Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan gigi tiruan untuk mengganti kehilangan gigi erat kaitannya dengan faktor
kebutuhan pasien. Kebutuhan pasien berhubungan erat pula dengan faktor
permintaan
terhadap pembuatan gigi tiruan. Berdasarkan beberapa survey terdahulu, tidak semua pasien
yang membutuhkan pembuatan gigi tiruan kemudian berlanjut menjadi permintaan
(Amalia,2012). Salah satu jenis gigi tiruan adalah gigi tiruan cekat.
Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi yang
telah dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami
kerusakan/ kelainan dan untuk menggantikan kehilangan gigi. Gigi tiruan cekat atau disingkat
dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown (mahkota) dan bridge (gigi tiruan
jembatan). Secara keseluruhan gigi tiruan cekat dapat bertujuan untuk mencapai pemulihan
kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan, pemugaran dari sebagian atau
seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang mengalami kerusakan, pencegahan
terjadinya kerusakan selanjutnya pada gigi-gigi lainnya dan jaringan lunak sekitarnya,
keadaan yang menjamin keutuhan alat pengunyahan untuk waktu yang selama mungkin.
Gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu
atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung
sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan.
Komponen gigi tiruan jembatan terdiri dari konektor, pontik, retainer, dan abutment. Dalam
laporan ini akan dibahas lebih detai mengenai gigi tiruan jembatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen gigi tiruan jembatan?
2. Apa saja jenis, indikasi, dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan?
3. Apa saja bahan yang digunakan sebagai gigi tiruan jembatan?
4. Bagaimana prosedur pembuatuan gigi tiruan jembatan yang sesuai dengan kasus pada
skenario?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen gigi tiruan jembatan
1
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis, indikasi, dan kontraindikasi gigi
tiruan jembatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bahan yang digunakan sebagai gigi tiruan
jembatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaska prosedur pembuatan gigi tiruan jembatan
sesuai dengan kasus pada skenario
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Prostodontics (Gigi Tiruan)
Gigi Tiruan (denture) adalah Suatu bentukan gigi yang menggantikan sebagian atau
seluruh gigi asli yang hilang dan atau jaringan pendukungnya. Gigi tiruan cekat merupakan
piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan
satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama disebut dengan gigi
tiruan jembatan (Shilingburg, dkk,1997).
2.2 Syarat Gigi Tiruan yang Baik
1. Material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi, ukuran dan bentuk
harus
retensi
dan
stabilisasi
waktu
dipakai
dan
7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita
yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang
harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lain-lain.
8. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna
maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima
kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilan
wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr usif atau berjejal
dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki
penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruani mi di at yang dipasang
langsung segera setelah pencabutan gigi.
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan
Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan
Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita
Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
Melindungi gigi terhadap tekanan
Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan
gigi.
BAB III
ISI
3.1 STEP I
1. Gigi tiruan cekat piranti prostetik permanen untuk menggantikan 1/ lebih gigi yang
hilang
2. Crown and root ratio perbandingan mahkota dan akar gigi yang diiukur dari
oklusal ke alveolar crest sampai akar yang tertanan dalam tulang alveolar, yang dapat
dilihat melalui rongent foto. Perbandingan crown and root ratio ideal 2 : 3 dan
minimal 1 : 1
3. Gigi penyangga gigi yang mendukung gigi tiruan jembatan sebagai tempat untuk
perekatan retainer, gigi ini harus diasah terlebih dahulu
3.2 STEP II
1.
2.
3.
4.
cekat?
5. Apakah ada hubungan karies palatal gigi 21 terhadap rencana perawatan gigi tiruan
cekat? Bagaimana cara penatalaksanaannya?
