Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan gigi tiruan untuk mengganti kehilangan gigi erat kaitannya dengan faktor
kebutuhan pasien. Kebutuhan pasien berhubungan erat pula dengan faktor

permintaan

terhadap pembuatan gigi tiruan. Berdasarkan beberapa survey terdahulu, tidak semua pasien
yang membutuhkan pembuatan gigi tiruan kemudian berlanjut menjadi permintaan
(Amalia,2012). Salah satu jenis gigi tiruan adalah gigi tiruan cekat.
Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi yang
telah dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami
kerusakan/ kelainan dan untuk menggantikan kehilangan gigi. Gigi tiruan cekat atau disingkat
dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown (mahkota) dan bridge (gigi tiruan
jembatan). Secara keseluruhan gigi tiruan cekat dapat bertujuan untuk mencapai pemulihan
kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan, pemugaran dari sebagian atau
seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang mengalami kerusakan, pencegahan
terjadinya kerusakan selanjutnya pada gigi-gigi lainnya dan jaringan lunak sekitarnya,
keadaan yang menjamin keutuhan alat pengunyahan untuk waktu yang selama mungkin.
Gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu
atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung
sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan.
Komponen gigi tiruan jembatan terdiri dari konektor, pontik, retainer, dan abutment. Dalam
laporan ini akan dibahas lebih detai mengenai gigi tiruan jembatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen gigi tiruan jembatan?
2. Apa saja jenis, indikasi, dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan?
3. Apa saja bahan yang digunakan sebagai gigi tiruan jembatan?
4. Bagaimana prosedur pembuatuan gigi tiruan jembatan yang sesuai dengan kasus pada
skenario?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen gigi tiruan jembatan
1

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis, indikasi, dan kontraindikasi gigi
tiruan jembatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bahan yang digunakan sebagai gigi tiruan
jembatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaska prosedur pembuatan gigi tiruan jembatan
sesuai dengan kasus pada skenario

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Prostodontics (Gigi Tiruan)
Gigi Tiruan (denture) adalah Suatu bentukan gigi yang menggantikan sebagian atau
seluruh gigi asli yang hilang dan atau jaringan pendukungnya. Gigi tiruan cekat merupakan
piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan
satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama disebut dengan gigi
tiruan jembatan (Shilingburg, dkk,1997).
2.2 Syarat Gigi Tiruan yang Baik
1. Material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi, ukuran dan bentuk
harus

sesuai, serta mempunyai

retensi

dan

stabilisasi

waktu

dipakai

dan

berfungsi sehingga enak dipakai


2. Dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata dengan jelas, gerakan
seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain
3. Estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi
4. Tidak menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit, dan juga
5. Cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat dalam makanan,
minuman, cairan ludah dan obat.
2.3 Gigi Tiruan Cekat (GTC)
Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang
masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah
lama disebut dengan gigi tiruan jembatan.
2.3.1 Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan
Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi tiruan jembatan
yaitu :
1. Mencari Keserasian oklusi.
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi kalau
mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya kontak prematur
mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan sendi dan otot kunyah. Keadaan
seperti ini disebut keserasian oklusi.
3

2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik


Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi,
palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali
suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat
mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan
bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini
geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu
kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan
bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan.
Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya makanan
di bagian yang tidak bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal
Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang timbul
karena kehilangan gigi.
5. Pencegahan Migrasi Gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak memasuki ruang
kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi
lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah
terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan
periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas gigi
begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan akibat
serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang alveolar
pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di
kemudian hari.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah.
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal
pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal, apalagi
bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring,
terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat,
beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan
oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus
seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu
dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi oklusal.
Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini.
Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja
menyebabkan disfungsi otot kunyah.
4

7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita
yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang
harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lain-lain.
8. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna
maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima
kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilan
wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr usif atau berjejal
dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki
penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruani mi di at yang dipasang
langsung segera setelah pencabutan gigi.
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan
Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan
Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita
Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
Melindungi gigi terhadap tekanan
Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan
gigi.

