Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS INDONESIA

EVAPORATOR CLIMBING FILM

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2


KELOMPOK 10 R

ANGGOTA KELOMPOK:
ARYA IRFANDIKA
DANIA ALFIS FIRDAUSYAH
JULIANTO

(1306446484)
(1306370511)
(1306370682)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
APRIL, 2016

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................12
1.1 Tujuan Percobaan ..........................................................................................12
1.2 Teori Dasar....................................................................................................12
1.2.1 Pengertian Evaporasi .................................................................................12
1.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi .......................................13
1.2.3 Prinsip Kerja Evaporator ............................................................................14
1.2.4 Jenis Jenis Evaporator .............................................................................15
1.2.5 Energi Evaporator ......................................................................................18
BAB 2 PERCOBAAN ..........................................................................................20
2.1 Prosedur Percobaan .......................................................................................20
2.2 Data Percobaan .............................................................................................22
BAB 3 PENGOLAHAN DATA ..........................................................................24
BAB 4 ANALISIS ................................................................................................35
4.1. Analisis Percobaan ........................................................................................35
4.2. Analisis Hasil ................................................................................................36
4.3. Analisis Kesalahan ........................................................................................37
BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................39

12

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Tujuan Percobaan
Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum evaporasi yang telah dilakukan oleh

praktikan:
1. Memahami prinsip evaporasi secara keseluruhan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi evaporasi dan juga fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses
evaporasi
2. Mengetahui variabel-variabel proses seperti tekanan sistem dan perbedaan suhu
sistem dengan uap terhadap proses evaporasi
3. Membandingkan jenis evaporasi sirkulasi alami dan sirkulasi paksa

1.2

Teori Dasar

1.2.1 Pengertian Evaporasi


Proses evaporasi merupakan proses yang kerap kali dilakukan di industri-industri baik
itu industri skala kecil maupun besar. Proses evaporasi dilakukan oleh peralatan yang disebut
evaporator yang akan mengubah cairan atau liquid menjadi keadaan gas sehingga dapat
dikatakan evaporator memiliki prinsip kerja yang berlawanan dengan condenser.
Umumnya, pada suatu sistem proses sebuah industri, sejumlah tahapan digunakan
untuk mengisolasi lebih jauh dan memurnikan produk yang diinginkan. Struktur keseluruhan
dari proses ini yaitu ialah pre-treatment, pemisahan solid-liquid, pengaturan konsentrasi, serta
pemurnian dan formulasi. Evaporasi pada struktur ini masuk ke dalam tahapan pengaturan
konsentrasi dan digunakan secara luas untuk memekatkan produk makanan, produk kimia,
dan pelarut. Tujuan utama dari evaporasi ini yaitu untuk menguapkan sebagian besar air dari
larutan yang mengandung produk yang diinginkan. Masalah yang biasa terjadi pada sistem
proses suatu industri adalah setelah tahap pre-treatment dan pemisahan (separasi), larutan
kerapkali mengandung air yang kadarnya lebih dari 85%. Hal ini tidak diinginkan oleh
industri karena biaya pemrosesannya akan besar, contohnya perlu menyediakan peralatan
yang lebih besar. Untuk itulah perlu dilakukan proses evaporasi. Penerapan proses evaporasi
dengan alasan penghematan biaya juga digunakan di pengolahan limbah industri. Jika 98%
limbah dapat divaporisasi, industri dapat mengurangi biaya yang dialokasikan untuk
penanganan limbah.

13

Proses evaporasi akan memurnikan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak
mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi,
pelarutnya adalah air. Evaporasi dilaksanakan dengan menguapkan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
1.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Sifat sifat fisis dan kimia dari larutan yang akan dimurnikan dan uap yang akan
dipindahkan, sangat berpengaruh pada jenis evaporator yang akan digunakan, pada tekanan
dan suhu proses (kondisi operasi proses). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
evaporasi adalah:

1. Kelarutan
Larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut pun akan meningkat, sehingga batas
kelarutan bahan dalam larutan akan mungkin terlampaui dan akan terbentuk kristal. Hal ini
menunjukkan batas konsentrasi maksimum dalam larutan yang dapat diperoleh dengan proses
evaporasi. Kelarutan merupakan fungsi temperatur dan pada banyak kasus, kelarutan garam
dalam air akan meningkat seiring dengan kenaikan temperatur.

2. Tekanan dan Suhu


Titik didih larutan sangat berhubungan dengan tekanan sistem. Jika tekanan operasi
evaporator lebih tinggi, maka titik didihnya juga akan lebih tinggi. Untuk menjaga agar
temperatur tetap rendah pada material yang sangat sensitif, maka perlu dioperasikan pada
tekanan di bawah 1 atm atau pada kondisi vakum.

3. Pembusaan (foaming)
Pada beberapa material yang terbuat dari larutan kaustik, larutan makanan seperti susu
skim, dan sejumlah larutan asam lemak, akan membentuk busa atau buih selama proses
pendidihan. Busa ini bersama uap akan keluar dari evaporator.

