HEMATOMA
Diajukan untuk melengkapi syarat kepaniteraan senior Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
Taufan Pramadika
Abraham Murya
Khoirul fahrizal
Laura Harinda
Sucy Calara
22010114210144
22010114210145
22010114210148
22010114210135
22010114210137
Dosen Pembimbing :
dr. Sukma Imawati, Sp.Rad
Residen Pembimbing:
dr. Yulita
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Bagian
: Radiologi
: 11 Desember 2015
Dosen Pembimbing,
dr. Yulita
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................
ii
Pendahuluan ...........................................................................................
II.
2.4 Patofisiologi......................................................................................
19
III.
Laporan kasus..........................................................................................
21
IV.
Pembahasan.............................................................................................
27
V.
Kesimpulan.............................................................................................
28
Daftar Pustaka.....................................................................................................
29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hematoma epidural atau ekstradural hematoma adalah jenis cedera otak
traumatis di mana penumpukan darah terjadi antara duramater (membran luar
yang keras dari sistem saraf pusat) dan tengkorak . Duramater juga mencakup
tulang belakang, sehingga perdarahan epidural juga bisa terjadi pada tulang
belakang. Hematoma epidural sering disebabkan trauma. Kondisi ini berpotensi
mematikan karena penumpukan darah dapat meningkatkan tekanan dalam ruang
intrakranial dan kompres jaringan otak. Tiga persen dari cedera kepala
menimbulkan hematoma epidural, 15-20% dari hematoma epidural adalah fatal. 1
Hematoma epidural bersifat cepat karena biasanya dari arteri dan
tekanannya tinggi. Perdarahan epidural dari arteri dapat bertambah hingga
mencapai ukuran puncaknya pada enam sampai delapan jam pasca cedera,
menumpahkan dari 25 ke 75 cm3darah ke dalam ruang intrakranial.2 Perdarahan
epidural dapat menjadi besar dan menaikkan tekanan intrakranial, menyebabkan
otak bergeser, kehilangan suplai darah. Hematoma yang lebih besar menyebabkan
lebih banyak kerusakan. Hematoma epidural dapat cepat mengompresi batang
otak, menyebabkan ketidaksadaran, sikap yang abnormal dan abnormal refleks
cahaya. 3
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan CT scan dan MRI. Hematoma
epidural biasanya terlihat dalam bentuk cembung karena ekspansinya berhenti di
tulang tengkorak, dimana dura mater erat melekat pada tengkorak. Dengan
demikian perluasan terjadi ke dalam otak seperti yang terjadi pada hematoma
subdural. Bentuk lensa-seperti hematoma menyebabkan munculnya berdarah
ini menjadi lentiform.4 Epidural hematoma dapat terjadi dalam kombinasi
dengan hematoma subdural, atau dapat terjadi sendiri. CT scan dapat mendeteksi
hematoma subdural atau epidural pada 20% pasien tidak sadar. 5
Penyebab paling umum dari hematoma epidural intrakranial adalah trauma,
walaupun perdarahan spontan diketahui terjadi, 10% dari perdarahan epidural
adalah pembuluh darah vena. Epidural hematoma biasanya dihasilkan dari trauma
ke sisi kepala. Hanya 20 sampai 30% dari hematoma epidural terjadi di luar
wilayah dari temporal bone.6
Pada hematoma intrakranial, darah bisa diangkat melalui pembedahan untuk
menghilangkan massa dan mengurangi tekanan pada otak. Hematoma ini
dievakuasi melalui lubang kraniotomi. 7
Pada pasien dengan epidural hematoma, prognosis lebih baik jika ada lucid
interval (waktu kesadaran sebelum kembali koma) daripada jika pasien dalam
keadaan koma saat cedera. Tidak seperti kebanyakan bentuk cedera kepala, orang
dengan epidural hematoma dan Glasgow Coma Scale dari 3 (nilai terendah)
diharapkan untuk membuat hasil yang baik jika mereka dapat menerima operasi
dengan cepat.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kepala
2.1.1 Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP, yaitu: skin atau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea
aponeurotika, loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar, dan
pericranium.9,10 Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah yang sukar
mengadakan vasokonstriksi sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit
kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anakanak. Terdapat vena emiseria dan diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit
kepala sampai dalam tengkorak (intrakranial).10
bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa, yaitu: fossa anterior adalah tempat lobus
frontalis, fossa media adalah tempat lobus temporalis, dan fossa posterior ruang
bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.9,10
Fraktur tengkorak adalah diskontinuitas tulang tengkorak disebabkan
oleh trauma. Fraktur kalvaria dapat berbentuk garis/ linier atau bintang/ stelata,
terbuka atau tertutup, dan dapat pula impresi atau non impresi (tidak masuk/
menekan kedalam). Tulang tengkorak terdiri dari 2 dinding yang dipisahkan
tulang berongga (diploe), dinding luar (tabula eksterna) dan dinding dalam (tabula
interna) yang mengandung alur-alur arteri meningea anterior, media dan
posterior.9,11
bawahnya.10,11 Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan
defisit neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam koordinasi dan
keseimbangan, terletak dalam fossa posterior, berhubungan dengan medula
spinalis, batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.11
Gambar 2.5 Otak
Willisi.
