Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

Profil Klinis, Laboratorium,


dan Serologi Inveksi Virus
Dengue pada Bayi
Sari Pediatri, Vol. 16, No. 6, April 2015. Halaman
441-446.

Rinang Mariko, *Sri Rezeki S. Hadinegoro**


*Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas/RS M. Djamil, Padang
**Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta

Infeksi virus dengue dapat menyerang


semua usia termasuk bayi < 1 tahun.
Insiden DBD pada bayi berbeda-beda
secara umum 1%-5% dari semua populasi

Insiden DBD pada bayi sekitar 6%


dari seluruh kasus infeksi dengue
dirawat di RS 1999-2001
Epidemi 2001 kasus DBD pada
bayi 3,4% usia termuda 30 hari.

Nikaragu
a

Chennai
India

Thailand

1990-1994 insiden sekitar 2%

Penelitian

2007 angka kejadian DBD pada anak


usia <1 tahun di Rumah Sakit M Djamil
Padang 1,5%
2010 insiden infeksi dengue pada bayi
4,7% DBD 1,5% usia terbanyak 7-8
bulan usia termuda 4 bulan.

Mayetti

Indonesi
a

Teori Infeksi Sekunder tidak berlaku pada


bayi
Teori ADE patogenesis DBD pada bayi
derajat
penyakit
berhubungan
dengan
antibodi yang disalurkan secara vertikal dari
ibu ke bayi risiko infeksi dengue terjadi bila
antibodi
maternal
mencapai
kadar
subneutralizing (kadar terendah).

DBD pada bayi berbeda dengan anak dan dewasa


patogenesis, gejala klinis tidak khas, tingkat
keparahan dan angka kematian tinggi (6%)
Insiden trombositopenia, kebocoran plasma, serta
syok lebih tinggi
Insiden perdarahan lebih sedikit

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui profil klinis, laboratorium dan


serologi infeksi virus dengue pada bayi yang
dirawat di RSUP Dr. M Djamil Padang dari
tahun 2012-2014.

METODE

Penelitian dilakukan pada seri infeksi dengue


Data rekam medik pasien RI di bangsal anak RSUP
Dr. M Djamil Padang dari 1 Januari 2012 - 31
Desember 2014
Kriteria inklusi:

Bayi < 1 tahun


Didiagnosis secara klinis dan laboratoris sebagai infeksi
virus dengue (DD dan DBD) menurut Pedoman
Diagnosis WHO 1997

Pemeriksaan serologis Ig M dan G memperkuat


diagnosis

Data demografik dan klinis yang dianalisis:


usia, jenis kelamin, hari demam saat diagnosis, suhu,
demam, batuk, diare, muntah, kejang, hematemesis,
melena, syok, petekie, penurunan kesadaran dan
hepatomegali
Pemeriksaan DL berseri: min 2x selama masa
perawatan.
Hemokonsentrasi sebesar minimal 20% dihitung ulang
dengan membandingkan kadar hematokrit maksimum
(saat trombosit mencapai titik terendah) dengan kadar
hematokrit sebelum pasien dipulangkan
Kasus dibagi menurut kelompok DD, DBD, SSD
Analisis dengan software SPSS versi 21

HASIL

12 bayi yang menderita infeksi virus dengue


dan memenuhi kriteria inklusi yang dirawat
selama periode 20122014
DD 1, DBD I 1 , DBD II 4, dan SSD 6 bayi

Distribusi usia, jenis kelamin, gejala klinis


dan pemeriksaan laboratorium

PEMBAHASAN

Usia termuda 3 bulan


Terbanyak 5 bulan
Perbandingan laki-laki dan perempuan 1:1

Penelitian Hung & Hammond dkk di


Nicaragua Terbanyak usia 6-9 bulan
Studi
di Chonburi, Thailand Usia
termuda 3 bulan, terbanyak 5-9 bulan
Penelitian di Vietnam Usia terbanyak 410 bulan, perbandingan laki : perempuan
115:8, 9% kasus SSD

Vietnam: 245 bayi dengan DBD 63 (25,7%)


nya SSD
Insiden infeksi dengue asimtomatik pada bayi:
103/1000 orang/tahun
6x lebih tinggi dibanding simtomatik
Kasus terbanyak: usia 8 bulan

Gejala DD klinik paling banyak pada bayi (RS


yang sama, 2000)

Muntah (60%)
Batuk (55%)
Diare (40%)
SSD pada 50% kasus

Penelitian di Chonburi Thailand dari 19951998:


demam, pilek, dan hepatomegali gejala
terbanyak
ruam 26,7% kasus
Perdarahan terbanyak ptekie (58%)
SSD 32% kasus bayi

Pada penelitian ini


Hepatomegali 4 bayi
Hematemesis 1 bayi
Penelitian di Petchaburi Thailand 2003-2005:
DBD 14 bayi
Hepatomegali seluruh kasus
Petekie 1 bayi

Studi di Vietnam oleh Hung dkk:


Demam tinggi, petekie, dan hepatomegali
temuan klinis tersering bayi dengan DBD
SSD (20,5%) bayi dengan DBD
Chennai:
Demam (100%), pembesaran hati (93,1%) dan
ruam (55,2%)
Studi komunitas di Filipina:
Kejang demam, ruam makular, petekie, dan
trombositopenia gambaran klinik DBD pada
bayi.

