dan tersebar . Cacat rongga akan menutup dan mengatur sebagai akibat deformasi pada
temperatur tinggi khususnya bila dikenai tegangan tekan.
Peristiwa penyatuan ini adalah mirip dengan proses las tempa (forging welding).
Kesemuanya ini akan memperbaiki sifat-sifat mekanik logam. Benda coran, misalnya baja
cor dalam bentuk ingot ataupun billet akan menjadi lebih baik sifatnya bila telah dibentuk
dengan pengerjaan panas. Misalnya menjadi baja profil melalui proses pengerolan panas.
10.3 Mekanisme Pelunakan Pada Pengerjaan Panas.
Pada pengerjaan panas, suatu kenyataan yang mudah diamati adalah bahwa logam
akan bersifat lunak. Selanjutnya pada kondisi ini logam dapat dibentuk dengan deformasi
yang relatif besar tanpa menjadi mengalami keretakan. Kondisi ini dapat dijelaskan oleh
adanya peristiwa pelunakan.
Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan secara lebih tegas sebagai
pembentukan yang dilakukan di atas temperatur rekristalisasi logam yang diproses. Dengan
patokan bahwa temperature rekristalisasi adalah sekitar 0,4 0,5 kali titik cair (dalam K),
maka batas antara pengerjaan panas dan pengerjaan dingin menjadi jelas.
Temperatur rekristalisasi baja adalah sekitar 500 723 0C, tembaga 250 400 0C,
dst. Timah putih (Sn) yang dideformasi pada temperature kamar sudah berarti diproses
dengan pengerjaan panas, meskipun tidak panas pemanasan. (Surdia & Kenji,1984)
Proses ini dapat dijelaskan bahwa temperatur kamar yang 25 0C untuk timah putih sudah di
atas temperatur rekristalisasinya, yaitu : Trek = 0,5 x (253 + 273) K = 263 K = -10 0C. Disisi
lain, proses deformasi terhadap wolfram pada temperatur 1000 0C masih dikatakan proses
pengerjaan dingin.Ilustrasi tersebut jelaslah bahwa batas bawah temperatur pengerjaan panas
adalah temperatur rekristalisasi. Deformasi di atas temperatur rekristalisasi akan disertai oleh
peristiwa pelunakan, yaitu terdiri dari mekanisme recovery, rekristalisasi (termasuk
pertumbuhan butir). Besarnya pelunakan dari masingmasing mekanisme tersebut tergantung
pada jenis logamnya, temperatur pengerjaan, serta kecepatan proses deformasi atau laju
regangannya.
Logam yang dideformasi pada temperatur tinggi akan mengalami rekristalisasi selama
proses deformasi dan setelah proses deformasi. Hal ini masing-masing dinamai rekristalisasi
dinamis dan rekristalisasi statis. Istilah rekristalisasi statis dipakai untuk yang terjadinya
setelah proses deformasi dan kata dinamis dipakai untuk yang terjadi selama berlangsungnya
proses deformasi. Hal ini terjadi pada logam-logam yang mempunyai energi salah tumpuk
(stacking fault energy) yang kecil, misalnya tembaga.
Fenomena ini secara skematis diungkapkan pada. pada logam energi yang tumpuknya
kecil, mekanisme recovery hanya sedikit peranannya dalam pelunakan, sehingga energi
pendorongnya akan cukup besar, sehingga terjadi rekristalisasi. Logam yang tinggi energi
salah tumpuknya, misalnya aluminium, meskipun dideformasi pada temperatur tinggi
seringkali mempunyai strukktur butir memanjang yang tidak mengalami rekristalisasi.
demikian, sifatnya lunak.
Hal ini disebabkan oleh begitu besarnya peranan pelunakan oleh mekanisme
recovery, khususnya recovery dinamis, sehingga energi pendorongnya rendah, dan tidak
cukup untuk mendorong terjadinya rekristalisai dinamis. Struktur mikro penampang
memanjang suatu batang aluminium yang diektrusi menunjukkan butir-butir yang
memanjang di dalam. Pada bagian permukaan nampak butir-butir mengalami rekristalisasi,
dalam hal ini rekristalisasi statis.
Batas atas temperartur pengerjaan panas adalah sekitar 50 -100 0C di bawah titik cairnya.
Biasanya proses pengerjaan panas dilakukan secara berurutan, misalnya proses pengerolan
panas dan diproses tempa yang bertahap. Maka perlu diusahakan agar tahap terakhirnya
masih berada di atas temperatur rekristalisasi. Bahkan temperature tahap pengerjaan panas
yang terakhir ini sebaiknya tidak terlalu jauh dari temperatur rekristalisasi. Maksudnya
adalah untuk mendapatkan produk dengan butir yang halus yang lebih kuat dan lebih ulet.
Uraian mengenai mekanisme pelunakan pada deformasi panas tersebut di atas telah
menjelaskan mengapa pada temperatur tinggi mengapa logam bersifat lunak dan tetap lunak
meskipun dideformasi. Inti penjelasan adalah tidak adanya pengerjaan regangan, serta bahkan
terjadinya peristiwa pelunakan yang harus terus menerus selama proses deformasi panas
Tempa
Menempa merupakan salah satu proses pembentukan yang dilakukan pada benda
kerja dalam kondisi panas. Panas yang dimaksukan adalah sebelum dilakukan proses
pembentukan benda logam dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai tempratur tempa
yang diinginkan. Tempratur tempa yang diharapkan pada proses ini berkisar di atas daerah
temperatur rekristalisasi bahan logam yang akan di tempa. Baja mempunyai temperatur
rekristalisasi berkisar 723 C.
Pemanasan yang dilakukan pada benda kerja bertujuan untuk merobahan kekerasan
logam menjadi bersifat lebih lunak . Sifat lunak dari benda kerja ini memudahkan untuk
pembentukan. Baja yang mengalami proses pemanasan akan memberikan sifat lunak dan
tidak mudah pecah apabila dilakukan pembentukan. Proses penempaan bahan logam ini
pembentukan
pengepresan
atau
tekan,
peregangan
atau
tarik,
dan