Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Katarak Senil

Pembimbing
dr. Harie, Sp.M
Disusun oleh
Risa Maulida Widjaya
23.24.2011.789
Maimunah Rahmawati
23.24.2011.880
Yessy Paramita
23.24.2011.881
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
JAKARTA
PERIODE 4 April 2016 7 Mei 2016
RSUD R. SYAMSUDIN, SH - SUKABUMI
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Status pernikahan

: Ny. Yoyoh Jumirah


: 66 tahun
: Nyomplong, Warudoyong, Kota Sukabumi
: Ibu Rumah Tangga
: Sekolah Dasar
: Sudah Menikah

Agama
Tanggal Pemeriksaan

: Islam
: 11 April 2016

II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Penglihatan buram pada kedua mata sejak 1 tahun SMRS
B. Keluhan Tambahan
Kedua mata dirasakan sering berair. Keluhan lainnya seperti sensasi berpasir,
gatal, nyeri pada mata, adanya sekret, pusing / nyeri kepala, dan mual muntah
disangkal.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli bagian mata RSUD Syamsudin, SH dengan penglihatan
menurun pada kedua mata sejak 1 tahun SMRS. Penglihatan mata kanan
dirasakan lebih buram dibandingkan mata kiri, buram dirasakan seperti berasap.
Keluhan yang dirasakan pasien semakin memberat sehingga pasien sulit untuk
melihat. Pasien juga mengeluhkan pada mata sering berair, tetapi keluhan lain
seperti sensasi berpasir, gatal, nyeri pada mata, adanya sekret, pusing/ nyeri
kepala dan mual muntah disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hiptensi
: disangkal
Riwayat diabetes mellitus
: + (1 tahun terakhir terkontrol)
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat operasi
- Riwayat operasi katarak disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya keluhan yang serupa yang dialami oleh
keluarganya.
Pasien menyangkal adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti
hipertensi dan diabetes mellitus.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan pernah mengobati keluhan yang dirasakan tetapi pasien lupa
obat apa saja yang diberikan setelah itu pasien tidak pernah berobat lagi untuk
keluhan sekarang pasien belum meminum atau menggunakan obat-obatan untuk
keluhan sekarang.

III. Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Laju napas
Suhu
Berat badan
Tinggi badan
IMT

: Tampak sakit ringan


: Compos mentis
: 130 / 80 mmHg
: 73 kali / menit
: 20 kali / menit
: 36,50C
: 68 kg
: 155 cm
: 28,3 kg/m2

B. Pemeriksaan Oftalmologi
Variabel
Visus
Kedudukan Bola Mata
Gerakan Bola Mata
Konjungtiva
Tarsalis Superior
Tarsalis Inferior
Bulbi
Subkonjungtiva
Kornea
Bilik Mata Depan

Iris

Pupil

Refleks Pupil

Oculus Dextra
1/60
Ortoforia
Normal ke segala arah

Oculus Sinistra
1/60
Ortoforia
Normal ke segala arah

Hiperemis (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Perdarahan

Hiperemis (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Perdarahan

subkonjungtiva (-)
Jernih
Edema (-)
Infiltrat (-)
Jernih
Kedalaman : sedang
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat kehitaman
Kriptus (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
Isokor
Bulat
Diameter 5 mm ( dengan

subkonjungtiva (-)
Jernih
Edema (-)
Infiltrat (-)
Jernih
Kedalaman : sedang
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat kehitaman
Kriptus (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
Isokor
Bulat
Diameter 5 mm ( dengan

midriatikum)
midriatikum)
Direk (+) dan indirek (+) Direk (+) dan indirek (+)

Lensa
Sekret
Tekanan Intraokular

IV.

