ANGGOTA KELOMPOK:
ARYA IRFANDIKA
DANIA ALFIS FIRDAUSYAH
JULIANTO
(1306446484)
(1306370511)
(1306370682)
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................12
1.1 Tujuan Percobaan ..........................................................................................12
1.2 Teori Dasar....................................................................................................12
1.2.1 Pengertian Evaporasi .................................................................................12
1.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi .......................................13
1.2.3 Prinsip Kerja Evaporator ............................................................................14
1.2.4 Jenis Jenis Evaporator .............................................................................15
1.2.5 Energi Evaporator ......................................................................................18
BAB 2 PERCOBAAN ..........................................................................................20
2.1 Prosedur Percobaan .......................................................................................20
2.2 Data Percobaan .............................................................................................22
BAB 3 PENGOLAHAN DATA ..........................................................................24
BAB 4 ANALISIS ................................................................................................35
4.1. Analisis Percobaan ........................................................................................35
4.2. Analisis Hasil ................................................................................................36
4.3. Analisis Kesalahan ........................................................................................37
BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................39
12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum evaporasi yang telah dilakukan oleh
praktikan:
1. Memahami prinsip evaporasi secara keseluruhan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi evaporasi dan juga fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses
evaporasi
2. Mengetahui variabel-variabel proses seperti tekanan sistem dan perbedaan suhu
sistem dengan uap terhadap proses evaporasi
3. Membandingkan jenis evaporasi sirkulasi alami dan sirkulasi paksa
1.2
Teori Dasar
13
Proses evaporasi akan memurnikan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak
mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi,
pelarutnya adalah air. Evaporasi dilaksanakan dengan menguapkan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
1.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Sifat sifat fisis dan kimia dari larutan yang akan dimurnikan dan uap yang akan
dipindahkan, sangat berpengaruh pada jenis evaporator yang akan digunakan, pada tekanan
dan suhu proses (kondisi operasi proses). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
evaporasi adalah:
1. Kelarutan
Larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut pun akan meningkat, sehingga batas
kelarutan bahan dalam larutan akan mungkin terlampaui dan akan terbentuk kristal. Hal ini
menunjukkan batas konsentrasi maksimum dalam larutan yang dapat diperoleh dengan proses
evaporasi. Kelarutan merupakan fungsi temperatur dan pada banyak kasus, kelarutan garam
dalam air akan meningkat seiring dengan kenaikan temperatur.
3. Pembusaan (foaming)
Pada beberapa material yang terbuat dari larutan kaustik, larutan makanan seperti susu
skim, dan sejumlah larutan asam lemak, akan membentuk busa atau buih selama proses
pendidihan. Busa ini bersama uap akan keluar dari evaporator.
14
5. Konstruksi Material
Sejumlah larutan akan menimbulkan material pada yang terdeposit pada permukaan
pemanas yang disebut sebagai kerak. Kerak terbentuk dari dekomposisi produk atau
penurunan kelarutan. Oleh karena itu, evaporator harus dibersihkan secara berkala dan
material penyusunnya juga penting untuk diperhatikan untuk meminimalisasi terjadinya
korosi.
1.2.3 Prinsip Kerja Evaporator
Larutan yang mengandung produk yang diinginkan diumpankan ke dalam evaporator
dan akan melewati sumber panas. Panas yang diberikan akan mengubah air dalam larutan
menjadi uap. Uap dipindahkan dari larutan dan dikondensasikan sedangkan larutan dengan
konsentrasi yang baru akan masuk ke evaporator kedua untuk mendapatkan larutan yang
lebih pekat namun dapat juga langsung diambil atau dipindahkan bila telah mencapai
konsentrasi yang diinginkan.
Evaporator sebagai suatu sistem peralatan umumnya terdiri dari empat bagian. Bagian
pemanasan berisi media pemanas. Uap diumpankan di bagian ini. Medium yang paling umum
digunakan terdiri dari parallel tube tetapi ada pula yang berbentuk pelat atau coil. Bagian
berikutnya yaitu bagian pemekatan dan bagian separasi yang akan memindahkan uap yang
dihasilkan dari larutan .
