Oleh:
BUDI CAHYONO
K2A 007 017
RINGKASAN
Budi Cahyono. K2A 007 017. Proses Pengolahan Data Citra MODIS untuk
Menduga Konsentrasi Klorofil-a sebagai Indikator Tingkat Kesuburan di Perairan
Utara Papua. (Agus Hartoko)
Klorofil-a merupakan suatu pigmen yang didapatkan dalam fitoplankton,
dan mempunyai fungsi sebagai mediator dalam proses fotosintesis. Oleh karena
itu, kandungan klorofil-a dalam perairan merupakan salah satu indikator tinggi
rendahnya kelimpahan fitoplankton atau tingkat kesuburan suatu perairan.
Keterbatasan panca indera manusia untuk memantau kondisi lingkungan laut
sudah dapat diatasi dengan perkembangan teknologi satelit, yaitu dengan aplikasi
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk menduga
konsentrasi klorofil-a sebagai indikator tingkat kesuburan di perairan Utara Papua.
Metode yang digunakan pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah dengan
cara men-download data citra MODIS-Aqua dan mengolahnya ke dalam softwaresoftware SIG seperti Seadas 5.3, Er Mapper 7.1, dan ArcView 3.2., wawancara
dengan staf-staf di Pusat Data LAPAN, dan studi pustaka/literatur.
Hasil yang diperoleh pada PKL ini yaitu berupa Peta Sebaran Klorofil-a di
Wilayah Perairan Utara Papua tanggal 11 Februari 2010, dengan membuat range
nilai konsentrasi klorofil-a antara 0 3 mg/m3. Nilai konsentrasi klorofil 0 mg/m3
artinya pada koordinat tersebut daerah perairan tertutup oleh awan; 0,001 - 0,05
mg/m3, 0,051 0,1 mg/m3, 0,11 0,3 mg/m3, 0,301 0,5 mg/m3, 0,501 1,0
mg/m3, 1,01 1,5 mg/m3, 1,501-2 mg/m3, dan 2,01 -3 mg/m3. Proses klasifikasi
ini bertujuan untuk membedakan warna pada setiap nilai konsentrasi klorofil-a
yang ada.
Kesimpulan yang diperoleh dari PKL ini yaitu pendugaan konsentrasi
klorofil-a pada daerah koordinat perairan utara Papua berdasarkan hasil
pengolahan data citra MODIS-Aqua dan layout peta terlihat wilayah yang
fitoplanktonnya banyak terdapat di bagian yang cenderung ke arah pantai daripada
di bagian lepas pantai, berarti dapat diduga bahwa daerah sebaran klorofil-a
tersebut memiliki kesuburan perairan yang tinggi.
Kata kunci: Klorofil-a, Penginderaan jauh, SIG, Konsentrasi, Kesuburan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul Proses Pengolaan Data Citra
Modis Untuk Menduga konsentrasi Klorofil-A Sebagai Indikator Kesuburan di
Perairan Utara papua. Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,
Semarang atas izin pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL);
2. Dr. Agus Hartoko, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingan selama proses penyusunan laporan praktek
kerja lapangan (PKL);
3. Drs. Kustiyo, M.Si., selaku Kepala Bidang Produksi Data Penginderaan Jauh
LAPAN yang telah memberikan ijin atas pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL);
4. Dipo Yudhatama, ST., dan Gathot Winarso, MSc., selaku pembimbing di
LAPAN yang telah banyak membimbing selama pelaksanaan.
5. Heri Sulyantoro, MSc., yang telah membantu segala sesuatunya selama
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di LAPAN;
6. Ayah, Ibu, Bunda, dan semua teman-teman yang telah membantu, moral
maupun material sehingga terselesaikannya Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini.
Penyusun selalu mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan kontribusi pada
masyarakat pada umumnya, serta bagi penyusun khususnya.
Jakarta Timur,
Maret 2010
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
RINGKASAN ................................................................................................
iii
iv
vii
viii
xi
BAB I.
PENDAHULUAN ........................................................................
1.1. Latar Belakang .....................................................................
1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah ...................................
1.3. Tujuan dan Manfaat .............................................................
1.4. Waktu dan Tempat ...............................................................
1
1
3
3
4
BAB II.
5
5
6
7
9
10
10
21
21
BAB V.
21
22
23
23
26
29
35
38
38
38
40
LAMPIRAN ...................................................................................................
42
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar peta potensi perikanan dan kelautan propinsi Papua....................
