Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN: RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DEFINISI
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan individu
tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada orang lain
(Herdman, 2012). Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan

tindakan

yang

dapat

mencederai

orang

lain

dan

lingkungan

akibat

ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu harga diri
rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan ini dapat situasional maupun kronik. Bila
kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku
kekerasan.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi menurut (Stuart & Sundeen, 1995), berbagai pengalaman yang
dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin
tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan dapat menyebabkan gangguan
jiwa pada usia dewasa atau remaja.
2. Biologis, respon biologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil
melebar dan frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
3. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.

4. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah olah
perilaku kekerasan diterima (permissive).

STRESOR PRESPITASI
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam,
mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh
karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama sama mengidentifikasinya.
Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal, ontoh : stessor eksternal : serangan
secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, hingga adanya kritikan dari
orang lain. Sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa
kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.

RENTANG RESPON EKPRESI MARAH


Gambar : Rentang Respon Ekpresi marah menurut Stuart and Sundeen (1987)

Keterangan :
a. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
b. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, keputusan / rasa aman dan
individu tidak menemukan alternatif lain.
c. Pasif
Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
d. Agresif

Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman,
memberi kata kata ancaman tanpa niat melukai orang lain.
e. Kekerasan
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).

TANDA GEJALA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

Fisik
Mata melotot
Pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah
Postur tubuh kaku
Verbal
Mengancam
Mengumpat dengan kata-kata kotor
Suara keras
Bicara kasar, ketus
Perilaku
Menyerang orang
Melukai diri sendiri/orang lain
Merusak lingkungan
Amuk/agresif

Menurut Stuart & Sundeen (1995) manifestasi klinis dari perilaku kekerasan
a. Emosi :Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut, tidak aman,
cemas.
b. Fisik :Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
c. Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual :Keraguan, keberanian diri, tidak bermoral, kreativitas terhambat.
POHON MASALAH.
Risiko mencederai diri sendiri / orang
lain dan merusak lingkungan

Efeck

Perilaku kekerasan
Core Problem

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah

Causal

PENGKAJIAN
1.

Identitas pasien dan penanggung jawab


Nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, suku dan
hubungan dengan klien.

2.

Alasan masuk
Alasan masuk atau masalah utama klien sehingga masuk rumah sakit. Biasanya klien
sering memukul dan merusak barang dan tidak bias mengontrol emosi.

3.

Factor predisposisi

1) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?


2) Pengobatan sebelumnya
3) Apakah klien pernah mengalami trauma pada dirinya?
4) Adakah anggota keluarga yang mengalami sakit jiwa?
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
4.

Pemeriksaan fisik

1) Tanda- tanda vital seperti : pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
2) Antopometri seperti : ukur berat badab dan tinggi badan
3) Keluhan fisik
5.

Psikososial

1) Genogram 3 generasi untuk mengetahui apakah ada keturunan dari orang tua.
2) Konsep diri
a.

Citra tubuh :klien percaya diri dengan apa


yang dimilikinya

b.

Identitas diri : klien menyebutkan identitas


dirinya meliputi nama, alamat dan sebagainya

c.

Peran

klien

menyebutkan

perannya dalam keluarga


d.

Ideal diri

: klien tidak pernah merasa

Harga diri

: klien percaya diri dengan apa

bahwa dirinya sedang sakit


e.

yang dimilikinya dan menganggap orang lain tidak pernah benar


3) Hubungan social
a.

Orang

yang

berarti

Peran

serta

dalm

dalam

hidupnya
b.

kegiatan

kelompok/masyarakat :
Biasanya klien cenderung tidak mempercayai orang lain, dan beranggapan bahwa
dirinyalah yang paling benar
c.

Hambatan dalam berhubungan


dengan orang lain :
Klien memiliki hambatan karena orang yang berada didekatnya akan merasa tidak
nyaman dan ketakutan

4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
b. Kegiatan beribadah
6.

Status mental

1) Penampilan

: klien berpenampilan rapi

2) Pembicaraan

: selalu berbicara keras kepada orang lain

3) Aktivitas motorik

: klien tampak malas beraktivitas

4) Alam perasaan

klien

akan

cepat

marah

apabila

ada

yang

menyinggung perasaannya
5) Afek

: emosi klien tidak stabil

6) Interaksi selama wawancara : klien selalu berbicara keras, tidak pernah mengganggap
omongan orang lain benar
7) Persepsi

klien

akan

melakukan

tindakan

kekerasan

apabila

keinginannya tidak terpenuhi dan jika ada orang yang menyinggung dirinya
8) Arus pikir

: klien kadang menjawab pertanyaan yang diajukan tetapi lebih

sering tidak memperdulikan orang lain.


9) Isi pikir

: klien tidak merasa asing dengan dirinya, keluarga dan

lingkungannya
10) Tingkat kesadaran

: tingkat kesadaran compos mentis

11) Memori

: klien mampu mengingat jangka panjang dan jangka

pendek
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien susah berkonsentrasi dan dalam berhitung
tidak dapat mengikuti perintah perawat
13) Kemampuan penilaian

: klien mampu memberikan penilaian terhadap apa

yang sedang dialami


Yang diperlu dikaji saat melalukan pengkajian melalui wawancara dan observasi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Apa penyebab perasaan marah?