15
Sebuah separator (pemisah) atau ruang uap (vapor space) untuk memisahkan zat cain
yang terbawa-ikut dan uap
c.
Bila alat ini dioperasikan sebagai unit sirkulasi, sebuah kaki pemulang (return leg)
untuk mengembalikan zat cair dan separator ke bagian bawah penukar-kalor. Alat itu
mempunyai lubang masuk masing-masing untuk zat cair umpan dan untuk uap,
lubang keluar masing-masing untuk uap, cairan pekat, kondensat uap, dan gas takmampu-kondensasi yang terkandung dalam uap.
Gambar 1.2 Swenson LTV Rising-Film Evaporator with Vertical-Tube Surface Condense
16
(Sumber : www..ksu.edu.sa)
sambil menerirna kalor dan uap. Di dalam zat cair itu lalu terbentuk
17
b. Plate Evaporator
Plate evaporator memiliki luas permukaan yang relatif besar. Pelat umumnya
berbentuk agak berombak dan ditunjang oleh frame. Selama evaporasi, steam mengalir
melalui saluran yang terbentuk di antara pelat. Steam secara bergantian akan mendaki dan
jatuh secara paralel terhadap larutan yang akan dikonsentratkan. Konsentrat dan uap akan
diumpankan ke tahapan separasi dimana uap akan dikirim ke kondenser. Plate evaporator
umumnya diaplikasikan pada industri susu dan fermentasi karena fleksibilitas tempatnya. Hal
negatif dari jenis ini yaitu terbatasnya kemampuan evaporator untuk larutan yang kental dan
mengandung solid.
A = Produk
E = Uap (Vapour)
B = Konsentrat;
1 = Separator Utama
C = Kondensat;
2 = Pre-separator
D = Uap Pemanas
3 = Plat Calandria
18
Tidak seperti evaporator tahap tunggal, evaporator jenis ini dapat terdiri atas lebih
dari tujuh efek evaporator. Konsumsi energi untuk evaporator efek tunggal sangatlah tinggi
dan menghasilkan biaya tertinggi pada sistem evaporasi. Penempatan evaporator secara
bersamaan akan menghemat kalor dan membutuhkan energi yang lebih sedikit. Penambahan
satu evaporator dapat menurunkan konsumsi energi hingga 50%. Penambahan dua evaporator
dapat menurunkan hingga 33% demikian seterusnya. Persamaan penghematan panas ini juga
dapat digunakan untuk mengestimasi berapa banyak yang bisa dihemat dengan penambahan
sejumlah efek tertentu. Jumlah efek pada multipleeffect evaporator biasanya dibatasi sampai
tujuh karena bila lebih dari tujuh biaya yang dikeluarkan akan tidak sebanding dengan energi
yang bisa dihemat.
1.2.5 Energi Evaporator
Air dapat dipindahakan dari larutan tidak hanya dengan evaporasi tetapi juga dengan
proses membran, ekstraksi cair-cair, kristalisasi, dan presipitasi. Evaporasi dapat dibedakan
dari metode lainnya yaitu dari produk akhir evaporasi yang berupa larutan konsentrat bukan
solid. Untuk menghasilkan konsentrat dengan memindahkan air, dibutuhkan fasa pembantu
untuk memudahkan transpor pelarut (air) dibandingkan zat terlarut. Fasa pembantu yang
digunakan umumnya adalah uap air untuk mengkonsentrasikan komponen non-volatil seperti
protein dan gula. Panas ditambahkan ke larutan dan sebagian dari pelarut diubah menjadi
19
uap. Panas merupakan hal yang utama dalam proses evaporasi dan proses terjadi lebih mudah
pada temperatur tinggi dan tekanan rendah.
Panas pada proses evaporasi dibutuhkan sebagai penyedia energi untuk molekulmolekul pelarut meninggalkan larutan dan pindah ke udara di sekitar larutan. Ketika
memindahkan air dari larutan, sebagian besar energi digunakan untuk mensuplai panas
evaporasi. Energi juga dibutuhkan untuk untuk mengatasi tegangan permukaan larutan.
Energi yang dibutuhkan dari proses ini sangat tinggi karena terjadi transisi fasa.
