garam
cepatprokainamida
lainnya.
memproduksi
emas,
imunmolekul rendah
trombosit
melalui reseptor Fc
Kriteria Diagnosis Drug Induced Trombocytopenia:
1.
terapi dihentikan, jumlah trombosit menjadi normal dan hal ini menetap.
2.
Obat
kadidat
adalah
satu-satunya
obat
yang
diberikan
sebelum
onset
trombositopenia, atau jika obat lain terus diberikan setelah penghentian obat kandidat
jumlah trombosit tetap normal.
3.
4.
Tingkatan Bukti
I (Definite) Pasti
II (Probable)
III (Possible)
IV (Unlikely)
trombosit sehingga dapat mencegah terjadinya thrombosis. Obat ini bekerja secara
kompetitif dalam menghambat ikatan antara fibrinogen ke GP IIb/IIIa. Ada tiga macam
obat jenis ini yang sedang dikembangkan di Amerika Serikat, yaitu abciximab, tirofiban,
dan eptifibatide. Obat tirofiban dan eptifibatide diduga mengakibatkan perubahan pada
glikoprotein begitu berikatan dengan GP IIb/IIIa. Perubahan yang terjadi menyebabkan
ekspresi dan antigen baru yang dinamakan ligand-induced binding sites (LIBS) yang
kemudian merangsang pembentukan antibodi (Rahajuningsih, 2007).
Heparin Induced Thrombocytopenia (HIT)
Heparin mempunyai efek antikoagulan karena meningkatkan aktivitas antitrombin
untuk menetralkan thrombin dan protease serin lainnya. Gambaran klinis pada HIT, yaitu
thrombosis baik pada vena maupun arteri dan dapat menimbulkan gangrene di tungkai.
Pada HIT terjadi kompleks antara antibodi dengan heparin-platelet factor 4 (PF4) akan
mengikat trombosit melalui reseptor Fc sehingga mirip dengan hipotesis innocent
bystander (Rahajuningsih, 2007).
Hipotesis Hapten- Ackroyd
Obat dianggap sebagai hapten di mana hapten tersebut akan membentuk ikatan
kovalen dengan trombosit sehingga terbentuk kompleks antigen yang terdiri dari obattrombosit. Selanjutnya kompleks ini akan merangsang pembentukan antibodi yang dapat
mengenali dan mengikat tombosit dan akan didestruksi oleh RES sehingga terjadi
trombositopenia (Rahajuningsih, 2007).
Teori Innocent Bystander oleh Miescher dan Schulman
Teori ini merupakan teori bantahan dari hipotesis hapten Ackroyd setelah
Miescher
dan
Schulman
melakukan
penelitian
padaquinine-induced
thrombocytopenia. Menurut Schulman ikatan antara obat dengan trombosit bersifat lemah
dan mudah terlepas dengan pencucian. Selain obat itu bebas yang berlebih tidak dapat
menghambat pengikatan antibody dengan trombosit. Oleh karena itu, Schulman
mengusulkan teori innocent bystander. Teori ini mengungkapkan bahwa obat berikatan
erat dengan protein plasma dan merangsang pembentukan antibodi. Kompleks imun yang
antara antibody-antigen (obat-protein plasma) akan diabsorbsi oleh trombosit secara non
spesifik melalui reseptor Fc dan kemudian trombosit ini dihancurkan oleh RES.
Namun akhir-akhir ini terdapat bukti yang menentang teori ini karena antibody
mampu mengenali glikoprotein pada membran trombosit serta mengikat trombosit
melalui Fab dan bukan melalui Fc. Kecuali mungkin pada trombositopenia akibat
penicillin dosis tinggi, karena obat golongan tersebut mampu membentuk ikatan kovalen
dengan membran trombosit sehingga trombositopenia terjadi menurut mekanisme hapten.
Obat yang menginduksi terjadinya Autoantibodi
Obat
yang
menginduksi
terjadinya
autoantibodi
yang
akan
menginduksi
Penyakit hati kronis dengan hipertensi portal dan kongestif splenomegali. Kadang-kadang
trombositopenia,terdeteksi mungkin manifestasi awal bahwa ini merupakan penyakit jenis
penyakit hati kronis. Jumlah trombosit biasanya dalam kisaran 50 sampai 100 103 /g L (50
sampai 100 103 /? L) dan biasanya tidak mewakili klinis Masalah penting.
menyebabkan
pembentukan
kecil
platelet
agregat
yang
dibersihkan
dari
mengakibatkan pendarahan yang signifikan. Pada awal tahap NEC, jumlah trombosit menurun
berkorelasi dengan kehadiran nekrotik usus dan penyakit memburuk. Mekanisme utama
trombositopenia muncul menjadi penghancuran platelet, meskipun kerusakan tidak disebabkan oleh
laboratorium-terdeteksi DIC dalam kebanyakan kasus.
Trombosis pada bayi dan neonatus sering disertai oleh trombositopenia. Sebuah gangguan
tromboemboli harus dipertimbangkan jika trombositopenia tidak dapat dijelaskan oleh kondisi lain.