Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kimia analitik adalah suatu disiplin yang merupakan tulang punggung ilmu
kimia, dan tidak dapat diberikan dalam suatu bentuk bahan studi yang saling
terpisahkan dari ilmu kimia karena akan menurunkan kemampuan analisis seorang
peneliti. Selama ini kimia analitik hanyalah dipandang sebagai cabang dari ilmu
kimia yang berhubungan dengan analisis kimia kuantitatif dan kualitatif.
Dengan
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
penyempurnaan
dalam
1.2.
1.
2.
3.
1.3.
1.
Rumusan Masalah
Apakah pengertian kimia analitik itu ?
Bagaimana metode analisis kimia itu ?
Apa itu titrasi asam basa dalam penelitian kimia analitik ?
Tujuan penulisan
Agar lebih memahami tentang dasar-dasar analisis kimia.
Kimia Analitik | 1
2. Sebagai salah satu syarat mahasiswa untuk tugas perbaikan mata kuliah
farmasi rumah sakit.
BAB II
Kimia Analitik | 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi
suatu materi. Tetapi dalam kimia analitik modern aspek-aspeknya juga meliputi
identifikasi suatu zat, elusidasi struktur dan analisis kuantitatif komposisinya.
Kimia Analitik merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang mempelajari
tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Dalam
melakukanpemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerlukan
atau menggunakan metode analisis kimia.
Kimia analitik mencakup kimia analisis kualitatif dan kimia analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif menyatakan keberadaan suatu unsur atau senyawa
dalam sampel,sedangkan analisis kuantitatif menyatakan jumlah suatu unsur atau
senyawa dalam sampel.
2.2. Penggunaan Kimia Analitik
Kimia analitik tidak hanya digunakan di bidang kimia saja, tetapi digunakan
juga secara luas di bidang ilmu lainnya. Penggunaan kimia analitik di berbagai
bidang meliputi :
a. Pengaruh komposisi kimia terhadap sifat fisik.
Efisiensi suatu katalis, sifat mekanis dan elastisitas suatu logam, kinerja
suatu bahan bakar sangat ditentukan oleh komposisi bahan-bahan tersebut.
b. Uji kualitas.
Kimia Analitik | 3
Kimia Analitik | 4
Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat ketepatan dan ketelitian hasil
analisis yang diperlukan dan tipe sampel yang akan dianalisis.
-
b.
representatif. Hal ini sering tidak tercapai karena keadaan sampel secara
keseluruhan tidak homogen.
c.
sampel :
i.
Pengeringan sampel.
Tahap ini dilakukan untuk sampel dalam wujud padat. Pengeringan sampel
dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang ada dalam sampel. Pengeringan
sampel dilakukan menggunakan oven dengan suhu 100 110oC sampai mencapai
berat konstan.
ii.
Pelarutan sampel.
Kimia Analitik | 5
Dalam pelarutan sampel harus dipilih pelarut yang dapat melarutkan sampel
secara sempurna. Pelarut yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi ; air,
pelarut organik, pelarut asam (asam encer, asam kuat, asam campuran) serta
peleburan.
d. Pemisahan senyawa pengganggu.
Kebanyakan metode analisis kimia bersifat selektif hanya untuk unsur atau
senyawa yang dianalisis. Ada beberapa metode analisis yang tidak selektif, karena
adanya unsur atau senyawa pengganggu. Untuk itu unsur atau senyawa
pengganggu harus dipisahkan dari sampel yang akan dianalisis. Metode yang
paling mudah untuk pemisahan unsur/senyawa pengganggu adalah pengendapan.
Metode yang lain adalah ekstraksi pelarut dan kromatografi.
e.
analisis
kuantitatip
digunakan
untuk
menentukan
kadar
unsur/senyawa.
f.
Kimia Analitik | 6
a. Gravimetri.
b. Titrasi (volumetri) :
Asam basa, Pengendapan, Pembentukan komplek, Oksidasi reduksi
c. Ekstraksi
d. Kromatogarfi
e. Kimia elektro analisis :
Polarografi, Potensiometri, Konduktometri
f. Spektrofotometri :
sinar tampak (visibel), sinar UV, sinar Infra merah (IR), serapan atom
2.5. Pemilihan Metode Analisis
Dalam deskripsi metode-metode berikut, seorang analisis atau ilmuan akan
berhadapan dengan masalah pemilihan metode yang cocok dari sederetan metodemetode yang ada dalam analisis kuantitatif. Pemilihannya akan ditentukan dalam
oleh beberapa faktor seperti kecepatan, ketepatan, ketelitian, sensitivitas,
selektifitas, tersediannya peralatan, jumlah sampel, tingkat analisis, faktor terakhir
yang merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Selain pertimbngan komponen
yang akan dianalisis, latar belakang sampel sebaiknya juga merupakan suatu
bahan pertimbangan.
