Anda di halaman 1dari 5

PEMBENTUKAN PANAS

Proses Pengerjaan Panas


Proses pengerjaan panas merupakan proses pembentukan yang dilakukan pada daerah
di atas temperatur rekristalisasi (temperature tinggi) logam yang diproses. Dalam proses
deformasi pada temperatur tinggi terjadi peristiwa pelunakan yang terus menerus. Akibat
kongkritnya adalah bahwa logam akan mengalami perobahan sifat menjadi lebih lunak pada
temperatur tinggi, kenyataan inilah yang membawa keuntungan-keuntungan pada proses
pengerjaan panas, yaitu deformasi yang diberikan kepada benda kerja menjadi lebih relatif
besar. Kondisi ini karena sifat lunak dan sifat ulet, sehingga gaya pembentukan yang
dibutuhkan relatif kecil, serta benda kerja mampu menerima perubahan bentuk yang besar
tanpa mengalami retak. Maka keuntungan itulah proses pengerjaan panas biasanya digunakan
pada proses-proses pembentukan primer yang dapat memberikan deformasi yang besar,
misalnya: proses pengerolan panas, tempa dan ekstrusi.
Sifat Logam Pada Temperatur Tinggi
Pengerjaan panas mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :
Pada temperatur tinggi logam bersifat lunak dan ulet, sehingga gaya pembentukan yang
dibutuhkan menjadi relatif lebih kecil.
Deformasi yang dapat diberikan dari pemanasan ini adalah relatif
lebih besar.
Terjadinya perbaikan struktur mikro pada logam yang dideformasi pada temperatur tinggi.
Pemberian struktur mikrro ini terjadi pada pemanasan benda kerja (sebelum proses
deformasi) serta pada saat dideformasi. Seperti diketahui bahwa benda coran mempunyai
berbagai kelemahan atau kekurangan. Selama proses pembekuan kemungkinan besar terjadi
segregasi, yaitu tidak homogennya komposisi kimia. Segregasi balok ini dapat berupa
segregasi mikro maupun segregasi blok. Selanjutnya pada benda coran biasanya terdapat
struktur pilar (columbar structure) yang bersifat rapuh. Inklusi yang mengelompok dan
relative besar ukurannya sering pula dijumpai pada benda coran. Selain itu banyak pula
dijumpai cacat rongga. Segregasi dapat berkurang dengan adanya pemanasan.
Pada temperatur tinggi peristiwa difusi akan mudah berlangsung, sehingga efeknya
akan lebih menghomogenkan komposisi kimia. Proses pemanasan untuk mengurangi
segregasi ini dinamai proses homofenisasi. Pada waktu deformasi panas, struktur pilar akan
berubah menjadi butir yang equiaxial dan halus. Inklusi yang mengelompok akan terpecah

