Anda di halaman 1dari 14

Nama : hasbiyani

Nim : f1d215001
Prodi : teknik geologi
Jelaskan proses konvergen divergen
Ilmuwan terus mengobservasi mengenai perubahan-perubahan di bumi dan kemudian muncul
berbagai teori pembentukan bumi. Salah satunya yang paling terkenal dan terus dikaji adalah
Teori Tektonik Lempeng yang dikemukakan oleh Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi
dan fisika berkebangsaan Jerman. Teori tersebut menerangkan proses dinamika bumi tentang
pembentukan pegunungan, gunung api, gempa bumi, dan cekungan di muka bumi oleh
pergerakan lempeng.
Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudera dan kerak benua. Kerak samudera
tersusun oleh batuan bersifat basa, lebih tipis daripada kerak benua dan memiliki densitas
besar. Kerak benua tersusun oleh batuan bersifat asam, memiliki ketebalan yang besar dan
memiliki densitas yang lebih kecil daripada kerak samudera.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, dan akibat dari aliran panas di dalam
astenosfer kerak bumi kemudian pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan disebut
lempeng kerak bumi. Lempeng-lempeng litosfer bergerak di atas lapisan astenosfer.
Afred Wegener pada tahun 1912 telah mengemukakan tentang konsep pengapungan
benua dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans.. Teorinya adalah benua di
bumi awalnya terdiri dari satu benua yang besar (supercontinet), yaitu benua Pangaea.
Kemudian benua tersebut pecah menjadi benua-benua lebih kecil dan terus bergerak hingga
menjadi seperti saat ini. Teori ini didukung dengan bukti kesamaan garis pantai, fosil, struktur
dan 87batuan antar benua. Namun, pada periode 1960-an muncul kritik yang
mempertanyakan bagaimana mungkin massa benua yang begitu besar dan berat bergeser di
atas dasar lautan yang keras.
Pada tahun 1967 munculah hipotesa baru yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya,
yaitu Teori Lempeng Tektonik. Menurut teori Tektonik Lempeng,bagian luar dari kulit Bumi
atau litosfer terpecah menjadi beberapalempeng besar terdiri dari 10lempeng utama yang
bergerak satu sama lain dengan kecepatan berkisar antara 1 - 10 cm/tahun yaitugerakan

divergen (saling menjauh), gerakan konvergen (saling mendekat), dan transform (saling
berpapasan).

Gerakan Konvergen

Gerakan konvergen adalah pergerakan lempeng yang terjadi pada dua bagian lempeng
yang bergerak saling mendekat hingga akhirnya bertumbukan. Gerakan ini menyebabkan
salah satu lempeng yang bertabrakan akan menunjam (subduction) ke bawah lempeng
lainnya. Daerah lempeng bumi yang mengalami peristiwa pergerakan konvergen disebut
dengan batas konvergen.
Umumnya daerah penunjaman lempeng akan membentuk suatu palung yang dalam
dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Contohnya adalah zona subduksi antara
lempeng samudera India-Australia dan lempeng benua Eurasia di Sumatera. Dalam
pergerakannya, lempeng hanya bergerak beberapa sentimeter tiap tahunnya, sehingga proses
penunjaman terjadi sangat lambat dan berlangsung ribuan bahkan jutaan tahun.
Fenomena-fenomena yang sering terjadi akibat pergerakan lempeng konvergen adalah:
1. Terbentuk palung laut pada titik tumbukan lempeng benua dan lempeng samudera, atau
lempeng samudera dan lempeng samudera;
2. Aktivitas vulkanisme berupa intrusi maupun ekstrusi gunung api;
3. Aktivitas seismik yang besar;
4. Terbentuknya batuan sedimen campuran yang dinamakan batuan melange.
Ada 3 kemungkinan terjadi pada batas lempeng yang saling bertumbukan:
1. Tumbukan Lempeng Samudera Dengan Lempeng Samudera
Tumbukan antara lempeng samudera dengan samudera mengakibatkan salah satu
lempeng tersubduksi ke arah mantel, karenanya di daerah tersebut akan terbentuk parit di
dasar laut dan deretan gunung api yang tak jarang juga terbentuk di dasar laut.
Apabila gunung api tersebut terus tumbuh maka akan terbentuk serangkai kepulauan
gunung api baru sebagai busur gunung api (volcanic arc) yang letaknya beberapa ratus
kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng tersebut bertemu. Contoh pertemuan
lempeng ini adalah kepulaun Aleutian, Mariana dan Tonga. Apabila aktifitas gunung api
berlangsung terus dalam jangka waktu lama disertai intrusi batuan beku maka akan membesar
dan tinggi membentuk busur kepulauan seperti kepulauan Filipina dan Jepang.

Gambar 1. Tumbukan Lempeng Samudera dengan Samudera. Sumber: Carlson, Diane H.


Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi daerah laut dalam dengan kedalaman
lebih dari 11 kilometer. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke
permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island chain).
2. Tumbukan Lempeng Benua Dengan Lempeng Samudera
Tumbukan antara lempeng samudera dengan lempeng benua akan mengakibatkan
lempeng samudera tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gununggunung api aktif di daratan benua.
Ketika suatu lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini
masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan
litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain
range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah parit
samudera (oceanic trench).
Dasar palung merupakan tempat perusakan lempeng benua akibat pergesekan dua
lempeng dan terjadi pula pengendapan batuan yang berasal dari laut dalam maupun yang
diendapkan dari darat. Endapan campuran itulah yang dinamakan batuan bancuh
atau melange.

Gambar 2. Tumbukan Lempeng Benua dengan Lempeng Samudera. Sumber: Carlson, Diane
H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Pada daerah tipe konvergen seperti ini yang memiliki aktivitas seismik yang cukup
tinggi, bahkan kebanyakan gelombang tsunami yang terjadi akibat aktivitas seismik pada tipe
ini yang ditimbulkan dari gempa-gempa besar yang dapat memicu terjadinya tsunami.
Contoh tipe ini terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang pantai barat Sumatera
dan di sepanjang pantai selatan Jawa. Selain itu, tipe pergerakan ini terdapat pada
Pegunungan Andes di Amerika Selatan, terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka
dan Lempeng Amerika Selatan.
Karakteristik Zona subduksi antara lain:
Busur Kepulauan (Island Arc)
Busur kepulauan terbentuk sepanjangzona subduksi yang letaknya sejajar
dengan palung samudera dan berjarak 100 400 km dan bergantung sudut penunjaman.
Busur Magmatik (Magmatic Arc)
Busur Magmatik akan terbentuk sepanjang zona subduksi merupakan rangkaian
aktifitas gunung api strato. Apabila gunung api strato terbentuk di benua maka dinamakan
busur vulkanik kontinental.
Bancuh (Melange)
Bancuh (Melange) merupakan salah satu karakteristik dari batas
konvergenyang terdiri dari batuan yang kacau (Chaotic) pecahan berbagai batuan
danteranjakkan. Bancuh (Melange) terbentuk dari sedimen muda dalam palung samudera

yangtertekan oleh litosfir yang bergerak dan terseret dalam blok-blok yang dibatasioleh sesarsesar terajakan (thrusted).
Busur punggungan
Punggungan busur depan (Fore arc ridge); biasanya alasnya adalah
melange,terbentuk oleh penebalan kerak akibat sesar-sesar anjakan pada ujunglempeng yang
ditabrak.
Cekungan
Cekungan Busur Depan (fore arc basin); merupakan daerah rendah yangterletak
antara palung samudera dan busur magmatik. Cekungan Busur Belakang (Back arc basin);
terbentuk karena kecepatanlempeng yang menabrak lebih besar daripada lempeng yang
ditabrak sehinggamenyebabkan tensional stress dan menarik bagian belakang ini ke bawah
danterbentuk cekungan.
3. Tumbukan Lempeng Benua Dengan Lempeng Benua
Pertemuan atau tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng benua akan
mengakibatkan kedua lempeng benua tersebut saling bertabrakan (continental
collision) sehingga menyebabkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas
dan semakin tinggi.

Gambar 3. Tumbukan Lempeng Benua Dengan Lempeng Benua. Sumber: Carlson, Diane
H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena
keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat untuk
tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras
dan menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik (mountain range). Contohnya
adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan daerah dataran tinggi Tibet, terbentuk dari
konvergensi antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia.

Gerakan Divergen

Divergen adalah pergerakan lempeng tektonik yang saling menjauh satu sama lainnya
(break apart)atau terpecah. Ketika lempeng
tektonik terpecah, lapisan lithosfer menipis dan akan terbelah membentuk batas divergen.
Bila pergerakan ini terjadi pada lempeng samudra, akan menyebabkan pemekaran lempeng
samudra yang menghasilkan palung laut. Namun bila pergerakan terjadi pada permukaan
lempeng benua, maka akan menghasilkan lembah retakan akibat kedua lempeng saling
berjauhan. Kedua bentuk pergerakan tersebut pada akhirnya akan membuahkan benua dan
samudra yang baru.
Gerakan divergen umumnya terjadi pada punggungan samudera. Dimana lempeng
saling menjauhi sumbu punggungan samudera sehingga terbentuk celah yang segera terisi
oleh lelehan batuan yang terinjeksi dari astenosfir dibawahnya. Material ini perlahan-lahan
mendingin dan membentuk lantai samudera yang baru, mendorong lantai samudera yang
lama sudah terbentuk sebelumnya mejauhi pusat pemekaran. Mekanisme ini berulang dan
berlangsung terus sejak 165 juta tahun yang lalu dan disebut pemekaran lantai samudera (sea
floor spreading) menjadi lantai samudera Altlantik. Kecepatan pemekaran ini antara 2 sampai
10 cm/tahun.
Mungkin yang paling terkenal dari batas-batas divergent adalah Mid-Atlantic
Ridge, yang terdapat sepanjang Lautan Artik hingga ujung Afrika sehingga batas divergent
ini mengelilingi setengah bagian bumi. Kecepatan penyebaran Mid Atlantic Ridge sekitas 2,5
cm/tahun, atau 25 km dalam 1 juta tahun. Kecepatan ini mungkin rendah bagi standar
manusia, tapi karena proses ini telah terjadi jutaan tahun maka lempeng telah bergerak
ratusan kilometer. Penyebaran lempeng benua selama 100 hingga 200 juta tahun telah
menyebabkan Lautan Altantik berkembang dari daerah perairan kecil diantara lempeng
Europa, America dan Afrika menjadi samudera luas seperti sekarang.

