perih atau terbakar di daerah sekitar bagian tengah perut (sering dinamakan ulu hati), rasa penuh dan tidak
nyaman, kadang juga disertai mual dan muntah.
Maag sendiri berarti lambung.
Menurut hasil penelusuran kami, penyakit maag yang dikeluhkan masyarakat lebih sesuai untuk dyspepsia, yang
dapat diartikan sebagai sensasi nyeri atau tidak nyaman di daerah perut bagian atas, dapat terjadi berulang, dapat
digambarkan sebagai sebah, kembung, nyeri karena kekenyangan, rasa terbakar, atau perih sekali. Sensasi ini
disebabkan beragam penyakit yang mendasarinya, dan dapat dibagi menjadi:
Dyspepsia dengan penyebab yang tampak saat pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan lanjutan (disebut juga
tipe ulkus/luka)
Dyspepsia fungsional (non ulkus), yakni dyspepsia tanpa disertai gambaran klinis saat pemeriksaan.
Gastritis termasuk ke dalam penyebab dyspepsia tipe ulkus, bersama dengan ulkus peptik, duodenitis, dan
sejenisnya.
Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa istilah maag bersifat lebih luas, dan gastritis hanyalah salah satu
penyebab timbulnya keluhan sakit pada maag.
Penyakit gastritis sama juga dengan penyakit maag. Gastritis berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Labung pada dasarnya adalah sebuah kantung
otot dimana makanan dicerna. Ketika makanan masuk kelambung, secara bersamaan mukosa pada lambung
mengeluarkan asam hidroklorida. Asam ini amat korosif sehingga paku pun dapat larut dalam cairan ini.
Penyakit Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisi yang berbeda yang semuanya
mempunyai peradangan lapisan lambung. Gastritis dapat disebabkan oleh terlalu banyak minum alkohol,
penggunaan obat-obat anti peradangan nonsteroid jangka panjang seperti aspirin atau ibuprofen, atau infeksi
bakteri seperti Helicobacter pylori (H. pylori).
Kadangkala penyakit gastritis berkembang setelah operasi utama, luka trauma, luka-luka bakar, atau infeksiinfeksi berat. Penyakit-penyakit tertentu, seperti pernicious anemia, kelainan-kelainan autoimun, dan
mengalirnya kembali asam yang kronis, dapat juga menyebabkan gastritis.
Gejala penyakit gastritis yang paling umum adalah gangguan pada perut atau sakit perut. Adapun gejala lainnya
adalah:
Bersendawa
Perut kembung
Darah dalam muntahan anda atau tinja yang hitam merupakan suatu tanda perdarahan didalam lambung, yang
mungkin mengindikasikan suatu persoalan yang serius pada lambung Anda yang memerlukan perhatian medis
yang segera.
Mendiagnosis Penyakit Gastritis
Penyakit Gastritis didiagnosis melalui berbagai tes medis, yaitu:
Endoskopi saluran pencernaan bagian atas. Dokter mendorong dengan pelan-pelan suatu endoscope,
suatu tabung kecil yang berisi sebuah kamera kecil, melalui mulut anda (atau adakalanya melalui
hidung) dan turun kedalam lambung anda untuk melihat pada lapisan perut/lambung. Dokter akan
memeriksa peradangan dan mungkin mengeluarkan suatu contoh kecil jaringan untuk pemeriksaan.
Prosedur untuk mengangkat suatu contoh jaringan disebut sebuah biopsi.
Tes Darah. Dokter mungkin memeriksa jumlah sel darah merah anda untuk melihat apakah anda
mempunyai anemia, yang berarti bahwa anda tidak mempunyai cukup sel-sel darah merah. Anemia
dapat disebabkan oleh perdarahan dari lambung.
Tes Tinja/Feces. Tes ini memeriksa kehadiran darah dalam feces anda, suatu tanda perdarahan. Tes
feces mungkin juga digunakan untuk mendeteksi kehadiran H. pylori dalam saluran pencernaan.
Penyakit gastritis jika dibiarkan bisa menimbulkan penyakit yang lebih parah. Karena itu sebaiknya segera
diatasi ketika Anda sudah mengalami penyakit Gastritis.
Yang dimaksud dengan Dispepsia adalah sekumpulan keluhan atau gejala yang berhubungan dengan rasa tidak
enak/ nyeri pada perut bagian atas, keluhan cenderung menetap atau sering kambuh. Dispepsia sendiri terbagi
dua yaitu Organik dan Non-Organik (=Fungsional).
Dispepsia Organik disebut demikian karena keluhan berhubungan dengan kelainan organik, seperti pada nyeri
Ulkus peptik, pada pankreatitis kronik (inflamasi pada pankreas), gangguan metabolik pada penderita kencing
manis/Diabetes Mellitus, atau pada pengguna obat Anti Inflamasi non Steroid (e.g Aspirin).
Pada Dispepsia Fungsional / Non-Organik keluhan jarang disebabkan oleh kelainan organik, misalnya pada
pasien yang memang lambungnya terlalu sensitif (=Hipersensitivitas Gaster atau Duodenum), Gastritis karena
kuman H.pylori atau juga disebabkan faktor psikososial, misalnya stress.
Keluhan atau gejala yang sering timbul pada Dispepsia :
1. Nyeri pada bagian perut kiri atas.
2. Nyeri hilang setelah perut diisi makanan atau setelah minum Antasida.
3. Nyeri timbul saat lapar.
4. Perasaan mudah kenyang/ perut terasa cepat penuh bila makan.
5. Mual atau muntah.
6. Upper abdominal bloating atau kembung, banyak gas / sering sendawa.
7. Rasa tak nyaman bila makan.
Gejala no 1-3 disebut keluhan ulcus like dyspepsia sedang gejala no 4-7 disebut dismotilitas like dyspepsia.
Tapi sebagus apa pun namanya, pasti ga penting karena 2-2nya gak enak ! :D
Pengobatan untuk Dispepsia juga mirip dengan Gastritis.