Ketika mendesain evaporator, harus dipertimbangkan kuantitas uap yang dibutuhkan
untuk setiap unit massa air yang dipindahkan pada konsentrasi tertentu. Kesetimbangan
energi harus digunakan dengan asumsi bahwa kalor yang hilang ke sekitar sistem diabaikan.
Panas yang dibutuhkan untuk disuplai oleh uap kira-kira akan sama dengan panas yang
dibutuhkan untuk mamanaskan dan menguap air. Pertimbangan lain yaitu ukuran permukaan
kontak yang mempengaruhi laju perpindahan kalor. Secara umum perpindahan kalor pada
proses evaporasi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut
q = UA(T1-T2) ...(1)
dimana
U = koefisien transfer panas menyeluruh
A = luas area perpindahan kalor heat transfer area
q = laju perpindahan kalor
20
BAB 2
PERCOBAAN
2.1
Prosedur Percobaan
Skema peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Persiapan
a. Mengosongkan tangki kondensat (L2 dan L3) dan memastikan bahwa sumber listrik,
steam, dan air pendingin telah tersedia.
b. Valve terbuka : V1, V4, V6, V8, C1, C4
c. Valve tertutup : V2, V3, V5, V7, C5, C6, C7, C9
Start Up
21
g. Mengatur termostat pada feed pre-feater (S3) sehingga temperatur T6 dan T7 sedekat
mungkin.
h. Menyalakan vacum pump (S5) untuk kondisi vakum lalu menyesuaikan C1 untuk
mengatur tekanan sistem yang diinginkan pada P1. untuk kondisi tekanan sistem pada
tekanan atmosfer, C1 dibiarkan terbuka penuh.
Sirkulasi alamiah
Mengikuti prosedur persiapan dan start-up seperti di atas. Lalu membuka C5 sehingga
Sirkulasi paksa
Mengikuti prosedur pendahuluan dan start-up seperti di atas. Membuka V7 dan
menyesuaikan C4 dan C5 sehingga menghasilkan laju resirkulasi yang diinginkan pada F3.
L1; L2 dan L3
P2
c. Mengulangi prosedur di atas untuk sirkulasi alamiah dan sirkulasi paksa, untuk P1=0,
100, dan 200 mmHg. Data diambil setiap 2 menit.
22
2.2
Data Percobaan
Sirkulasi Alami
P1
Waktu
(mmHg) (menit)
100
200
T5
T8
0
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
10
0
19.5
19
18
17
16
15
19
18
17
16.5
16
15
16.5
62
72
72
73
71
69
71
71
68
65
73
74
67
36
36
36
36
36
37
37
37
37
38
38
38
39
16
67
39
15.5
72
39
15
73
40
14.5
72
40
10
14
71
40
Evaporator
P2
(psia)
9.2
8.9
8.8
8.65
8.7
8.8
6.2
6.1
5.9
5.9
6
6.1
5.1
5
4.9
4.8
4.7
4
Volume
Condensate
T7
T3
L2 (ml)
L3 (ml)
102
103
103
103
103
104
98
97
97
97
97
97
93
103
103
103
103
103
103
98
97
98
98
98
98
94
52
57
60
73
78
86
50
58
69
76
85
93
108
56
73
88
105
118
133
67
82
95
108
121
130
67
0
235
475
710
950
1075
0
210
435
625
930
1135
0
93
94
128
79
245
93
94
138
91
490
93
94
147
104
735
93
93
155
116
990
93
94
165
127
1205
Sirkulasi Paksa
P1
Waktu
(mmHg) (menit)
100
Circulation
L1
(liter)
Feed
0
2
4
6
8
10
0
Feed
Circulation
L1
(liter)
T5
T8
16
15
14.5
14
13.5
13
18
65
73
73
73
71
74
73
65
70
76
79
82
82
84
Evaporator
P2
(psia)
9.1
9.3
9.4
9
8.8
8.9
7.1
T7
T3
L2 (ml)
L3 (ml)
103
102
102
102
102
102
99
102
102
102
102
102
102
99
175
182
189
197
205
212
67
60
71
91
105
120
133
57
Volume
Condensate
0
245
485
725
970
1195
0
23
200
2
4
6
8
10
0
17
16.5
15.5
15
14.5
14.5
83
83
70
69
72
75
83
83
83
82
80
82
14
73
80
13.5
72
80
13
69
80
12.5
71
79
10
12
74
78
7.1
6.9
7
6.9
7
5.2
5.1
4.8
4.9
5
5
99
99
99
99
99
96
99
99
99
99
99
95
78
86
95
104
112
117
75
90
103
116
133
144
215
435
680
935
1155
0
96
96
126
158
250
95
95
138
175
490
95
96
145
187
795
95
95
155
205
1000
95
95
163
217
1230
24
BAB 3
PENGOLAHAN DATA
Slope
0 mmHg
0.000586
0.000624
2. Menghitung nilai laju penguapan rata-rata (E) untuk setiap nilai tekanan :
Faktor Alat C2 = 17.6 kg/min
Jenis
0 mmHg
Slope
0.000586 0.618514
0.000624 0.658743
25
Evaporation Rate
Memplot grafik dengan menghubungkan laju penguapan rata-rata (E) sebagai sumbu-y dan
tekanan sistem
di sumbu-x.