4. Sensitivitas Suhu Bahan


Pada banyak produk, seperti makanan, sangat sensitif terhadap temperatur dan
terdegradasi pada temperatur yang sangat tinggi atau setelah melalui pemanasan yang cukup
lama. Jumlah yang terdegradasi merupakan fungsi temperatur dan waktu.

14

5. Konstruksi Material
Sejumlah larutan akan menimbulkan material pada yang terdeposit pada permukaan
pemanas yang disebut sebagai kerak. Kerak terbentuk dari dekomposisi produk atau
penurunan kelarutan. Oleh karena itu, evaporator harus dibersihkan secara berkala dan
material penyusunnya juga penting untuk diperhatikan untuk meminimalisasi terjadinya
korosi.
1.2.3 Prinsip Kerja Evaporator
Larutan yang mengandung produk yang diinginkan diumpankan ke dalam evaporator
dan akan melewati sumber panas. Panas yang diberikan akan mengubah air dalam larutan
menjadi uap. Uap dipindahkan dari larutan dan dikondensasikan sedangkan larutan dengan
konsentrasi yang baru akan masuk ke evaporator kedua untuk mendapatkan larutan yang
lebih pekat namun dapat juga langsung diambil atau dipindahkan bila telah mencapai
konsentrasi yang diinginkan.
Evaporator sebagai suatu sistem peralatan umumnya terdiri dari empat bagian. Bagian
pemanasan berisi media pemanas. Uap diumpankan di bagian ini. Medium yang paling umum
digunakan terdiri dari parallel tube tetapi ada pula yang berbentuk pelat atau coil. Bagian
berikutnya yaitu bagian pemekatan dan bagian separasi yang akan memindahkan uap yang
dihasilkan dari larutan .

Gambar 1.1 Sistem Peralatan Evaporator

15

Bagian berikutnya yaitu bagian pengembunan / kondensasi yang akan mengembunkan


uap yang terpisah. Selanjutnya pompa akan memberikan tekanan untuk meningkatkan
sirkulasi. Berikut ini adalah sistem peralatan evaporator.
1.2.4 Jenis Jenis Evaporator
a. Evaporator-Vertikal Tabung Panjang
1. Aliran ke atas (Climbing-Film)
Bagian-bagian utama adalah :
a. Sebuah penukar-kalor jenis tabung dengan uap dalam selongsong, dan zat cair yang
akan dipekatkan dalam tabung.
b.

Sebuah separator (pemisah) atau ruang uap (vapor space) untuk memisahkan zat cain
yang terbawa-ikut dan uap

c.

Bila alat ini dioperasikan sebagai unit sirkulasi, sebuah kaki pemulang (return leg)
untuk mengembalikan zat cair dan separator ke bagian bawah penukar-kalor. Alat itu
mempunyai lubang masuk masing-masing untuk zat cair umpan dan untuk uap,
lubang keluar masing-masing untuk uap, cairan pekat, kondensat uap, dan gas takmampu-kondensasi yang terkandung dalam uap.

Gambar 1.2 Swenson LTV Rising-Film Evaporator with Vertical-Tube Surface Condense

16
(Sumber : www..ksu.edu.sa)

Tabung-tabungnya biasanya mempunyai diameter 1 sampai 2 inch dan panjang 12


sampai 32 ft. Zat cair dan uap mengalir ke atas di dalam tabung sebagai akibat dari peristiwa
didih.Zat cair yang terpisah kembali ke dasar tabung karena gravitasi. Umpan encer, biasanya
pada suhu sekftar suhu kamar, masuk ke dalam sistem dan bercampur dengan zat cair yang
kembali dan separator. Umpan itu mengalir ke atas di dalam tabung sebagai zat cair dalam
jarak tertentu

sambil menerirna kalor dan uap. Di dalam zat cair itu lalu terbentuk

gelembung-gelembung, sehingga meningkatkan kecepatan linearnya dan meningkatkan laju


perpindahan-kalor. Di dekat puncak tabung, gelembung itu bertambah besar dengan cepat.
Pada zone ini gelembung uap berganti-ganti dengan potongan zat cair dalam tabung naik
dengan cepat melalui tabung dan keluar dengan kecepatan tinggi dan ujung atas tabung. Dari
tabung itu, campuran zat cair masuk ke dalam separator. Diameter separator itu lebih besar
dari diameter penukar-kalor, sehingga kecepatan linear uap menjadi jauh berkurang. Untuk
membantu pemisahan tetes-tetes zar cair, uap itu dibuat menumbuk seperangkat sekat, lalu
mengalir melewati sekat itu sebelum keluar dan separator. Evaporator seperti pada Gambar
diatas hanya dapat beroperasi sebagai unit sirkulasi saja.
Evaporator vertikal tabung-panjang sangat efektif untuk memekatkan zat cair yang
mempunyai kecenderungan membentuk busa. Busa itu akan pecah bila campuran zat cair dan
uap berkecepatan tinggi menumbuk sekat di bagian kepala-uap.
2. Aliran ke atas (Falling-Film Evaporator)
Evaporator jenis ini umumnya terbuat dari tube/silinder panjang (4-8 meter) yang
ditutupi oleh jaket steam. Distribusi larutan yang seragam merupakan hal yang penting dalam
penggunaan evaporator ini. Larutan yang masuk akan mengalami pertambahan kecepatan
begitu mengalir ke bawah dan disini larutan akan mengalami pemanasan oleh medium
pemanas. Evaporator jenis ini biasanya diaplikasikan untuk larutan yang memiliki viskositas
yang tinggi sehingga umumnya digunakan di industri kimia, makanan, dan fermentasi.