Bisa diberikan Antasida untuk menetralisir Asam lambung (beredar dengan merk dagang Promag, Magtral,
Gastrucid dst ) tapi pemakaian obat seperti ini hanya untuk waktu singkat, karena pada pemakaian terus
menerus & waktu lama bisa menyebabkan diare. (=mencret, bukan buku harian :D )
Juga bisa diberikan Obat golongan Agonis reseptor H2 , contohnya Simetidin, Ranitidin, Famotidin dan temantemannya.
Kalau punya budget lebih, obat yang lebih tokcer seperti Omeprazol juga direkomendasikan, selain itu
pemakaian obat golongan ini cukup 1 x per hari, sehingga membuat pasien lebih patuh minum obat.
Gastritis adalah peradangan atau iritasi pada lapisan perut yang dapat menyebabkan sakit perut parah.
Peradangan ini disebabkan karena erosi pelindung pada lapisan lambung. Hal ini dapat disebabkan karena
berbagai faktor, seperti konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, makanan pedas, infeksi bakteri, atau
penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid untuk jangka waktu lama.
Penyebab Gastritis
Gastritis dapat dipicu oleh berbagai elemen, mulai dari infeksi bakteri terhadap minuman keras berlebihan.
Bakteri yang paling umum yang dapat menyebabkan gastritis kronis adalah Helicobacter pylori. Bakteri ini,
yang dapat ditransfer dari orang ke orang, memecah lambung bagian dalam pelindung dan merusak lapisan
perut. Non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID), seperti Aspirin dan Naproxen, dapat
menyebabkan gastritis kronis serta akut. Minum alkohol berlebihan juga dapat mengikis lapisan lambung dan
memicu gastritis akut. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan gastritis termasuk stres akibat operasi besar
atau cedera traumatis, dan kondisi medis seperti infeksi parasit atau gangguan jaringan ikat. Dalam beberapa
kasus, tubuh manusia itu sendiri menghancurkan sel-sel yang membentuk lapisan perut. Kondisi ini disebut
gastritis autoimun. Hal ini terutama disebabkan karena kekurangan vitamin B12.
Gejala Gastritis
Gejala penyakit ini bervariasi pada setiap individu. Gejala yang paling umum termasuk :
Nyeri perut
Mual
Muntah
Gangguan pencernaan
Perut kembung
Orang mungkin juga mengalami rasa seperti panas di perut di malam hari atau saat makan. Gastritis akut dapat
menyebabkan mual dan rasa tidak nyaman di perut, sedangkan, gastritis kronis dapat menyebabkan rasa sakit
ringan bersama dengan perasaan kenyang, malas makan, atau kehilangan nafsu makan. Dalam kasus yang
jarang terjadi, gastritis dapat menyebabkan pendarahan internal di perut, dan akhirnya pasien mungkin mulai
muntah darah atau mengeluarkan tinja berwarna hitam. Ada dapat kasus dimana gejala awal seperti sakit tanpa
sebab, sampai korban mengalami komplikasi yang lebih parah seperti pendarahan internal. Masalah ini, paling
sering, diperhatikan pada orang dewasa.
Diagnosis Gastritis
Mempertimbangkan riwayat kesehatan pribadi dan keluarga pasien, beberapa tes dapat direkomendasikan
sebagai bagian dari diagnosis gastritis. Dalam tes endoskopi, endoskop dimasukkan melalui mulut untuk
memeriksa lapisan perut, dan jika setiap infeksi terlihat, dilakukan biopsi dan jaringan yang rusak akan dihapus
dan dianalisis oleh ahli patologi. Tes darah atau tes tinja juga dianjurkan untuk memastikan keberadaan bakteri.
Sebuah tes untuk mendeteksi anemia juga dipertimbangkan, karena anemia dapat disebabkan karena perdarahan
internal. Tanda-tanda gastritis juga dapat diketahui dengan mengambil Sinar X pada saluran cerna.
Pengobatan untuk Gastritis
Hal ini sangat penting untuk mengetahui penyebab kondisi ini untuk memulai proses pengobatan. Gastritis
akut , yang sebagian besar disebabkan karena penggunaan yang berlebihan dari zat tertentu , seperti NSAID atau
alkohol , dapat dikurangi dengan menghentikan penggunaan zat-zat tersebut. Gastritis kronis, yang disebabkan
karena infeksi bakteri, dapat diobati dengan memberantas bakteri dengan bantuan antibiotik . Sebuah inhibitor
pompa proton juga bisa diberikan, bersama dengan antibiotik, untuk mengurangi rasa sakit dan mual, dan
meningkatkan efektivitas antibiotik. Asam lambung menambah iritasi jaringan yang meradang di perut,
sehingga membuatnya menjadi kondisi yang lebih menyakitkan. Oleh karena itu, pengobatan gastritis juga
mungkin termasuk mengambil obat-obatan, seperti antasida dan pemblokir asam yang membantu mengontrol
gejala. Obat harus diikuti secara ketat sesuai dengan rekomendasi dokter. Antasida seperti Maalox dan Mylanta
menetralkan asam lambung dan memberikan bantuan dari rasa sakit. Jika antasida tidak efektif, maka pemblokir
asam seperti ranitidine atau nizatidine dapat diambil, setelah berkonsultasi dokter.
Gastritis dapat dicegah dengan mengambil langkah-langkah sederhana seperti mengikuti diet sehat untuk
gastritis. Makan makanan sederhana serta sering memeriksa asam lambung. Sangat disarankan untuk menjauh
dari makanan pedas atau asam. Minum alkohol dan merokok harus benar-benar dihindari. Meskipun, hal itu
tampaknya tidak menjadi penyakit yang serius, gastritis bisa sangat menjengkelkan dan menyakitkan, dan
karena itu, yang terbaik adalah dicegah.