Gambar 4. Beberapa Mid Ocean Ridge di dunia. Sumber: Carlson, Diane H. Dkk. 2011.
Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill
Islandia adalah negara volkanik yang mengembang disebabkan oleh Mid Atlantic
Ridge, pulau ini menjadi laboratorium alam para ilmuan untuk mempelajari proses pemisahan
pada zona divergen. Islandia terpisah sepanjang pusat pemisahannya di antara Lempeng
Eurasia dan Amerika.

Gambar 5. Mid-Atlantic Ridge memisahkan Islandia dan memisahkan America Utara dan
Eurasia. Sumber: USGS. 2014. Understanding Plate Motion. http://pubs.usgs.gov/

Hasil dari pergerakan lempeng terlihat dengan mudah disekitar Gunung Api Krafla,
disebelah timur laut dari Iceland. Disana terdapat rekahan tanah yang melebar, dan setiap
bulan muncul suatu rekahan tanah yang baru. Dari tahun 1975 hingga 1984 beberapa kejadian

pemisahan terjadi di zona rekahan di Krafla. Beberapa kejadian perekahan ini disebabkan
oleh aktifitas vulkanik, rata-rata tanah bergerak sekitar 2 meter sebelum tiba-tiba berhenti,
aktifitas ini menjadi sinyal akan terjadinya erupsi. Disekitar tahun 1975 hingga 1984,
perpindahan yang disebabakan oleh perekahan tanah sekitar 7 meter.

Gambar 6. Semburan lava (dengan ketinggian 10 m) erupsi gunung api Krafla pada Oktober
1980 (Foto oleh Gudmundur E. Sigvaldason, Nordic Volcanological Institute, Reykjavik,
Islandia.)

Gambar 7. Foto udara area sekitar Thingvellir, Islandia, memperlihatakan zona retakan.
(Foto oleh: Oddur Sigurdsson, National Energy Authority, Islandia.)

Di Afrika Utara, proses pemisahan terjadi hingga antara sebagian lempeng Afrika
dengan lempeng Arab, sehingga membentuk Laut Merah. Aktifnya pemisahan antara
Lempeng Afrika dan Lempeng Arabian disebut dengan triple junction, dimana laut merah
bertemu dengan Teluk Aden. Pusat pemisahan baru berkembang di Afrika sepanjang zona
East African Rift, Dimana kerak benua membentang melewati batasnya sehingga retakan
akibat regangan mulai terjadi pada permukaan benua. Magma naik dan mengisi sepanjang
retakan, terkadang membentuk pegunungan vulkanik. Magma yang naik menyebabkan
tambahan tekanan dan menyebabkan terjadinya retakan sehingga pasti terjadi pemisahan.

Gambar 8. Peta Afrika Timur memperlihatkan beberapa pergerakan divergen. Sumber:


Carlson, Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill
Afrika Utara mungkin akan menjadi samudera utama bumi pada masa mendatang.
Interaksi lempeng pada wilayah tersebut menyediakan kesempatan scientis untuk
mempelajari bagaimana terbentuknya Atlantik yang sekitar 200 juta tahun yang lalu.
Geologist percaya, jika pemisahan terus berlangsung, tiga benua yang bertemu pada sudut
lempeng Afrika pada masa sekarang akan terpisah secara komplit dan Samudra Hindia akan
membanjiri daerah tersebut sehingga menjadikan wilayah paling barat Afrika menjadi pulau
besar.

Gambar 9. Foto dari helikopter (1994) memperlihatkan danau lava di Ethiophia, salah satu
gunung apo aktif yang ada di East African Rift Zone. Sumber: USGS. 2014. Understanding
Plate Motion. http://pubs.usgs.gov/

Gambar 10. Oldoinyo Lengai, gunung api aktif lainnya di zona retakan East African, erupsi
pada 1966. (Foto oleh Gordon Davies, bersumber dari Celia Nyamweru, St. Lawrence
University, Canton, New York.)