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Sirkulasi Alami
Sirkulasi Paksa
10
20
30
P1 = 100
P
Sirkulasi Paksa
P1 = 200
P
P1 = 0
P
P1 = 100
P
P1 = 200
Sirkulasi Paksa
26
102
98
93
103
99
96
103
97
93
102
99
96
103
97
93
102
99
95
103
97
93
102
99
95
103
97
93
102
99
95
104
97
93
102
99
95
103
97.17
93
102.17
99
95.3
Sirkulasi Paksa
Temperatur
P1 = 0
P1 = 100
P1 = 200
P1 = 0
P1 = 100
P1 = 200
T. Steam (C)
86
77
71
87
80
72
T. Didih (C)
103
97.17
93
102.17
99
95.3
Selisih
17
20.17
22
15.17
19
23.3
6. Memplot grafik ata dengan metode regresi untuk menghubungkan level tangki
kondensat
Slope
0.000586
0.000624
Paksa
100 mmHg 0.000743
27
Jenis
0 mmHg
Slope
0.000586 0.618514
0.000624 0.658743
28
8. Memplot grafik yang menghubungkan log laju penguapan rata-rata (log E) sebagai
sumbu-y terhadap log suhu (log T) dimana T adalah perbedaan temperatur steam dengan
titik didih rata-rata sebagai sumbu-x.
Log T
Log E
17
0.618514
1.2304
-0.209
20.17
0.761829
1.3047
-0.118
22
0.942857
1.3424
-0.026
15.17
0.658743
1.181
-0.181
19
0.784457
1.2788
-0.105
23.3
0.814629
1.3674
-0.089
0
1,15
1,2
1,25
1,3
1,35
1,4
Evaporation Rate
-0,05
-0,1
Sirkulasi Alami
Sirkulasi Paksa
-0,15
-0,2
-0,25
Delta TE
dan
), titik
didih rata- rata ( ), serta laju alir rata-rata masukan dan laju alir sirkulasi
sirkulasi (
dan
).
29
Jenis
Alami
Paksa
61.0
103.0
10.0
5.0
100
41.6
97.2
10.0
5.0
200
32.8
93.0
10.0
5.0
62.6
102.2
10.0
5.0
100
48.3
99.0
10.0
5.0
200
34.5
95.3
10.0
5.0
3. Menghitung jumlah air yang terevaporasi dengan mengamati perubahan level pada
tangki kondensat (
Jenis
P1 (mmHg)
Alami
Paksa
(mL)
(kg/min)
34.0
6.0
100
43.0
7.6
200
57.0
10.0
37.0
6.5
100
45.0
7.9
200
46.0
8.1
4. Menghitung jumlah total kondensat yang terkumpul (Q) dengan menggunakan data
volum kondensat yang didapatkan.