6. Bagaimana prosedur pembuatan sampai insersi gigi tiruan cekat?
7. Apa saja yang harus diperhatikan saat insersi gigi tiruan cekat pada pasien?
3.3 STEP III
1. Keuntungan - mengembalikan fungsi oklusi (pengunyahan)
- Mengembalikan fungsi estetik
- Mengembalikan fungsi sonetik, mengingat kehilangan gigi anterior dapat
-
Sulit kontrol plak karena biasa terjadi food impaction pada adaptasi yang buruk
fraktur mahkota
2. Gigi tiruan cekat yang sesuai dengan kasus pada skenario adalah maryland bridge,
karena kehilangan gigi terjadi pada regio anterior yang permukaan labial gigi-gigi
penyangganya masih baik, sehingga hanya perlu preparasi di bagian palatal sebagai
tempat retainer
3. Bahan gigi tiruan cekat yang sesuai dengan kasus pada skenario adalah porselen,
mengingat pada kasus kehilangan gigi anterior sangat membutuhkan nilai estetis dan
tidak menerima beban oklusal tinggi. Hal tersebut karena bahan porselain memiliki
sifat translusensi yang menyerupai gigi asli namun getas.
Selain bahan porselain, akrilik juga dapat menjadi pilihan, karena bahan ini juga dapat
memenuhi nilai estetik, lebih murah, namun dapat menyerap stain dan berbau.
4. Ada hubungan antara overjet/ overbite dengan rencana perawatan gigi tiruan cekat.
Pada overjet yang tidak normal
- gigitan edge to edge akan menyebabkan trauma pada gigi antagonis saat beroklusi
- gigitan terbuka tidak dapat melakukan penetapan gigit
- gigitan dalam juga dapat menyebabkan distribusi kekuatan tidak seperti yang
diharapkan
5. ada hubungan antara karies palatal dengan rencana perawatan gigi tiruan cekat, di
mana pada karie tersebut langsung dapat dipreparasi dan dibuat sebagai tempat
melekatnya retainer tanpa dilakukan restorasi, mengingat kariesnya masih superfisial
6. prosedur pembuatan insersi gigi tiruan cekat
a. Pemeriksaan subyektif dan oyektif
b. Pemeriksaan penunjang jika perlu untuk melihat akar gigi abutmen
c. Penetapan diagnosa
d. Rencana perawatan gigi tiruan cekat
e. Preparasi gigi abutmen
f. Pemilihan warna gigi
g. Pencetakan dengan hydrocoloid rubber base, polisulfat rubber base, silicon rubber
base, atau polyeter rubber base.
h. Melakukan pengecoran untuk pembuatan model kerja
i. Kirim lab
j. Setelah jadi, trial ke pasien, dilihat adaptasinya dengan gigi sebelah dan gigi
antagonis
k. Jika sudah pas, lakukan penyemenan menggunakan semen (luting) dan periksa
oklusinya.
7. Insersi GTC harus memperhatikan :
a. Bentuk dan morfologi GTC harus menyerupai gigi asli
b. Adaptasi dengan gigi tetangga dan gigi antagonis harus baik
c. Pontik tidak boleh mengiritasi mukosa
3.4 STEP IV
Kehilangan Gigi 11
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan Obyektif
Komponen
Bahan
Prosedur Pembuatan
GTJ
Insersi
3.5 STEP V
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen gigi tiruan jembatan
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis, indikasi, dan kontraindikasi
gigi tiruan jembatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bahan yang digunakan sebagai gigi
tiruan jembatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaska prosedur pembuatan gigi tiruan
jembatan sesuai dengan kasus pada skenario
3.6 STEP VII
3.6.1
a. Gigi abutment
Gigi abutmen adalah gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan
yang mendukung GTC . Syarat-syarat gigi abutment :
Mempunyai mahkota klinik tinggi.
Urutannya :
RA: 6 7 4 5 3 1 2
RB : 6 7 5 4 3 2 1
Jumlah dan panjang akar
Urutannya :
RA: 6 3 7 4 5 1 2
RB : 6 3 7 5 4 2 1
b. Retainer
1. Retainer merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan
tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya:
Memegang / menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya
Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga
1. Pemilihan retainer tergantung dari faktor-faktor :
Panjang rentang GTC
Makin panjang rentang, makin besar stress yang diterima GTC, diperlukan
retainer kuat dan lebih banyak.