Vena-vena
otak
tidak
Definisi
Cedera
Kepala
Cedera kepala adalah
suatu
kepala,
kerusakan
bukan
kongenital
pada
bersifat
ataupun
degeneratif,
tetapi
disebabkan
oleh
10
11
tulang
tengkorak
dan
beberapa
kulit
kepala
membantu
12
epidural,
perdarahan
subdural,
kontusio,
dan
perdarahan
intraserebral.10
a. Cedera otak difus
Mulai dari konkusi ringan dimana gambaran CT scan normal sampai
kondisi yang sangat buruk. Pada konkusi, penderita biasanya kehilangan
kesadaran dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai
beberapa menit dan mungkin mengalami amnesia retro/ antegrad. Cedera
otak difus yang berat biasanya akibat hipoksia, iskemi dari otak karena
syok yang berkepanjangan atau periode apnoe yang terjadi segera setelah
trauma. Cedera aksonal difus (CAD) adalah trauma otak berat dengan
prognosis buruk. Pada CT scan menunjukkan gambaran titik-titik
perdarahan multipel di seluruh hemisfer otak yang terkonsentrasi di batas
area putih dengan abu-abu.10
b. Epidural hematom (EDH)
Adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna
dan
duramater.
Paling
sering
terletak
diregio
temporal
atau
13
Gambaran radiologi
o
CT-scan
o CT-scan
o mendiagnosa
14
o CSF
lain yang kurang sering terlibat adalah vertex, sebuah area dimana
15
16
o CT Scan
Gambaran CT scan pada Subdural hemorrhage akut terdiri dari
hyperdense, homogen, crescentic (bulan sabit), lesi bentuk
contrecoup yang terdapat di hemisfer.
d. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang arachnoid yakni antara lapisan
arachnoidmater dengan piamater. Pada keadaan normal ruang ini berisi
17
18
19
2.4 Patofisiologi
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan
countrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang
tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut countrecoup. Akselarasideselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar
20
saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)
dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari
muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak
membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari
benturan (countrecoup).
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. AD
Umur
: 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat
: Krajan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
No. CM
: C508695
Masuk
: 26November 2014
3.2 ANAMNESIS
Data dasar diperoleh dari alloanamnesis dengan ibu pasien dan catatan medik
di bangsal Rajawali RSUP Dr Kariadi.
a. Keluhan Utama : Nyeri Kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pasca KLL, pingsan beberapa saat, setelah sadar, pasien mengeluh
nyeri kepala hebat dan dibawa ke RSDK
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak terdapat riwayat fraktur tulang tengkorak
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
e. Sosial Ekonomi
c.
Pasien merupakan seorang pelajar tinggal bersama orang tua. Ayah dan ibu
pasien bekerja Penghasilan perbulan Rp.1.500.000,00. Biaya pengobatan
dengan BPJS PBI
Kesan: sosial ekonomi kurang
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik (tanggal 26 November 2014)
Keadaan umum: Baik, kesadaran kompos mentis.
Status generalis:
Tanda Vital
:
Status Gizi
VAS
: 8
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Napas
Suhu
GCS
BB sekarang
TB
BMI
21
: 113/87 mm Hg
: 110x/menit
: 24x/menit
: 37.0oC (aksiler)
: E3M5V4 = 12
: 23 kg
: 104 cm
: 23.1 kg/m3 (normoweight)
22
Kepala
: Mesosefal, terdapat benjolan di regio frontoparietal
Wajah
: Tidak ada paresthesia
Mata
: Konjungtiva palpebra anemis -/Mulut
: Dalam batas normal
Leher
: Dalam batas normal
Thoraks
:
Pulmo:
Inspeksi : Simetris, statis - dinamis
Palpasi
: Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar = vesikuler,
Suara tambahan : hantaran -/-, ronki -/-, wheezing -/Jantung:
Inspeksi : Iktus cordis tak tampak
Palpasi
: Iktus kordis teraba di spatium interkosta V, 2 cm medial
linea midklavikula sinistra
Perkusi
: Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)
Abdomen
:
Inspeksi : datar, gambaran gerak usus (-), venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi
: timpani, pekak alih (-), pekak sisi (+) normal
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
Genitalia Eksterna
: Laki-laki
Pembesaran nn.ll
: inguinal (-/-)
Ekstremitas
Sianosis
Oedema
Reflek fisiologis
Superior
-/-/+ /+
+/+
-/-
Reflek patologis
-/-
Inferior
-/-/+/+
+/+
-/-/-
Hasil
11,0
32,3
4
81,0
27,7
34,2
Nilai Rujukan
10-15
36-44
35,4
77-101
23-31
29-36
23
Leukosit (/mmk)
Trombosit (/mmk)
20,38
380,1
5-13.5
150-400
24
KESAN :
25
1.5 DIAGNOSIS
Fraktur linear os frontoparietal kanan dengan epidural Hematom pada
lobus frontalis dan parietal kanan.
