KONTRASEPSI
Disusun oleh :
Devi Handayani, S.Ked
J 510145070
J 5101450 53
BAB I
PENDAHULUAN
tersebut
yang
lebih
besar
dibanding
tidak
menggunakan
kontrasepsi.1,14
Pengaturan kelahiran memiliki keuntungan kesehatan yang nyata, salah
satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium,
penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program
ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status
kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.1
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1)
dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3)
daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan
sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6)
mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan1.
B. Akseptabilitas
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada
efek sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah
penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini
terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang
bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau
jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau
oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.1
C. Metode kontrasepsi
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
kekurangannya
bahwa
untuk
mensukseskan
cara
ini
dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan
dalam
berhubungan
seksual.
Selanjutnya
b.
c.
wanita menyusui
Metode Amenorea
Laktasi (MAL)
AKDR
Sterilisasi
Kondom/spermasida
Kontrasepsi Progestin
KB Alamiah
Kontrasepsi kombinasi
Persalinan
3 minggu
6 minggu
6 bulan
b.
c.
Metode sympthotermal
d.
Metode kalender.3
pessarium
telah
dibuat
untuk
tujuan
2.
3.
jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karena sesuatu sebab. 4,11
G. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan
implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya
progestin mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung
progestin atau kombinasi estrogen dan progestin.12
1. Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)
Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per
oral, suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering
digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan
prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti
selama 1 minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari
uterus. 5
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)1.
Terdapat 2 jenis cara kerja pil estrogen kombinasi:
1.
2.
rendah.5,12
Pil sekuensial ( bifasik/ trifasik): Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet, mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis
yang yang berbeda ( dua atau tiga dosis), dengan 7 tablet tanpa hormon
10
aktif. Cara kerjanya mirip dengan suatu siklus haid normal, khasiat
kontrasepsi hanya berdasarkan pada hambatan ovulasi oleh estrogen
dalam fase pertama dan pada fase kedua gestagen hanya berguna untuk
menimbulkan perdarahan yang teratur. Pil sekuensial tidak seefektif pil
kombinasi oleh karenanya angka kegagalan relatif tinggi. Di Indonesia
sediaan ini tidak pernah beredar. 5,12
No
1
Nama Dagang
(Jenis Kombinasi)
Progesteron
Estrogen
Microgynon 30
30 mcg Etinilestradiol
Nordette 28
30 mcg Etinilestradiol
Nordial 28
50 mcg Etinilestradiol
Mercilon 28
20 mcg Etinilestradiol
Marvelon 28
30 mcg Etinilestradiol
Ovostat 28
1 mg Linestrenol
50 mcg Etinilestradiol
Lyndiol
2,5 mg Linestrenol
50 mcg Etinilestradiol
Gynera
75 mcg Gestroden
30 mcg Etinilestradiol
Diane 35
2 mg Siproterone asetat
(jenis
kombinasi
35 mcg Etinilestradiol
bertingkat)
50 mcg Levonorgestrel
30 mcg Etinilestradiol
Triquilar ED
75 mcg Levonorgestrel
40 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol
50 mcg Levonorgestrel
30 mcg Etinilestradiol
75 mcg Levonorgestrel
40 mcg Etinilestradiol
Trinordial
3
Mekanisme kerja
Efek terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Hal ini dapat menghambat
sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis.5,12
11
12
Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah
pemakai dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi
sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin
biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin.
Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang
sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu
memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi
efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel
apabila kontrasepsi oralnya dihentikan. 5
Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X,
XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden
kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen. 5
b. Penyakit hati
c. Neoplasia
d. Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad
pemakaian kontrasepsi hormonal.
Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena
diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
13
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanitatahun adalah kecil.5,11
Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal. Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi
dihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan
halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya. 5
Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko
independen. Ada 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan
kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang
berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok. 5,12
Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.
f. Efek lain
Mukorea
Kloasma
14
Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
B. Kontrasepsi progestasional
1. Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 g
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena
insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan
yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat
penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks
yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.6,13
Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum
terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi. 6,13
Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista
ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu
yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun
15
Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. 6,12
dan
kekurangannya
serupa
dengan
progestin
oral.
16
Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan
dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. 6,12
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan
proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari
pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus
menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar
10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari
pasca penyuntikan. 6,13
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya
perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan
perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi dibandingkan dengan injeksi
depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian
berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan
setelah penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada
penghentian dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat. 6
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :
Ikterus
kolestatik
pada
kehamilan
atau
riwayat
ikterus
setelah
menggunakan pil
17
4. Implan progestin
Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjannya 5 tahun.
b.
Implanon. Terdiri dari datu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dengan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan
lama kerjannya 3 tahun.
c.