Penyakit gastritis menyebabkan radang yang menyerang pada lambung sehingga penderita akan merasakan
rasa perih pada lambung, mual dan panas pada lambung, penyakit gastritis lebih dikenal sebagai maag oleh
masyarakat awam, penyakit gastritis juga merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh umat
manusia, pada tataran tertentu penyakit gastritis akan sangat menyakitkan dan menyiksa anda, penyakit gastritis
bisa disebabkan oleh naiknya asam lambung yang dapat merusak lambung anda dan menyebabkan peradangan
sehingga lambung anda menjadi terluka dan terkadang muncul tukak pada lambung anda.
Penyakit gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak ditangani oleh dokter mengingat penyakit ini
dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat disertai muntah-muntah karena mual dan terkadang juga berlanjut
pada rasa pening dan pusing pada kepala.
Mulailah hidup sehat dari sekarang. Pantau kondisi kesehatan Anda dengan alat kesehatan yang akurat, dapatkan
di Glorya Medica.
Penyakit Gastritis Kronis dan Akut
Penyakit gastritis pada dasarnya disebabkan oleh dua macam hal, yaitu pertama adanya bakteri dan atau virus
patogen yang merugikan kesehatan dan menyebabkan peradangan pada lambung anda, penyebab kedua yaitu
pola hidup yang tidak sehat sehingga meningkatkan konsentrasi asam pada lambung anda padahal lambung anda
dalam keadaan kosong, sehingga asam lambung yang seharusnya digunakan untuk membantu pencernaan anda
malah menyebabkan peradangan pada lambung.
Penyakit gastritis yang lebih dikenal maag ini juga memiliki dua jenis pola serangan yang pertama adalah pola
serangan gastritis kronis yang mana paling sering disebabkan oleh bakteri dan juga virus gastritis tipe ini lebih
berbahaya dari pada tipe gastritis akut, luasan inflamasi dan peradangan pada gastritis kronis lebih luas
jangkauannya daripada gastritis akut.
Gastritis kronis juga memiliki dua jenis yaitu gastritis kronis tipe B dan gastritis kronis tipe A yang lebih banyak
disebabkan oleh auto imun seperti kegagalan penyerapan vitamin B12 gastritis kronis tipe A banyak disebabkan
oleh bakteri Helicobacter Pylori.
Penyakit gastritis yang lainnya adalah penyakit gastritis akut yang mana jenis gastritis tipe ini lebih sering
disebabkan oleh faktor fisiologis tubuh seperti stres dan efek dari mengonsumsi jenis obat-obatan tertentu yang
merangsang asam lambung dan mengacaukan sistem metabolisme tubuh kita.
Saat tubuh kita stress akan syaraf simpatis pada lambung kita akan mengalami peningkatan rangsangan dan
menyebabkan peningkatan produksi asam klorida salah satu jenis asam yang diproduksi secara alami pada
lambung kita saat kita mencerna makanan. Gastritits atau magh akut lebih banyak laporan kasusnya daripada
gastritis kronis.
Untuk mengobati dan menghindari terserangnya penyakit gastritis ada banyak hal yang harus kita perhatikan,
yang paling pertama anda perhatikan adalah jam biologis anda, makan haruslah teratur sehingga tidak
mengganggu sistem metabolisme tubuh kita, selain itu tidur malam juga harus terjadwal, selanjutnya yang harus
anda hindari adalah makanan pedas dan makanan-makanan yang merangsang produksi asam lambung jika anda
sudah terlanjur terserah penyakit gastritis.
Penyakit gastritis juga bisa disebabkan oleh bakteri dan virus sehingga anda harus memperhatikan kebersihan
makanan yang anda konsumsi, makanan terbaik yang dapat anda konsumsi adalah makanan yang anda buat
sendiri.
Penyakit gastritis yang sudah terlanjur anda alami dapat anda hindari dengan diet makanan yang tepat. Jika anda
terserang penyakit gastritis baik kronis maupun akut maka diet makanan yang dapat anda lakukan pada pagi hari
adalah jenis makanan yang mengandung tepung pati atau tepung kanji seperti ketela dan juga gandum murni
dengan kualitas terbaik.
Jangan pernah anggap sepele penyakit lambung yang juga dikenal dengan sakit maag ini. Banyak orang
mengganggap gangguan ini sebagai sakit perut biasa. Padahal, jika dibiarkan bisa berakibat fatal, yakni resiko
kanker. Gastritis sendiri disebabkan oleh adanya peradangan pada mukosa lambung akibat tingginya produksi
asam dalam lambung.
Akibatnya, sejumlah keluhan akan dialami oleh penderitanya, diantaranya meliputi rasa perih di sekitar area ulu
hati, perut kembung, bersendawa, sesak nafas, mual, bahkan muntah-muntah.
Perut yang kosong ditambah dengan asupan makanan dan minuman tertentu seperti yang bercitarasa pedas,
asam, kopi, dan alkohol serta kondisi pikiran yang stres, disinyalir menjadi pemicu utama timbulnya serangan
maag.
Penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan terjadinya gastritis akut maupun kronis, diantaranya
meliputi aspirin, naproxen (Aleve dan Anaprox), dan ibuprofen ((Advil, Motrin, dll).
Selain faktor-faktor tersebut, penyebab lain timbulnya penyakit gastritis dapat berupa infeksi bakteri heliobacter
pylori, dimana keberadaannya dapat ditemukan pada lapisan selaput lendir dalam lambung. Jika bakteri ini terus
berkembang biak, lama kelamaan, tukak dapat terjadi dalam lambung. Efek selanjutnya, kanker lambung .
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa jenis bakteri penyebab gastritis ini dapat ditularkan dari orang ke
orang melalui makanan dan air.
Karena itu, infeksi dapat dicegah dengan sanitasi yang baik sebelum Anda makan, misalnya dengan mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan atau dengan memastikan bahwa makanan yang Anda
masak, telah matang sepenuhnya.