Tipe GTC
9
GTC tipe fixed-fixed bridge memerlukan retensi yang kuat. Sedapat mungkin
digunakan full veneer crown karena retensinya seluruh bidang aksial
Kekuatan gigitan
Beban kunyah yang ditimbulkan oleh tekanan gigitan dipengaruhi oleh umur,
kelamin dan kekuatan otot kunyah . Makin besar kekuatan gigitan, retensi dari
retainer harus kuat
Gigi yang diganti
Untuk gigi anterior bawah, retainernya tidak harus sekuat apabila yang hilang
gigi molar
3. Macam-macam retainer:
Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
a. Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
-
Keuntungan:
-
Indikasi luas
Kerugian:
-
10
Onlay
Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:
Indikasi terbatas
Mudah lepas/patah
13
Merupakan GTJ yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi geligi yang berurutan,
didukung oleh 1 atau lebih gigi-gigi penyangga pada masing-masing ujung diastema, dan
dalam pemakaiannya tidak terdapat pergerakan individual dari gigi-gigi penyangga.
Indikasi:
1. Untuk kehilangan gigi 1 s/d gigi 4 secara berurutan
2. Pada tekanan kunyah yang normal/besar
3. Salah satu gigi penyangga goyang (derajat 1 tanpa kelainan periodontal atau pasca terapi
1.
2.
3.
1.
2.
1.
periodontal)
Kontraindikasi:
Daerah gigi yang hilang panjang
Abutment memiliki kelainan periodontal
Pasien masih muda dengan ruang pulpa gigi abutment masih besar
Kelebihan:
Indikasi luas
Efek splinting terbaik
Kekurangan:
Bila bolus makanan terletak pada salah satu ujung dari GTJ akan timbul gaya ungkit
Semi fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1/2 gigi, didukung oleh 1/lebih gigigigi penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan pergerakan individual terbatas
pada gigi penyangganya pada waktu berfungsi (karena non rigid connector).
Indikasi:
1. Kehilangan 1/2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital dan miring lebih dari 20o
2. Kehilangan 2 gigi dengan intermediate abutment
14
Kontraindikasi:
1. Gigi dengan beban oklusal besar
2. Abutment memiliki kemiringan gigi yang terlalu over sehingga perlu dirawat
orthodonti terlebih dahulu
3. Daerah gigi yang hilang panjang
Kelebihan:
1. Adanya non rigid connector yang akan menetralisir gaya ungkit pada gigi penyangga,
gaya vertikal beban kunyah akan diteruskan dan didistribusikan ke semua gigi-gigi
penyangga
2. Preparasi tidak membahayakan jaringan pulpa
3. Prosedur sementasi bertahap
Kekurangan:
1. Pembuatan relative sulit (untuk memperoleh ketepatan)
2. Relatif mahal bila menggunakan konektor yang siap pakai
3. Efek splinting kurang
4. Kemungkinan fraktur pada key-nya
c. Cantilever bridge
Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan didukung oleh 1/lebih gigi
penyangga, hanya pada 1 gigi saja.
Indikasi:
Terbatas, umumnya kehilangan:
1. I2 atas, gigi penyangga C atas
2. M3 bawah, gigi penyangga M1 dan M2, terutama bila ada gigi lawan
Kontraindikasi:
1. Daerah dengan beban oklusal besar
2. Abutment non vital
Kelebihan:
1. Pengasahan hanya pada 1 gigi (bila hanya memakai 1 gigi penyangga)
2. Tidak diperlukan kesejajaran antar gigi penyangga
Kekurangan:
15
1. Timbulnya gaya ungkit akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal sehingga gigi
penyangga goyang; mukosa di bawah pontik tertekan/teriritasi dan menyebabkan
kelainan
2. Adanya gaya rotasi palato labial menyebabkan gigi penyangga berubah posisi (rotasi)
sehingga beban tidak merata, menyebabkan retensi dan impaksi makanan, lalu berlanjut
pada kerusakan jaringan periodontal dan karies
4. Spring bridge
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Indikasi:
Gigi anterior rahang atas
Gigi diastema
Kontraindikasi:
Pasien muda dengan mahkota klinis gigi abutment terlalu pendek sehingga tidak retentif
Abutment tidak punya kontak proksimal
Terdapat torus palatal
Kekurangan:
Lengan pada palatum memberikan rasa tidak nyaman
Sukar membersihkan bagian connector yang menghadap palatum
Kelenturan lengan menyebabkan pontic dapat mengiritasi gingival palatum
GTJ ini merupakan GTJ pertama dengan desain sayap pada retainernya. GTJ ini
ditemukan oleh Rochette pada tahun 1973. Retainer berbentuk sayap yang terbuat dari bahan
logam dan bentukan perforasi pada permukaannya sebagai sealing yang baik.
b. Cast Mesh Fixed Partial Denture
16
GTJ ini dibuat dengan cara menempatkan nilon berbentuk jaring di lingual gigi abutment.
