Anda di halaman 1dari 10

KONSTITUSI

Materi ini dipresentasikan pada mata kuliah Pancasila

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu :
NURIYAH TAHIR, MM., Dra.

Oleh :
ARFI BAYU KUSUMA

(11150910000065)

ELDA OKTAVIANI

(11150910000072)

ILHAM

(11150910000088)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015

A. Pengertian Konstitusi
Penyebutan kontitusi ini pada mulanya dipetik dari istilah Perancis yakni constituer, yang
bererti membentuk. Dalam penafsiran Wirjono Projodikoro, contstituer dalam pemakaian
istilah konstitusi bisa diartikan sebagai peraturan dasar(awal) menegenai pembentukan suatu
negara.
Dalam perkembangan zaman modern ini, pada tahun 1949 yang dipelopori oleh Oliver
Crommwell, ia menyamakan pengertian konstitusi dengan undang undang dasar. Dengan
dasar untuk kepentingan praktis, bahwa baik konstitusi dengan undang undang dasar dibuat
untuk kepentingan ataupun sebagai pegangan pemerintah.
Pendapat dari Oliver ini kemudian diikuti oleh Struycken, C.F.Strong, dan James Bryce.
Menurut Struykey, konstitusi merupakan suatu naskah yang berisikan garis garis besar dan
asas tentang organisasi negara. Selain dari pada itu, Struykey juga menganggap bahwa
konstitusi adalah undang undang yang memuat garis besar dan asas asas tentang orientasi
daripada negara.
Mencermati dikotomi antara istilah constitution dengan grondwet (Undang Undang
Daasar) itu, L.J. Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas di antara keduanya, yang
grondwet(UUD) adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan constitution(kontitusi)
memuat

baik

peraturan

tertulis

maupun

yang

tidak

tertulis.

Berangkat dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian konstitusi tersebut, dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis dan dan tidak
tertulis. Undang undang dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Adapun batas batasnya
menurut Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, dan Nimatul Huda dapat dirumuskan ke dalam
pengertian sebagai beikut:
1. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan -pembatasan kekuasaan kepada
para penguasa;
2. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu system
politik;
3. Suatu deskripsi dari lembaga lembaga negara;
4. Suatu deskripsi yang menyangkut malsah hak -hak asasi manusia.

B. Sejarah Konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman yunani kuno, namun pada saat itu konstitusi
masih diartikan materil karena konstitusi belum diletakan dalam suatu naskah yang tertulis. Ini
dapat dibuktikan dari pendapat aristoteles yang membedakan politea dengan nomoi. Politea
diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah undang undang biasa. Perbedaan kedua
istilah tersebut adalah politea mengandung kekuasaan membentuk, sedangkan nomoi
kekuasaan tidak ada karena ia hanya merupakan materi yang harus dibentuk agar tidak tercerai
berai.
Dalam kebudayaan yunani istilah konstitusi itu berhubungan erat dengan ucapan
Resblica Constituere. Dari sebutan itu lahirlah semboyan yang berbunyi prinsep legibus
solutus est, salus publica supreme lex yang artinya rajalah yang berhak menentukan
organisasi atau struktur dari Negara. Oleh karena itu rajalah satu satunya pembuat konstitusi.
Pada abad pertengahan konstitusi yang dikenal masih bersifat sederhana dan hanya
merupakan suatu perjanjian. Diantaranya adalah hasil perjuangan aliran monarchomachen,
yang terdiri dari golongan calvinis yang membenci kekuasaan absolut raja sehingga dituntutlah
suatu perjanjian dengan raja agar dapat diminta pertanggung jawaban. Perjanjian tersebut
dikenal dengan nama leges fundamentalis yang memuat hak dan kewajiban masing masing
pihak.
Demikian pula hal nya di Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Muhammad Yamin
bahwa asas seperti Negara hukum sudah dikenal sejak abad V pada kerajaan Tarumanegara,
Negara kutai, melayu minangkabau, sriwijaya, keprabuan singasari, dan majapahit sampai abad
XVI, tetapi semuanya berdasarkan hukum adat kenegaraan yang tidak ditulis dalam suatu
naskah undang undang dasar.
Konstitusi yang demikian dinamakan constitution counturniere atau undang undang
dasar secara hukum adat, atau disebut juga unwritten fundamental law yang berarti hukum
dasar yang tidak dituliskan sebagai lawan dari constitution ecrite, yakni undang undang dasar
yang ditulis.
Penyamaan pengertian konstitusi dengan Undang Undang dasar dimulai sejak oliver
Cromwell , yakni lord protector republic inggris pada tahun 1649, menyebut undang undang
dasar itu sebagai instrument of government atau pegangan untuk memerintah. Akan tetapi,
undang undang dasar dalam pengertian sebagai pegangan untuk membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikan rupa sehingga pemerintah tidak bersifat sewenang wenang
sesungguhnya sudah ada jauh sebelum Cromwell. Diantaranya pada tahun1215, yang pada saat