Ada dua jenis gastritis yakni gastritis akut dan gastritis kronis. Jika gastritis yang Anda derita terjadi secara tibatiba dan berlangsung hanya dalam waktu yang singkat, ini dikenal dengan gastritis akut.
Namun, jika gastritis yang terjadi bersifat berkepanjangan dan berkembang secara bertahap, maka dapat
dikatakan bahwa Anda menderita gastritis kronis.
Jika dibiarkan dan diabaikan terlalu lama, penyakit gastritis dapat menyebabkan erosi pada mukosa lambung,
perdarahan lambung, borok pada lambung, bahkan kanker.
Pengobatan Gastritis, Mengendalikan dan Mengatasi Gejala dan Keluhannya
Umumnya, pengobatan gastritis akan disesuaikan dengan faktor penyebab penyakit ini menyerang tubuh Anda.
Karena itu, berkonsultasilah dengan dokter dan ceritakan riwayat kesehatan Anda secara lengkap. Ini akan
membantu dokter Anda untuk menganalisis dan menegakkan diagnosa guna menentukan perawatan apa yang
tepat untuk Anda.
Gastritis akut yang umumnya disebabkan oleh konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu, dapat diatasi dengan
menghentikan penggunaan zat-zat tersebut.
Sedangkan, gastritis kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri heliobacter pylori, dapat diatasi dengan
konsumsi obat-obatan bersifat antibiotik guna memberantas keberadaan bakteri tersebut dalam lambung Anda.
Beberapa jenis antibiotik yang sering diberikan, bisa jadi berupa amoksilin, klaritromisin (Biaxin),
metronidazol, dan tetrasiklin.
Untuk menurunkan kadar asam yang tinggi dalam lambung Anda, boleh jadi dokter memberikan Anda obat jenis
antasida, dimana selain menetralisir asam lambung berlebih, obat golongan ini juga mampu meredakan nyeri
yang terjadi dan membantu pengeluaran gas yang timbul dari saluran pencernaan.
Jika Anda diresepkan obat jenis ini, pastikan untuk tidak mengonsumsi obat-obatan lain secara berbarengan agar
tidak terjadi kontraindikasi yang tidak diinginkan. Konsumsi antasida dapat dilakukan dua jam sebelum atau
sesudah obat lain dikonsumsi.
Pengingat lain, sekalipun keluhan nyeri dapat hilang, konsumsi antasida sebenarnya tidak bersifat
menyembuhkan melainkan hanya mengurangi gejala yang terjadi.
Penggunaan antasida dalam dosis besar dan dalam kurun waktu yang panjang dapat meningkatkan resiko
osteoporosis, ensefalopati, dan gangguan fungsi ginjal.
Karena sifat antasida hanya mengurangi asam, seringkali dokter akan memberikan rujukan obat lain berupa
proton pump inhibitor guna mengontrol produksi asam berlebih dalam lambung.
Waspadalah terhadap dosis yang tinggi dari penggunaan obat ini, dimana efeknya dapat meningkatkan resiko
patah tulang pada pinggul, pergelangan tangan, dan tulang belakang.
Jika ditemukan luka pada mukosa lambung, dokter akan meresepkan obat jenis sukralfat. Di dalam lambung,
sukralfat akan menempel pada selaput dan membentuk lapisan guna melindungi selaput mukosa lambung dari
gesekan penyebab iritasi/luka.
Meski begitu, obat ini pun tidak bersifat menyembuhkan luka. Dibutuhkan obat jenis fucoidan dalam hal ini.
Selain berfungsi seperti sukralfat, fucoidan berperan dalam memicu kecepatan degenerasi sel luka pada lambung
sekaligus memakan bakteri penyebab gastritis pada lambung.
Untuk Anda yang ingin mengatasi gastritis dengan cara alami, konsumsi herbal asal Papua, Sarang Semut ,
dapat membantu Anda mengusir jauh-jauh penyakit menjengkelkan ini.
Tips-Tips Guna Menjaga Kesehatan Lambung Anda
Meski obat-obatan tersebut dapat membantu mengendalikan gejala dan keluhan gastritis, tentu tidak mungkin
Anda akan menggunakan obat-obatan ini dalam jangka panjang, bukan?
Karena itu, upaya pengendalian gastritis yang tepat selain penggunaan obat-obatan, tentu saja dengan
melakukan program sehat menjaga kesehatan lambung Anda. Program ini dikenal dengan 3T yakni tepat waktu,
tepat nutrisi, dan tepat solusi untuk lambung.
Tepat waktu dilakukan dengan menepati jadwal makan yang teratur. Jangan biarkan perut Anda kosong dalam
waktu lama, apalagi jika Anda makan dalam jumlah besar dalam keadaan tersebut. Ini dapat memperparah
kerusakan yang terjadi dalam lambung Anda.
Selain itu, pastikan asupan nutrisi untuk tubuh Anda terjaga dan hindari makanan dan minuman yang
merangsang produksi asam berlebih dalam lambung Anda (tepat nutrisi).
Sedangkan, tepat solusi dapat Anda lakukan dengan mengunyah makanan secara perlahan. Jika dilakukan secara
terburu-buru, maka saluran pencernaan Anda akan bekerja lebih ekstra dan dapat meningkatkan resiko
terjadinya gastritis.
Sudahkah Anda melakukan tips-tips sehat tersebut? Jika belum, yakinlah bahwa dengan melakukannya, Anda
dapat mengendalikan dan mengatasi gastritis yang Anda derita. Obat-obatan apapun yang Anda konsumsi, tidak
akan banyak berguna jika Anda tidak menjaga pola hidup yang sehat ini.
Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung. Dilihat dari waktu terjadinya, gastritis dibagi menjadi dua:
Lambung memiliki sel-sel penghasil asam dan enzim yang berguna untuk mencerna makanan. Untuk
melindungi lapisan lambung dari radang atau pengikisan asam, sel-sel tersebut juga sekaligus menghasilkan
lapisan lendir. Lapisan lendir ini berfungsi melindungi dinding lambung dari iritasi akibat asam yang
diproduksi. Gastritis terjadi ketika lapisan lendir tersebut rusak sehingga dinding lambung mulai teriritasi.