Keruh
(-)
Tonometri digital : N
Tonometri Schiotz :
7/5,5 ( 12.2 mmHg) N

Keruh
(-)
Tonometri digital : N
Tonometri Schiotz :
5/5,5 ( 17.3mmHg) N

Resume
Ny. T datang ke rumah sakit pada Senin, 11 April 2016 dengan keluhan
penglihatan menurun pada kedua mata dan sering berair sejak 1 tahun SMRS.
Penglihatan buram seperti berasap, pasien memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus dan penyakit jantung. Keluhan lainnya disangkal.
Pada pemeriksaan umum, pasien tampak sakit ringan. Pada pemeriksaan tandatanda vital, pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi pada mata
kanan dan kiri pasien ditemukan visus 1/60, lensa keruh

V. Diagnosis Kerja
- Katarak senilis imatur oculi dextra dan sinistra
VI. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Catarlent eye drop 3 dd 1 gtt
Non medikamentosa
VII. Prognosis
Quo ad vitam okuli dextra dan sinistra
: ad bonam
Quo ad functionam okuli dextra dan sinistra
: dubia ad bonam
Quo ad sanationan okuli dextra dan sinistra : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LENSA

Anatomi Lensa

Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata
dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari
zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serest lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus dehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nucleus lensa.
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat
lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Didalam lensa dapat dibedakan nucleus
embrional, fetal dan dewasa.
Dibagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus disebut sebagai korteks
anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa
terdapat zonula Zinn yang menggantung lensa di seluruh ekuatornya pada bahan siliar.

Embriologi Lensa
Setelah gelembung lensa mengambang bebas pada tepi cekungan optic terjadi

pemanjangan sel-sel pada dinding posterior mengisi rongga yang kosong pada usia
kehamilan minggu ke-VII serabut-serabut lensa memanjang dari daerah ekuator dan
tumbuh ke depan mencapai epitel subkapsular dan tumbuh ke belakang di bawah kapsul
lensa. Serabut-serabut lensa ini saling bertemu dan membentuk sambungan lensa

berbentuk huruf Y di depan dan Y terbalik di belakang. Proses ini selesai pada minggu
ke-28.
Fisiologi Lensa
Lensa mata merupakan struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, di
depan badan kaca. Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan belakang oleh kapsul
posterior. Di bagian dalam kapsul terdapak korteks dan nucleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak di tempatnya
Fungsi lensa adalah :
Refraksi
Sebagai bagian optic bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang + 18,0-Dioptri.
Fungsi akomodasi
Dengan kontraksi otot-otot siliaris ketegangan zonula Zinn berkurang sehingga
lensa lebih cembung untuk melihat obyek dekat.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia
Keruh atau apa yang disebut katarak
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

KATARAK
I.1 Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior (Smeltzer, 2002). Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan
progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan
ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang
secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi. Menurut Mansjoer
(2000), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Jadi, dapat

disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui
cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi
kerusakan penglihatan. Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa
yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh
berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga
factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik
(mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani
katarraktes yang berarti air terjun.. Katarak bisa terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, dan proses penuaan.
Kekeruhan pada katarak umumnya mulai tampak kecil dan terlokalisasi, namun
akhirnya seluruh lensa akan mengalami kekeruhan dimana kekeruhannya biasa
terjadi mengenai dua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.

I.2 Epidemiologi
Katarak tercatat sebagai penyakit kebutaan nomor satu di dunia dengan
angka 51% menyebabkan kasus kebutaan di seluruh dunia. Seiring dengan
meningkatnya angka harapan hidup, maka meningkat pula jumlah orang yang
mengalami katarak. Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis.
Katarak biasanya ditemukan pada pasien di atas umur 50 tahun, dimana 50% terjadi
pada usia 65 74 tahun dan sekitar 70% pada pasien di atas 70 tahun. Perkiraan
insiden katarak adalah satu di antara 1.000 orang setiap tahunnya terdapat seorang
penderita baru. Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis,

I.3

Etiologi
dan

Faktor

Risiko
Peyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga katarak
senilis terjadi karena:
1) Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong
ke arah tengah maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan menjadi lebih
padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium (Ca) dan
sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan
ini lensa menjadi kurang hipermetropi.
2) Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan penimbunan
ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak
3)
4)
5)
6)
7)

menjadi lebih miopi.


Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
Proses degenerasi (usia tua)
Trauma seperti ditusuk ataupun serangan listrik
Akibat sekunder seperti uveitis anterior kronis, radiasi ion, tumor, glaukoma
akut (glaukoma flecken) ataupun penyakit mata degeneratif seperti retinitis

pigmentosa.
8) Bahan toksik khusus ( kimia dan fisik ). Keracunan beberapa jenis obat dapat
menimbulkan katarak seperti : eserin ( 0,25 0,5%), kortikosteroid, ergot dan
antikolinesterase topikal.
9) Penyakit predisposisi baik dari penyakit sistemik maupun metabolik seperti
diabetes mellitus, hipokalsemia, galaktosemi, dan distrofi miotonik.
I.4 Manisfestasi Klinis

Gejala klinis dari katarak adalah adanya penurunan penglihatan atau


penglihatan kabur yang berjalan lambat namun progresif yang biasanya berlangsung
beberapa bulan sampai tahun, dan mengenai satu atau kedua mata. Kilatan cahaya
juga menjadi salah satu gejala yang terjadi terutama saat berkendara di malam hari.
Mudah merasa silau dan penglihatan ganda juga menjadi salah satu gejala yang
biasanya terjadi. Karakteristik dari katarak yang berbeda beda juga mempengaruhi
gejala yang timbul. Kekeruhan mungkin dapat menurunkan ketajaman penglihatan
secara langsung atau menghasilkan perubahan indeks refraksi lensa menyebabkan
astigmatisma iregular dan kadang diplopia monokular. Pasien mungkin lebih marasa
nyaman bila menggunakan topi atau kaca mata gelap untuk mengurangi cahaya
yang masuk. Gejala tidak termasuk nyeri, sekret, atau mata merah.
1. Silau, Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya
mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang teranghingga
silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil ataukondisi serupa
di malam hari.
2. Diplopia monokular atau polypia terkadang, perubahan nuklear terletak pada
lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah
lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau
oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang-kadang menyebabkan diplopia
monokular atau polypia. Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena
terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya
kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan pada katarak menyebabkan penurunan penglihatan
progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat
klinisnya langsung tepat sasaran, dan pasien menceritakan kepada dokter mata,
aktivitas apa saja yang terganggu. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari
adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe katarak
biasanya

mempunyai

gejala gangguan penglihatan yang berbeda-beda,

tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat miopia. Setelah didapat riwayat

penyakit, maka pasien harus dilakukan pemeriksaan penglihatan lengkap,


dimulai dengan refraksi. Perkembangan katarak nuklear sklerotik dapat
meningkatkan dioptri lensa, sehingga terjadi miopia ringan hingga sedang.
5. Myopic shift, Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya,
pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh
karena meningkatnya miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuklear
sklerotik, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi.
6. Perubahan ini disebut second sight
7. Namun, seiring dengan perubahankualitas optikal lensa, keuntungan tersebut
akhirnya hilang juga.
I.5 Patogenesis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut
halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar
lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat 20 menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat

disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun


kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2002).
I.6 Klasifikasi
Klasifikasi katarak berdasarkan usia terbagi menjadi :
- Katarak kongenital : katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
- Katarak juvenil : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
- Katarak senilis : Katarak setelah usia 50 tahun
Katarak berdasarkan tempat terjadi (morfologi):
-

Katarak inti (nuclear) : lokasi terletak pada nukleus atau bagian tengah lensa
Katarak kortikal : biasanya di korteks dan kekeruhan mulai dari tepi lensa dan

berjalan ke tengah sehingga menganggu penglihatan


Katarak subkapsular (anterior dan posterior) : dimulai dengan kekeruhan kecil di
bawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk

Katarak berdasarkan stadium kematangan / fase perkembangannya :


-

Katarak insipien : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju

korteks anterior dan posterior


Katarak Imatur : sebagian lensa keruh
Katarak matur : pada seluruh masa lensa

Katarak hipermatur : mengalami proses degenerasi lebih lanjut, dapat menjadi


keras atau lembek dan mencair

Lain lain :
-

Katarak rubela : rubela pada ibu menyebabkan katarak pada lensa fetus
Katarak komplikata : katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra
okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat trauma dan

pasca bedah mata.


Katarak diabetes : katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus
Katarak sekunder : akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang

tertinggal pasca operasi katarak.


