OLEH:
KELOMPOK I
(Asisten)
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kecepatan reaksi merupakan salah satu konsep ilmu yang dipelajari dalam
cabang ilmu kinetika kimia.Laju atau kecepatan reaksi dapat diartikan sebagai
banyaknya mol/L suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap
satuan waktu. Dalam reaksi kimia, perubahan yang dimaksudkan adalah
perubahan konsentrasi pereaksi atau produk yang diiringi dengan bertambahnya
waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan berkurang sedangkan produknya
semakin banyak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain yaitu, luas
permukaan bidang sentuh, konsentrasi, temperatur, tekanan dan katalisator.
Allundaru (2013) menyatakan bahwa kecepatan reaksi dapat dianalisa dengan cara
kualitatif. Reaksi disebut tingkat tiga apabilakecepatan reaksinya berbanding lurus
dengan konsentrasi tiga pengikutnya, satu pangkat pengikut dua dan satu pengikut
berpangkat satu. Menurut Allundaru, suatu reaksi dapat dikatakan berpangkat nol
apabila kecepatan reaksi tersebut tidak bergantung dengan konsentrasi
pengikutnya.
Penelitian menggunakan konsep laju reaksi sudah dilakukan untuk
memonitor dan memisahkan iodin yang terbentuk dalam air, menggunakan
ekstraksi pelarut dan dengan menggunakan menggunakan metode fasa cair
membran ruah. Iodin dan senyawanya memliki dampak luas dalam bidang
industri, kesehatan,sanitasi, nutrisi dan lainnya. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Betssabe, dapat dinyatakan bahwa dibutuhkan waktu transport ion
iod ke fasa penerima, dengan rentang waktu yang sangat lama yaiitu sekitar 28
jam dan transport sebanyak 85%. Hal inilah yang kemudian dinyatakan sebagai
laju yang dibutuhkan oleh ion iod untuk membentuk suatu produk baru (Betssabe,
2009).
1.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menunjukkan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Laju reaksi atau kecepatan reaksi dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa
perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Kecepatan reaksi
juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi
terhadap waktu. Untuk mengukur kecepatan reaksi, perlu dilakukan
analisis
4. Suhu
Apabila terjadi kenaikan suhu pada suatu reaksi maka molekul-molekul
yang bereaksi akan bergerak lebih cepat sehingga energy kinetiknya
tinggi. Oleh karena energy kinetiknya meningkat, maka energi yang
dihasilkan pada saat tumbukanan antar molekul terjadi akan semakin besar
dan dapat mempercepat laju reaksi. Hal ini dikarenakan oleh
semakintinggisuhu yang diberikan, maka tumbukan yang terjadi antar
molekul-molekul didalamya semakin kuat, sehingga dapat mempercepat
laju reaksi (Sukardjo, 2002).
5. Katalisator
Katalis atau katalisator merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan
kecepatan suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan kimia yang
permanen terhadap zat itu sendiri. Proses ini disebut katalisis. (Dogra,
1990).
Dalam mempelajari kecepatan reaksi, ada beberapa orde reaksi yang akan
terbentuk sesuai dengan laju pembentukan suatu produk. Orde reaksi merupakan
jumlah semua data eksperimen dari konsentrasi dalam persamaan laju. Adapun
beberapa orde reaksi tersebut yaitu :
1. Orde satu
Jika suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari
hanya satu pereaksi, maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde satu. Reaksi
orde pertama dapat ditulis dalam persamaan dibawah ini.
Laju = k[A]
2. Orde kedua
Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi, maka
reaksi itu disebut reaksi orde kedua.
Laju = k[A]2
Suatu reaksi disebut juga sebagai reaksi orde kedua apabila laju reaksi
berbanding lurus dengan dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi.
Laju = k[A][B]
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
mikroburet, pipet 10 mL, tabung reaksi, pipet 1 ml, pipet mohr, stopwatch.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Na2S2O8 0,04 M,
Na2S2O3 0,001 M, KI 0,10 M dan larutan kanji 3%.