17

Gambar 1.3 Falling-Film Evaporator


(Sumber : http://www.evaporator.com)

b. Plate Evaporator
Plate evaporator memiliki luas permukaan yang relatif besar. Pelat umumnya
berbentuk agak berombak dan ditunjang oleh frame. Selama evaporasi, steam mengalir
melalui saluran yang terbentuk di antara pelat. Steam secara bergantian akan mendaki dan
jatuh secara paralel terhadap larutan yang akan dikonsentratkan. Konsentrat dan uap akan
diumpankan ke tahapan separasi dimana uap akan dikirim ke kondenser. Plate evaporator
umumnya diaplikasikan pada industri susu dan fermentasi karena fleksibilitas tempatnya. Hal
negatif dari jenis ini yaitu terbatasnya kemampuan evaporator untuk larutan yang kental dan
mengandung solid.

A = Produk

E = Uap (Vapour)

B = Konsentrat;

1 = Separator Utama

C = Kondensat;

2 = Pre-separator

D = Uap Pemanas

3 = Plat Calandria

Gambar 1.4 Plate Evaporator from GEA Wiegand


(Sumber : http:// www.gea-wiegand.com)

18

c. Evaporator Multi-Efek (Multiple Effect Evaporator)

Gambar 1.5 Multiple Effect Falling Film Evaporator


(Sumber : http:// beinuo.en.made-in-china.com)

Tidak seperti evaporator tahap tunggal, evaporator jenis ini dapat terdiri atas lebih
dari tujuh efek evaporator. Konsumsi energi untuk evaporator efek tunggal sangatlah tinggi
dan menghasilkan biaya tertinggi pada sistem evaporasi. Penempatan evaporator secara
bersamaan akan menghemat kalor dan membutuhkan energi yang lebih sedikit. Penambahan
satu evaporator dapat menurunkan konsumsi energi hingga 50%. Penambahan dua evaporator
dapat menurunkan hingga 33% demikian seterusnya. Persamaan penghematan panas ini juga
dapat digunakan untuk mengestimasi berapa banyak yang bisa dihemat dengan penambahan
sejumlah efek tertentu. Jumlah efek pada multipleeffect evaporator biasanya dibatasi sampai
tujuh karena bila lebih dari tujuh biaya yang dikeluarkan akan tidak sebanding dengan energi
yang bisa dihemat.
1.2.5 Energi Evaporator
Air dapat dipindahakan dari larutan tidak hanya dengan evaporasi tetapi juga dengan
proses membran, ekstraksi cair-cair, kristalisasi, dan presipitasi. Evaporasi dapat dibedakan
dari metode lainnya yaitu dari produk akhir evaporasi yang berupa larutan konsentrat bukan
solid. Untuk menghasilkan konsentrat dengan memindahkan air, dibutuhkan fasa pembantu
untuk memudahkan transpor pelarut (air) dibandingkan zat terlarut. Fasa pembantu yang
digunakan umumnya adalah uap air untuk mengkonsentrasikan komponen non-volatil seperti
protein dan gula. Panas ditambahkan ke larutan dan sebagian dari pelarut diubah menjadi

19

uap. Panas merupakan hal yang utama dalam proses evaporasi dan proses terjadi lebih mudah
pada temperatur tinggi dan tekanan rendah.
Panas pada proses evaporasi dibutuhkan sebagai penyedia energi untuk molekulmolekul pelarut meninggalkan larutan dan pindah ke udara di sekitar larutan. Ketika
memindahkan air dari larutan, sebagian besar energi digunakan untuk mensuplai panas
evaporasi. Energi juga dibutuhkan untuk untuk mengatasi tegangan permukaan larutan.
Energi yang dibutuhkan dari proses ini sangat tinggi karena terjadi transisi fasa.
Ketika mendesain evaporator, harus dipertimbangkan kuantitas uap yang dibutuhkan
untuk setiap unit massa air yang dipindahkan pada konsentrasi tertentu. Kesetimbangan
energi harus digunakan dengan asumsi bahwa kalor yang hilang ke sekitar sistem diabaikan.
Panas yang dibutuhkan untuk disuplai oleh uap kira-kira akan sama dengan panas yang
dibutuhkan untuk mamanaskan dan menguap air. Pertimbangan lain yaitu ukuran permukaan
kontak yang mempengaruhi laju perpindahan kalor. Secara umum perpindahan kalor pada
proses evaporasi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

q = UA(T1-T2) ...(1)
dimana
U = koefisien transfer panas menyeluruh
A = luas area perpindahan kalor heat transfer area
q = laju perpindahan kalor