20
21
22
23
24
24
25
26
27
27
28
28
29
30
30
31
viii
32
20. Gambar Hasil tampilan proses graticule and grid wizard .......................
33
34
34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
I.
PENDAHULUAN
Yang
dilakukan dengan menganalisis data penginderaan jarak jauh ocean color dari
Satelit Aqua yang menggunakan sensor MODIS, sensor ocean colour mengukur
radiasi visible yang berada dalam spektrum sinar tampak (400-700 nm) dari
gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh lapisan permukaan perairan,
radiasi pantulan ini mengandung informasi sifat optik/bio-optik air laut yang
diakibatkan oleh adanya bahan tersuspensi dan terlarut pada air laut tersebut.
Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan perubahan sifat optik/bio-optik air laut
atau menyebabkan perubahan warna air laut (Gordon dan Morel, 1983 dalam
Realino et al., 2005).
Berdasarkan
informasi
di
atas
dapat
dikaitkan
dengan
teknologi
penginderaan jauh yang merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau
gejala yang dikaji. Teknologi ini memiliki beberapa kelebihan, salah satunya
berdasarkan informasi dari literatur di atas yaitu tidak perlu jauh-jauh ke
daerah/obyek yang akan dikaji untuk melakukan sampling.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
informasi ini dapat membantu dalam menentukan daerah fishing ground bagi
perikanan komersial penting (Atmodipoera, 2003).
Variasi musiman terhadap nilai kesuburan perairan selama musim timur juga
diperkuat oleh Sutomo (1992) yang menyebutkan bahwa nilai klorofil-a tinggi
pada daerah oseanik dibanding pada daerah neritik.
Hasil penelitian yang dilakukan Hasegawa (2009) menunjukan bahwa secara
musiman perairan utara Papua sangat subur yang dipicu ketika muncul Madden
Julian Oscilation (MJO) dalam variasi skala 60-90 harian. Ketika MJO muncul,
angin baratan akan membangkitkan gelombang Kelvin (downwelling Kelvin
Wave) ke arah timur dan ketika mencapai kepulauan Bismarc gelombang ini
selanjutnya terbentur oleh massa daratan kepulauan Bismarc yang selanjutnya
berubah menjadi gelombang Coastally Trapped
2.2. Klorofil-a
Klorofil-a merupakan pigmen hijau plankton yang digunakan dalam proses
fotosintesis, semua fitoplankton mengandung klorofil-a yang beratnya kira-kira 12% dari berat kering alga (Realino et al., 2005).
klorofil, yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, selain itu ada juga jenis pigmen
fotosintesis seperti karoten dan xantofil. Dari ketiga pigmen tersebut, klorofil-a
merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton sehingga
kelimpahan fitoplankton dapat dilihat melalui pengukuran konsentrasi klorofil- a
di perairan (Parsons et al., 1984 dalam Realino et al., 2005).
Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan
kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya
matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di Laut,
sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,
serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di
perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah
besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di
perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara
langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai
konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan
oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air,
dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan
permukaan (Valiela, 1984 dalam Presetiahadi, 1994).
Penginderaan jauh untuk mengamati klorofil tergantung pada bagaimana
pigmen tersebut mempengaruhi warna perairan dan atau emisi cahaya
(fluorescence) dari pigmen itu sendiri. Menurut Curran (1985), pigmen seperti
klorofil-a memiliki sifat absorbansi yang tinggi pada kanal biru dan merah.
Pantulan maksimum terjadi pada kanal hijau, karena klorofil-a tidak menyerap
radiasi gelombang elektromagnetik pada saluran ini. Yentsch (1980) dalam
Graham (1987) mengatakan bahwa puncak absorbsi klorofil terhadap cahaya
terjadi pada kisaran panjang gelombang 425-450 nm dan 665-680 nm. Klorofil-a
murni dalam acetone mempunyai absorbsi maksimum pada panjang gelombang
420 nm dan 663 nm.