Beberapa kerugiannya yaitu:


1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh untuk
dijadikan gigi penyangga
2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah
dengan emnggunakan dental floss)
3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik

BAB III
ISI
3.1 STEP I
1. Gigi tiruan cekat piranti prostetik permanen untuk menggantikan 1/ lebih gigi yang
hilang

2. Crown and root ratio perbandingan mahkota dan akar gigi yang diiukur dari
oklusal ke alveolar crest sampai akar yang tertanan dalam tulang alveolar, yang dapat
dilihat melalui rongent foto. Perbandingan crown and root ratio ideal 2 : 3 dan
minimal 1 : 1
3. Gigi penyangga gigi yang mendukung gigi tiruan jembatan sebagai tempat untuk
perekatan retainer, gigi ini harus diasah terlebih dahulu
3.2 STEP II
1.
2.
3.
4.

Apa saja keuntungan dan kerugian pemakaian gigi tiruan cekat?


Apakah jenis gigi tiruan cekat yang sesuai dengan kasus pada skenario?
Bahn gigi tiruan cekat apa yang sesuai dengan kasus pada skenario?
Apakah ada hubungan antara overjet/ overbite dengan rencana perawatan gigi tiruan

cekat?
5. Apakah ada hubungan karies palatal gigi 21 terhadap rencana perawatan gigi tiruan
cekat? Bagaimana cara penatalaksanaannya?
6. Bagaimana prosedur pembuatan sampai insersi gigi tiruan cekat?
7. Apa saja yang harus diperhatikan saat insersi gigi tiruan cekat pada pasien?
3.3 STEP III
1. Keuntungan - mengembalikan fungsi oklusi (pengunyahan)
- Mengembalikan fungsi estetik
- Mengembalikan fungsi sonetik, mengingat kehilangan gigi anterior dapat
-

menyebabkan kesulitan saat mengucapkan huruf S/ F


Mencegah migrasi gigi sebelah
Mencegah ekstrusi gigi antagonis
Tidak mudah lepas dan tertelan

Kerugian - Menyebabkan keradangan mukosa


-

Sulit kontrol plak karena biasa terjadi food impaction pada adaptasi yang buruk

dengan gigi sebelah


Penekanan yang berlebihan pada gigi abutment dapat menyebabkan rasa nyeri
Dapat terjadi shock termis jika bahan yang digunakan adalah logam
Pada preparasi gigi abutment yang salah dapat menyebabkan iritasi pulpa atau

fraktur mahkota
2. Gigi tiruan cekat yang sesuai dengan kasus pada skenario adalah maryland bridge,
karena kehilangan gigi terjadi pada regio anterior yang permukaan labial gigi-gigi
penyangganya masih baik, sehingga hanya perlu preparasi di bagian palatal sebagai
tempat retainer
3. Bahan gigi tiruan cekat yang sesuai dengan kasus pada skenario adalah porselen,
mengingat pada kasus kehilangan gigi anterior sangat membutuhkan nilai estetis dan