20

BAB 2
PERCOBAAN

2.1

Prosedur Percobaan
Skema peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Gambar 2.1 Peralatan Percobaan Climbing Film Evaporator

Persiapan

a. Mengosongkan tangki kondensat (L2 dan L3) dan memastikan bahwa sumber listrik,
steam, dan air pendingin telah tersedia.
b. Valve terbuka : V1, V4, V6, V8, C1, C4
c. Valve tertutup : V2, V3, V5, V7, C5, C6, C7, C9

Start Up

a. Menyalakan feed pump (5) dan S2 serta C8 dibuka penuh.


b. Menyalakan feed pre-heater (S3)
c. Ketika cairan telah terlihat di aliran F2, menyesuaikan C8 untuk mendapatkan laju
feed yang diinginkan pada F2.
d. Membuka dan menyesuaikan C2 untuk mengatur aliran di F1, dimana F1 = 40xF2.
e. C10 dapat digunakan untuk mengatur besar tekanan sistem yang diinginkan pada P2.
f. Menyalakan recirculation pump (S4) saat aliran terlihat pada level vessel (10).

21

g. Mengatur termostat pada feed pre-feater (S3) sehingga temperatur T6 dan T7 sedekat
mungkin.
h. Menyalakan vacum pump (S5) untuk kondisi vakum lalu menyesuaikan C1 untuk
mengatur tekanan sistem yang diinginkan pada P1. untuk kondisi tekanan sistem pada
tekanan atmosfer, C1 dibiarkan terbuka penuh.

Sirkulasi alamiah
Mengikuti prosedur persiapan dan start-up seperti di atas. Lalu membuka C5 sehingga

mendapatkan hasil yang diinginkan pada F3.

Sirkulasi paksa
Mengikuti prosedur pendahuluan dan start-up seperti di atas. Membuka V7 dan

menyesuaikan C4 dan C5 sehingga menghasilkan laju resirkulasi yang diinginkan pada F3.

Prosedur pengesetan variabel

a. Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 10 L/hr; F1 = 40 x F2; F3 = 5 L/hr


b. Mencatat nilai:
-

L1; L2 dan L3

T3; T5; T7; dan T8

P2

Jumlah steam yang terkondensasi

c. Mengulangi prosedur di atas untuk sirkulasi alamiah dan sirkulasi paksa, untuk P1=0,
100, dan 200 mmHg. Data diambil setiap 2 menit.

22

2.2

Data Percobaan

Sirkulasi Alami

P1
Waktu
(mmHg) (menit)

100

200

T5

T8

0
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
10
0

19.5
19
18
17
16
15
19
18
17
16.5
16
15
16.5

62
72
72
73
71
69
71
71
68
65
73
74
67

36
36
36
36
36
37
37
37
37
38
38
38
39

16

67

39

15.5

72

39

15

73

40

14.5

72

40

10

14

71

40

Evaporator

P2
(psia)
9.2
8.9
8.8
8.65
8.7
8.8
6.2
6.1
5.9
5.9
6
6.1
5.1
5
4.9
4.8
4.7
4

Condenser Condensate Concentrate

Volume
Condensate

T7

T3

L2 (ml)

L3 (ml)

102
103
103
103
103
104
98
97
97
97
97
97
93

103
103
103
103
103
103
98
97
98
98
98
98
94

52
57
60
73
78
86
50
58
69
76
85
93
108

56
73
88
105
118
133
67
82
95
108
121
130
67

0
235
475
710
950
1075
0
210
435
625
930
1135
0

93

94

128

79

245

93

94

138

91

490

93

94

147

104

735

93

93

155

116

990

93

94

165

127

1205

Sirkulasi Paksa

P1
Waktu
(mmHg) (menit)

100

Circulation

L1
(liter)

Feed

0
2
4
6
8
10
0

Feed

Circulation

L1
(liter)

T5

T8

16
15
14.5
14
13.5
13
18

65
73
73
73
71
74
73

65
70
76
79
82
82
84

Evaporator

P2
(psia)
9.1
9.3
9.4
9
8.8
8.9
7.1

Condenser Condensate Concentrate

T7

T3

L2 (ml)

L3 (ml)

103
102
102
102
102
102
99

102
102
102
102
102
102
99

175
182
189
197
205
212
67

60
71
91
105
120
133
57

Volume
Condensate
0
245
485
725
970
1195
0

23

200

2
4
6
8
10
0

17
16.5
15.5
15
14.5
14.5

83
83
70
69
72
75

83
83
83
82
80
82

14

73

80

13.5

72

80

13

69

80

12.5

71

79

10

12

74

78

7.1
6.9
7
6.9
7
5.2
5.1
4.8
4.9
5
5

99
99
99
99
99
96

99
99
99
99
99
95

78
86
95
104
112
117

75
90
103
116
133
144

215
435
680
935
1155
0

96

96

126

158

250

95

95

138

175

490

95

96

145

187

795

95

95

155

205

1000

95

95

163

217

1230

24

BAB 3
PENGOLAHAN DATA

3.1. Variasi Tekanan Sistem terhadap Laju Evaporasi Air


Proses Perhitungan
1. Memplot grafik ata dengan metode regresi untuk menghubungkan level tangki
kondensat

sebagai sumbu- y dan waktu waktu (t) di sumbu-x. Lalu menentukan

slope / kemiringan dari grafik tersebut.