10
11
Swath Dimensions
Telescope
Size
Weight
228.7 kg
Power
Data Rate
Quantization
12 bits
Spatial Resolution
250 m (1-2)
500 m (3-7)
1000 m (8-36)
Design life
6 years
MODIS mengorbit bumi secara polar (arah Selatan Utara) pada ketinggian
705 km dan melewati garis Khatulistiwa pada jam 10.30 waktu lokal. Orbit satelit
AquaMODIS melintas dari Selatan ke Utara melalui garis Ekuator pada sore
hari. Sedangkan orbit satelit TerraMODIS. Melintas dari Selatan ke Utara
melalui garis Ekuator pada pagi hari. Lebar cakupan lahan pada permukaan bumi
setiap putarannya sekitar 2330 km. Pantulan gelombang elektromagnetik yang
diterima sensor MODIS sebanyak 36 kanal (36 interval panjang gelombang),
mulai dari 0,405 sampai 14,385 m (1 m = 1 / 1.000.000 m). Data terkirim dari
satelit dengan kecepatan 11 Mega bytes setiap detik dengan resolusi radiometrik
12 bit. Artinya obyek dapat dideteksi dan dibedakan sampai 212 (= 4.096) derajat
keabuan (grey levels). Satu elemen citranya (pixel, picture elements) berukuran
12
250 m (kanal 1-2), 500 m (kanal 3-7) dan 1.000 m (kanal 8-36). Di dalam dunia
penginderaan jauh, hal ini dikenal dengan nama resolusi spasial. MODIS dapat
mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari, untuk kawasan di
atas Lintang 30, dan setiap 2 hari untuk kawasan di bawah Lintang 30, termasuk
Indonesia (Mustafa, 2004).
Tabel
2.
Karakteristik
Sensor
http://modis.gsfc.nasa.gov/about/specs.html)
KANAL
SPEKTRUM
1
620 - 670 nm
841 - 876 nm
459 - 479 nm
545 - 565 nm
1230 - 1250 nm
1628 - 1652 nm
2105 - 2155 nm
405 - 420 nm
438 - 448 nm
10
483 493 nm
11
526 536 nm
12
546 556 nm
13
662 672 nm
14
673 683 nm
15
743 753 nm
16
862 877 nm
17
890 920 nm
18
931 - 941 nm
19
915 965 nm
20
3.660 3.840 um
21
3.929 3.989 um
22
3.929 3.989 um
MODIS
(Sumber:
KEGUNAAN
13
23
4.020 4.080 um
24
4.433 4.498 um
25
4.482 4.549 um
26
1.360 1.390 um
27
6.535 6.895 um
28
7.175 7.457 um
29
8.400 8.700 um
Sifat Awan
30
9.580 9.880 um
Ozone
31
10.780 11.280 um
32
11.770 2.270 um
33
13.185 13.485 um
34
13.485 13.785 um
35
13.785 14.085 um
36
14.085 14.385 um
Temperatur Atmosfir
14
15
3.1. Materi
3.1.1.Alat
Materi dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini meliputi alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan Peta Sebaran Klorofil-a di Perairan Utara
Papua. Bahan yang digunakan adalah citra MODIS yang diambil dari Pusat Data
pengindraan Jauh LAPAN. Data lain yang digunakan yaitu Peta Indonesia digital
sebagai peta yang digunakan untuk acuannya. Sedangkan peralatan yang
digunakan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:
1. Perangkat keras
Hardware yang digunakan adalah Notebook Intel (R) core (TM) 2 Duo CPU
T6500 @ 2.10GHz 2.10 GHz. Penggunaan notebook dengan spesifikasi ini
dapat mempercepat pengolahan data.
2. Perangkat lunak
Software yang digunakan yaitu:
1. SeaDAS 5.3, sebagai software pengolahan citra dengan sistem
operasi
16
5. Microsoft Office Excel 2003 dan Microsoft Office Excel 2007, untuk
membuka data ASCII dari citra satelit; dan
6. Microsoft Office Picture Manager, untuk merubah format citra dari *.png ke
*.jpg.
3.1.2.Bahan
1. Data citra satelit aqua MODIS tanggal 11 Februari 2010;
2. Peta acuan Indonesia;
3. Peta batas administrasi provinsi Papua.
3.2. Metode
Metode Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan adalah dengan cara
mengambil data di Pusat Data Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi
Pengindraan Jauh LAPAN, wawancara, dan studi pustaka/literatur.
3.2.1. Data primer
Data primer adalah data yang hanya kita dapat kita peroleh dari sumber asli
atau pertama (Sarwono, 2006). Pengambilan data primer dilakukan di Pusat data
Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Pengindraan jauh LAPAN.
3.2.2. Wawancara
Wawancara
ini
dilakukan
terhadap
responden
yang
ada
untuk
17
18
selanjutnya menyimpan data citra kedalam format (*.PNG) dan data suhu dalam
format (ASCII) . ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex
dan Unicode tetapi ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk
karakter "|". Ia selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk
menunjukkan teks. Kode ASCII sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner
sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Total kombinasi yang
dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan
Desimal.