tidak menerima beban oklusal tinggi. Hal tersebut karena bahan porselain memiliki
sifat translusensi yang menyerupai gigi asli namun getas.
Selain bahan porselain, akrilik juga dapat menjadi pilihan, karena bahan ini juga dapat
memenuhi nilai estetik, lebih murah, namun dapat menyerap stain dan berbau.
4. Ada hubungan antara overjet/ overbite dengan rencana perawatan gigi tiruan cekat.
Pada overjet yang tidak normal
- gigitan edge to edge akan menyebabkan trauma pada gigi antagonis saat beroklusi
- gigitan terbuka tidak dapat melakukan penetapan gigit
- gigitan dalam juga dapat menyebabkan distribusi kekuatan tidak seperti yang
diharapkan
5. ada hubungan antara karies palatal dengan rencana perawatan gigi tiruan cekat, di
mana pada karie tersebut langsung dapat dipreparasi dan dibuat sebagai tempat
melekatnya retainer tanpa dilakukan restorasi, mengingat kariesnya masih superfisial
6. prosedur pembuatan insersi gigi tiruan cekat
a. Pemeriksaan subyektif dan oyektif
b. Pemeriksaan penunjang jika perlu untuk melihat akar gigi abutmen
c. Penetapan diagnosa
d. Rencana perawatan gigi tiruan cekat
e. Preparasi gigi abutmen
f. Pemilihan warna gigi
g. Pencetakan dengan hydrocoloid rubber base, polisulfat rubber base, silicon rubber
base, atau polyeter rubber base.
h. Melakukan pengecoran untuk pembuatan model kerja
i. Kirim lab
j. Setelah jadi, trial ke pasien, dilihat adaptasinya dengan gigi sebelah dan gigi
antagonis
k. Jika sudah pas, lakukan penyemenan menggunakan semen (luting) dan periksa
oklusinya.
7. Insersi GTC harus memperhatikan :
a. Bentuk dan morfologi GTC harus menyerupai gigi asli
b. Adaptasi dengan gigi tetangga dan gigi antagonis harus baik
c. Pontik tidak boleh mengiritasi mukosa
3.4 STEP IV
Kehilangan Gigi 11

Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan Obyektif

Diagnosa edontulous ridge gigi


11 (GTJ)
7 Tiruan Jembatan
Rencana Perawatan Gigi
(GTJ)

Komponen

Bahan

Jenis, indikasi, kontraindikasi


GTJ

Prosedur Pembuatan
GTJ
Insersi

3.5 STEP V
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen gigi tiruan jembatan
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis, indikasi, dan kontraindikasi
gigi tiruan jembatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bahan yang digunakan sebagai gigi
tiruan jembatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaska prosedur pembuatan gigi tiruan
jembatan sesuai dengan kasus pada skenario
3.6 STEP VII
3.6.1

Komponen atau bagian-bagian Gigi Tiruan Cekat :

a. Gigi abutment
Gigi abutmen adalah gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan
yang mendukung GTC . Syarat-syarat gigi abutment :
Mempunyai mahkota klinik tinggi.
Urutannya :
RA: 6 7 4 5 3 1 2
RB : 6 7 5 4 3 2 1
Jumlah dan panjang akar
Urutannya :
RA: 6 3 7 4 5 1 2
RB : 6 3 7 5 4 2 1

Gigi yang vital lebih baik/kuat daripada yang non vital


Dentin tebal
Porosnya tegak
Kondisi membrana periodontal harus sehat.
Gigi abutment harus dipersiapkan supaya betul-betul dapat memberi dukungan yang kuat
pada GTC. Untuk menentukan banyaknya gigi abutment sebaiknya disesuaikan dengan
Hukum Ante. Hukum ini mengatakan : seluruh luas ligamen perodonsium gigi penyangga
harus paling sedikit sama, atau melebihi seluruh luas ligamen periodonsium gigi yang diganti.
b. Retainer
Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
c. Konektor/ Joint
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki fungsinya.
d. Pontik/ Dummy
Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan pontik.

b. Retainer
1. Retainer merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan
tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya:
Memegang / menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya
Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga
1. Pemilihan retainer tergantung dari faktor-faktor :
Panjang rentang GTC
Makin panjang rentang, makin besar stress yang diterima GTC, diperlukan
retainer kuat dan lebih banyak.
Tipe GTC
9

GTC tipe fixed-fixed bridge memerlukan retensi yang kuat. Sedapat mungkin
digunakan full veneer crown karena retensinya seluruh bidang aksial
Kekuatan gigitan
Beban kunyah yang ditimbulkan oleh tekanan gigitan dipengaruhi oleh umur,
kelamin dan kekuatan otot kunyah . Makin besar kekuatan gigitan, retensi dari
retainer harus kuat
Gigi yang diganti
Untuk gigi anterior bawah, retainernya tidak harus sekuat apabila yang hilang
gigi molar
3. Macam-macam retainer:
Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
a. Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
-