Bayi mempunyai manifestasi klinis yang


berbeda dengan anak yang lebih tua, dengan
frekuensi trombositopenia, kebocoran plasma,
kejadian syok lebih banyak, dan lebih sedikit
perdarahan

Di Vietnam:
Hepatomegali 93%
Petekie 99%
Perdarahan 5% kasus

Di Chennai:
Trombositopenia hampir semua bayi mengalami.

Penelitian ini:
Trombositopenia seluruh bayi dengan DBD dibandingkan
dengan 79% di Nicaragua, dan hampir 100% di Chennai,
50% di antaranya mengalami petekie, dan tidak ditemukan
kasus yang mengalami melena.

Di Nicaragua:
Perdarahan eksternal dan ruam dijumpai pada > 50% bayi.

Di Chonburi:
Trombositopenia 95% kasus DBD
Ruam konvalesen 1 dari 41 (2%) dengan infeksi dengue
primer di Filipina, tetapi di RS Queen Sirikit Bangkok
mencapai 24%

Gejala dan tanda bayi dengan infeksi dengue serupa


dengan penyakit demam akut non dengue lain.

Pada penelitian ini:


Infeksi primer 67% bayi
Penelitian Witayathawarnong dkk:
Infeksi primer 92,8% bayi merupakan
Libraty dkk di Filipina:
Infeksi primer 59 dari 60 bayi
Penelitian Husada di Surabaya:
14 dari 15 bayi yang memiliki data serologis
infeksi primer

Pada penelitian Hung dkk:


Infeksi primer 93,5% bayi
Penelitian di dua rumah sakit di Vietnam:
Proporsi infeksi primer 100%
DBD/DSS 80%
Di Chonburi Thailand,
Infeksi primer 95% kasus
Penelitian Petchaburi
Infeksi primer 92,8% kasus.

23 dari 24 kasus di India tahun 2001


menunjukkan respon IgM yang dominan
Beberapa
penelitian:
DBD/SSD
pada
bayi
umumnya timbul pada infeksi dengue primer
dengan hipotesis derajat penyakit berhubungan
dengan antibodi yang disalurkan secara vertikal
dari ibunya
Nicaragua: 58% bayi usia 1 tahun mengalami
infeksi sekunder

DBD pada bayi merupakan infeksi primer, dengan


ibu yang mempunyai riwayat pernah terinfeksi virus
dengue (teori infection enhancing antibody)
Teori ADE: Ig-G anti dengue terbentuk pada ibu
dapat ditransmisikan ke bayi melalui sawar plasenta
Antibodi (Ig-G) maternal dapat menetralisasi infeksi
dengue
dengan
serotipe
yang
sama
yang
menginfeksi ibu
Antibodi maternal bersifat Non Neutralizing Antibody
terhadap Serotipe yang berbeda (Heterolog)

Apabila bayi mengalami Infeksi Primer dengan


serotipe berbeda Antibodi Maternal yang ada
akan berikatan dengan Virus Dengue tersebut dan
membentuk kompleks Antigen Antibodi
Komplek Antigen Antibodi yang akan berikatan
dengan Fc reseptor pada membran sel terutama
makrofag

Antibodi heterolog
dengan virus
Virus tidak
dinetralisasi
Replikasi dalam
sel makrofag
Proses
penggandaan
infeksi
Pelepasan mediator inflamasi (IL-1, IL-6, dan
TNF-alpha memengaruhi endotel
pembuluh darah
Kebocoran plasma
dan perdarahan

Antibodi maternal yang hilang berhubungan


dengan usia puncak kejadian infeksi dengue pada
bayi.
Risiko DBD bayi muncul ketika antibodi maternal
mencapai kadar subneutralizing
Antibodi maternal akan melindungi bayi dari
infeksi virus dengue setelah Ig-G dikatabolisasi
kadar terus risiko mengalami DBD/DSS

KESIMPULAN

Kejadian Demam berdarah dengue pada bayi


berbeda dengan anak dan dewasa gejala klinis
yang tidak khas.
Gejala dan tanda klinis Muntah diikuti dengan
syok, petekie dan batuk. Hasil laboratorium
ditemukan trombositopenia pada semua kasus
DBD/DSS dan terjadi peningkatan hematokrit >20%.
Kejadian infeksi dengue pada bayi rata-rata di Usia
5 bulan, derajat penyakit berhubungan usia kurang
dari 5 bulan karena antibodi yang ditransmisikan
secara vertikal dari ibunya.

Anda mungkin juga menyukai