Jenis

Slope

0 mmHg

0.000586

Alami 100 mmHg 0.000721


200 mmHg 0.000893
0 mmHg

0.000624

Paksa 100 mmHg 0.000743


200 mmHg 0.000771

2. Menghitung nilai laju penguapan rata-rata (E) untuk setiap nilai tekanan :
Faktor Alat C2 = 17.6 kg/min

Jenis
0 mmHg

Slope

0.000586 0.618514

Alami 100 mmHg 0.000721 0.761829


200 mmHg 0.000893 0.942857
0 mmHg

0.000624 0.658743

Paksa 100 mmHg 0.000743 0.784457


200 mmHg 0.000771 0.814629

25

Evaporation Rate

Memplot grafik dengan menghubungkan laju penguapan rata-rata (E) sebagai sumbu-y dan
tekanan sistem
di sumbu-x.
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

Sirkulasi Alami
Sirkulasi Paksa

10

20

30

System Pressure (kPa)

3.2.Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi dengan Perbedaan Suhu


Proses Perhitungan
1. Menghitung rata-rata dari tekanan steam

dan mencari temperatur steam

pada tekanan tersebut menggunakan steam table


Sirkulasi Alami
P1 = 0
P

P1 = 100
P

Sirkulasi Paksa

P1 = 200
P

P1 = 0
P

P1 = 100
P

P1 = 200

63.4 87 42.7 77 35.2 73 62.7 87 49.0 81 35.9 73


61.4 87 42.1 77 34.5 72 64.1 88 49.0 81 35.2 73
60.7 86 40.7 76 33.8 72 64.8 88 47.6 80 33.1 71
59.6 86 40.7 76 33.1 71 62.1 87 48.3 80 33.8 72
60.0 86 41.4 77 32.4 71 60.7 86 47.6 80 34.5 72
60.7 86 42.1 77 27.6 67 61.4 87 48.3 80 34.5 72
61

86 41.6 77 32.8 71 62.6 87 48.3 80 34.5 72

2. Menghitung rata-rata dari titik didih


Sirkulasi Alami

Sirkulasi Paksa

P1 = 0 P1 = 100 P1 = 200 P1 = 0 P1 = 100 P1 = 200

26

102

98

93

103

99

96

103

97

93

102

99

96

103

97

93

102

99

95

103

97

93

102

99

95

103

97

93

102

99

95

104

97

93

102

99

95

103

97.17

93

102.17

99

95.3

3. Menghitung perbedaan temperatur steam dengan temperatur didih rata-rata :


Sirkulasi Alami

Sirkulasi Paksa

Temperatur
P1 = 0

P1 = 100

P1 = 200

P1 = 0

P1 = 100

P1 = 200

T. Steam (C)

86

77

71

87

80

72

T. Didih (C)

103

97.17

93

102.17

99

95.3

Selisih

17

20.17

22

15.17

19

23.3

4. Menghitung laju alir feed rata-rata dan laju sirkulasi ( dan

Nilai F2 = 10 liter/jam dan F3 = 5 liter/jam


5. Menghitung rasio sirkulasi R dengan menggunakan persamaan berikut

6. Memplot grafik ata dengan metode regresi untuk menghubungkan level tangki
kondensat

sebagai sumbu- y dan waktu waktu (t) di sumbu-x. Lalu

menentukan slope / kemiringan dari grafik tersebut.


Jenis
0 mmHg

Slope
0.000586

Alami 100 mmHg 0.000721


200 mmHg 0.000893
0 mmHg

0.000624

Paksa
100 mmHg 0.000743

27

200 mmHg 0.000771

7. Menghitung laju penguapan rata-rata (E)


Faktor Alat C2 = 17.6 kg/min

Jenis
0 mmHg

Slope

0.000586 0.618514

Alami 100 mmHg 0.000721 0.761829


200 mmHg 0.000893 0.942857
0 mmHg

0.000624 0.658743

Paksa 100 mmHg 0.000743 0.784457


200 mmHg 0.000771 0.814629

28

8. Memplot grafik yang menghubungkan log laju penguapan rata-rata (log E) sebagai
sumbu-y terhadap log suhu (log T) dimana T adalah perbedaan temperatur steam dengan
titik didih rata-rata sebagai sumbu-x.