Setelah penggunaan software SeaDAS proses selanjutnya menggunakan
software ERMapper, sebelum menggunakan ERMapper kita harus Mengekspor
data citra dari format (*.PNG) kedalam format (*.JPEG) menggunakan Microsoft
office picture manager. Format (*.JPEG) kemudian dibuka di ERMapper dan
disimpan kembali dengan format (*.ers), format inilah yang akan digunakan untuk
koreksi geometrik. Proses ini digunakan untuk memperbaiki kesalahan akibat
distorsi geometrik. Koreksi geometrik secara sistematik dengan menggunakan
empat titik kontrol tanah (GCP = Ground Control Point) yang telah diketahui.
Dari empat titik GCP pada masing-masing citra dihasilkan transformasi koordinat
dengan tingkat kesalahan RMSE ( Root Mean Square Error ) maksimal 0,03,
setelah itu data disimpan kedalam bentuk (*.geotiff).
3.3.1.3.pembuatan peta sebaran klorofil-a
Data
citra
yang
berformat
(*.geotiff)
kemudian
diolah
dengan
19
papua dengan citra hasil rectrifikasi dari software Er Mapper 7.1 serta Peta
Indonesia sebagai pacuan untuk menentukan titik kontrol.
3.3.1.4.Penentuan Nilai Klorofil-a
Konsentrasi klorofil-a dari data satelit di estimasi dengan menggunakan
algoritma OC4v4. Algoritma OC4v4 menggunakan nilai tertinggi dari rasio kanal
443 nm, 490 nm dan 510 nm dengan kanal 555 nm untuk menentukan nilai
konsentrasi klorofil-a dengan persamaan sebagai berikut (OReilly et al., 2000):
2
Dimana
Ca = konsentrasi klorofil-a (mg/l3)
R
= Rasio reflektansi;
20
INPUT
Download data
Citra MODIS level 2 *hdf
SeaDAS 5.3
*png dan *asc
*png
*asc
*jpg
ER Mapper 7.1
Rektifikasi *ers
*dbf 4
OUTPUT
Gambar 2. Alur kerja proses pengolahan nilai klorofil-a menggunakan data citra
MODIS
21
4.1. Hasil
Hasil yang dicapai dari materi Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Data
Penginderaan Jauh LAPAN Pekayon-Jakarta Timur adalah Peta Sebaran Klorofila di Wilayah Perairan Utara Papua tanggal 12 Februari 2009 sebagai berikut:
4.1.1. Langkah kerja pembuatan Peta Sebaran Klorofil-a di Pusdata
LAPAN
Mekanisme kerja yang dilakukan mahasiswa Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dalam hubungan dengan pembuatan Peta Sebaran Klorofil-a di Pusat Data
Penginderaan Jauh LAPAN adalah sebagai berikut:
Analisa data satelit
dengan SeaDAS 5.3 dan
ER Mapper 7.1
Satelit
Citra Klorofil-a
Proses
pengolahan
data satelit
dari stasiun
bumi
Peta Sebaran
Klorofil-a
22
Data
ini
dapat
diakses
melalui
situs
NASA
di
23
24
Gambar 7. Gambar Tampilan Please Select a File for Reading pada SeaDAS
5.3.
4. Cari file yang akan diolah, tekan OK;
5. Tampil Product Selection for MODIS FiIe;
6. Pilih Chlor_a pada Select One or Many Products, dan pilih q0, q1, q2, q3, q4
pada Select Quality Level(s), tekan Load;
7. Ke menu utama pilih Utilities, Data Manipulation, Map Projection;
8. Tampil Projection Function;
9. Pilih data yang akan diolah pada Selection List, klik lagi pada data yang akan
diolah pada Selected for Projection, pada Projection pilih Tranverse Mercator
tekan Go;
10. Kembali ke Band List Selection, pilih Mapped Chlor_a, tekan Display;
11. Tampilan citra, atur sesuai kebutuhan, tampilan menjadi;
25
ada
di
folder
Roots
Home,
lalu
ketik
cp<spasi>nama
26
21. Buka file *png menggunakan Microsoft Office Picture Manager, klik file,
exsport, klik OK.