Nilon tersebut kemudian dicetak menggunakan wax dan dicor untuk dijadikan model kerja.
Casting logam paada model kerja tersebut akhirnya akan membentuk permukaan internal
retainer seperti jaring. Bentukan inilah yang menjadi retensi tambahan sehingga retainer tidak
mudah lepas.
c. Virginia Bridge
Virginia bridge ditemukan oleh Moon dan Hudgins et all. Pembuatan retainer dari GTJ ini
adalah dengan cara menempatkan salt cystals ke retainer untuk mendapatkan permukaan
kasar sehingga retensinya bertambah.
d. Maryland Bridge
Maryland Bridge merupakan pengembangan dari virginia bridge, di mana pada gigi
abutment dilakukan preparasi dengan 3 pinhole sebagai penambah retensinya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
yang lebih estetis dari pada bahan porcelain fused to metal, karena pada penggunaannya tidak
perlu dilapisi logam, sehingga warna translusen lebih terlihat. Selain itu, bahan ini juga
mempunyai sifat yang kuat dibanding dengan porselain biasa, meliputi compressive strength
2000 Mpa. Namun kekurangan bahan ini adalah harganya yang masih mahal.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan pontik adalah porselen, akrilik atau
logam, atau gabungan dari bahan-bahan ini. Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat
diklasifikasikan atas:
a. Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy, yang
setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup
sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan
pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan
faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan
posterior.
b. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh
permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi
dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
c. Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga
membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit.
Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
d. Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan memberikan
kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian
labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari
temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat
keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen
ditempatkan pada bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior
maupun posterior.
19
a. Melakukan diagnose baik melalui pemeriksaan subyektif, obyektif, penunjang, dan atau
analisis model studi.
b. Rencana perawatan berupa gigi tiruan jembatan maryland bridge dapat ditentukan
apabila :
- Rongga mulut dengan OH baik dan telah bebas dari berbagai penyakit dan
gangguan, apabila masih terdapat penyakit atau gangguan maka harus di pre
treatment sesuai kasus, misalnya pada kasus kalkulus dapat discaling, karies
-
tiruan jembatan
c. Melakukan preparasi pada gigi penyangga.
- Preparasi 1 mm dari insisal edge menuju 2 mm di atas servikal gigi abutment,
-
20
d. Melakukan pencocokan warna gigi tiruan dengan gigi asli (shade guide)
e. Melakukan pencetakan untuk mendapatkan model kerja untuk membuat gigi tiruan
jembatan dengan bahn polyether.
f. Menempatkan gigi tiruan jembatan sementara pada gigi yang telah dipreparasi, dan
mengijinkan pasien untuk pulang, serta mengatur jadwal pasien kembali ke tempat
praktik dokter gigi untuk penginsersian maryland bridge.
g. Setelah pasien pulang, dokter gigi membuat desain dan mengirim model kerja ke
laboratorium
- Desain Maryland bridge pandangan palatal
21
h. Setelah gigi tiruan jembatan maryland jadi, dilakukan try-in pada pasien
i. Apabila cocok, dilakukan penyemenan maryland bridge dengan cara :
- Isolasi gigi abutment
- Abrasive alumunium oxide diaplikasikan pada permukaan gigi abutment
- Mencuci gigi abutment menggunakan air mengalir selama 1 menit, dan
-
abutment
Pengaplikasian bahan resin flowable selama 60 detik pada gigi abutment dan
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Tylman SD. Construction of Pontics for Fixed Partial Denture: Indications, Types,
and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics. 6 th
Ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 81-650.
2. Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co, Inc;
1997.p.1
3. Verma, Mahes et all. 2014. Resin Bounded Bridges - An Overview. International
Journal of Research in Dentistry vol. 4 issue 4.
23