Log T

Log E

17

0.618514

1.2304

-0.209

20.17

0.761829

1.3047

-0.118

22

0.942857

1.3424

-0.026

15.17

0.658743

1.181

-0.181

19

0.784457

1.2788

-0.105

23.3

0.814629

1.3674

-0.089

0
1,15

1,2

1,25

1,3

1,35

1,4

Evaporation Rate

-0,05

-0,1
Sirkulasi Alami
Sirkulasi Paksa

-0,15

-0,2

-0,25

Delta TE

3.3. Perhitungan Keekonomian untuk Sirkulasi Alami dan Sirkulasi Paksa


Proses Perhitungan

1. Menghitung tekanan rata-rata steam dan tekanan rata-rata sistem (

dan

), titik

didih rata- rata ( ), serta laju alir rata-rata masukan dan laju alir sirkulasi
sirkulasi (

dan

).

29

Jenis

P1 (mmHg) P2 (kPA) T7 (C) F2 (L/jam) F3 (L/Jam)

Alami

Paksa

61.0

103.0

10.0

5.0

100

41.6

97.2

10.0

5.0

200

32.8

93.0

10.0

5.0

62.6

102.2

10.0

5.0

100

48.3

99.0

10.0

5.0

200

34.5

95.3

10.0

5.0

2. Menghitung rasio sirkulasi rata-rata (R) dengan menggunakan persamaan:

3. Menghitung jumlah air yang terevaporasi dengan mengamati perubahan level pada
tangki kondensat (

) dengan menggunakan persamaan:

Faktor Alat C2 = 17.6 kg/min

Jenis

P1 (mmHg)

Alami

Paksa

(mL)

(kg/min)

34.0

6.0

100

43.0

7.6

200

57.0

10.0

37.0

6.5

100

45.0

7.9

200

46.0

8.1

4. Menghitung jumlah total kondensat yang terkumpul (Q) dengan menggunakan data
volum kondensat yang didapatkan.
Jenis
Alami

P1 (mmHg) Volum Kondensat (mL) Qc (L)


0

1075

1.075

30

Paksa

100

1135

1.135

200

1205

1.205

1195

1.195

100

1155

1.155

200

1230

1.23

5. Menghitung keekonomisan (

Jenis

Alami

Paksa

) dengan menggunakan persamaan:

P1 (mmHg)

(kg/m) Ec (kg/m.L)

1.075

6.0

5.567

100

1.135

7.6

6.668

200

1.205

10.0

8.325

1.195

6.5

5.449

100

1.155

7.9

6.857

200

1.23

8.1

6.582

31

6. Memplot grafik yang menghubungkan nilai keekonomisan (

) sebagai sumbu-y

terhadap tekanan sistem ( ) sebagai sumbu-x.

9,000
8,000
7,000

Ec

6,000
5,000
4,000

Sirkulasi Alami

3,000

Sirkulasi Paksa

2,000
1,000
0,000
0

10

20

30

System Pressure (kPa)

3.4. Neraca Energi untuk Sirkulasi Alami dan Sirkulasi Paksa


Proses Perhitungan

1. Mencari data-data entalpi masukan dengan menggunakan steam table, yaitu:


pada

pada

pada

Rata-rata
Jenis

Alami

Alami

, dan

pada

Entalpi (kJ/kg) keadaan saturated

P1 (mmHg)
P2 (kPa)

T3

T5

T8

hl T5

hv P2

hv T3

hl T8

hl P2

60.96

103.00

69.83

36.17

292.32

2653.53

2680.28

151.52

361.55

100

41.60

97.83

70.33

37.50

294.41

2637.64

2672.14

157.09

321.53

200

32.75

93.83

70.33

39.50

294.41

2628.02

2665.74

165.45

297.73

62.63

102.00

71.50

75.67

299.30

2654.67

2678.72

316.77

364.47

100

48.26

99.00

75.00

82.50

313.97

2643.75

2673.99

345.44

336.79

200

34.47

95.33

72.33

79.83

302.79

2630.06

2668.15

334.25

302.76

32

2. Menghitung perubahan level pada tangki masukan, kondensat, dan konsentrat


(

).

Jenis

Alami

Paksa

P1 (mmHg) dL1 (cm) dL2 (cm) dL3 (cm)


0

4.50

34.00

77.00

100

4.00

43.00

63.00

200

2.50

57.00

60.00

3.00

37.00

73.00

100

3.50

45.00

76.00

200

2.50

46.00

73.00

3. Menghitung massa air umpan, air yang terevaporasi, dan konsentrat (

dengan menggunakan persamaan:

Faktor Alat C1 = 110 kg/min C2 = C3 = 17.6 kg/min

Jenis

Alami

Paksa

P1
(mmHg)

dL1
(cm)

dL2
(cm)

dL3
(cm)

Wf

We

Wc

4.50

34.00

77.00

4.95

5.98

13.55

100

4.00

43.00

63.00

4.40

7.57

11.09

200

2.50

57.00

60.00

2.75

10.03

10.56

3.00

37.00

73.00

3.30

6.51

12.85

100

3.50

45.00

76.00

3.85

7.92

13.38

200

2.50

46.00

73.00

2.75

8.10

12.85

33

4. Menghitung neraca massa dengan menggunakan persamaan berikut:

5. Menghitung neraca energi dengan menggunakan persamaan berikut:

dimana:
massa air masukan ke evaporator (kg)
massa air terevaporasi (kg)
massa air konsentrat (kg)
massa steam terkondensasi (kg)
entalpi umpan pada