Tekanan kunyah normal/besar

Gigi-gigi penyangga yang pendek

Intermediate abutment pasca perawatan periodontal

Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Keuntungan:
-

Indikasi luas

Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik

Memberikan efek splinting yg terbaik

Kerugian:
-

Jaringan gigi yg diasah lebih banyak

Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

10

Gambar : Extracoronal retainer


b. Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi :
-

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan/normal

Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

Salah satu gigi penyangga miring

Gambar : Partial Veneer Crown Retainer


Keuntungan:
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
- Estetis lebih baik daripada full veneer crown retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
Intra Coronal Retainer
11

Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.


Bentuk:
-

Onlay

Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan atau normal

Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal


Keuntungan:

Jaringan gigi yang diasah sedikit

Preparasi lebih mudah

Estetis cukup baik


Kerugian:

Indikasi terbatas

Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang

Mudah lepas/patah

Gambar : Intra coronal retainer bentuk onlay


c. Konektor/ Joint
Konektor merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik
dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan
bagian-bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah.
Konektor terdiri dari tiga jenia yaitu :
12

Konektor rigid (fixed conector)


Merupakan konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen
GTJ. Konektor rigid ini harus memenuhi syarat seperti bentuk dibuat cekung oada semua
aspek, aspek lingual menjauhi gingiva, penampang bulat memanjang pada arah oklusogingiva, dan arah buko-lingual tidak terlalu lebar agar tekanan yang diterima tidak terlalu
besar. Kelebihan dari konektor rigid ini yaitu sifat yang kaku dan kuat sehingga tahan
terhadap beban kunyah. Tetapi, konektor ini juga mempunyai kekurangan seperti tidak
adanya gerakan fisiologis pada gigi penyangga dan jika salah satu gigi penyangga goyang
maka yang lain akan ikut goyang. Konektor rigid dibuat dengan beberapa cara seperti dicor,
disolder, fused porselen, akrilik.
Konektor non rigid (semi fixed conector)
Merupakan konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada GTJ. Konektor jenis
ini digunakan jika retainer tidak ataupun kurang retentif sehingga hubungan pontik perlu
diputus, arah pasang retainer yang tidak sama atay tidak sejajar dengan yang lain, dan pada
pembuatan complex bridge harus dipecah harus dipecah menjadi dua atau lebih bagian.
Kelebihan dari konektor ini yaitu sifat yang tidak kaku, dapat mengurangi beban, terdapat
pergerakan fisiologis gigi penyangga. Kekurangan konektor ini yaitu sifat yang kurang kuat.
Lingual bar conector
Merupakan konektor yang digunakan pada spring bridge (bridge yang mana pontik pada
gigi anterior sedangkan gigi penyangga diletakkan pada gigi posterior). Konektor ini
digunakan terutama untuk gigi anterior rahang atas dengan multiple diastema. Konektor ini
menghubungkan pontik dengan retainer melalui bar pada mukosa palatal. Jarak antara bar
dengan mukosa sekitar 0,3 mm.
d. Pontik/ Dummy
Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang dan mencegah
adanya drifting. Pontik seharusnya memperbaiki fungsi kunyah dan fungsi estetik pada
pasien. Sehingga, pontik memiliki syarat yaitu tahan di dalam gigi, mudah dibersihkan, dan
berwarna seperti gigi asli.
3.6.2 Jenis, Indikasi, dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Jembatan
a. Fixed bridge

13

Merupakan GTJ yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi geligi yang berurutan,
didukung oleh 1 atau lebih gigi-gigi penyangga pada masing-masing ujung diastema, dan
dalam pemakaiannya tidak terdapat pergerakan individual dari gigi-gigi penyangga.
Indikasi:
1. Untuk kehilangan gigi 1 s/d gigi 4 secara berurutan
2. Pada tekanan kunyah yang normal/besar
3. Salah satu gigi penyangga goyang (derajat 1 tanpa kelainan periodontal atau pasca terapi

1.
2.
3.