27
28
29
14. Proses rektifikasi (koreksi geometri), yaitu mencocokkan koordinat antara peta
acuan Indonesia dengan citra Perairan Utara Papua;
15. Tampilan setelah koreksi geometri;
16. Pilih pada Output Info menentukan tempat untuk menyimpan hasil rektifikasi
dengan format ER Mapper Raster Dataset (*.ers);
30
Layout peta sebaran klorofil-a adalah berupa peta tampilan daerah sebaran
klorofil-a dengan konsentrasi yang berbeda. Hal ini merupakan proses bagian
akhir dari pengolahan data citra MODIS-Aqua untuk menjadi suatu Peta Sebaran
Klorofil-a setiap wilayah pengelolaan perikanan di seluruh Nusantara.
Berikut proses pengolahan citra pada ArcView GIS 3.2:
1. Membuka ArcView GIS 3.2;
2. Pilih As a Blank Project, OK;
31
32
18. Tahap selanjutnya mengganti Degrees yang semula 600 menjadi 20,klik next;
19. Tahap selanjutnya memilih option untuk border, setelah itu klik preview dan
finish;
33
Gambar 20. Gambar Hasil tampilan proses graticule and grid wizard.
21. Memberikan judul peta; klik 2 kali pada tulisan view 1, tuliskan judul peta,
klik OK. Karena ukuran tulisan judul terlalu besar maka cara mengaturnya
dengan cara tekan ctrl dan P bersamaan, akan muncul jendela font pallete,
pada size pilih 14, style bold, klik create markers, tutup jendela font pallete.
22. Menuliskan skala peta dengan cara, klik tanda huruf T (
) klik dibawah
judul peta, lalu pada text properties isikan skala 1: 7. 500.000 klik OK.
23. Klik pada poiter, klik di gambar arah mata angin, drag arah mata angin dan
taruh di bawah skala peta.
24. Klik 2 kali pada scale bar, pada option units pilih kilometers, intervals isikan
2, Left divisions isikan 0 klik OK.
25. Insert peta indonesia, klik
isinya adalah peta indonesia yang telah diberi batas administrasi setelah itu
diletakkan dibawah legenda peta;
26. Insert logo UNDIP dan LAPAN sebagai bagian dari keterangan peta dengan
cara klik
34
, kemudian tekan
35
4.2. Pembahasan
Hasil yang didapat pada Praktikum Kerja Lapangan (PKL) ini adalah berupa
Peta Sebaran Klorofil-a di Wilayah Perairan Utara Papua dengan menggunakan
citra MODIS-Aqua level 2 tanggal 11 Februari 2009. Penggunaan dengan citra
MODIS-Aqua dikarenakan untuk mendapatkannya tidak perlu membeli, hanya
dengan masuk ke situs NASA dan men-download data citra sesuai dengan
tanggal/waktu yang dicari dan diperlukan. Menurut Realino et al. (2007), data
level 3 yang mempunyai resolusi spasial 4 km merupakan data komposit
mingguan, bulanan, musiman, dan tahunan.
penyempurnaan dari data level 1. Sehingga yang digunakan untuk mengolah data
komposit harian tanggal 11 Februari 2009 bisa menggunakan data level 1 dan
level 2.
Data yang diolah pada PKL ini hanya 1 buah data harian karena sesuai
dengan judulnya yaitu memaparkan proses pengolahan data citra MODIS dengan
software-software Sistem Informasi Geografis (SIG) yang hasilnya berupa layout
peta. Jadi, baik 1 maupun 2 buah data atau lebih, hasilnya akan tetap sama berupa
layout peta. Namun bila untuk penelitian, membutuhkan data lebih dari 1 yang
berfungsi untuk membandingkan hasil dari layout peta tersebut.
Pemilihan
36
saat input di ER Mapper 7.1, untuk mengubah format file gambar dapat dilakukan
di setiap software pembuka file gambar, contohnya ACDSee dan Microsoft Office
Picture Manager. Output nilai konsentrasi klorofil-a akan dibuka di Microsoft
Office Excel 2007 karena memiliki cell yang berkapasitas cukup banyak, pada
Microsoft Office Excel 2003 tidak cukup jumlah cell-nya yang hanya berjumlah
65.300, sedangkan jumlah data konsentrasi klorofil-a yang akan diolah adalah
berjumlah lebih dari 200.000 data.