itu raja john dari inggris dipaksa oleh beberapa bangsawan untuk mengakui hak mereka, yang
kemudian di cantumkan dalam magna charta yang disebut juga charter of English liberties.
Pada tahun 1776 lahirlah Virginia bill of rights yang merupakan tahun penting dalam
sejarah ketatanegaraan di dunia karena tahun itulah merupakan pangkal lahirnya pengertian
konstitusi menurut bentuk dan jiwanya yg baru, yang kemudian disusul oleh lahirnya konstitusi
amerika serikat pada tanggal 17 september 1787 yang mulai berlaku sejak tanggal 21 juni 1788.
Paham paham john locke, Roussesau, dan Montesquieu tampak pengaruhnya dalam
konstitusi amerika serikat ini, selanjutnya, baik paham paham tersebut diatas maupun
perkembangan keadaan di amerika serikat pada tahun 1789 dibawa Lafayette ke perancis yang
kemudian banyak mempengaruhi konstitusi perancis yang lahir pada tahun 1792.
Demikian karena kekhilafan dalam pandangan mengenai konstitusi terutama Negara
Negara modern telah menyamakan arti konstitusi dengan undang undang dasar. Kekhilafan
tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki agar semua
peraturan hukum ditulis untuk memperoleh kesatuan hukum, kesederhanaan hukum dan
kepastian hukum. Sedemikian besarnya pengaruh paham kodifikasi tersebut sehingga tiap
peraturan hukum yang penting harus ditulis dan konstitusi yang ditulis adalah undang undang
dasar.
C. Jenis Jenis Konstitusi
Macam macam konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

Konstitusi tertulis (documentary constitution / written constitution) adalah aturan


aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan
dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan
hukum negara.
Konstitusi tidak tertulis / konvensi (non-documentary constitution) adalah berupa
kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

Adapun syarat syarat konvensi adalah:


1. Diakui dan dipergunakan berulang ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:

Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara,
hubungan rakyat dengan pemerintah, hubungan antar lembaga negara.
Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita cita sosial bangsa, rumusan
filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1. Fleksibel / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk
berubah sesuai dengan perkembangan.
2. Rigid / kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
D. Konstitusi Demokrasi
Definisi dari konstitusi demokrasi adalah konstitusi yang mengandung prinsip
dasar demokrasi. Konstitusi : media untuk menciptakan demokrasi bagi warga negara. Dalam
negara demokrasi,konstitusi demokrasi merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya
demokrasi sehingga melahirkan

pemerintahan

yang

demokratis

pula. Prinsip

dasar

demokrasi dalam kehidupan bernegara adalah sebagai berikut :


1.

Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan

2.

Mayoritas berkuasa dan terjamin hak minoritas

3.

Pembatasan pemerintahan

4.

Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara


a.

pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan Trias Politica

b.

kontrol & keseimbangan lembaga pemerintahan

c.

proses hukum

d.

adanya pemilu sebagai mekanisme peralihan kekuasaan

E. Perubahan Konstitusi
Perubahan konstitusi merupakan suatu hal yang menjadi perdebatan panjang terutama
berkaitan dengan hasil hasil yang diperoleh dari perubahan itu sendiri.

Perdebatan itu

menyangkut apakah hasil perubahan itu menggantikan konstitusi yang lama ataukah hasil
perubahan itu tidak menghilangkan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konstitusi
lama.
Dalam system ketatanegaraan modern, paling tidak ada dua hal system yang
berkembang dalam perubahan konstitusi, yaitu renewal (pembaruan) seperti yang dianut oleh
Negara Negara eropa continental dan amandement (perubahan) seperti yang dianut oleh Negara