dan tersebar . Cacat rongga akan menutup dan mengatur sebagai akibat deformasi pada
temperatur tinggi khususnya bila dikenai tegangan tekan.
Peristiwa penyatuan ini adalah mirip dengan proses las tempa (forging welding).
Kesemuanya ini akan memperbaiki sifat-sifat mekanik logam. Benda coran, misalnya baja
cor dalam bentuk ingot ataupun billet akan menjadi lebih baik sifatnya bila telah dibentuk
dengan pengerjaan panas. Misalnya menjadi baja profil melalui proses pengerolan panas.
10.3 Mekanisme Pelunakan Pada Pengerjaan Panas.
Pada pengerjaan panas, suatu kenyataan yang mudah diamati adalah bahwa logam
akan bersifat lunak. Selanjutnya pada kondisi ini logam dapat dibentuk dengan deformasi
yang relatif besar tanpa menjadi mengalami keretakan. Kondisi ini dapat dijelaskan oleh
adanya peristiwa pelunakan.
Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan secara lebih tegas sebagai
pembentukan yang dilakukan di atas temperatur rekristalisasi logam yang diproses. Dengan
patokan bahwa temperature rekristalisasi adalah sekitar 0,4 0,5 kali titik cair (dalam K),
maka batas antara pengerjaan panas dan pengerjaan dingin menjadi jelas.
Temperatur rekristalisasi baja adalah sekitar 500 723 0C, tembaga 250 400 0C,
dst. Timah putih (Sn) yang dideformasi pada temperature kamar sudah berarti diproses
dengan pengerjaan panas, meskipun tidak panas pemanasan. (Surdia & Kenji,1984)
Proses ini dapat dijelaskan bahwa temperatur kamar yang 25 0C untuk timah putih sudah di
atas temperatur rekristalisasinya, yaitu : Trek = 0,5 x (253 + 273) K = 263 K = -10 0C. Disisi
lain, proses deformasi terhadap wolfram pada temperatur 1000 0C masih dikatakan proses
pengerjaan dingin.Ilustrasi tersebut jelaslah bahwa batas bawah temperatur pengerjaan panas
adalah temperatur rekristalisasi. Deformasi di atas temperatur rekristalisasi akan disertai oleh
peristiwa pelunakan, yaitu terdiri dari mekanisme recovery, rekristalisasi (termasuk
pertumbuhan butir). Besarnya pelunakan dari masingmasing mekanisme tersebut tergantung
pada jenis logamnya, temperatur pengerjaan, serta kecepatan proses deformasi atau laju
regangannya.
Logam yang dideformasi pada temperatur tinggi akan mengalami rekristalisasi selama
proses deformasi dan setelah proses deformasi. Hal ini masing-masing dinamai rekristalisasi
dinamis dan rekristalisasi statis. Istilah rekristalisasi statis dipakai untuk yang terjadinya
setelah proses deformasi dan kata dinamis dipakai untuk yang terjadi selama berlangsungnya
proses deformasi. Hal ini terjadi pada logam-logam yang mempunyai energi salah tumpuk
(stacking fault energy) yang kecil, misalnya tembaga.

Fenomena ini secara skematis diungkapkan pada. pada logam energi yang tumpuknya
kecil, mekanisme recovery hanya sedikit peranannya dalam pelunakan, sehingga energi
pendorongnya akan cukup besar, sehingga terjadi rekristalisasi. Logam yang tinggi energi
salah tumpuknya, misalnya aluminium, meskipun dideformasi pada temperatur tinggi
seringkali mempunyai strukktur butir memanjang yang tidak mengalami rekristalisasi.
demikian, sifatnya lunak.
Hal ini disebabkan oleh begitu besarnya peranan pelunakan oleh mekanisme
recovery, khususnya recovery dinamis, sehingga energi pendorongnya rendah, dan tidak
cukup untuk mendorong terjadinya rekristalisai dinamis. Struktur mikro penampang
memanjang suatu batang aluminium yang diektrusi menunjukkan butir-butir yang
memanjang di dalam. Pada bagian permukaan nampak butir-butir mengalami rekristalisasi,
dalam hal ini rekristalisasi statis.
Batas atas temperartur pengerjaan panas adalah sekitar 50 -100 0C di bawah titik cairnya.
Biasanya proses pengerjaan panas dilakukan secara berurutan, misalnya proses pengerolan
panas dan diproses tempa yang bertahap. Maka perlu diusahakan agar tahap terakhirnya
masih berada di atas temperatur rekristalisasi. Bahkan temperature tahap pengerjaan panas
yang terakhir ini sebaiknya tidak terlalu jauh dari temperatur rekristalisasi. Maksudnya
adalah untuk mendapatkan produk dengan butir yang halus yang lebih kuat dan lebih ulet.
Uraian mengenai mekanisme pelunakan pada deformasi panas tersebut di atas telah
menjelaskan mengapa pada temperatur tinggi mengapa logam bersifat lunak dan tetap lunak
meskipun dideformasi. Inti penjelasan adalah tidak adanya pengerjaan regangan, serta bahkan
terjadinya peristiwa pelunakan yang harus terus menerus selama proses deformasi panas
Tempa
Menempa merupakan salah satu proses pembentukan yang dilakukan pada benda
kerja dalam kondisi panas. Panas yang dimaksukan adalah sebelum dilakukan proses
pembentukan benda logam dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai tempratur tempa
yang diinginkan. Tempratur tempa yang diharapkan pada proses ini berkisar di atas daerah
temperatur rekristalisasi bahan logam yang akan di tempa. Baja mempunyai temperatur
rekristalisasi berkisar 723 C.
Pemanasan yang dilakukan pada benda kerja bertujuan untuk merobahan kekerasan
logam menjadi bersifat lebih lunak . Sifat lunak dari benda kerja ini memudahkan untuk
pembentukan. Baja yang mengalami proses pemanasan akan memberikan sifat lunak dan
tidak mudah pecah apabila dilakukan pembentukan. Proses penempaan bahan logam ini

