PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pertanaman (cropping system) adalah suatu sistem yang menyangkut
segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu
sistem usaha tani. Misalnya pola pertanaman, teknik budidaya tanaman, tenaga
kerja, pengelolan dan sebagainya. Model sistem pertanaman disusun berdasarkan
asumsi bahwa sistem pertanaman yang terdapat di suatu wilayah, pada dasarnya
merupakan ekspresi dari tanggapan petani dalam mengendalikan lingkungannya.
Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan
dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam
merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari
sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola
tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara
optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting
persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah
mendekati kesamaan.
Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan
memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya
tergantung dari hujan. Makan pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun
waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola
tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu arealtanam. Ada
pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satuareal. Ada pula
pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilirbeberapa jenis
tanaman
pada
waktu
berbeda
di
aeral
yang
sama.
tersebut.
Biasanya,
pengelolaan
lahan
sempituntuk
mendapatkan
bersisipan,dengan
maksud
meningkatkan
produktivitas
tanah,
atau
pendapatan petani tiap satuan luasdan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977),
multiple cropping didifinisikan sebagaiintensifikasi penanaman dalam dimensi
waktu dan ruang, misalnya menanam dua macamtanaman atau lebih pada
sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun.
Produksi yang lebih tinggi pada tanaman tumpangsari dapat diperoleh
dengan diusahakan menananam tanaman yang habitusnya berbeda, sehingga 2
jenis tanaman yang ditumpangsarikan akan memanfaatkan faktor-faktor
III.METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cangkul, sabit, tali
raffia, roll meter, tugal, sprayer, oven, kantong plastik, timbangan analitik dan alat
tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain benih bayam, benih buncis,
pupuk urea, pupuk KCL dan pupuk SP-36.
B. Prosedur Kerja
1. Lahan berbentuk petak disiapkan dengan ukuran petak 2 m x 3 m. Pada
praktikum kelompok kami menggunakan tanaman buncis dengan jarak tanam
40cm x 30 cm dan diselingi dengan tanaman bayam.
2. Pengolahan tanah dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengolahan tanah
pertama bertujuan untuk membajak tanah dan menghilangkan gulma yang
tumbuh; pengolahan yang kedua bertujuan untuk menggemburkan dan
menghaluskan tanah sehingga tanah menjadi gembur dan rata hingga tanah
siap untuk ditanami.
3. Penanaman dilakukan secara tumpangsari antara tanaman utama yaitu buncis
dengan bayam. Penanaman dilakukan secara serentak. Penanaman dilakukan
setelah pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar.
4. Pemupukan susulan dilakukan sebanyak bagian pupuk N dan dilakukan
pada saat 4 minggu setelah tanam.
5. Pengairan dilakukan, pemberian air ini dilakukan bila keadaan tanaman
kekurangan air atau kekeringan.
6. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung kepada tingkat
serangan dengan menggunakan pestisida
7. Pengamatan dilakukan. Variabel yang diiamati yaitu variabel pertumbuhan,
komponen hasil serta kondisi lingkungan
tertentu.
Tujuan
pertanaman
ganda
adalah
untuk
meningkatkan
Sistem tumpang sari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah
dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan.
Sistem tumpang sari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun
dengan beraneka komoditas (deversifikasi hasil), juga resiko kegagalan panen
dapat ditekan, intensitas tanaman dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya
air, sinar matahari dan unsur hara yang ada akan lebih efisien.
Ada tiga jenis bertanam tumpang sari yakni :.
a) Tanaman campuran (Mixed Cropping) adalah penanaman dua atau lebih
jenis tanaman secara bersama-sama di atas lahan yang sama dengan tidak
memperhatikan jarak tanam.
b) Tanaman baris (Row Intercropping) di atas lahan yang sama ditanam dua
atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam
tertentu.
c) Sedangkan dalam system tanam tumpang sari pita/jalur
(Strip
Intercropping) di atas lahan yang sama ditanam dua atau lebih tanaman
dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini
sering disebut sebagai system surjan.
2)
Sistem penanaman ganda yang lain yaitu sistem tumpang gilir, yang
mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau
allicin,
b. Menambah kesuburan tanah.
Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah
bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar.
Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar
dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya
akan lebih gembur.
c. Dapat menambah kesuburan tanah
Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis
lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogendalam tanah karena pada
bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yangdapat mengikat
Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang
perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur.
d. Meminimalkan hama dan penyakit tanaman
Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus
hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat
mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya :
bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman
kol atau kubis.
e. Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan
Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih
dari satu atau beragam tanaman. Pemilihanragam tanaman yang tepat dapat
menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memilikinilai harga rendah dapat
ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya.