1.
2.

1.

periodontal)
Kontraindikasi:
Daerah gigi yang hilang panjang
Abutment memiliki kelainan periodontal
Pasien masih muda dengan ruang pulpa gigi abutment masih besar
Kelebihan:
Indikasi luas
Efek splinting terbaik
Kekurangan:
Bila bolus makanan terletak pada salah satu ujung dari GTJ akan timbul gaya ungkit

(terutama pada span yang panjang).


2. Bila bolus makanan jatuh ditengah-tengah span dapat menyebabkan defleksi
b. Semi Fixed Bridge

Semi fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1/2 gigi, didukung oleh 1/lebih gigigigi penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan pergerakan individual terbatas
pada gigi penyangganya pada waktu berfungsi (karena non rigid connector).
Indikasi:
1. Kehilangan 1/2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital dan miring lebih dari 20o
2. Kehilangan 2 gigi dengan intermediate abutment
14

Kontraindikasi:
1. Gigi dengan beban oklusal besar
2. Abutment memiliki kemiringan gigi yang terlalu over sehingga perlu dirawat
orthodonti terlebih dahulu
3. Daerah gigi yang hilang panjang
Kelebihan:
1. Adanya non rigid connector yang akan menetralisir gaya ungkit pada gigi penyangga,
gaya vertikal beban kunyah akan diteruskan dan didistribusikan ke semua gigi-gigi
penyangga
2. Preparasi tidak membahayakan jaringan pulpa
3. Prosedur sementasi bertahap
Kekurangan:
1. Pembuatan relative sulit (untuk memperoleh ketepatan)
2. Relatif mahal bila menggunakan konektor yang siap pakai
3. Efek splinting kurang
4. Kemungkinan fraktur pada key-nya
c. Cantilever bridge

Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan didukung oleh 1/lebih gigi
penyangga, hanya pada 1 gigi saja.
Indikasi:
Terbatas, umumnya kehilangan:
1. I2 atas, gigi penyangga C atas
2. M3 bawah, gigi penyangga M1 dan M2, terutama bila ada gigi lawan
Kontraindikasi:
1. Daerah dengan beban oklusal besar
2. Abutment non vital
Kelebihan:
1. Pengasahan hanya pada 1 gigi (bila hanya memakai 1 gigi penyangga)
2. Tidak diperlukan kesejajaran antar gigi penyangga
Kekurangan:

15

1. Timbulnya gaya ungkit akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal sehingga gigi
penyangga goyang; mukosa di bawah pontik tertekan/teriritasi dan menyebabkan
kelainan
2. Adanya gaya rotasi palato labial menyebabkan gigi penyangga berubah posisi (rotasi)
sehingga beban tidak merata, menyebabkan retensi dan impaksi makanan, lalu berlanjut
pada kerusakan jaringan periodontal dan karies
4. Spring bridge

1.
2.

1.
2.
3.

1.
2.
3.

Indikasi:
Gigi anterior rahang atas
Gigi diastema
Kontraindikasi:
Pasien muda dengan mahkota klinis gigi abutment terlalu pendek sehingga tidak retentif
Abutment tidak punya kontak proksimal
Terdapat torus palatal
Kekurangan:
Lengan pada palatum memberikan rasa tidak nyaman
Sukar membersihkan bagian connector yang menghadap palatum
Kelenturan lengan menyebabkan pontic dapat mengiritasi gingival palatum

5. Retainer Berbentuk Sayap


a. Rochette Bridge

GTJ ini merupakan GTJ pertama dengan desain sayap pada retainernya. GTJ ini
ditemukan oleh Rochette pada tahun 1973. Retainer berbentuk sayap yang terbuat dari bahan
logam dan bentukan perforasi pada permukaannya sebagai sealing yang baik.
b. Cast Mesh Fixed Partial Denture