(kJ/kg

entalpi uap air keluar dari evaporator


entalpi konsentrat pada

(kJ/kg)

(kJ/kg)

entalpi steam masuk jaket evaporator pada P2 (kJ/kg)


entalpi kondensat keluar dari jaket evaporator (kJ/kg)
6. Menghitung kesalahan relative dari neraca massa dengan menggunakan persamaan
berikut:
|

7. Menghitung kesalahan relative dari neraca energy dengan menggunakan


persamaan berikut :
|

Entalpi (kJ/kg) keadaan saturated


Jenis

Paksa

KR

P1 (mmHg)
hl T5

Alami

Massa (kg)

hv P2

hv T3

hl T8

hl P2

Wf

We

Wc

Qc

Neraca Massa Neraca Energi

292.32 2653.53 2680.28 151.52 361.55 4.95

5.98

13.55 1.08

294.67

329.84

100

294.41 2637.64 2672.14 157.09 321.53 4.40

7.57

11.09 1.14

324.00

420.61

200

294.41 2628.02 2665.74 165.45 297.73 2.75 10.03 10.56 1.21

648.80

625.50

299.30 2654.67 2678.72 316.77 364.47 3.30

6.51

12.85 1.20

486.67

427.62

100

313.97 2643.75 2673.99 345.44 336.79 3.85

7.92

13.38 1.16

453.14

514.40

200

302.79 2630.06 2668.15 334.25 302.76 2.75

8.10

12.85 1.23

661.60

545.78

34

35

BAB 4
ANALISIS

4.1. Analisis Percobaan


Percobaan evaporator climbing film ini bertujuan salah
mempelajari
mempengaruhi

prinsip
proses

evaporasi

keseluruhan

evaporasi

tersebut.

serta

Dalam

satunya

faktor-faktor
percobaan

ini,

yang
kami

menggunakan fluida berupa air sebagai pelarut yang akan diuapkan dan steam
sebagai fluida panas untuk menguapkan pelarut. Pemilihan air dikarenakan sifat
air yang tidak korosif, tidak beracun dan tidak berbahaya serta ketersediaan yang
melimpah dan mudah didapatkan. Percobaan evaporator terbagi menjadi 2
percobaan, di mana percobaan pertama bertujuan untuk mengamati pengaruh
variasi tekanan sistem terhadap laju evaporasi air, sedangkan percobaan kedua
bertujuan untuk mengamati pengaruh sirkulasi alami dan sirkulasi paksa pada
evaporasi. Percobaan ini juga dilakukan untuk membandingkan keekonomisan
dari sirkulasi alami dan sirkulasi paksa.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah evaporator jenis climbing
film yang beroperasi pada keadaan vakum dengan penggunaan vacuum pump.
Vacuum pump ini berfungsi untuk menarik udara dari sistem sehingga tercipta
kondisi bertekanan rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju evaporasi
adalah tekanan sistem. Semakin rendah tekanan sistem, maka akan laju evaporasi
akan meningkat karena uap air akan lebih mudah terbentuk pada tekanan yang
rendah atau titik didih air akan

menurun seiring dengan penurunan tekanan

sistem. Maka dalam percobaan evaporator ini, kami melakukan variasi tekanan
sistem dengan menggunakan vacuum pump dengan variasi 0 mmHg, 100 mmHg
dan 200 mmHg. Seperti yang ada pada tujuan percobaan yang kedua dari
percobaan ini yaitu mengetahui pengaruh perubahan tekanan sistem terhadap laju
evaporasi dalam sistem.
Pengambilan data percobaan dilakukan pada dua kondisi aliran, yaitu
pengambilan data aliran alami dan aliran paksa. Pada percobaan aliran alami,
valve C5 dibuka dan disesuaikan bukaannya untuk mendapatkan maksimum
steady recirculation rate, yang dapat dibaca pada F3. Sedangkan untuk aliran

36

paksa, prosedurnya sama dengan aliran alami namun valve V7 dibuka lalu valve
C4 dan C5 disesuaikan bukaannya untuk dapat menghasilkan laju alir aliran yang
diinginkan pada flowmeter.
Data-data yang diambil adalah P1, P2, F2, F3, L1, L2, L3, T3, T5, T7, T8, t
serta Qc. Pengambilan data didasarkan pada variasi nilai P1, yaitu 0 mmHg, 100
mmHg, dan 200 mmHg. Data-data diatas diambil setiap 2 menit sekali. Untuk
satu kali percobaan dengan satu variasi P1 diambil data sebanyak 6 kali, yaitu
pada saat t = 0 menit hingga t = 10 menit.

