Disusun Oleh :
Muhammad Aldo H (15213826)
KELAS :
3EA31
Dosen :
Ibu Rafiqa Maulidia S.IP
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
ATA 2015/2016
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Abstrak
Daftar Isi........................................................................................................................3
Daftar Pustaka.............................................................................................................11
induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun sebagai pernyataanpernyataan, yang tentunya bersifat faktual pula.
Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi seperti
generalisasi, hipotese dan teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan.
2. Penalaran Deduktif
Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju
kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman
hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum
maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu
fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang
umum.
Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu
baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu
peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang
dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu
kesimpulan yang benar.
Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem,
rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya.
Contoh penalaran deduktif:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar
gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau
yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu
dibuktikan dengan fakta yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai
penjelasan lebih lanjut.
Ungkapan yang biasa digunakan dalam generalisasi adalah: biasanya, pada umumnya,
sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, dan sebagainya. Dan ungkapan yang digunakan
dalam penunjang generalisasi adalah: misalnya, sebagai contoh, untuk menjelaskan hal itu,
sebagai bukti, dan sebagainya.
Fakta-fakta penunjang harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf
dalam tulisan yang mencamtumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis. Dan
generalisasi mungkin mengemukakan fakta (disebut generalisasi faktual) atau pendapat
(opini).
2. Analogi, persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang
lain atau membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang
terdapat di antara keduanya.
Analogi terdiri dari dua macam, pertama analogi penjelas (deklaratif) yaitu perbandingan
untuk menjelaskan sesuatu yang baru berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang telah
dikenal, tetapi hasilnya tidak memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru, kedua
analogi induktif yaitu suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan (referensi) tentang
kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki
sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Jadi, dalam analogi induktif yang perlu
diperhatikan adalah persamaan yang dipakai merupakan ciri-ciri esensial penting yang
berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
3. Hubungan Sebab Akibat, hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang
mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
a. Penalaran sebab-akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang
diketahui.
b. Penalaran akibat-sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui.
9
c. Penalaran akibat-akibat berpangkal dari suatu akibat dan berdasarkan akibat tersebut
dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang
menimbulkan kedua akibat itu.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://masyitohrahmiwindarti1803.blogspot.co.id/2015/11/aspekpenalaran-dalam-karangan-ilmiah.html
https://apriyantiweny.wordpress.com/2015/04/23/menulis-sebagai-prosespenalaran/
https://luckyfication.wordpress.com/2012/09/24/intiisi-karangan-ilmiah/
http://zuwaily.blogspot.co.id/2012/10/fakta-sebagai-unsur-dalampenalaran.html
http://selvianadianasari.blogspot.co.id/2015/10/penalaran-deduktif-daninduktif-dalam.html
https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
11