16

GTJ ini dibuat dengan cara menempatkan nilon berbentuk jaring di lingual gigi abutment.
Nilon tersebut kemudian dicetak menggunakan wax dan dicor untuk dijadikan model kerja.
Casting logam paada model kerja tersebut akhirnya akan membentuk permukaan internal
retainer seperti jaring. Bentukan inilah yang menjadi retensi tambahan sehingga retainer tidak
mudah lepas.
c. Virginia Bridge
Virginia bridge ditemukan oleh Moon dan Hudgins et all. Pembuatan retainer dari GTJ ini
adalah dengan cara menempatkan salt cystals ke retainer untuk mendapatkan permukaan
kasar sehingga retensinya bertambah.
d. Maryland Bridge

Maryland Bridge merupakan pengembangan dari virginia bridge, di mana pada gigi
abutment dilakukan preparasi dengan 3 pinhole sebagai penambah retensinya.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.
3.
4.

Indikasi Pemakaian GTJ dengan Retainer Bentuk Sayap


Kehilangan gigi sulung/ permanen
Short span
Abutment tidak ada restorasi
Pada gigi posterior, hanya indikasi 1 gigi yang hilang
Crown abutment panjang
Isolasi yang kuat
Kontraindikasi Pemakaian GTJ dengan Retainer Bentuk Sayap
Bad habit
Deep bite
Long edontulous span
Sensitif terhadap nikel
17

5. Crown abutment pendek


3.6.3 Bahan Gigi Tiruan Jembatan
a. Jembatan akrilik
Jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari akrilik. Jembatan ini biasanya
diindikasikan sebagai jembatan sementara, dibuat untuk menutupi gigi-gigi yang telah
dipreparasi, melindungi gigi-gigi tersebut dari lingkungan rongga mulut sebelum jembatan
yang direncanakan selesai dibuat. Kekurangan jembatan ini adalah kekuatannya terutama
untuk jembatan posterior. Selain itu jembatan ini mudah berubah warna dan berbau.
b. Jembatan logam
Jembatan yang secara keseluruhan komponennya terbuat dari logam. Jembatan ini
diindikasikan untuk gigi posterior. Kelebihan dari jembatan ini adalah pada waktu
pengasahan gigi abutment relatif lebih sedikit. Kelebihan yang lain adalab tahap pekerjaan
laboratorium lebih singkat, karena tidak memerlukan persiapan untuk pembuatan lapisan
dibagian bukal atau labial untuk keperluan estetik.
c. Jembatan porselen
Jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari porselen. Karena sifat porselen yang
brittle (getas) maka pemakaiannya terbatas. Kelebihan dari jembatan ini adalah segi
estetiknya sangat memuaskan. Kelebihan lain dibandingkan dengan bahan akrilik, porselen
adalah plak gigi tidak mudah menempel. Kekurangan dari jembatan ini adalah perlunya
pengasahan gigi bagian palatal atau lingual yang lebih banyak.
d. Jembatan logam berlapis akrilik
Jembatan yang terbuat dari logam dengan facing (lapis muka) akrilik, agar segi estetiknya
baik. Jembatan ini diindikasikan untuk mengganti gigi-gigi anterior maupun posterior.
Kekurangan pemakaian akrilik adalah bagian facing tidak tahan goresan dan mudah berubah
warna serta berbau. Kekurangan yang lain adalah bahwa bahwa koefisien muai akrilik tidak
sama dengan logam.
e. Jembatan porcelain fused to metal (logam bertaut porselen)
Jembatan porselen yang diperkuat dengan kerangka logam atau jembatan yang terbuat
dari logam yang dilapisi porselen. Kelebihan dari jembatan ini adalah segi estetiknya
memuaskan dan plak gigi tidak mudah menempel. Adapun kekurangannya adalah diperlukan
pengasahan gigi lebih banyak.
f. Jembatan Zirconia
Zirconia merupakan bahan porselain yang komposisinya Alumina dan Zirkonium tipe
tetragonal zirconia polycrystals dan partially stabilished zirconia. Zirconia mempunyai sifat
18