Gerakan Transform
Pergerakan lempeng transform adalah pergerakan yang terjadi pada dua bagian

lempeng bumi yang bergerak secara horisontal dan berlawanan arahnya atau saling bergeser
satu sama lain (slide each other). Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu.

Daerah lempeng bumi yang mengalami peristiwa pergerakan transform disebut dengan batas
transform. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Gambar 11. Skema Pergerakan Lempeng Transform. Sumber: Carlson, Diane H. Dkk. 2011.
Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill
Fenomena-fenomena yang sering terjadi akibat pergerakan lempeng transform adalah:
Aktivitas vulkanisme yang lemah;
Aktivitas seismik yang tidak terlalu besar;
Gejala pergeseran yang tampak pada tanggul dasar samudera yang tidak berkesinambungan,
melainkan terputus-putus.
Pada tipe ini tidak ada pembentukan lapisan astenosfer baru atau terjadinya
penyusupan yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya, contohnya adalah yang
terjadi antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang disebabkan karena
patahnya jalur pemekaran dasar laut (seafloor spreading) yang mengakibatkan terbentuknya
tipe ini, daerahnya biasa disebut sebagai pematang-tengah dasar laut atau Mid-Ocean Ridges.
Sedangkan pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng benua untuk tipe ini terjadi
akibat pergeseran dua buah lapisan secara horisontal yang muncul hingga permukaan,
contohnya adalah yang terjadi pada patahan San Andreas di California.
Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di
daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA.
Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah
tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.

Gambar 12. San Andreas Fault (Sesar San Andreas), California. Sumber: Carlson, Diane H.
Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Teori pengapungan benua


Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa
Pengapungan Benua (Continental Drift) diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener
(1915) dalam bukunya The Origins of Oceans and Continents. Pada hakekatnya hipotesa
pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa benua-benua yang ada
saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangaea.
Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian
terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted)
ke posisi seperti saat ini. Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta
tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut
Selama Periode Permian sekitar 225 juta tahun yang lalu, daratn di bumi membentuk
superkontinen tunggal, Pangaea. Pangaea terdiri dari lebih dari 95 persen daratan dunia dan
dikelilingi oleh Samudera Panthalassa
Selama periode Triassic, yang dimulai sekitar 200 juta tahun lalu, Pangaea mulai
pecah dan potongan-potongan benua secara bertahap menjauh menciptakan dua benua baru:
Gondwanaland dan Laurasia

Selama Periode Jurassic 135, pecahnya Pangaea menjadi lebih jelas. Laut Tethys
terbuka antara Laurasia di utara dan Gondwanaland di selatan. Di daratan Gondwanaland,
Amerika Selatan masih bergabung ke Afrika dan Antartika
Di era Cretaceous awal, sekitar 95 juta tahun yang lalu, Gondwana dan Laurasia
paleocontinent utara telah benar-benar putus, dipisahkan oleh Laut Tethys. Benua utara saat
ini terbentuk selama Periode Cretaceous, ketika Greenland terpisah dari Eropa dan Samudera
Atlantik mulai terbentuk akibat pemekaran dasar samudera.
Pada era Crestaceous akhir sekitar 65 juta tahun yang lalu, India terpisah dari Afrika
dan bergerak ke timur laut sebelum bertabrakan dengan Asia. Eropa memisahkan diri dari
Amerika Utara, dan dengan pemisahan akhir dari Amerika Selatan dari Afrika, samudera
yang baru Atlantik Selatan terbentuk. Australia dan Antartika masih terhubung.
Sekarang Ini adalah bagaimana dunia terlihat hari ini, tapi susunan benua tersebut
masih tetap akan berubah seiring berjalannya waktu. Pergeseran benua adalah proses, terus
menerus bertahap dengan rata-rata gerakan beberapa centimeter per tahun. Samudera Atlantik
secara bertahap meningkat dalam ukuran, sedangkan Samudera Pasifik semakin menyempit.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4505361/TEORI_PENGAPUNGAN_BENUA_ALFRED_WEGE
NER
Clara, Ruth. Divergen, Konvergen, Transform. 7 Desember 2015.
http://www.academia.edu/11476403/Divergen_Konvergen_Transform.
Munir. Moch. 2003. Geologi Lingkungan. Malang. Bayumedia
Turcotte. Donald L, Schubert. Gerald. Geodynamics Application of Continuum Physics to
Geological Problems. New York. John Wiley & Sons, Inc.
Carlson, Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology, Ninth Edition. New York: McGraw-Hill.
USGS. 2014. Understanding Plate Motion. 14 Desember 2015. http://pubs.usgs.gov/

Anda mungkin juga menyukai