Pemilihan metode adalah masalah kebijakan, pengujian kebijakan demikian
sulit untuk diuji dan pengalamanlah yang biasanya menentukan. Tidaklah tepat
berpegang hanya pada metode tertentu saja untuk suatu unsur. Pengetahuan
konsep fundamental analisis kimia sudah barang tentu dapat membekali dan
Kimia Analitik | 7
E
x 100 ) = % kesalahan
T
E
x 1000 ) = ppt
T
Kimia Analitik | 8
BAB III
PEMBAHASAN
ANALISIS VOLUMETRI
3.1. Definisi
Mengukur volumetri larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan
menimbang berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Analisis volumetri
juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam
bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian
dihitung, syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi
berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu jika reagen
penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suatu
indikator.
3.2. Terminologi Analisis Volumetri
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik
ekuivalen. Misalkan titrasi AgNO3 dengan NaCl, titik ekuivalen tercapai bila 1
mol AgNO3 bereaksin dengan 1 mol NaCl sebagai berikut :
Ag+ + Cl- = AgCl
Konsentrasi Ag+, Cl- yang tidak terendapkan harus sama dengan titik
ekuivalen dan dari hasil kali kelarutan AgCl besarnya konsentrasi ini 1,2 x10 -5
molar pada 250C. Sedangkan pada volume di mana perubahan warna indikator
Kimia Analitik | 9
tampak oleh pengamat merupakan titik akhir. Titi ekuivalen dan titik akhir
tidaklah sama. Dengan indikator Na2CrO4 untuk reaksi diatas, maka endapan
AgCrO4 akan menunjukan titik akhir pada (Ag) > 1,2 10 -5 M yaitu konsentrasi
kelarutannya. Tetapi pada praktiknya titik akhir tercapai setelah titik ekuivalen,
karena AgCrO4 harus terbentuk dahulu sebelum terendapkan, sedangkan untuk
terbentuk diperlukan sejumlah tertentu reagen.
Perbedaan antara titik akhir dan titik ekuivalen disebut sebagai kesalahan
titik akhir, kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap
sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung
dengan menggunakan metode potensiometri dan koduktometri kesalahan titik
akhir ditekan sampai nol.
3.3. Klasifikasi Metode Volumetri
Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat
katagori sebagai :
a. Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun
lemah.
b. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi.
c. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan,
seperti titrasi Ag atau Zn dengan K4Fe(CN)6
dengan indikator
pengadsorpsi.
d. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti
titrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan PH
pada pengompleksan.
3.4. Titrasi Asam Basa
Kimia Analitik | 10
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan indikator bila PH pada titik ekuivalen antara 410. Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas, pH berubah secara
secara drastis bila volume titrasinya mencapai titik ekuivalen. Kecuraman
perubahan pH untuk tiga asama yang berbeda terlihat pada kurva titrasi gambar
3.1. kesalahan titik akhir dan pH pada titik ekuivalen merupakan tujuan
pembuatan kurva titrasi.
HA + H2O
B + H2O
Disini (A-) adalah basa konjugasi, H+B adalah asam konjugasi, berarti secara
umum :
Asam + basa = basa konjugasi + basa konjugasi
Kimia Analitik | 11
Sebagian besar titrasi asam basa dilakukan pada temperatur kamar, kecuali
titrasi yang meliputi basa-basa yang mengandung CO 2. Jadi titrasi dengan Na2Co3
dilakukan pada temperatur 0oC. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH
dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur.
Tabel 3.1. rumus titrasi
Kimia Analitik | 12
Kimia Analitik | 13
Kimia Analitik | 14
Pada titrasi H3PO4 oleh basa kuat ataupun NaHCO3 oleh asam, pengendalian
pH yang seksama mutlak diperlukan. Untuk titrasi demikian indikator campuran
yang berubah warna pada range pH yang sempit sangatlah bermanfaat. Contohnya
campuran bromokresol green (pK 4,9) dan metilred (pK 5) memberikan trasnsisis
yang tajam pada pH = 5,1, yaitu berwarna abu-abu yang disebabkan hasil
komplementer dari kedua indikator tersebut.
Tabel 3.4. Indikator campuran
Kimia Analitik | 15
BAB IV
Kimia Analitik | 16
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Analisis volumetri adalah zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret
dalam bentuk larutan.
2. Dalam analisis volumetri terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan,
salah satu metode yang sering digunakan dalam analisis volumetri adalah
titrasi asam basa.
3. Dalam analisis volumetri metode titrasi asam basa harus menggunakan
indikator sebagai penentu dan pembeda antara titik akhir dengan titik
ekuivalen.
Kimia Analitik | 17
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar.S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia (UIPress), 1990
R.A. Day dan W.E. Harris. Kimia Analitik Kuantitatif edisi enam. Jakarta : 2001
Wirayawan.A, Retnoeati.R, Sabarudin.A. Kimia Analitik. Malang : Depatremen
Pendidikan Nasional, 2007