yang lebih estetis dari pada bahan porcelain fused to metal, karena pada penggunaannya tidak
perlu dilapisi logam, sehingga warna translusen lebih terlihat. Selain itu, bahan ini juga
mempunyai sifat yang kuat dibanding dengan porselain biasa, meliputi compressive strength
2000 Mpa. Namun kekurangan bahan ini adalah harganya yang masih mahal.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan pontik adalah porselen, akrilik atau
logam, atau gabungan dari bahan-bahan ini. Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat
diklasifikasikan atas:
a. Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy, yang
setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup
sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan
pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan
faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan
posterior.
b. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh
permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi
dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
c. Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga
membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit.
Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
d. Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan memberikan
kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian
labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari
temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat
keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen
ditempatkan pada bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior
maupun posterior.
19

e. Kombinasi Logam dan Akrilik


Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan estetika
sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh gingival
sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam
sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
3.6.4

Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan sesuai dengan Kasus pada


Skenario (Maryland Bridge)

a. Melakukan diagnose baik melalui pemeriksaan subyektif, obyektif, penunjang, dan atau
analisis model studi.
b. Rencana perawatan berupa gigi tiruan jembatan maryland bridge dapat ditentukan
apabila :
- Rongga mulut dengan OH baik dan telah bebas dari berbagai penyakit dan
gangguan, apabila masih terdapat penyakit atau gangguan maka harus di pre
treatment sesuai kasus, misalnya pada kasus kalkulus dapat discaling, karies
-

dapat ditumpat, dsb.


Perbandingan akar dan mahkota calon gigi abutment 3 : 2 atau minimal 1 : 1

dengan cara melihat rontgen foto pasien.


Kesepakatan antara pasien dan dokter gigi dalam hal pemilihan desain gigi

tiruan jembatan
c. Melakukan preparasi pada gigi penyangga.
- Preparasi 1 mm dari insisal edge menuju 2 mm di atas servikal gigi abutment,
-

dengan kedalaman preparasi 0,7 mm untuk metal.


Untuk menambah retensi, dibentuk pinhole dengan radius < 0,4 mm dan

preparasi dilebarkan ke mesial.


Jika pasien alergi alloy, dapat menggunakan retainer ceramic

20

d. Melakukan pencocokan warna gigi tiruan dengan gigi asli (shade guide)
e. Melakukan pencetakan untuk mendapatkan model kerja untuk membuat gigi tiruan
jembatan dengan bahn polyether.
f. Menempatkan gigi tiruan jembatan sementara pada gigi yang telah dipreparasi, dan
mengijinkan pasien untuk pulang, serta mengatur jadwal pasien kembali ke tempat
praktik dokter gigi untuk penginsersian maryland bridge.
g. Setelah pasien pulang, dokter gigi membuat desain dan mengirim model kerja ke
laboratorium
- Desain Maryland bridge pandangan palatal

21

h. Setelah gigi tiruan jembatan maryland jadi, dilakukan try-in pada pasien
i. Apabila cocok, dilakukan penyemenan maryland bridge dengan cara :
- Isolasi gigi abutment
- Abrasive alumunium oxide diaplikasikan pada permukaan gigi abutment
- Mencuci gigi abutment menggunakan air mengalir selama 1 menit, dan
-

dishwashing liquid selama 2 menit


Gigi abutment kemudian dibersihkan dengan pumice dan dicuci kembali
Pengaplikasian bahan etsa asam fosfat 37% selama 60 detik pada gigi

abutment
Pengaplikasian bahan resin flowable selama 60 detik pada gigi abutment dan

permukaan dalam retainer


Pemasangan retainer dan pembersihan sisa resin yang tidak rapi.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Tylman SD. Construction of Pontics for Fixed Partial Denture: Indications, Types,
and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics. 6 th
Ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 81-650.
2. Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co, Inc;
1997.p.1
3. Verma, Mahes et all. 2014. Resin Bounded Bridges - An Overview. International
Journal of Research in Dentistry vol. 4 issue 4.

23

Anda mungkin juga menyukai