Jenis
Alami
1075
1.075
30
Paksa
100
1135
1.135
200
1205
1.205
1195
1.195
100
1155
1.155
200
1230
1.23
5. Menghitung keekonomisan (
Jenis
Alami
Paksa
P1 (mmHg)
(kg/m) Ec (kg/m.L)
1.075
6.0
5.567
100
1.135
7.6
6.668
200
1.205
10.0
8.325
1.195
6.5
5.449
100
1.155
7.9
6.857
200
1.23
8.1
6.582
31
) sebagai sumbu-y
9,000
8,000
7,000
Ec
6,000
5,000
4,000
Sirkulasi Alami
3,000
Sirkulasi Paksa
2,000
1,000
0,000
0
10
20
30
pada
pada
Rata-rata
Jenis
Alami
Alami
, dan
pada
P1 (mmHg)
P2 (kPa)
T3
T5
T8
hl T5
hv P2
hv T3
hl T8
hl P2
60.96
103.00
69.83
36.17
292.32
2653.53
2680.28
151.52
361.55
100
41.60
97.83
70.33
37.50
294.41
2637.64
2672.14
157.09
321.53
200
32.75
93.83
70.33
39.50
294.41
2628.02
2665.74
165.45
297.73
62.63
102.00
71.50
75.67
299.30
2654.67
2678.72
316.77
364.47
100
48.26
99.00
75.00
82.50
313.97
2643.75
2673.99
345.44
336.79
200
34.47
95.33
72.33
79.83
302.79
2630.06
2668.15
334.25
302.76
32
).
Jenis
Alami
Paksa
4.50
34.00
77.00
100
4.00
43.00
63.00
200
2.50
57.00
60.00
3.00
37.00
73.00
100
3.50
45.00
76.00
200
2.50
46.00
73.00
Jenis
Alami
Paksa
P1
(mmHg)
dL1
(cm)
dL2
(cm)
dL3
(cm)
Wf
We
Wc
4.50
34.00
77.00
4.95
5.98
13.55
100
4.00
43.00
63.00
4.40
7.57
11.09
200
2.50
57.00
60.00
2.75
10.03
10.56
3.00
37.00
73.00
3.30
6.51
12.85
100
3.50
45.00
76.00
3.85
7.92
13.38
200
2.50
46.00
73.00
2.75
8.10
12.85
33
dimana:
massa air masukan ke evaporator (kg)
massa air terevaporasi (kg)
massa air konsentrat (kg)
massa steam terkondensasi (kg)
entalpi umpan pada
(kJ/kg
(kJ/kg)
(kJ/kg)
Paksa
KR
P1 (mmHg)
hl T5
Alami
Massa (kg)
hv P2
hv T3
hl T8
hl P2
Wf
We
Wc
Qc
5.98
13.55 1.08
294.67
329.84
100
7.57
11.09 1.14
324.00
420.61
200
648.80
625.50
6.51
12.85 1.20
486.67
427.62
100
7.92
13.38 1.16
453.14
514.40
200
8.10
12.85 1.23
661.60
545.78
34
35
BAB 4
ANALISIS
prinsip
proses
evaporasi
keseluruhan
evaporasi
tersebut.
serta
Dalam
satunya
faktor-faktor
percobaan
ini,
yang
kami
menggunakan fluida berupa air sebagai pelarut yang akan diuapkan dan steam
sebagai fluida panas untuk menguapkan pelarut. Pemilihan air dikarenakan sifat
air yang tidak korosif, tidak beracun dan tidak berbahaya serta ketersediaan yang
melimpah dan mudah didapatkan. Percobaan evaporator terbagi menjadi 2
percobaan, di mana percobaan pertama bertujuan untuk mengamati pengaruh
variasi tekanan sistem terhadap laju evaporasi air, sedangkan percobaan kedua
bertujuan untuk mengamati pengaruh sirkulasi alami dan sirkulasi paksa pada
evaporasi. Percobaan ini juga dilakukan untuk membandingkan keekonomisan
dari sirkulasi alami dan sirkulasi paksa.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah evaporator jenis climbing
film yang beroperasi pada keadaan vakum dengan penggunaan vacuum pump.