18
Gambar 5. AKDR
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga
sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut.7,15
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya
konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan).7,15
19
Jenis-jenis AKDR
adalah
mengandung
levonorgestrel
20
Tidak mengganggu fungsi hati, sehingga dapat digunakan bersamasama dengan pasien yang sedang menjalani pengobatan TB, atau
epilepsi.6,15
Mahal
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1.
2.
3.
4.
5.
Reversibel
6.
Perdarahan
Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
Komplikasi AKDR
Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan
disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
21
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR6,7.
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR
Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah
dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus6,7.
2.
3.
Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4.
Kehamilan
22
2.
3.
4.
5.
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa
tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus7.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan
sampai
dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya
perforasi atau ekspulsi lebih besar 7.
Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi
23
yang dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula
kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit ,
AKDR yang keluar sendiri.
Teknik pemasangan AKDR
24
Perforasi usus
25
Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulangulang
walaupun ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang
masih menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi8.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
Kontrasepsi permanen8.
Syarat-syarat tubektomi :
Syarat sukarela
Syarat bahagia
26
Syarat medik.8
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai
Gambar 8. Minilaparotomi
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba
dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara
Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan
kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll8.
B. Vasektomi
27
Gambar 9. Vasektomi
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal
yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus
disembuhkan dahulu.8,11
Keuntungan vasektomi :
J. KONTRASEPSI DARURAT
Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah, kontrasepsi yang dapat
mencegah kehamilan bula digunakan setelah berhubungan seksual. Kondar
disebut juga kontrasepsi pascasenggama, morning after pills atau morning
after treatment. Kondar digunakan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek
seperti, aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan agama. Berikut adalah indikasi
pemggunaan kontrasepsi darurat9:
1.
AKDR ekspulsi
28
Terlambat lebuh dari 1 minggu untuk suntik kb yang setiap bulan, dan
terlambat suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik KB tiga bulanan
2.
Perkosaan
3.
Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan Pil KB dengan kandungan 50 mg etinil
estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel per pil.
Kondar harus digunakan dalam 3 x 24 jam pertama pasca senggama.
Berikan 2 pil kontrasepsi sebagai dosis awal, kemudian berikan lagi 2
pil setelah 12 jam pil pertama diberikan9.
29
BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi
ialah
suatu
usaha-usaha
untuk
mencegah
terjadinya
kehamilan. Dan usaha usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga
bersifat permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam
menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk
dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok
untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka
masyarakat harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka
mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masingmasing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
dengan
Perkumpulan
Obstetri
dan
Ginekologi
6.
7.
8.
31
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
care:
Association
of
Reproductive
Health
32
IUD yang banyak dipakai di indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicate
yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicate Cu T, Cu-7, Multiload dan NovaT. (Handayani, 2010)
1. AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu berpuluhpuluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastic (polietilen) baik
yang ditambah obat maupun tidak.
a.
2.
kerja 3 tahun).
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,
2.
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selamalamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan
3.
33
5. Multi Load
6. Lippes Loop
34
a.Progestasert-T = Alza T
1.
hitam.
2.
4.
5.
b. LNG-20
1.
per hari.
2.
3.
per tahun.
4.
Penghentian
pemakaian
oleh
karena
persoalan-persoalan
EFEKTIFITAS
berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalan 125-170 kehamilan). Sedangkan AKDR dengan pregesteron
antara 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan
(saifuddin, 2003)
rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa : Ekspulsi spontan,
terjadinya kehamilan & pengangkatan / pengeluaran karena alasan-alasan medis
atau pribadi.
35
Akseptor
1.
Frekuensi senggama
2.
3.
4.
(Sarwono, 2007)
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan rekasi
radang setempat dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis atau
sperma.
1.
36
2.
5.
terjadi)
AKDR
mengubah
transportasi
tuba
dalam
rahim
dan
e.Tidak
mempengaruhi
hubungan
seksual,
37
2.
a.Mengalami
keterlambatan
haid
yang
disertai
tanda-tanda
Efek samping yang umum terjadi: a.Perubahan siklus haid (umumnya pada
3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), b.Haid lebih lama
dan banyak. c.Perdarahan (spotting) antara menstruasi, d.Saat haid lebih
sakit
4.
Komplikasi lain : a.Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan, b.Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, c.Perforasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangannya benar).
5.
6.
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan.
7.
8.
38
9.
10.
11.
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
12.
39
Daftar Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.2009. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Setiadi. Anatomi dan Fisiologi Manusia. 2007.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diana. Kamus Kedokteran Lengkap. Surabaya: Serba Jaya.
H. Syaifudin, B.AC.Drs. Anatomi Fisiologis. Edisi : 2, 1997. EGC. Jakarta.
40
41