Apa yang dirasakan saat terjadi ?
kejadian/penyebab marah?
Apa yang dilakukan saat marah?
Apa akibat dari cara marah yang
dilakukan?
Apakah dengan cara yang digunakan
penyebab marah hilang?

Observasi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Wajah memerah dan tegang


Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Bicara kasar
Mondar mandir
Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
Melempar atau memukul benda/orang lain

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko perilaku kekerasan

TINDAKAN/INTERVENSI KEPERAWATAN UNTUK PASIEN


Tujuan : Pasien mampu:
-

Membina hubungan saling percaya


Menjelaskan penyebab marah
Menjelaskan perasaan (tanda dan gejala) saat terjadi

kejadian/penyebab marah
-

Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah

dan akibatnya

Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan


Melakukan kegiatan mengontrol perilaku kekerasan:
Fisik : menyalurkan kemarahan
Minum obat secara teratur
Berbicara yang baik
Kegiatan ibadah

INTERVENSI

1. Orientasi
Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan

nama dan nama panggilan pasien yang disukai


Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan dan tujuannya, berapa lama,
dan tempatnya dimana
Jelakan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
Tunjukkan sikap empati
Penuhi kebutuhan dasar pasien
-

2. Menjelaskan penyebab marah


Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah/perilaku kekerasan saat ini

dan yang lalu


3. Menjelaskan perasaan saat terjadi marah/ perilaku kekerasan terjadi
Diskusikan tanda-tanda perilaku kekerasan bersama pasien
a. Tanda dan gejala subjektif : perasaan
`

b. Tanda dan gejala objektif : tanda fisik


4. Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada

saat marah:
a. Verbal
b. Terhadap orang lain
c. Terhadap diri sendiri
d. Terhadap lingkungan
-

Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya


5. Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
Diskusikan cara mengontrol perilaku kekerasan, yaitu dengan cara patuh

minum obat, cara fisik, cara sosial, dan spiritual.


6. Mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasannya secara :
a. Fisik: tarik nafas dalam, pukul kasur atau bantal.
b. Patuh minum obat
c. Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya

d. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

STRATEGI PELAKSANAAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA PASIEN


Sp pada klien
1

Tindakan
1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala,
PK yang dilakukan, akibat PK.
2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat,
verbal, spiritual.
3. Latih cara mengontrol PK fisik 1 (tarik
nafas dalam) dan 2 (pukul kasur atau
bantal).
4.

Masukkan pada jadual kegiatan

untuk latihan fisik.


1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2.
Beri pujian.
2. Latih cara mengontrol PK dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan fisik dan minum obat.

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2, dan


obat. Beri pujian.
2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3
cara yaitu: mengungkapkan, meminta,
menolak dengan benar).
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan fisik minum obat, dan verbal.

1.

Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2,

obat dan verbal. Beri pujian.


2. Latih cara mengontrol PK secara spiritual
(2 kegiatan).
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual.
5

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2, minum


obat, verbal dan spiritual dan berikan
pujian.

Sp pada keluarga
1

2. Nilai kemampuan yang telah mandiri.


Nilai apakahPK terkontrol
Tindakan
1.
Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat klien.
2.

Jelaskan pengertian, tanda dan


gejala, dan proses terjadinya PK (gunakan
booklet).

3.

Jelaskan cara merawat PK.

4.

Latih 1 cara merawat PK: fisik 1, 2.

5.

Anjurkan membantu pasien sesuai

1.

jadual dan memberikan pujian.


Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/ melatih pasien fisik 1, 2. Beri
pujian.

2.

Jelaskan 6 benar cara memberikan


obat.

Anjurkan membantu pasien sesuai jadual


3

1.

dan memberi pujian


Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/ melatih pasien fisik 1, 2 dan
memberikan obat. Beri pujian.

2.

Latih cara membimbing verbal/bicara.

3.

Latih cara membimbing kegiatan

1.

spiritual.
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/ melatih pasien fisik 1, 2 dan
memberikan obat, verbal dan spiritual.
Beri pujian.

2.

Jelaskan follow up ke PKM, tanda


kambuh, rujukan.

3.

Anjurkan membantu pasien sesuai jadual


dan memberi pujian.

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


merawat/ melatih pasien fisik 1, 2 dan
memberikan obat, verbal dan spiritual dan
follow up. Beri pujian.
2.

Nilai kemampuan merawat pasien

EVALUASI
Evaluasi pada pasien
a. Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
b. Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadual:
- secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur
- secara sosial/verbal: meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara
baik
- secara spiritual
- terapi psikofarmaka
c. Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah perilaku
kekerasan
Evaluasi pada keluarga
a. Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan)
b. Mengambil keputusan merawat risiko perilaku kekerasan
c. Merawat risiko perilaku kekerasan
d. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien mengontrol
perasaan marah
e. Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku kekerasan
pasien

f. Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan


rujukan.

Anda mungkin juga menyukai