Anda di halaman 1dari 12

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum, maka salam membahas filsafat

pendidikan akamn berangkat dari filsafat. Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa
hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme,
pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan
temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat
pendidikan progresif dan filsafat pendidikan Konservatif. Yang pertama didukung oleh
filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua
didsari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme
atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,
perenialisme, dan sebagainya.
Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik,
buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini
adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat
bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dn mengetahui di satu pihak dan di pihak
lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc
Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill
3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau
supernatural.
Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada
filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami.
Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John
Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum,
eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan
kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau
realitas.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin
Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatugerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa
mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang
muatan.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence
B.Thomas, Frederick C. Neff.
7. Filsafat Pendidikan esensialisme
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L.
Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan
moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip
umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji.
Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir
didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh
George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru,
masyarakat yang pantas dan adil.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

***

Home

Top of Form
Search

Bottom of Form
DeNovoIdea
Tempat berbagi untuk kebaikan kita semua
Feeds:

Posts

Comments
TINJAUAN FILSAFAT TENTANG KEBUDAYAAN DAYAK NGAJU
KALIMANTAN TENGAH
MANAJEMEN DAN FILSAFAT
HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

February 23, 2009 by denovoidea


PENDAHULUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah
tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan
pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat berarti
mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran
yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan
perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi
lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang
digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia
saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan
mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara
filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada
melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada
bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan
manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengananak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a). pendidikan, b). teori
umum pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan oleh masyarkat
umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman
purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat
pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Yang termasuk insting manusia antara lain
sikaf melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kempuan menyusu air susu ibu
dan merasakan kehangatan dekapan ibu.

Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik bermaksud membuat
manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan
alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey pendidikan itu adalah The general
theory of education dan Philoshophy is the general theory of education, dan dia tidak
membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat pendidikan sama dengan
teri pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti filsafat
pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan
progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia.
Ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain
membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah
teori.
B. FILSAFAT
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakarakarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti
terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat
membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara
itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia
saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja. Misalnya
mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan di laut saja. Sementara itu
filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada
dipikiran dan renungan yang kritis.
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu: metafisiska, epistemologi, logika, dan
etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1). Metafisika adalah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat dialam
ini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan menurut Callahan (1983) yaitu :
a. Manusia pada hakekatnya adalah spritual. Yang ada adalah jiwa tau roh, yang lain adalah
semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk
mengaktualisasikan diri, pandangan ini dianut oleh kaum Idealis, Scholastik, dan beberapa
Realis.

b. Manusia adalah organisme materi.Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,


Eksprementalis, Pragmatis, dan beberapa Realis. Pendidikan adalah untuk hidup. Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan menusia menjadi menyenangkan.
2). Epistemologi adalah filfat yang membahas tentang pergaulan dan kebenaran, dengan rincian
masing-masing sebagai beikut :
a. ada lima sumber pengetahuan yaitu:
(1). Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedia, buku teks yang baik, rums dan tabel.
(2). Comman sense yang ada pada adat dan tradisi
(3). Intuisi yang berkaitan dengan perasaan
(4). Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengelaman
(5).Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b. ada empat teori kebenaran yaitu:
(1). Koheren, sesuatu akan benar bila ia konsesten dengan kebenaan umum.
(2). Koresponden, sesuatu akan benar bila ia dengan tepat dengan fakta yang jelas.
(3). Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya memberi manfaat bagi
kehidupan.
(4). Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
3). Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan
memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa berpikir dan mengemukakan penadapatnya
secara tepat.
4). Etika adalah filsafat yang menguaraikan tentang perilaku manusia, Nilai dan norma
masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat
besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangan perilaku
manusia, anatara lain afeksi peserta didik.
Junjun (1981) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang seling berkaitan
satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang dimaksud adalah:
1). Tingkat empiris adalah ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih berdiri
sendiri, baru sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada tingkat ini wujud ilmu
belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi penemuannya karena belum lengkap.
2). Tingkat penjelasan atau teoretis, adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur
teoretis. Dengan struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah itu dicari kaitannya
satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan cara ini struktur berusaha
mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu menjadi suatu pola yang berarti.

Dari uraian di atas kita sudah berkenalan dengan ilmu empiris berupa simpulan-simpulan
penelitian dan konsep-konsep serta ilmu teoretis dalam bentuk teori-teori atau grand theorygrand theory.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain,
pendidikan lahir dari induknya filsafat. Sejalandengan proses perkembangan ilmu ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan bersama
dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia.
Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
C. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal
yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan
membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam
lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
D. FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakarakarnya mengenai pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa
di dunia, namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai
berikut:
1). Apakah pendidikan itu?
2). Apa yang hendak dicapai?
3). Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan itu?
Masing-masing pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang bertalian
dengan apakah pendidikan itu, antara lain :
1). Bagaimana sifat pendidikan itu?
2). Apakah pendidikan itu merupakan sosialisasi?
3). Apakah pendidikan itu sebagai pengembangan individu?
4). Bagaimana mendefinisikan pendidikan itu ?
5). Apakah pendidikan itu berperan penting dalam membina perkembangan atau mengarahkan
perkembangan siswa?
6). Apakah perlu membedakan pendidikan teori dengan pendidikan praktek?
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh pendidikan, antara
lain :
1). Beberapa proporsi pendidikan yang bersifat umum?