Negara anglo saxon. System perubahan konstitusi renewal adalah perubahan konstitusi secara
keseluruhan sehingga yang diberlakukan kemudian adalah konstitusi yang benar benar baru.
Negara yang menganut system ini antara lain belanda, jerman, dan perancis.
Sementara itu, system perubahan konstitusi amandement adalah perubahan konstitusi
dengan tetap memberlakukan konstitusi yang asli. Hasil perubahan tersebut merupakan bagian
dari lampiran yang menyertai konstitusi asli, Negara yang menganut system ini antara lain
Amerika Serikat.
Sementara itu, menurut Miriam Budiarjo, ada 4 macam prosedur dalam perubahan
konstitusi, yaitu :
1) Sidang badan legislative dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan
kourum untuk sidang yang membicarakan usul perubahan undang undang dasar dan jumlah
minimal anggota legislative untuk menerimanya.
2) Referendum atau plebisit.
3) Negara Negara bagian dalam Negara federal (missal Amerika Serikat) sekitar tiga perempat
Negara bagian harus menyetujui.
4) Musyawarah khusus.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh C.F. Strong. Ia mengatakan ada 4 macam
prosedur dalam perubahan konstitusi, antara lain :
1) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislative, namun menurut
pembatasan pembatasan tertentu
2) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh masyarakat melalui referendum
3) Perubahan yang dilakukan oleh sejumlah Negara bagian (bagi bentuk Negara serikat)
4) Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lembaganegara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

Akhirnya, pada sidang umum MPR tahun 1999, mulailah perubahan terhadap UUD
1945 yang selama ini sangat sulit untuk dirubah, angin reformasi yang berhembus salah satunya
adalah perubahan UUD 1945. Hal ini dilakukan sebagai bentuk respon tuntutan masyarakat
atas perkembangan zaman dan kondisi sosial politik yang ada sekaligus untuk
menyempurnakan system penyelenggaraan Negara. Adapun secara umum latar belakang
dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1) Amandemen diperlukan untuk memenuhi dinamika ketatanegaraan dewasa ini karena


banyak masalah dalam pelaksanaan kekuasaan Negara pada umumnya dan pemerintah
pada khususnya.
2) UUD 1945 merupakan ciptaan manusia yang memiliki keterbatasan
3) Dalam waktu yang cukup lama terdapat banyak perkembangan
4) System ketatanegaraan yang bertumpu pada MPR sebagai pemegang kekuasaan Negara
tertinggi dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat, berakibat tiadanya check and
balance
5) Kekuasaan presiden terlalu dominan selain memegang kekuasaan pemerintah juga
sebagai kepala Negara, serta sekaligus memiliki kekuasaan membentuk UU,
menyebabkan kecenderungan lahirnya kekuasaan otoriter.
6) Terdapat pasal pasal UUD 1945 yang menimbulkan multitafsir, misalnya adalah pasal
7 yang berbunyi Presiden/wakil memegang jabatannya selama masa 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.
7) Konstitusi belum cukup memuat aturan aturan dasar tentang kehidupanyang
demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat penghormatan HAM dan otonomi
daerah sehingga praktik penyelenggaraan Negara tidak sesuai dengan pembukaan UUD
1945.

Tujuan amandemen suatu konstitusi Negara diantaranya adalah :


1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tata Negara agar lebih mampu mencapai tujuan
nasional.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan demokrasi
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai penyelenggaraan Negara melalui pembagian
kekuasaan yang lebih tegas dengan system check and balance dan pembentukan lembaga
lembaganegara yang baru sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
4. Melengkapi aturan dasar mengenai eksistensi Negara seperti pengaturan mengenai wilayah
dan pemilu.

Lima prinsip dasar yang tidak akan diubah pada saat amandemen UUD 1945 adalah :
1. Mempertahankan pembukaan UUD 1945
2. Mempertahankan NKRI
3. Mempertahankan system pemerintahan presidensil
4. Memasukkan norma - norma dasar dalam penjelasan ke dalam pasal pasal

5. Menggunakan pendekatan addendum.

F. Perkembangan Konstitusi Di Indonesia


Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah
Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi
Indonesia sebagai sesuatu revolusi grondwet telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang
Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun
ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi telah
terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang
sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal
37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan
mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih
dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal
105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum)
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR
tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas
melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan
ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang
yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru
ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia setelah mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda
yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk
mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara
Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi
Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya
KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya
berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia
Serikat saja.
3. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama
karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa
dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata
sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan
yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu
dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat
dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14
Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan
perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965
menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Arya Kresna, Aryaning. Etika Dan Tertib Hidup Berwarga Negara. Jakarta : Salemba
Humanika. 2006.
[2]. Erwin, Muhammad. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung :
Refika Aditama. 2010
[3]. An Nisaa Wichita. Konstitusi Dan Demokrasi. 27 Maret 2016.
http://bitalyfiz.blogspot.co.id/2011/12/konstitusi-dan-demokrasi.html.
[4]. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/

Anda mungkin juga menyukai