Pada sebagian penderita, gejala bisa muncul dan berupa rasa nyeri atau ngilu pada perut bagian atas, mual,
muntah, serta kehilangan nafsu makan. Dan pada kasus gastritis yang terbilang parah, yaitu akibat terjadinya
pengikisan dan pendarahan pada lapisan lambung. Gejala yang timbul bisa berupa tinja berwarna merah atau
hitam dan muntah darah.
Segera lakukan pengobatan jika Anda menderita gastritis karena sebagian besar kondisi ini dapat sembuh
dengan cepat setelah diobati. Namun sebaliknya jika gastritis dibiarkan, maka dalam jangka panjang
dikhawatirkan akan menimbulkan komplikasi seperti tukak lambung, pendarahan hebat dan kanker lambung.
Hal-hal yang menyebabkan gastritis
Gastritis akut umumnya disebabkan oleh:
Makanan yang mengandung kadar asam tinggi (makanan bercuka atau buah-buah-buahan telalu asam).
Makanan yang terlalu pedas.
Efek samping penggunaan obat-obatan pereda rasa sakit, seperti ibuprofen, aspirin, dan obat anti
inflamasi non steroid (OAINS).
Jika dibiarkan, semua kasus gastritis akut bisa berubah menjadi gastritis kronik. Gastritis kronis pada umumnya
disebabkan oleh:
Kondisi yang mendasari, seperti anemia pernisiosa (anemia akibat lambung tidak mampu mencerna
vitamin B12)
Diagnosis gastritis
Dalam melakukan diagnosis gastritis, hal pertama yang biasanya dilakukan dokter adalah menanyakan pada
pasien mengenai gejala yang dirasakannya. Dokter juga akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan pasien,
misalnya apakah pasien pernah menderita kondisi yang mungkin menjadi penyebab dasar gastritis atau apakah
pasien aktif mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit seperti ibuprofen, aspirin, atau obat anti inflamasi non
steroid (OAINS). Dari keterangan-keterangan tersebut, dokter akan menarik kesimpulan awal mengenai kondisi
yang sedang dialami oleh pasien.
Karena gastritis merupakan sebuah kondisi dan bukan penyakit, penyebab dasarnya perlu diketahui agar
penanganan yang sesuai dapat dilakukan. Untuk mendukung kesimpulan, dokter biasanya juga akan melakukan
sejumlah pemeriksaan fisik seperti:
Tes napas, tes darah atau pemeriksaan tinja untuk mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori.
Tes barium untuk melihat adanya perubahan pada lapisan lambung.
Endoskopi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan endoskop (alat kecil menyerupai selang yang
dilengkapi dengan kamera) yang dimasukkan ke kerongkongan hingga perut. Manfaat pemeriksaan ini
adalah untuk memeriksa adanya gangguan dalam sistem pencernaan, termasuk untuk memastikan jika
terdapat peradangan atau tukak pada dinding lambung.
Biopsi, yaitu pemeriksaan yang sebenarnya masih merupakan bagian dari endoskopi. Jika dokter
menemukan adanya radang, sampel jaringan dinding lambung mungkin akan diambil untuk diteliti di
laboratorium. Melalui biopsi ini, dokter juga bisa mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori.
Pengobatan gastritis
Untuk mengobati gastritis akut yang disebabkan oleh meningkatnya produksi zat asam, Anda dapat
menggunakan obat-obatan seperti berikut ini:
Obat-obatan penghambat pompa proton (PPP), seperti esomeprazole, lansoprazole, dan omeprazole.
PPP mampu menghambat sel-sel penghasil asam yang terdapat pada lapisan lambung. Dengan begitu,
kadar asam di dalam lambung bisa turun. Obat ini pada umunya memerlukan resep dari dokter.
Obat-obatan antasida, yaitu obat yang mampu menetralkan kandungan asam di dalam lambung. Efek
samping obat ini masih tergolong ringan, misalnya diare dan konstipasi. Obat ini dapat dibeli tanpa
memerlukan resep dokter.
Obat-obatan antihistamin H-2 seperti cimetidine, famotidine, dan ranitidin. Sama seperti penghambat
pompa proton, antihistamin H-2 mampu menurunkan kadar asam di dalam saluran pencernaan. Obat ini
memerlukan resep dokter.
Untuk mengatasi gastritis akut yang disebabkan oleh jadwal makan yang tidak teratur dan konsumi makanan
yang terlalu pedas, Anda bisa lakukan dengan cara menghentikan kedua kebiasaan buruk tersebut. Namun jika
gastritis akut Anda disebabkan oleh efek samping obat-obatan pereda rasa sakit yang Anda konsumsi, sebaiknya
tanyakan dahulu pada dokter sebelum Anda menghentikannya dan mencari obat alternatif.
Jika gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori, kombinasi 3 obat akan digunakan untuk mengatasinya,
yaitu 2 antibiotik dan 1 PPI. Antibiotik yang umum digunakan adalah clarithromycin, amoxicillin dan
metronidazole. Kombinasi obat-obat ini diberikan selama seminggu.
Pengertian Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth
dalam Prince (2005: 422), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet,
misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2000 : 187).
Dari defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau
perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan
pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis.
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial atau
dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama
menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat
akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung sendiri (Guyton,
2001).
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis,
gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada
manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan
pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan
merupakan kelanjutan gastritis akut (Suyono, 2001).
1.1 Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna
(Prince, 2005: 422). Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang
mengakibatkan obstruksi pylorus (Brunner, 2000).
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah
gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Suyono, 2001: 127).
1.1.1 Gastritis Akut Erosif
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat efek samping
dari pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat menyebabkan
kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak
mengalami pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai (Suyono, 2001).
Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemerisaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai
dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2001).
2.1.1.2 Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik; Pertama diperkirakan karena minum alkohol atau obat
lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun
pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti sendiri secara spontan
dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis
dialami pasien yang mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat lainnya
(Suyono, 2001).
Erosi stress merupakan lesi hemoragika pungtata majemuk pada lambung proksimal yang timbul dalam
keadaan stress fisiologi parah dan tak berkurang. Berbeda dengan ulserasi menahun yang lebih biasa pada
traktus gastrointestinalis atas, ia jarang menembus profunda ke dalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi
sel radang menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20% kasus untuk
membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atas dari keparahan yang
mengancam nyawa. Keadaan ini dikenal sebagai gastritis hemoragika akuta (Sabiston, 1995: 525).
1.2 Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra
epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan
secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling
ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan
lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini
biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal (Chandrasoma,
2005 : 522).
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe A yang merupakan
gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang
terutama meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat beberapa kasus gastritis
kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe tersebut dan penyebabnya tidak diketahui (Chandrasoma, 2005 :
522).
Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan
etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut (Suyono, 2001).
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 128), klasifikasi histologi yang sering digunakan membagi gastritis
kronik menjadi :
1.
Gastritis kronik superficial
Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propria mukosa superfisialis dan
edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan
gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.
2.
Gastritis kronik atrofik
Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar
mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.
3.
Atrofi lambung
Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur kelenjar
menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang
juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa pembuluh darah menjadi
terlihat saat pemeriksaan endoskopi.
4.
Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus
halus yang mengandung sel goblet. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir
seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 129), distribusi anatomis pada gastritis kronik dapat dibagi
menjadi tifa bagian, yaitu :
1.
Gastritis Kronis Tipe A
Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi
terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik, dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan
chief cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Dalam keadaan sangat
berat, tidak terjadi produksi faktor intrinsik. Anemia pernisiosa seringkali dijumpai pada pasien karena tidak
tersedianya faktor intrinsik untuk mempermudah absorpsi vitamin B12 dalam ileum (Prince, 2005: 423).
Jadi, anemia pernisiosa itu disebabkan oleh kegagalan absorpsi vitamin B12 karena kekurangan faktor
intrinsik akibat gastritis kronis autoimun. Autoimunitas secara langsung menyerang sel parietal pada korpus dan
fundus lambung yang menyekresikan faktor intrinsik dan asam (Chandrasoma, 2005 : 522).
Reaksi autoimun bermanifestasi sebagai sebukan limfo-plasmasitik pada mukosa sekitar sel parietal,
yang secara progresif berkurang jumlahnya. Netrofil jarang dijumpai dan tidak didapati Helicobacter pylori.
Mukosa fundus dan korpus menipis dan kelenjar-kelenjar dikelilingi oleh sel mukus yang mendominasi.
Mukosa sering memperlihatkan metaplasia intestinal yang ditandai dengan adanya sel goblet dan sel paneth.
Pada stadium akhir, mukosa menjadi atrofi dan sel parietal menghilang (gastritis kronis tipe A) (Chandrasoma,
2005 : 522).
2.
Gastritis Kronis Tipe B
Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya mengenai daerah antrum
lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A. Gastritis kronis tipe B lebih sering
terjadi pada penderita yang berusia tua. Bentuk gastritis ini memiliki sekresi asam yang normal dan tidak
berkaitan dengan anemia pernisiosa. Kadar gastrin yang rendah sering terjadi. Penyebab utama gastritis kronis
tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan
alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks empedu kronis dengan kofaktor Helicobacter pylori (Prince,
2005: 423).
Gastritis kronis tipe B secara maksimal melibatkan bagian antrum, yang merupakan tempat predileksi
Helicobacter pylori. Kasus-kasus dini memperlihatkan sebukan limfoplasmasitik pada mukosa lambung
superfisial. Infeksi aktif Helicobacter pylori hampir selalu berhubungan dengan munculnya nertrofil, baik pada
lamina propria ataupun pada kelenjar mukus antrum. Pada saat lesi berkembang, peradangan meluas yang
meliputi mukosa dalam dan korpus lambung. Keterlibatan mukosa bagian dalam menyebabkan destruksi
kelenjar mukus antrum dan metaplasia intestinal (gastritis atrofik kronis tipe B) (Chandrasoma, 2005 : 523).
Pada 60-70% pasien, didapatkan Helicobacter pylori pada pemeriksaan histologis atau kultur biopsi.
Pada banyak pasien yang tidak didapati organisme ini, pemeriksaan serologisnya memperlihatkan antibodi
terhadap Helicobacter pylori, yang menunjukkan sudah ada infeksi Helicobacter pylori sebelumnya (Suyono,
2001).
Helicobacter pylori adalah organisme yang kecil dan melengkung, seperti vibrio, yang muncul pada
lapisan mukus permukaan yang menutupi permukaan epitel dan lumen kelenjar. Bakteri ini merupakan bakteri
gram negatif yang menyerang sel permukaan, menyebabkan deskuamari sel yang dipercepat dan menimbulkan
respon sel radang kronis pada mukosa lambung. Helicobacter pylori ditemukan lebih dari 90% dari hasil biopsi
yang menunjukkan gastritis kronis. Organisme ini dapat dilihat pada irisan rutin, tetapi lebih jelas dengan
pewarnaan perak Steiner atau Giemsa. Keberadaan Helicobacter pylori berkaitan erat dengan peradangan aktif
dengan netrofil. Organisme dapat tidak ditemukan pada pasien gastritis akut inaktif, terutama bila terjadi
metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2005 : 524).
3.
Gastritis kronis tipe AB
Gastritis kronis tipe AB merupakan gastritis kronik yang distribusi anatominya menyebar keseluruh
gaster. Penyebaran ke arah korpus tersebut cendrung meningkat dengan bertambahnya usia (Suyono, 2001:
130).