2). Beberapa proporsi pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
individu?
3). Apakah peserta didik diperbolehkan berkembang bebas?
4). Apakah perkembangan peserta didik diarahkan ke nilai tertentu?
5). Bagaimana sifat manusia?
6). Dapatkah manusia diperbaiki?
7). Apakah manusia itu sama atau unik?
8). Apakah ilmu dan teknologi satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?
9). Apakah tidak ada kebenaran lain yang dapat dianut pada perkembangan manusia?
Pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan pendidikan, anatara
lain ?
1). Apakah pendidikan harus berpusat pada mata pelajaran atau peserta didik?
2). Apakah kurikulum ditentukan lebih dahulu atau berupa pilihan bebas?
3). Ataukah peserta didik menentukan kurikulumnya sendiri?
4). Apakah lembaga pendidikan permanen atau bersifat tentatif?
5). Apakah proses pendidikan berbaur pada masyarakat yang sedang berubah cepat?
6). Apakah diperlukan kondisi-kondisi tertentu dalam membina perkembangan anak?
7). Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam mendidik anak-anak?
8). Perkembangan apa saja yang diperlukan dalam proses pendidikan?
9). Apakah dperlukan nilai-nilai penuntun dalam proses pendidikan?
10). Bagaimana sebaiknya proses pendidikan itu, otoriter, primitif, atau
demokratis?
11). Belajar menekan prestasi atau terpusat pada pengembangan cara belajar dan kepuasan akan
hasil belajar?
Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.
1). Menginspirasikan
2). Menganalisis
3). Mempreskriptifkan
4). Menginvestigasi

Maksud menginsparasikan adalah memberin insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan
ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idennya
bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima
pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah tentu ide-ide ini didasari
oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa
teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu
dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang
tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demkian ide-ide yang komplek bisa dijernihkan
terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan
tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The Advencement of Leraning mengemukakan tesis bahwa
kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur valitditas yang
bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, bila pengetahuan itu berisikan dari salah
satu konsep yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Bacon menggunakan logika induktif
sebagai teknik krisis atau analisis untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan.
Melalui pengalaman secara kritis dengan logika induktif akan dapat ditemukan konsep-konsep
pendidikan.
Mempreskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya mejelaskan atau memberi pengarahan
kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia bila
dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses
perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses perkembangan
itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target
pendidikan bila dipandang perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.
Johann Herbart dalam bukunya Scence of education menginginkan agar guru mempunyai
informasi yang dapat dihandalkan mengenai tujuan pendidikan yang dapat dicapai dan proses
belajar sebelum guru ini memasuki kelas. Pondasi pendidikan yang dikontruksi di atas asumsi
yang disangsikan kebenarannya atau di atas tradisi yang masih kabur perlu segera diganti dengan
informasi-informasi yang valid. Suatu informasi yang direkonstruksi dari atau secara ilmiah.
Yang dimaksud menginvestigasi dalam filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti
kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau
konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri
konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian. Untuk sementara
filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil
menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau
sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan itu
menjadi lebih mantap.
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyatakan bahwa pengelaman adalah
tes terakhir dari segala hal. Mereka memandang pengalaman sebagai panji-panji semua filsafat

pendidikan yang mempunyai komitmen terhadap inquiry atau penyelidik. Filosfo berfungsi
memilih pengalaman-pengalaman yang cocok untuk memanjukan efisiensi sosial. Filsafat
pendidikan berusaha menafsirkan proses belajar-mengajar menurut prosedur pengujian ilmiah
dan kemudian memberi komentar tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat pendidikan
mencari konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa kelemahannya, dan
bagaimana cara mengatasi kelemahan itu
Para filosof, melalui filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang pendidikan,
yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan
pendidik maupun ditinjau dari latar gografis, sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut
pandang keberadaan manusia akan menimbulkan aliran Perennialis, Realis, Empiris, Naturalis,
dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan
aliran Esensialis, Tradisionalis, Progresivis, dan Rekontruksionis.
Berbagai aliran filafat pendidikan tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya konsepkonsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung
filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga
mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas ebenaran berdasarkan kaidah-kaidah
keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil
penelitian ilmiah.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1). Esensialis
2). Perenialis
3). Progresivis
4). Rekonstruksionis
5). Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad
lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan
saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang
menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari
kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak
peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat
diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan
kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir
efektif, pengajaran terpusat pada guru.
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana cara
menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar tidaklah jauh
berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.

Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika,


ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak
ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang
benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran
kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah
mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini
bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu
sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk mempercepat proses
perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan
demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga sangat mereka perhatikan dalam
pendidikan.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan
kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Meraka bercita-cita
mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus diubah
dan dibuat baru aliran yang ektrim. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan masyarakat
lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses
pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda
dengan aliran Progresivis.
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adala eksistensi
atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini tidak punya tujuan dan
kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang
itu ditentukan oleh keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu,
memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri
sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran
harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam
bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan
langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar
langsung.
PENUTUP
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia
saja. Filsafat menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga
negara dari suatu bangsa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam lingkungan

masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejalagejalan perbuatan mendidik.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal
yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan
membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam
lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakarakarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat
Pendidikan tidak bolah bertentangan dengan filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak Indonesia,
Jakarta, PT. Rineka Cipta.
s

Anda mungkin juga menyukai