Belum Fix
Belum Fix
Katarak Senil
Pembimbing
dr. Harie, Sp.M
Disusun oleh
Risa Maulida Widjaya
23.24.2011.789
Maimunah Rahmawati
23.24.2011.880
Yessy Paramita
23.24.2011.881
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
JAKARTA
PERIODE 4 April 2016 7 Mei 2016
RSUD R. SYAMSUDIN, SH - SUKABUMI
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Status pernikahan
Agama
Tanggal Pemeriksaan
: Islam
: 11 April 2016
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Penglihatan buram pada kedua mata sejak 1 tahun SMRS
B. Keluhan Tambahan
Kedua mata dirasakan sering berair. Keluhan lainnya seperti sensasi berpasir,
gatal, nyeri pada mata, adanya sekret, pusing / nyeri kepala, dan mual muntah
disangkal.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli bagian mata RSUD Syamsudin, SH dengan penglihatan
menurun pada kedua mata sejak 1 tahun SMRS. Penglihatan mata kanan
dirasakan lebih buram dibandingkan mata kiri, buram dirasakan seperti berasap.
Keluhan yang dirasakan pasien semakin memberat sehingga pasien sulit untuk
melihat. Pasien juga mengeluhkan pada mata sering berair, tetapi keluhan lain
seperti sensasi berpasir, gatal, nyeri pada mata, adanya sekret, pusing/ nyeri
kepala dan mual muntah disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hiptensi
: disangkal
Riwayat diabetes mellitus
: + (1 tahun terakhir terkontrol)
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat operasi
- Riwayat operasi katarak disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya keluhan yang serupa yang dialami oleh
keluarganya.
Pasien menyangkal adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti
hipertensi dan diabetes mellitus.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan pernah mengobati keluhan yang dirasakan tetapi pasien lupa
obat apa saja yang diberikan setelah itu pasien tidak pernah berobat lagi untuk
keluhan sekarang pasien belum meminum atau menggunakan obat-obatan untuk
keluhan sekarang.
B. Pemeriksaan Oftalmologi
Variabel
Visus
Kedudukan Bola Mata
Gerakan Bola Mata
Konjungtiva
Tarsalis Superior
Tarsalis Inferior
Bulbi
Subkonjungtiva
Kornea
Bilik Mata Depan
Iris
Pupil
Refleks Pupil
Oculus Dextra
1/60
Ortoforia
Normal ke segala arah
Oculus Sinistra
1/60
Ortoforia
Normal ke segala arah
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Perdarahan
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Perdarahan
subkonjungtiva (-)
Jernih
Edema (-)
Infiltrat (-)
Jernih
Kedalaman : sedang
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat kehitaman
Kriptus (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
Isokor
Bulat
Diameter 5 mm ( dengan
subkonjungtiva (-)
Jernih
Edema (-)
Infiltrat (-)
Jernih
Kedalaman : sedang
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat kehitaman
Kriptus (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
Isokor
Bulat
Diameter 5 mm ( dengan
midriatikum)
midriatikum)
Direk (+) dan indirek (+) Direk (+) dan indirek (+)
Lensa
Sekret
Tekanan Intraokular
IV.
Keruh
(-)
Tonometri digital : N
Tonometri Schiotz :
7/5,5 ( 12.2 mmHg) N
Keruh
(-)
Tonometri digital : N
Tonometri Schiotz :
5/5,5 ( 17.3mmHg) N
Resume
Ny. T datang ke rumah sakit pada Senin, 11 April 2016 dengan keluhan
penglihatan menurun pada kedua mata dan sering berair sejak 1 tahun SMRS.
Penglihatan buram seperti berasap, pasien memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus dan penyakit jantung. Keluhan lainnya disangkal.
Pada pemeriksaan umum, pasien tampak sakit ringan. Pada pemeriksaan tandatanda vital, pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi pada mata
kanan dan kiri pasien ditemukan visus 1/60, lensa keruh
V. Diagnosis Kerja
- Katarak senilis imatur oculi dextra dan sinistra
VI. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Catarlent eye drop 3 dd 1 gtt
Non medikamentosa
VII. Prognosis
Quo ad vitam okuli dextra dan sinistra
: ad bonam
Quo ad functionam okuli dextra dan sinistra
: dubia ad bonam
Quo ad sanationan okuli dextra dan sinistra : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LENSA
Anatomi Lensa
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata
dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari
zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serest lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus dehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nucleus lensa.
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat
lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Didalam lensa dapat dibedakan nucleus
embrional, fetal dan dewasa.
Dibagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus disebut sebagai korteks
anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa
terdapat zonula Zinn yang menggantung lensa di seluruh ekuatornya pada bahan siliar.
Embriologi Lensa
Setelah gelembung lensa mengambang bebas pada tepi cekungan optic terjadi
pemanjangan sel-sel pada dinding posterior mengisi rongga yang kosong pada usia
kehamilan minggu ke-VII serabut-serabut lensa memanjang dari daerah ekuator dan
tumbuh ke depan mencapai epitel subkapsular dan tumbuh ke belakang di bawah kapsul
lensa. Serabut-serabut lensa ini saling bertemu dan membentuk sambungan lensa
berbentuk huruf Y di depan dan Y terbalik di belakang. Proses ini selesai pada minggu
ke-28.