3.2
Konstanta Fisik
Na2S2O8
238,10
dekomposisi
180
2
3
4
Na2S2O3
KI
H2O
158,108
162,02
18
100
687
100
48,3
327
0
Tinjauan
Keamanan
Mudah
terbakar
Iritasi
Korosif
Aman
3.3
Cost Unit
Pemakaian
Harga / L ( kg )
Harga ( Rp)
50 ml
50 ml
100 ml
45 ml
Total
Rp 20.000/kg
Rp 12.000/kg
Rp 56.000/kg
Rp 4.000/kg
3.4
Titik Leleh
(oC)
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.857
4.226
5.600
600
12.283
Skema Kerja
Sistem 1 sampai 10 disiapkan seperti ditunjukkan pada tabel 3.3. Kedalam
5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering masing-masing diisi 10, 9, 8, 7, 6, 5
mL larutan H2O2 dengan menggunakan pipet mohr. Aquades ditambahkan ke
dalam tabung tersebut sampai volumenya tepat 10 mL (larutan-larutan ini disebut
larutan A). Kedalam 5 buah tabung reaksi lainnya dimasukkan masing-masing 10
mL larutan KI satu ml larutan S2O33- dari mikroburet dari satu mL larutan kanji
(larutan-larutan ini disebut larutan B). Isi tabung pertama dari larutan A
dicampurkan dengan salah satu tabung dari larutan B dengan cara berikut:
dimasukkan isi tabung larutan A ke tabung larutan B dan dituangkan kembali ke
tabung A secepat mungkin. Pencatatan waktu dimulai pada waktu menuangkan isi
tabung A ke tabung B dan diakiri pada waktu mulai terjadi perubahan warna.
Perlu diperhatikan bahwa perubahan warna terjadi tidak serentak melainkan
sedikit demi sedikit. Kemudian untuk sistem 2 sampai 5 tabung-tabung
dicampurkan dengan cara yang sama dan waktu yang dicatat. Suhu salah satu
larutan juga diukur dan dicatat. Sekarang siapkan sistem 11 sampai 15 sebagai
berikut. 5 tabung reaksi yang bersih dan kering masing-masing diisi dengan 10 ml
larutan H2O2 (larutan-larutan ini disebut larutan C). Kedalam 5 tabung reaksi
lainnya dimasukkan masing-masing 10, 9, 8, 7, 6, 5
mL larutan KI dan
tambahkan aquades ke dalam tabung tersebut sampai volume total sama dengan
10 mL. Kemudian ke dalam tiap tabung ditambahkan 1 mL larutan S2O33- dengan
menggunakan mikroburet dan akhirnya 1 mL larutan kanji (larutan-larutan ini
disebut larutan D). Cara seperti ini digunakan pada langkah 4 larutan C
dicampurkan dengan larutan D satu persatu, yaitu mulai sistem 11 sampai sistem
15 dan waktu masing-masing dicatat.
Tabel 3.3 Variasi volume H2O2 dan KI
Tabung 1
Tabung 2
Volume
Volume
Volume
Volume
Volume
Volume
H2O2
H2O
KI
H2O
Kanji
S2O32-
(mL)
(mL)
(mL)
(mL)
(mL)
(mL)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Sistem
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4.2
Tabung I
Volu
Volu
me
me
H2O2
H2O
(mL)
(mL)
10
0
9
1
8
2
7
3
6
4
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
Volu
me
KI
(mL)
10
10
10
10
10
10
9
8
7
6
Tabung II
Volu
Volu
me
me
H2O
Kanji
(mL)
(mL)
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
Volume
S2O3-2
(mL)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Waktu
(detik)
H2O2
(M)
KI
(M)
1/t
(s-1)
6
10
20
40
50
10
8
6
4
2
0,150
0,135
0,120
0,105
0,090
0,150
0,150
0,150
0,150
0,150
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,09
0,08
0,07
0,06
0,160
0,100
0,050
0,025
0,018
0,100
0,125
0,160
0,250
0,500
Pembahasan
Laju atau kecepatan reaksi didefinisikan sebagai banyaknya mol/liter suatu
zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Dalam reaksi
kimia, perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau
produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi
akan makin sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan
sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan
konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L-1).
Satuan waktu yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi
mempunyai satuan mol per liter per detik (mol. L-1. dt-1 atau M.dt-1).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu:
1. Sifat alami suatu reaksi. Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau
lebih cepat dibandingkan yang lain.
2. Konsentrasi reaktan, semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak
molekul
reaktan
yang
tersedia
dengan
demikian
kemungkinan
peroksida
(H2O2)
-
ditambahkan
kedalam
sistem
untuk
konsentrasi ion iod (I ) tetap, peroksida bereaksi dengan iod (I2) yang
menghasilkan reaksi (a). Reaksi ini akan membentuk lagi I-, menurut
persamaan berikut:
I2 + 2OH- H2O22- + 2I- (b)
Sehingga konsentrasi I- selalu tetap. I2 akan terbentuk pada saat peroksida
dihabiskan dan I2 itu dapat dideteksi dari perubahan warna dengan adanya
kanji didalam sistem.
b. Jika jumlah mol 2OH- yang direaksikan sangat kecil dibanding dengan
jumlah mol H2O22- yang ada pada awal reaksi, maka hanya sedikiy H2O22yang akan bereaksi sebelum warna biru tampak.
Pada percobaan ini dipelajari mengenai pengaruh konsentrasi pereaksi
dalam hal ini peroksidisulfat dengan ion iod terhadap laju reaksinya. Percobaan
dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi salah satu pereaksi dengan cara
pengenceran oleh aquades dan konsentrasi pereaksi lainnya dibuat konstan.