(Pracaya, 2002)
Kekurangan sistem polikultur adalah :
Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat
memberi dampak negatif, misalnya :
a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman
b. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya
c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat
Tanaman yang kami gunakan dalam menerapkan sitem tanam ganda yaitu
Buncis dan Bayam. System yang kami gunakan yaitu tumpangsari, berikut
penjelasan tentang komoditas yang kami gunakan.
1. Buncis
a. Deskripsi
Buncis yang memiliki nama latin Phaseolus vulgaris merupakan tanaman
sayuran buah yang memiliki batang berbentuk sulur dengan daun trifoliate
berselang-seling . Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah tropis dan
subtropis, serta di daerah yang beriklim sedang pada saat musim panas.
Menurut Zulkarnain (2013), berdasarkan sifat pertumbuhannya, buncis ada 2
tipe, yaitu indeterminate dan determinate. Kultivar dengan tipe pertumuhan
indeterminate tumbuh dengan tipe ketinggian 2-3 m, sedangkan determinate dapat
mencapai ketinggian 20-60 cm dengan bunga terminal setelah daun keeempat
hingga kedelapan. Bunga tanaman buncis tergolong menyerbuk sendiri karena
penyerbukannya pada saat setelah bunga membuka penuh (antesis). Buah buncis
berupa polong dengan panjang bervariasi dari 80-20 cm dan lebar 1-1 cm.
tergantung pada kultivar dan keadaan lingkungan, jumlah biji dalam setiap polong
bervariasi antara 4-12 butir (Zulkarnain, 2013).
Bentuk dari bijinya pun bervariasi ada yang bulat dan ada pula yang
menyerupai bentuk ginjal. Warna kulit biji buncis dapat berwarna putih kuning,
kehijauan, ping, merah, ungu, cokelat, atau hitam. Batang tanaman Buncis
umumnya berbuku-buku, yang merupakan tempat melekat tangkai daun. Daun
Buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk
(Rukmana, 1994).
Di samping sifat pertumbuhan yang memanjat, kacang buncis adapula
yang memiliki pertumbuhan menyemak dan dikenal sebagai kacang jogo.
Menurut Sunaryono (2004) mengemukakan bahwa dua tipe kcang jogo yang
dibudidayakan di Indonesia, yaitu jogo cokelat dan jogo merah. Sedangkan
kacang buncis yang memiliki pertumbuhan memanjat yang banyak diusahakan di
Indonesia antara lain Surakarta, Helda, dan Hawaian Wonder.
Klasifikasi kacang buncis sebagai berikut :
Devisi
: Spermatofita
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotilledon
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Phaseolus
untuk di tanam pada daerah dengan ketinggian 500-600 meter dpl. Temperatur
udara yang paling baik untuk tanaman Buncis berkisar antara 20-500C. Di luar
kisaran temperatur tersebut produksinya tidak maksimal. Umumnya tanaman
Buncis menghendaki kelembaban
50-60%,
Kutu daun (Aphis gossypii Glofer). Tanaman yang terserang hama ini akan
bertumbuh kerdil, batang berpilin, daun mengeritting dan berwarna kuning.
(Zulkarnain, 2013).
b) Penyakit
Antraknosa (Colletotrichum lindemuthianum Sacc. Et Magnus) Lams.
Serangan cendawan ini menimbulkan bercak kecil berwarna cokelat pada polong
muda dan bercak hitam atau cokelat tua pada batang (Zulkarnain, 2013).
Embun tepung (Erysiphe polygoni D.C.). serangan cendawan ini dicirikan
oleh timbulnya area berwarna putih ke abuan (seperti beludru) dipermukaan daun
(Zulkarnain, 2013).
Layu bakteri (Peseudomonas solanasearum Smith). Gejala serangan bakteri
ini dicirikan oleh tanaman menguning, layu dan kerdil. Batangnya apabila dipijit
akan keluar lendir putih (Zukkarnain, 2013).
2. Bayam
a. Deskripsi
Bayam merupakan sayuran yang telah lama dikenal dan dibudidayakan
secara luas oleh petani di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di negara lain.
Penyebaran tanaman bayam di Indonesia telah meluas ke seluruh wilayah, tetapi
sampai saat ini pulau Jawa merupakan sentra produksinya (Bandini dan
Azis,2001).
Menurut
Van
Steenis
(1978),
mengklasifikasikan
tanaman
bayam
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Amaranthales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus sp.
Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai
1,5 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada
kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar tunggang (Bandini dan Aziz, 2001).
Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh
tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras
berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang
banyak (Van Steenis, 1978).
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun
yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputihputihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan
kadang berduri (Azmi, 2007).
Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4
5 buah, benang sari 1 5, dan bakal buah 2 3 buah. Bunga keluar dari ujungujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.
Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual
yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan
berlangsung dengan bantuan angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat
tua sampai m mengkilap sampai hitam Kelam. Namun ada beberapa jenis bayam
yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang
bijinya merah. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji kira-kira 1200 3000
biji/gram (Wirakusumah, 1998).
b. Syarat Tumbuh
Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam
banyak ditanam di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian
antara 5 2000 m dpl. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman adalah tinggi,
berkisar antara 400 800 foot candles yang akan mempengaruhi pertumbuhan
optimum dengan suhu rata-rata 20C - 30C, curah hujan antara 1000 2000 mm,
dan kelembaban diatas 60%. Drainase tanah harus sudah diperhatikan meskipun
tanaman bayam tahan terhadap air hujan. Untuk itu, bedengan dibuat lebih tinggi
disbanding dengan penanaman saat musim kemarau, yaitu setinggi 35 cm.
Sebaliknya pada musim kemarau, penyiraman harus dilakukan secara teratur
(Bandini, 2001).
Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada waktu musim hujan
ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling
tepat ditanam pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober November.
Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekita bulan Maret April
(Nazaruddin, 2000).
Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur.
Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi
dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6 7 paling disukai bayam untuk
pertumbuhan optimalnya (Nazaruddin, 2000).
Tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan
organik paling disukai tanaman bayam. Pada tanah yang tandus dan liat, bayam
masih dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan penambahan bahan organik yang
cukup banyak. Pada tanah yang ber-pH dibawah kisaran 6-7, tanaman bayam
sukar tumbuh. Tanaman akan menunjukkan pertumbuhan yang merana bila pH
tanah dibawah 6. Begitu pula pada pH diatas 7, tanaman akan mengalami gejaja
klorosis (warna daun menjadi putih kekuning-kuningan terutama pada daun-daun
yang masih muda). Jenis bayam tertentu masih dapat tumbuh pada tanah-tanah
alkalin (basa). Tanaman bayam tidak memilih jenis tanah tertentu (Murtensen and
Bullard, 1970).
Budidaya tanaman bayam pada praktikum ini lahan yang ingin digunakan
telah dilakukan pengolahan tanah agar tanah gembur dan mengurangi populasi
gulma agar tidak terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dan air. Sebelum
melakukan penanaman, kami juga membeerikan pupuk kandang sebagai dasarnya.
Menurut Widjaja dan Hadisoeganda (1996), Pengoolahan tanah, tanah dicangkul
sedalam 23-30 cm, dibersihkan dari rerumputan. Sambil diberi pupuk organik
secukupnya (pupuk kandang dan atau kompos) tanah terus digemburkan dan
dibedeng-bedeng selebar sekitar 100 cm, jarak antar bedengan sekitar 30-40 cm
dan panjang bedengan disesuaikan dengan bentuk lahan.
Hama yang sering menyerang tanaman bayam adalah ulat daun, kutu daun
dan belalang. Tanaman bayam yang terserang ulat daun atau ulat Hymenia akan
terlihat berlubang. Ulat ini memakan daun bayam sampai berlubang-lubang.
b)Penyakit
Karat putih memiliki gejala bercak-bercak putih pada daun yang disebabkan
oleh cendawan Albugo candida, terutama pada bagian daun seblah bawah.
Penyakit ini banyak terjadi apabila cuacanya lembab sekali (Zulkarnain, 2013)
Busuk daun memiliki gejala yaitu daun terinfeksi cendawan Choanephora
menjadi berwarna hitam, kemudian cabang dan daun yang terserang menjasi
busuk. Serangan meningkat apabila cuacanya terlalu lembab.
Pengamatan praktikum ini, variabel yang diamati meliputi variabel
pertumbuhan, komponen hasil serta kondisi lingkungan. Tujuan dari pengamatan
tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana hasil produksi suatu tanaman, dapat
pula menentukan pola tanam yang tepat dan jika ditanam berdampingan tanaman
apa yang cocok dan menghasilkan produksi tinggi. Selain itu, dari pengamatan
variabel tersebut kita dapat mengembangkan potensi dari suatu tanaman dan dapat
mengetahui prediksi hasil produksi suatu tanaman.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem pertanaman adalah suatu sistem yang menyangkut segala sesuatu yang
berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem usaha tani.
2. Pertanaman ganda (Multiple Cropping) adalah suatu sistem pertanaman atau
usahatani yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu
luasan lahan tertentu. Tujuan pertanaman ganda adalah untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen.
B. Saran
Sebaiknya praktikum dilaksanakan selalu setiap pagi hari dan ada dosen
yang membimbing dan memberi pengarahan.
Dapus
Sastradiharja, Singgih.2005. Menanam Sayuran Secara Organik. Jakarta:Azka
Press
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta :
Penebar Swadaya
Rukmana, R, 1994, Bertanam Buncis, Kanisius, Yoyakarta.
Setiawan, 1994, Sayuran Dataran Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta
Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di
Indonesia. Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.