Data yang telah dibuka di Microsoft Office Excel 2007 selanjutnya akan
disaring karena tidak semuanya merupakan nilai konsentrasi klorofil-a. Beberapa
di antaranya yang terbaca adalah titik koordinat pada daratan dan awan yang
menutupi perekaman citra. data nilai konsentrasi klorofil-a yang akan disaring
yaitu antara 0-3 mg/m3. Data ASCII akan disimpan dengan format *.dbf 4 yang
bertujuan agar terbaca di ArcView GIS 3.2. Namun, kendalanya di Microsoft
Office Excel 2007 tidak terdapat format *.dbf 4, sehingga harus dibuka terlebih
dahulu di Microsoft Office Excel 2003 karena terdapat format tersebut, baru
disimpan.
membagi 2 data ASCII, baru dapat dibuka di Microsoft Office Excel 2003.
Citra yang telah diubah formatnya menjadi *.jpg akan diubah lagi ke dalam
format *.ers di ER Mapper 7.1, karena input data untuk proses rektifikasi harus
berformat *.ers. Saat proses rektifikasi, proses mengoreksi citra hingga citra
tersebut sesuai dengan koordinat peta, menentukan minimal 4 titik di koordinat
yang terpisah. Semakin banyak titik yang dibuat, maka hasil rektifikasi akan
semakin baik.
melakukan plot titik yang banyak, tetapi juga titik-titik yang telah diplotkan
37
38
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tersebut, maka dapat
disimpukan bahwa pada proses pengolahan data citra satelit Modis untuk
mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a menggunakan tiga software yaitu Seadas
5.3, Er Mapper 7.1, dan Arcview 3.2. Hasil dari sebaran klorofil-a yang telihat
pada Peta Sebaran Klorofil-a di Wilayah Perairan Utara Papua tanggal 11 Februari
2010, konsentrasi klorofil-a secara keseluruhan tergolong rendah yaitu pada
kisaran 0,01 0,5 mg/l3. Konsentrasi klorofil-a terendah adalah 0,01 mg/l3,
sedangkan tertinggi adalah 0,8 mg/l3.
5.2. Saran
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah diselesaikan di
Pusat Data Penginderaan Jauh Bidang Produksi Data LAPAN, Jakarta Timur, ada
saran yang diperuntukkan kepada instansi terkait, yaitu Penyediaan data citra Aqua
MODIS yang sama dengan format dari NASA sehingga memudahkan para
mahasiswa untuk mengolah data tersebut kedalam sofware pengolahan data citra
sebagai contoh adalah SeaDAS 5.3.
39
DAFTAR PUSTAKA
Upwelling,
PNG
Offshore
Telekomunikasi.
40
Mustafa,
A.J.2004.MODIS,
Mengamati
Lingkungan
Global
dari
Angkasa,Kompas online
http://www.beritaiptek.com/messages/artikel/719062004em.html diakses
tanggal 8 maret 2010
Nababan B., Zulkarnaen D., dan Gaol J.L,. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a di
Perairan Utara Sumbawa Berdasarkan Data Satelit SeaWiFS. E-Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 72-83, Desember
2009
National Aeronautics and Space Administration (NASA). 2007. About MODIS
Satelite. http://www.modis.gsfc.nasa.gov diakses tanggal 8 Maret 2010
Pentury, R..1997.Algoritma pendugaan Konsentrasi klorofil di perairan teluk
ambon menggunakan citra landsat_TM.prog.studi Teknik Kelautan
Program pasca sarjana IPB bogor.
Presetiahadi. K, 1994. Kondisi Oseanografi Perairan Selat Makassar pada Juli
1992 (Musim Timur). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor
Realino, B., Sri Suryo S., Widodo S.P.2005. Peningkatan Informasi Daerah
Penangkapan Ikan Melalui Integrasi Teknologi Inderaja Permodelan
Hidrodinamika dan Bioakustik. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Realino, B. dan Indroyono S. 2007. Pola Kesuburan Perairan Laut Indonesia.
Balai Riset dan Observasi Kelautan. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Realino B., Wibawa A. T., Zahrudin A.D., Napitu M.A.. 2006. Pola Spasial dan
Temporal Kesuburan Perairan Permukaan Laut di Indonesia. Balai Riset
dan Observasi Kelautan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan, Negara, Jembrana, Bali
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sukandar. 2005. Diktat Mata Kuliah Pemetaan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Septiawan, A.W.2006.Pemetaan Persebaran klorofil di Wilayah Perairan Selat
Bali menggunakan ateknologi Penginderaan Jauh.Teknik Geodesi
ITS.Surabaya
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh. Jilid I. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
41
Perairan
42
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Sebaran Klorofil-a di Wilayah Perairan Utara Papua pada Tanggal 11 Februari 2010