1.6 INITIAL PLAN
- Assesment :
- KU baik, Tensi : 113/67 , N : 108x/menit dan suhu : 36 C.
- IP tx :
- Perbaikan KU
- Infus DS TTS 16 tpm
- Cefixime 50mg/12 jam PO
- Parasetamol K/P 3x1/2 tablet
- Diet bebas
- IP Mx :
- KU/TV
-Edukasi :
- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang keadaan pasien.
- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang prosedur terapi yang akan
dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien merupakan korban kecelakaan lalu lintas.Pasien
pingsan beberapa saat, setelah sadar, pasien mengeluh nyeri kepala hebat lalu
dibawa ke RSDK. Keluhan kelemahan otot (-) , penurunan kesadaran (+),
gangguan, tidak ada darah maupun cairan yang keluar dari hidung dan telinga,
mual muntah (-)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di daerah frontoparietal. Tidak
ditemukan kelainan lain. Pada pemeriksaan laboratorium terakhir didapatkan hasil
dalam batas normal. Pada pemeriksaan CT-scan diperoleh gambaran epidural
hematom pada lobus frontalis dan parietal kanan dengan volume 27,06ml ,
tampak tanda tanda peningkatan intrakanial yang ditandai denga midline shifting.
Pada bone window terdapat gambaran fraktur linear pada os frontoparietal kanan.
Sehingga berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa pasien mengalami cedera
kepala sedang dengan GCS 11 dengan epidural hematom dan fraktur linier pada
os frontoparietal namun sudah mengalami perbaikan.
Pasien mendapatkan program craniotomy pada tanggal 26 November
2014. Kemudian dirawat inap dan diberikan infus DS TTS (16tpm), cefexime
50mg tab tiap 12 jam untuk mencegah infeksi, paracetamol tab 3x1 hari hingga
keadaan membaik. Diet yang diberikan adalah diet biasa dalam hal ini diet nasi
dengan lauk pauk, sayur dan buah sesuai kebutuhan.
Monitoring yang perlu dilakukan pada pasien tersebut adalah pengawasan
keadaan umum dan tanda vital pasien. Juga perlu dilakukan pengawasan terhadap
hilangnya gejala dan munculnya tanda-tanda perbaikan,tingkat kesadaran, efek
samping terapi, serta laboratorium darah. Perlu direncanakan juga tanggal kontrol
kembali untuk penderita.
Setelah mendapat perawatan, pasien sadar GCS 15, keluhan nyeri (-), pusing
(-), mual (-), muntah (-), dan keluar perdarahan (-).
27
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus ini didapatkan seorang anak laki-laki 7 tahun dengan fraktur
linear os frontoparietal dan epidural hematom. Diagnosis ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hal ini sudah sesuai
dengan tatalaksana trauma kepala dengan epidural hematom. Pada pemeriksaan
CT-scan diperoleh gambaran epidural hematom pada lobus frontalis dan parietal
kanan dengan volume 27,06 ml , tampak tanda tanda peningkatan intrakanial yang
ditandai denga midline shifting. Penatalaksanaan yang telah dilakukan pada
pasien ini adalah craniotomy, pemberian obat-obatan (antibiotic, anti nyeri,
infuse)
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
February 6, 2007
4.
Downie A. 2001. Tutorial: CT in Head Trauma. Retrieved on February 6,
5.
2007
McCaffrey P. 2001. The Neuroscience on the Web Series: CMSD 336
Neuropathologies of Language and Cognition. California State University,
6.
After Head Injury 2000. Head Injury, 4th Ed. Morgan Hill, New York
7.
Smith SW, Clark M, Nelson J, Heegaard W, Lufkin KC, Ruiz E (2010).
Emergency department skull trephination for epidural hematoma in patients
who are awake but deteriorate rapidly. J Emerg Med 39 (3): 37783.
8.
Zink BJ (2001). Traumatic brain injury outcome: Concepts for emergency
care. Ann Emerg Med 37 (3): 31832
9. Drake RL., Vogl W., Mitchell AW. 2007. Grays Anatomy for Students.
Elsevier p.769, 782, 785
10.
13.
29
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.