Fisiologi Lensa
Lensa mata merupakan struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, di
depan badan kaca. Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan belakang oleh kapsul
posterior. Di bagian dalam kapsul terdapak korteks dan nucleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak di tempatnya
Fungsi lensa adalah :
Refraksi
Sebagai bagian optic bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang + 18,0-Dioptri.
Fungsi akomodasi
Dengan kontraksi otot-otot siliaris ketegangan zonula Zinn berkurang sehingga
lensa lebih cembung untuk melihat obyek dekat.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia
Keruh atau apa yang disebut katarak
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
KATARAK
I.1 Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior (Smeltzer, 2002). Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan
progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan
ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang
secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi. Menurut Mansjoer
(2000), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Jadi, dapat
disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui
cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi
kerusakan penglihatan. Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa
yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh
berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga
factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik
(mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani
katarraktes yang berarti air terjun.. Katarak bisa terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, dan proses penuaan.
Kekeruhan pada katarak umumnya mulai tampak kecil dan terlokalisasi, namun
akhirnya seluruh lensa akan mengalami kekeruhan dimana kekeruhannya biasa
terjadi mengenai dua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
I.2 Epidemiologi
Katarak tercatat sebagai penyakit kebutaan nomor satu di dunia dengan
angka 51% menyebabkan kasus kebutaan di seluruh dunia. Seiring dengan
meningkatnya angka harapan hidup, maka meningkat pula jumlah orang yang
mengalami katarak. Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis.
Katarak biasanya ditemukan pada pasien di atas umur 50 tahun, dimana 50% terjadi
pada usia 65 74 tahun dan sekitar 70% pada pasien di atas 70 tahun. Perkiraan
insiden katarak adalah satu di antara 1.000 orang setiap tahunnya terdapat seorang
penderita baru. Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis,
I.3
Etiologi
dan
Faktor
Risiko
Peyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga katarak
senilis terjadi karena:
1) Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong
ke arah tengah maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan menjadi lebih
padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium (Ca) dan
sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan
ini lensa menjadi kurang hipermetropi.
2) Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan penimbunan
ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak
3)
4)
5)
6)
7)
pigmentosa.
8) Bahan toksik khusus ( kimia dan fisik ). Keracunan beberapa jenis obat dapat
menimbulkan katarak seperti : eserin ( 0,25 0,5%), kortikosteroid, ergot dan
antikolinesterase topikal.
9) Penyakit predisposisi baik dari penyakit sistemik maupun metabolik seperti
diabetes mellitus, hipokalsemia, galaktosemi, dan distrofi miotonik.
I.4 Manisfestasi Klinis
mempunyai
tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat miopia. Setelah didapat riwayat
Katarak inti (nuclear) : lokasi terletak pada nukleus atau bagian tengah lensa
Katarak kortikal : biasanya di korteks dan kekeruhan mulai dari tepi lensa dan
Katarak insipien : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
Lain lain :
-
Katarak rubela : rubela pada ibu menyebabkan katarak pada lensa fetus
Katarak komplikata : katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra
okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat trauma dan
a) Lebih irregular
b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
c) Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
d) Korteks tidak berwarna karena:
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,
kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik dikenal
empat stadium yaitu: insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur morgagni.
Perbedaan Stadium Katarak Senil
Kekeruhan
Insipien
Ringan
Cairan Lensa
Normal
Iris
Bilik
Mata
Depan
Sudut
Bilik
Mata
Shadow Test
Penyulit
Hipermatur
Masif
Berkurang (air +
Normal
Imatur
Matur
Sebagian
Seluruh
Bertambah (
Normal
air masuk)
Terdorong
Normal
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
-
Positif
Glaukoma
Negatif
-
Pseudopositif
Uveitis+Glaukoma
Katarak Insipien.
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: Kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercakbercak yang membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak
di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila
pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan miopia lenticular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang
akan memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan
lensa
menjadi
bengkak
besar
yang
dan
akan
mata
menjadi
dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur.
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
Katarak Matur
Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan
terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam
stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik
mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini
terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negative
Katarak Hipermatur.
Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut katarak Morgagni. Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga
korteks mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya
korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang
mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif. Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul
lensa dapat menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.
pada
pembedahan.
katarak
Untuk
adalah
menentukan
oleh
keadaan
tajam
hipermtur maka penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur
sudah dilakukan tindakan pembedahan.
Indikasi dilakukan bedah katarak adalah :
1. Indikasi medis : apabila terjadi komplikasi seperti uveitis dan glaukoma
2. Meningkatkan fungsi penglihatan
3. Indikasi kosmetik : katarak diangkat agar leukoria hilang
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
elsevier.
Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. 2007. General ophthalmology, edisi 17,
3.