dilakukan dengan menggunakan peralatan pengepres/pukul dan penahan atau landasan/anvil.


Benda kerja diletakkan diantara landasan dan pemukul.
Proses pemukulan dapat dilakukan dengan palu tempa secara manual atau juga dapat
dilakukan dengan mesin pemukul hammer sistem hidrolik atau dengan menggunakan
pemukul mekanik dengan motor listrik. Prinsip dasar menempa secara mekanika mempunyai
komponen

pembentukan

pengepresan

atau

tekan,

peregangan

atau

tarik,

dan

pemotongan/geser. Penerapan proses penempaan di industry biasanya digunakan untuk


pembuatan komponen yang menggunakan bahan baku pejal dengan bentuk profil kombinasi.
Bahan dasar untuk proses penempaan ini selain berbentuk pejal juga mempunyai
tingkat kekerasan bahan yang relatif lebih keras. Kerasnya bahan ini menjadi lebih sulit untuk
dikerjakan dengan proses yang lain. Logam yang mengalami proses pemanasan akan
meningkatkan keliatan bahan hal ini dapat diketahui dari proses uji impact (tumbukan)
dengan memvariasikan temperatur sepecimen pengujian.
Hasil pengujian impact ini memperlihatkan bahwa nilai impact sangat dipengaruhi
oleh temperatur bahan saat pengujian. Semangkin rendah temperature bahan logam
menunjukkan bahwa semangkin tinggi tingkat kegetasan bahan tersebut dan nilai impactnya
menjadi lebih kecil.
Penempaan yang sering dilakukan pada industri rumah tangga di daerah umumnya
dilakukan untuk proses pembuatan alat-alat pertanian seperti parang, cangkul, sabit, bajak,
kampak dan sebagainya. Proses penempaan untuk pembuatan alat-alat pertanian ini diikuti
dengan proses Quenching atau pendinginan cepat ( lihat gambar 9.1). Proses quenching ini
bertujuan untuk memberikan kekerasan permukaan benda pada daerah yang didinginkan
cepat.
Hal ini diaplikasikan untuk pengerasan permukaan mata parang, mata cangkul, mata
sabit, dimana bagian alat-alat yang tajam ini menjadi lebih keras. Bagian yang tajam akan
memberikan permukaan yang keras dan bagian alat yang belakang berbentuk tebal dan tidak
diquenching, sehingga alat-alat pertanian yang dihasilkan memiliki sifat kombinasi keras dan
liat sesuai dengan kebutuhan petani.

Gambar. Grafik Kecepatan Pendinginan


(Hubungan Suhu dengan waktu Pendinginan)
Pada gambar grafik 10.1 di atas memperlihatkan bahwa apabila benda dipanaskan
sampai mencapai temperatur tempa dan dilakukan pendinginan cepat maka struktur mikro
bahan logam yang didinginkan cepat ini membentuk bainit. Bainit ini menyebabkan benda
menjadi lebih keras.

Anda mungkin juga menyukai