Anda di halaman 1dari 1

M.

Fastabiqul Ilmi
14530080

Mahar berasal dari bahasa arab dalam bahasa


Indonesia yang berarti maskawin. Ada beberapa nama mahar dalam
bahasa arab, yaitu Shadaq, Nihlah, Faridlah, Ajr, Alaqah, Aqr, Mahr,
Haba. Mahar adalah harta benda pemberian lelaki kepada wanita karena
adanya akad nikah, sehingga halal bagi lelaki tersebut untuk menggauli si
wanita sebagai istrinya. Mahar juga menjadi simbol kepemilikan suami
atas istrinya.1
Membayar mahar tidak harus diserahkan ketika dilaksanakannya
akad nikah. Namun mahar boleh dibayar ketika berlangsungnya akad
nikah ataupun sesudahnya.2 Harta yang dijadikan mahar harus berupa
harta/barang yang berharga, halal, bermanfaat dan bukan barang yang
najis.3
Ada dua macam mahar menurut kesepakatan ulama:4
1. Mahar Musamma, yaitu mahar yang sudah di tetapkan kadar dan
besarnya. Dalam pelaksanaannya mahar musamma harus diberikan
secara penuh apabila telah bercampur (bersenggama) atau salah satu
dari suami atau istri meninggal.
2. Mahar Mitsil, yaitu mahar yang tidak disebutkan besar kecilnya, pada
saat sebelum atau ketika pelaksanaan akad nikah. Dalam
pelaksanaannya mahar yang dibayar mengikuti atau menyamakan
dengan saudara atau kerabat (sepupu) perempuan yang sudah
menikah.
Mahar bisa gugur, yakni terbebas dari membayar mahar jika terjadi
perceraian antara suami dan istri sebelum melakukan hubungan badan
(bersenggama). Sedangkan perceraian itu disebabkan karena:5
1. Permintaan dari istri karena suami tidak bisa menafkahi, dan kemudian
pernikahannya difasakhkan oleh hakim.
2. Murtadnya salah satu suami atau istri, dan kemudian pernikahannya
difakhkan oleh hakim.
3. Suami mentalak istri sebelum terjadinya bersetubuh, sedang suami
katika akad tidak menetapkan kesanggupannya membayar mahar.

hlm. 84.
2
3
4

55.

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006,


Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, ... , hlm. 85.
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Press, 2013, hlm. 40.
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm.

5
Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang
Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1978, hlm. 43-44.

Anda mungkin juga menyukai