Katarak traumatik : akibat trauma

I.7 Katarak Senilis


Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun dengan penyebab yang tidak diketahui pasti. Adapun
perubahan lensa pada usia lanjut. Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya
nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan
lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat
mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam benuk
keluhan presbiopia.:
1. Kapsul
a) Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).
b) Mulai presbiopia
c) Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur.
d) Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
a) Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat.
b) Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
3. Serat lensa :

a) Lebih irregular
b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
c) Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
d) Korteks tidak berwarna karena:
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,
kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik dikenal
empat stadium yaitu: insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur morgagni.
Perbedaan Stadium Katarak Senil
Kekeruhan

Insipien
Ringan

Cairan Lensa

Normal

Iris
Bilik

Mata

Depan
Sudut

Bilik

Mata
Shadow Test
Penyulit

Hipermatur
Masif
Berkurang (air +

Normal

Imatur
Matur
Sebagian
Seluruh
Bertambah (
Normal
air masuk)
Terdorong
Normal

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif
-

Positif
Glaukoma

Negatif
-

Pseudopositif
Uveitis+Glaukoma

masa lensa keluar)


Tremulans

Katarak Insipien.
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: Kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercakbercak yang membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak
di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila
pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular


posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan miopia lenticular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang
akan memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan

lensa

menjadi

bengkak

besar

yang

dan
akan

mendorong iris sehingga


bilik
dangkal

mata

menjadi
dibanding

dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.

Katarak Imatur.
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.

Katarak Matur
Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan
terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam
stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik
mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini
terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negative

Katarak Hipermatur.
Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang

berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut katarak Morgagni. Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga
korteks mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya
korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang
mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif. Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul
lensa dapat menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

Pengobatan Katarak Senil


Pengobatan

pada

pembedahan.

katarak

Untuk

adalah

menentukan

waktu kapan katarak dapat dibedah


ditentukan

oleh

keadaan

tajam

penglihatan dan bukan oleh hasil


pemeriksaan.
Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan
terjadinya penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka
secepatnya dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekruhan lensa belum total.
Demikian pula pada katarak matur dimana bila masuk

ke dalam stadium lanjut

hipermtur maka penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur
sudah dilakukan tindakan pembedahan.
Indikasi dilakukan bedah katarak adalah :
1. Indikasi medis : apabila terjadi komplikasi seperti uveitis dan glaukoma
2. Meningkatkan fungsi penglihatan
3. Indikasi kosmetik : katarak diangkat agar leukoria hilang

Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan yang sederhana, namun resikonya


berat. Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya infeksi akan mengakibatkan
hilangnya penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan biasanya dengan
anestesi lokal. Hanya orang-orang yang tidak tenang, neurosis atau takut dilakukan
dalam narkosa umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau
ekstrakapsular. Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tindakan umum pada katarak
senil karena bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula
Zinn sehingga dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat
keluar bersama-sama dengan kapsul lensa.
Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa
dan mengeluarkan dilakukan pada katarak senil bila tidak mungkin dilakukan
intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak sinekia posterior bekas suatu
uveitis sehingga bila kapsul ditarik akan mengkibatkan penarikan kepada iris yang akan
menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk
mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul
posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak
senil untuk mencegah degenerasi makula pasca bedah.
Beberapa tekhnik ekstraksi katarak, yaitu :
1. Tekhnik ekstraksi katarak ekstra kapsular dengan lensa intraokular (insisi mencapai
170 dengan 5 7 jahitan)
2. Manual insisi kecil ( SICS, small incision cataract surgery) : Insisi dilakukan pada
sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm, tanpa jahitan, Penutupan luka
insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada
stadium katarak immatur, matur, dan hypermatur
3. Fakoemulsi dengan lensa intraokular (lebar insisi 2-2,8 mm dan tanpa jahitan)
Pencegahan
Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab
yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat
pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam


tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.
2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.
3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak
pada mata.
4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

DAFTAR PUSTAKA
1.

Kanski JJ, Bowling B. 2011. Clinical ophthalmology, edisi 7, united kingdom,

2.

elsevier.
Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. 2007. General ophthalmology, edisi 17,

3.

united kingdom, MC graw hill.


Ilyas, Sidartha, dkk. , 2002. Katarak. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Hal : 200

Anda mungkin juga menyukai