2
Anatomi dan Fisiologi
2.1 Anatomi Lambung
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di daerah epigastrik, di
bawah diafragma dan di depan pankreas. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J, dan
bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa. Kapasitas normal lambung adalah 1 samapi 2 L (Prince, 2005).
Secara anatomis lambung terdiri atas empat bagian, yaitu: cardia, fundus, body atau corpus, dan pylorus.
Adapun secara histologis, lambung terdiri atas beberapa lapisan, yaitu: mukosa, submukosa, muskularis
mukosa, dan serosa. Lambung berhubungan dengan usofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan
duodenum melalui orifisium pilorik (Ganong, 2001).
Mukosa lambung mengandung banyak kelenjar dalam. Di daerah pilorus dan kardia, kelenjar
menyekresikan mukus. Di korpus lambung, termasuk fundus, kelenjar mengandung sel parietal (oksintik), yang
menyekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik, dan chief cell (sel zimogen, sel peptik), yang
mensekresikan pepsinogen. Sekresi-sekresi ini bercampur dengan mukus yang disekresikan oleh sel-sel di leher
kelenjar. Beberapa kelenjar bermuara keruang bersamaan (gastric pit) yang kemudian terbuka kepermukaan
mukosa. Mukus juga disekresikan bersama HCO3- oleh sel-sel mukus di permukaan epitel antara kelenjarkelenjar (Ganong, 2001).
Persarafan lambung sepenuhnya berasal dari sistem saraf otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk
lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Persarafan simpatis melalui saraf
splanchnicus major dan ganglia seliaka. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang
oleh peregangan, kontraksi otot, serta peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium abdomen. Serabutserabut eferen simpatis menghambat motilitas dan sekresi lambung. Pleksus saraf mienterikus (auerbach) dan
submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengoordinasi aktivitas motorik
dan sekresi mukosa lambung (Prince, 2005).
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serta hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari arteri
siliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-cabang yang menyuplai kurvatura minor dan
mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria
pankreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum (Prince, 2005).
2.2 Fisiologi Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, dapat berdilatasi,
dan berfungsi mencerna makanan dibantu oleh asam klorida (HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin, dan
lipase. Lambung memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi pencernaan dan fungsi motorik. Sebagai fungsi
pencernaan dan sekresi, yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sintesis dan pelepasan gastrin yang
dipengaruhi oleh protein yang dimakan, sekresi mukus yang membentuk selubung dan melindungi lambung
serta sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut, sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi gel
mukus yang berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin. Fungsi motorik lambung terdiri atas
penyimpanan makanan sampai makanan dapat diproses dalam duodenum, pencampuran makanan dengan asam
lambung, hingga membentuk suatu kimus, dan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi dalam usus halus (Prince, 2005).
Lambung akan mensekresikan asam klorida (HCl) atau asam lambung dan enzim untuk mencerna
makanan. Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan pencampuran makanan yang dicerna dan cairan
lambung, untuk membentuk cairan padat yang dinamakan kimus kemudian dikosongkan ke duodenum. Sel-sel
lambung setiap hari mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung yang mengandung berbagai zat, diantaranya
adalah HCl dan pepsinogen. HCl membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, membantu pencernaan protein,
menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta merangsang empedu dan cairan
pankreas. Asam lambung cukup pekat untuk menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal
mukosa lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan lambung mengandung mukus,
yang merupakan faktor perlindungan lambung (Ganong, 2001).
Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh kerja saraf dan hormon. Sistem saraf yang bekerja yatu saraf
pusat dan saraf otonom, yakni saraf simpatis dan parasimpatis. Adapun hormon yang bekerja antara lain adalah
hormon gastrin, asetilkolin, dan histamin. Terdapat tiga fase yang menyebabkan sekresi asam lambung. Pertama,
fase sefalik, sekresi asam lambung terjadi meskipun makanan belum masuk lambung, akibat memikirkan atau
merasakan makanan. Kedua, fase gastrik, ketika makanan masuk lambung akan merangsang mekanisme sekresi
asam lambung yang berlangsung selama beberapa jam, selama makanan masih berada di dalam lambung.
Ketiga, fase intestinal, proses sekresi asam lambung terjadi ketika makanan mengenai mukosa usus. Produksi
asam lambung akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat
penting bagi sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan
sehingga produksi lambung terkontrol (Ganong, 2001).
2.3
Faktor-faktor Penyebab Gastritis
2.3.1 Pola Makan
Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak
baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif
bila asam lambung meningkat.
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah
makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan
dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam.
Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus
diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001).
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil,
setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga
tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan
sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi
mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004).
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu
berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala
tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005). Produksi asam
lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam
mulut secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan
dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong 2001).
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan
menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada
orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani,
2011).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung
dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan
mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan
mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terusmenerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang
banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena
lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya
kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu
yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu
hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
3. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali
makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan
tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan
obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang
pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
peradangan atau luka pada lambung (Baliwati, 2004).
3.2 Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa
kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral.
Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan
lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan
perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic.
Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa berbagai faktor seperti keasaman,
kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada
komponen tunggal yang harus bertanggung jawab (Anonim, 2011).
Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta
sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3
cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein
dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi
hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek
sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat
menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011).
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum kopi adalah gastritis
(peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan pencernaan dan
ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi
agar kondisinya tidak bertambah parah (Warianto, 2011).
3.3 Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku The Miracle of Enzyme menemukan bahwa orangorang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit
yang disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat membunuh
bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas
yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin
inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi
(Shinya, 2008).
Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan
sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa
akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi
mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut berlebih
sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus (Shinya, 2008).
Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat.
Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi mukosa
lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang
tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada
keganasan lambung (Shinya, 2008).
3.4 Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang rokok, terkandung
berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat
kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol,
perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol,
nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan
substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan (Budiyanto,
2010).