4.2. Analisis Hasil


Pada grafik hubungan antara laju evaporasi dengan tekanan sistem, dapat
diamati bahwa terdapat kenaikan laju evaporasi ketika dilakukan peningkatan
tekanan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tekanan sistem, kemampuan air
untuk menguap akan semakin besar karena tekanan air akan mendekati tekanan
lingkungan yang menyebabkan kondisi air menguap tercapai. Dari grafik
hubungan antara laju evaporasi dengan tekanan sistem untuk sirkulasi paksa,
terlihat bahwa semakin tinggi tekanan sistem, maka nilai laju evaporasi cenderung
semakin besar. Selain itu karena adanya kenaikan konstanta perpindahan panas
yang berbanding lurus dengan laju evaporasi yang dilihat dari suhu keluaran
steam, semakin tinggi suhu steam maka semakin besar laju penguapannya.
Berdasarkan grafik hubungan antara laju evaporasi (E) dengan perbedaan
suhu sistem dengan steam (TE). Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar perbedaan suhu maka semakin besar pula laju evaporasi. Semakin besar
perbedaan suhu, maka semakin besar energi panas yang ditransfer oleh steam.
Tentunya ini akan berdampak pada peningkatan laju evaporasi. Suhu keluaran air
dari tube evaporator menunjukkan titik didihnya pada tekanan yang diuji pada
percobaan. Secara teoritis, akan lebih besar laju evaporasi pada sirkulasi paksa
karena sirkulasi paksa memberikan asupan kalor tambahan pada sistem melalui
sirkulasi cairan jenuh (konsentrat) yang merupakan hasil pemisahan dari uap dari
kolom evaporasi. Sirkulasi ini memiliki suhu yang lebih tinggi daripada feed.
Dengan kalor yang dibawa oleh sirkulasi tersebut, evaporasi akan semakin cepat.
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa ekonomi
evaporator untuk sirkulasi alami dan sirkulasi paksa semakin lama semakin besar

37

seiring dengan pertambahan tekanan sistem. Hal ini disebabkan karena tekanan
akan mempengaruhi suhu sistem, dan suhu sistem ini akan berpengaruh terhadap
keekonomian dari evaporator.

4.3. Analisis Kesalahan


Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini

Kesalahan pembacaan skala karena pada L1 level tangki terlalu jauh jarak
antar skala sehingga menyulitkan praktikan untuk membaca skala level

Pengaturan tekanan sistem yang dikontrol dengan pompa vakum tidak


stabil dan membuat terkadang tekanan sistem berubah.

Asumsi bahwa steam dari keluaran shell evaporator adalah saturated liquid
(cairan jenuh). Bisa jadi cairan berada dalam keadaan subcooled liquid
(cairan yang berada pada kondisi di bawah titik jenuhnya).

Alat baca suhu yang menunjukan angka yang cepat berubah-ubah


sehingga menyulitkan praktikan membaca besar suhu

Besarnya persentase kesalahan dikarenakan karena flowmeter yang tidak


berfungsi sehingga F3 tidak akurat dan mengakibatkan error yang besar

38

BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan, perhitungan, dan analisis yang telah
kami lakukan adalah sebagai berikut:
1) Peristiwa evaporasi terbagi menjadi dua, yaitu evaporasi sirkulasi alami
dan sirkulasi paksa. Pada sirkulasi paksa membutuhkan steam yang
bersirkulasi dalam sistem evaporator.
2) Laju evaporasi seharusnya semakin besar pada evaporator dengan sirkulasi
paksa. Hal ini disebabkan oleh beda suhu yang semakin tinggi pada
evaporator sirkulasi paksa dibandingkan pada evaporator sirkulasi alami.
3) Laju evaporasi berbanding lurus dengan peningkatan tekanan karena
konsentrasi air dalam fasa gas akan semakin besar dan mendekati
kesetimbangan uap-cair sehingga kemampuan menguap menjadi lebih
besar.
4) Laju evaporasi berbanding lurus dengan peningkatan suhu karena hal ini
disebabkan oleh semakin besar perbedaan suhu, maka semakin banyak
energi panas yang ditransfer oleh steam ke air dan akan berdampak pada
peningkatan laju evaporasi
5) Keekonomian evaporator seharusnya semakin besar ketika tekanan sistem
dinaikkan. Akan tetapi, pada sirkulasi alami, keekonomian evaporator
akan berkurang atau menjadi konstan karena pada tekanan tertentu tidak
adanya drive.
6) Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi adalah suhu steam, tekanan
operasi, laju alir umpan, sifat fisik dan sifat kimia umpan yang digunakan,
luas permukaan kontak antara umpan dan media pemanas (panjang dan
jumlah tube yang digunakan), laju alir steam, dan laju alir pendingin pada
kondensor.
7) Besarnya persen kesalahan dikarenakan tidak akuratnya perkiraan F3
karena flowmeter yang tidak berfungsi. Sehingga mengakibatkan terdapat
error yang besar.

39

DAFTAR PUSTAKA

McCabe W. L., Smith C. J., dan Harriod. 1976. Unit Operation of


Chemical Engineering, 3rd Edition. USA: McGraw-Hill.
Rahayu, S.S., 2009. Pelaksanaan Proses Evaporasi. Online: chem-is-try.org.
Tim penyusun. 1989. Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik II. Depok:
Laboratorium Proses dan Operasi Teknik TGP FTUI

Anda mungkin juga menyukai