Vacuum pump ini berfungsi untuk menarik udara dari sistem sehingga tercipta
kondisi bertekanan rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju evaporasi
adalah tekanan sistem. Semakin rendah tekanan sistem, maka akan laju evaporasi
akan meningkat karena uap air akan lebih mudah terbentuk pada tekanan yang
rendah atau titik didih air akan
sistem. Maka dalam percobaan evaporator ini, kami melakukan variasi tekanan
sistem dengan menggunakan vacuum pump dengan variasi 0 mmHg, 100 mmHg
dan 200 mmHg. Seperti yang ada pada tujuan percobaan yang kedua dari
percobaan ini yaitu mengetahui pengaruh perubahan tekanan sistem terhadap laju
evaporasi dalam sistem.
Pengambilan data percobaan dilakukan pada dua kondisi aliran, yaitu
pengambilan data aliran alami dan aliran paksa. Pada percobaan aliran alami,
valve C5 dibuka dan disesuaikan bukaannya untuk mendapatkan maksimum
steady recirculation rate, yang dapat dibaca pada F3. Sedangkan untuk aliran
36
paksa, prosedurnya sama dengan aliran alami namun valve V7 dibuka lalu valve
C4 dan C5 disesuaikan bukaannya untuk dapat menghasilkan laju alir aliran yang
diinginkan pada flowmeter.
Data-data yang diambil adalah P1, P2, F2, F3, L1, L2, L3, T3, T5, T7, T8, t
serta Qc. Pengambilan data didasarkan pada variasi nilai P1, yaitu 0 mmHg, 100
mmHg, dan 200 mmHg. Data-data diatas diambil setiap 2 menit sekali. Untuk
satu kali percobaan dengan satu variasi P1 diambil data sebanyak 6 kali, yaitu
pada saat t = 0 menit hingga t = 10 menit.
37
seiring dengan pertambahan tekanan sistem. Hal ini disebabkan karena tekanan
akan mempengaruhi suhu sistem, dan suhu sistem ini akan berpengaruh terhadap
keekonomian dari evaporator.
Kesalahan pembacaan skala karena pada L1 level tangki terlalu jauh jarak
antar skala sehingga menyulitkan praktikan untuk membaca skala level
Asumsi bahwa steam dari keluaran shell evaporator adalah saturated liquid
(cairan jenuh). Bisa jadi cairan berada dalam keadaan subcooled liquid
(cairan yang berada pada kondisi di bawah titik jenuhnya).
38
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan, perhitungan, dan analisis yang telah
kami lakukan adalah sebagai berikut:
1) Peristiwa evaporasi terbagi menjadi dua, yaitu evaporasi sirkulasi alami
dan sirkulasi paksa. Pada sirkulasi paksa membutuhkan steam yang
bersirkulasi dalam sistem evaporator.
2) Laju evaporasi seharusnya semakin besar pada evaporator dengan sirkulasi
paksa. Hal ini disebabkan oleh beda suhu yang semakin tinggi pada
evaporator sirkulasi paksa dibandingkan pada evaporator sirkulasi alami.
3) Laju evaporasi berbanding lurus dengan peningkatan tekanan karena
konsentrasi air dalam fasa gas akan semakin besar dan mendekati
kesetimbangan uap-cair sehingga kemampuan menguap menjadi lebih
besar.
4) Laju evaporasi berbanding lurus dengan peningkatan suhu karena hal ini
disebabkan oleh semakin besar perbedaan suhu, maka semakin banyak
energi panas yang ditransfer oleh steam ke air dan akan berdampak pada
peningkatan laju evaporasi
5) Keekonomian evaporator seharusnya semakin besar ketika tekanan sistem
dinaikkan. Akan tetapi, pada sirkulasi alami, keekonomian evaporator
akan berkurang atau menjadi konstan karena pada tekanan tertentu tidak
adanya drive.
6) Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi adalah suhu steam, tekanan
operasi, laju alir umpan, sifat fisik dan sifat kimia umpan yang digunakan,
luas permukaan kontak antara umpan dan media pemanas (panjang dan
jumlah tube yang digunakan), laju alir steam, dan laju alir pendingin pada
kondensor.
7) Besarnya persen kesalahan dikarenakan tidak akuratnya perkiraan F3
karena flowmeter yang tidak berfungsi. Sehingga mengakibatkan terdapat
error yang besar.
39
DAFTAR PUSTAKA