Terdapat dua sistem pada percobaan ini. Untuk sistem pertama lima buah tabung
reaksi yang berisi larutan H2O2 0,15 M dengan volume yang berbeda yaitu 6-10
mL (larutan A) kemudian dicampurkan ion I 0,1 M dengan volume 1 ml (larutan
B). Untuk sistem dua larutan H2O22- 0,15 M volumenya tetap yaitu 10 ml (larutan
C), kemudian dicampurkan dengan ion I 0,1 M dengan volume berbeda yaitu 610 ml (larutan D). Kemudian komponen tiap sistem dicampurkan (A dan B) dan
(C dan D). Sejumlah ion tiosulfat (S2O32-) ditambahkan ke dalam sistem agar
bereaksi dengan ion yod yang terbentuk sebagai hasil reaksi, sehingga konsentrasi
ion iod (I) selalu tetap. Iod akan terbentuk pada saat S2O32- habis bereaksi dengan
I2 yang dideteksi dengan terjadinya perubahan warna oleh kanji dalam sistem.
Laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu dan berbanding lurus dengan
konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin banyak molekul
reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin
banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Dan ternyata hal ini sesuai
dengan metode deferensial. Pada sistem I dimana konsentrasi dikurangi dan
konsentrasi I dibuat tetap kecepatan reaksinya cenderung semakin menurun
seiring berkurangnya konsentrasi dan begitupun yang terjadi di sistem II. Reaksi
cenderung semakin lambat, dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk warna biru yang semakin lama.
Sesuai dengan persamaan hukum laju, laju reaksi selalu berbanding lurus
dengan k atau tetapan laju reaksi. Tetapan laju reaksi merupakan besaran spesifik
yang menggambarkan besarnya laju dari suatu reaksi. Jadi, pemvariasian
konsentrasi menghasilkan laju reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan
pemvariasian konsentrasi I
Percobaan ini H2O2 sebagai oksidator yang mengoksidasi H2O, sedangkan
H2O2 tersebut mengalami reduksi. Dengan menaikkan konsentrasi oksidator maka
kecepatan reaksi semakin cepat. Sedangkan KI adalah sebagai reduktor yang
mereduksi I- sehingga KI akan mengalami oksidasi. Dengan menaikkan
konsentrasi reduktor kecepatan reaksi semakin menurun. Sehingga diperoleh orde
reaksi H2O2 sebesar 4,53 sedangkan orde reaksi KI sebesar -2. Total orde reaksi
yang diperoleh pada percobaan ini adalah 2,53.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa
Saran
Tidak ada saran pada percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Konsentrasi H2O2 10 mL
M1.V1
= M2.V2
Konsentrasi KI 10 mL
M1.V1
= M2.V2
0,15. 10 = M2. 10
0,1. 10 = M2. 10
M2 = 0,15 M
M2 = 0,1 M
Konsentrasi H2O2 9 mL
M1.V1
Konsentrasi KI 9 mL
= M2.V2
M1.V1
= M2.V2
0,15. 9 = M2. 10
0,1. 9
= M2. 10
M2 = 0,135 M
M2 = 0,09 M
Konsentrasi H2O2 8 mL
Konsentrasi KI 8 mL
M1.V1
= M2.V2
M1.V1
= M2.V2
0,15. 8 = M2. 10
0,1. 8
= M2. 10
M2 = 0,12 M
M2 = 0,08 M
Konsentrasi H2O2 7 mL
Konsentrasi KI 7 mL
M1.V1
= M2.V2
M1.V1
= M2.V2
0,15. 7 = M2. 10
0,1. 7
= M2. 10
M2 = 0,105 M
M2 = 0,07 M
Konsentrasi H2O2 6 mL
Konsentrasi KI 6 mL
M1.V1
= M2.V2
M1.V1
= M2.V2
0,15. 6 = M2. 10
0,1. 6
= M2. 10
M2 = 0,09 M
Perhitungan laju reaksi H2O2 dan KI
[11]
[2 2 ]1
=
2 2 2
[12]
0,15
[
]
0,135
1,11
0,16
0,1
= log 1,6
1,6
1,11
M2 = 0,06 M
0,204
0,045
= 4,53
[]1
[11]
=
[12]
0,1
[
]
0,09
0,1
0,125
0,8
1,11
0,09
0,045
= 2
+ = 4,53 + (2)
+ = 2,53
0.6
0.5
1/waktu
0.4
0.3
0.2
y = -9.25x + 0.967
R = 0.8066
0.1
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
Konsentrasi KI
0.12
0.18
0.16
0.14
y = 2.3933x - 0.2166
R = 0.9123
1/waktu
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
-0.02
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
Konsentrasi H2O2
0.12
0.14
0.16