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus dan pilorus,
meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas,
mempercepat pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung meningkat
sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine
(obat penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,
dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung.
Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah di
mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori.
Merokok juga dapat menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptik
(Beyer, 2004).
Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan bagi perokok menderita
penyakit lambung (gastritis) sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna juga lebih
sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok (Departemen Kesehatan RI, 2001).
3.5 AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan sebagian besar obat anti
inflamasi non steroid (Suyono, 2001).
Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat dipakai secara
sistemik.
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas
siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam
arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting,
selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat
merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat
korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga
dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus
peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis (Rosniyanti, 2010).
3.6 Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa
stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual
manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter, 2005).
1. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban kerja berat, panik dan
tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya
tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet
sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).
2. Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks empedu atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang
terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen
dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung (Anonim, 2010).
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang
berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika
katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis.
3.7 Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut
lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke
dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun.
Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk
etil alkohol atau etanol (Almatsier, 2002).
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati, oleh karena itu
efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau
sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung
berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa
lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala
tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya kesanggupan
mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta
fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer 2004).
3.8 Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan batang. Helicobacter
pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada
manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering
terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab
tersering terjadinya gastritis (Prince, 2005).
3.9 Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal
ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga
lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya,jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.
Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di
negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi
100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh
terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Suyono,
2001).
Patofisiologi
Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor agresif (asam lambung dan
pepsin) dan faktor defensif (ketahanan mukosa). Penggunaan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid (AINS)
lainnya, obat-obatan kortikosteroid, penyalahgunaan alkohol, menelan substansi erosif, merokok, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat mengancam ketahanan mukosa lambung. Gastritis dapat
menimbulkan gejala berupa nyeri, sakit, atau ketidaknyamanan yang terpusat pada perut bagian atas (Brunner,
2000).
Gaster memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan terpapar oleh berbagai faktor endogen yang
dapat mempengaruhi integritas mukosanya, seperti asam lambung, pepsinogen/pepsin dan garam empedu.
Sedangkan faktor eksogennya adalah obat-obatan, alkohol dan bakteri yang dapat merusak integritas epitel
mukosa lambung, misalnya Helicobacter pylori. Oleh karena itu, gaster memiliki dua faktor yang sangat
melindungi integritas mukosanya,yaitu faktor defensif dan faktor agresif. Faktor defensif meliputi produksi
mukus yang didalamnya terdapat prostaglandin yang memiliki peran penting baik dalam mempertahankan
maupun menjaga integritas mukosa lambung, kemudian sel-sel epitel yang bekerja mentransport ion untuk
memelihara pH intraseluler dan produksi asam bikarbonat serta sistem mikrovaskuler yang ada dilapisan
subepitelial sebagai komponen utama yang menyediakan ion HCO3- sebagai penetral asam lambung dan
memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang adekuat saat menghilangkan efek toksik metabolik yang
merusak mukosa lambung. Gastritis terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini hilang atau rusak,
sehingga dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung (Prince, 2005)
Obat-obatan, alkohol, pola makan yang tidak teratur, stress, dan lain-lain dapat merusak mukosa
lambung, mengganggu pertahanan mukosa lambung, dan memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam
jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis
pada dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronik dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa
terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau kehijauan (gastritis atropik). Hilangnya mukosa
lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronik dapat pula
terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum (Suyono, 2001).
Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena,
kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih
dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu (Suyono, 2001).
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi, ketidaknyamanan abdomen (dengan
sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik,
kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi jika sudah mencapai usus besar,
pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2 sampai 3
hari (Ester, 2001).
Komplikasi Gastritis
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 129), komplikasi yang timbul pada gastritis, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, berakhir dengan syok hemoragik, terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptikum dan pendarahan pada
lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi
penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung (Prince,
2005).
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinoma, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam
mukosa. Adenocarcinoma tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi Helicobacter pylori. Kanker jenis lain yang
terkait dengan infeksi akibat Helicobacter pylori adalah MALT (mucosa associated lyphoid tissue) lymphomas,
kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini
dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal (Anonim, 2010).
Penatalaksanaan Gastritis
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 129), penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut adalah dengan
menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur
8
1.
2.
3.
4.
5.
sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga
ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan
terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H 2 sehingga mencapai pH lambung 4.
Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk
pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau
Derivat Prostaglandin Mukosa.
Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek teraupetiknya masih
diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan
segera normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan
endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya
atas dasar abolut (Suyono, 2001).
Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel parietal
dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini
digolongkan menjadi dua kategori tipe A (altrofik atau fundal) dan tipe B (antral).
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus
duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian, lesi tidak selalu
muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi
anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia
pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai (Chandrasoma, 2005 : 522).
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat, mengurangi dan memulai
farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan
garam bismut (Pepto bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B 12
(Chandrasoma, 2005 : 522).
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa gastritis, dilakukan dengan berbagai macam tes, diantaranya :
Tes Darah
Tes darah untuk melihat adanya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori. Hasil test yang positif
menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami kontak dengan bakteri Helicobacter pylori dalam hidupnya,
tetapi keadaan tersebut bukan berarti seseorang telah terinfeksi Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat
digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh perdarahan karena gastritis
(Anonim, 2010).
Breath Test
Test ini menggunakan tinja sebagai sampel dan ditujukan untuk mengetahui apakah ada infeksi
Helicobacter pylori dalam tubuh seseorang.
Stool Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter pylori dalam sampel tinja seseorang. Hasil test
yang positif menunjukkan orang tersebut terinfeksi Helicobacter pylori. Biasanya dokter juga menguji adanya
darah dalam tinja yang menandakan adanya perdarahan dalam lambung karena gastritis.
Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang dapat dilihat dengan sinar X.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang mungkin tidak dapat dilihat
dengan sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimatirasakan (anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh
pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop (Anonim,2010).