BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu bangsa dapat dikatakan maju adalah dilihat dari harapan hidup penduduknya.
Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang tingkat kesehatan
penduduknya cukup baik (Darmojo dan Martono,1999). Meningkatnya status kesehatan
masyarakat, selain digambarkan dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga
dapat digambarkan dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai
akibat penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan terjadi
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur harapan hidup
disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan tantangan yang sangat
berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul sebagai dampak penuaan. Penyakit
penyakit pada lansia pada umumnya memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif
yang kronis. Sering kali keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis,
sehingga hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan,
1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk Indonesia, dan
lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan menunjukkan peningkatan yang sangat
berarti pada tahun 1995 yakni sebesar 55,8 % (Djojosugito,2000).Pandangan sebagian
masyarakat yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakitsakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya
sehingga segala aktifitas sangat dibatasi (Menuh,2000).
Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir yang
dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan mengalami
kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis maupun kegiatan sosial.
Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti menurut pandangan dan mitos-mitos,
karena mereka masih memiliki potensi dan dapat menjadi usia keemasan (golden age) dan atau
senior cotizen.Pada saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah pada pola
hidup individu mengakibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita. Banyak lansia yang
ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidakmampuan merawat dan tidak sedikit dari mereka kini
hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang masih beruntung bisa dirawat di Panti-Panti
32
Wreda. Keadaan ini memerlukan antisipasi dari semua pihak termasuk diantaranya profesi
keperawatan.
Keadaan lansia yang serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi sama seperti
manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan peningkatan kesejahteraan
sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus sehingga dapat mengurangi angka morbiditas
lansia serta menjadikan mereka hidup lebih sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu
praktek keperawatan lansia di Panti Wreda merupakan suatu langkah nyata untuk merealisasikan
upaya perawatan khususnya keperawatan bagi lansia, dengan fokus peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, optimalisasi fungsi fisik dan mental serta pemerliharaan kesehatan untuk
mendapatkan ketenangan hidup dan berproduktif.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan proses pembelajaran lapangan/klinik diharapkan dapat mempelajari
asuhan keperawatan pada lansia dan meningkatkan profesionalisme Profesi
keperawatan di Panti Werda Sosial Bahagia Magetan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajiian perawatan pada lansia
b. Melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada lansia
c. Melakukan tindakan keperawatan pada lansia
d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia di Panti Sosial Werdha
Bahagia Magetan.
C. Lingkup/Batasan Masalah
Pada laporan kasus ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Lansia Tn. S dengan
Gangguan Pola Aktivitas Akibat Rematik
Magetan.
D. Sistematika Penulisan
Asuhan Keperawatan ini disusun dengan mengunakan metode diskriptif dalam bentuk studi
kasus mengenai asuhan keperawatan pada lansia di Panti Wreda Bahagia Magetan.
Adapun langkah penulisan studi kasus ini sebagai berikut :
a.
32
b.
Studi kasus dengan melakukan asuhan langsung pada lansia mulai pengkajian
hingga evaluasi.
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
C.
Lingkup/Batasan Masalah
D.
Sistematika Penulisan
Teori Lansia
B. Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Pola Aktivitas Akibat Rematik
BAB 3 TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
B.
Rencana Keperawatan
C.
D.
Evaluasi
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
32
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Depkes
dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok
yakni:
(1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki lansia
(2) Kelompok lansia (65 tahun keatas)
(3) Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari
teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies Mutasisomatik (teorierrorcatastrophe) hal penting lainnya yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua
adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah
umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori
ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori Error
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut
menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan
sepanjang
32
c. Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya
Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya
prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan
Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun,
sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994
dikutif dari Nuryati, 1994)
d. Teori Free Radical
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh
manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan
Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen
(1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur
makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyababan sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan
dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu
pola prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan
dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
32
d. Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan mempercepat
proses penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebtuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat
perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan
sesuai dengan usianya.
B. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
1. Perubahan Fisik
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1)
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)
3)
4)
5)
6)
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun
yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)
kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
Sistem persyarafan.
32
3)
4)
1)
Penglihatan
d). Kornea lebih berbentuk skeris.
e). Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
f). Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
g). Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
h). Hilangnya daya akomodasi.
i). Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
j). Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2)
Pendengaran.
a). Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
b). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
c). Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
d). Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin.
3)
4)
Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b)
1)
32
2)
3)
1)
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2)
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3)
4)
Atropi vulva.
5)
6)
32
1)
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
2)
Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3)
Esofagus melebar.
4)
5)
6)
7)
Liver ( hati ),
Makin
mengecil
&
menurunnya
tempat
penyimpanan,
Sistem muskuloskeletal.
1)
2)
3)
kyphosis.
4)
5)
32
1)
2)
Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adiposa
3)
Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4)
Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5)
Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.
6)
Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7)
Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.
8)
Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9)
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.
j
32
dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang
apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang
lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk
anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih
banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih
fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2. Perubahan-perubahan mental
2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Ttingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
2.2. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain
seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berharihari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika
(0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada
daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
2.3. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.
1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada
fungsi mereka.
2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
3. Gangguan halusinasi.
4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
32
32
NO
HARI/
DX
EVALUASI
TTD
TGL
S :
1
Selasa,
05
/3/
02
kePapua
menghindari
(surat
klien
tdk
bermasalah
disampaikan
dng
pihak
S :
Rabu,0
6/3/02
32
S:O : Klien tdk segara bangun dari duduk/berdiri,berhatihati saat kekamar mandi/WC.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Teruskan rencana intervensi No. 3 & 5
S :
Kamis,
07/3/02
keadaannya.ditegur
karena
memaksa
ingin
kemadiun
O : Klien menangis & mengumpat krn dimarahi,.
A : Masalah belum teratasi
P : Teruskan rencana intervensi No. 2,3,4,5,6
S : Klien masih mengeluh nyeri pada sendi,jari-jari
2
debar.
O : Klien tdk segara bangun dari duduk/berdiri,
meringis bahkan menangis, Tensi= 170/90 mm
Hg,Nadi=80 x/mnt,RR=24 x/mnt, suhu=36,5 0c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Teruskan rencana intervensi
1
Jumat,
32
08/3/02
O :
keponakannya
Dari konsep diatas dapat dirumuskan beberapa diagnose keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan harga diri yaitu:
1). Gangguan harga diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah finansial,
masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi.
2). Resiko infeksi b.d penurunan daya tahan
3). Resiko cedera b.d gangguan fungsi vaskuler
2.5 Konsep Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan harga diri
2.5.1. Pengkajian
Kaji hal yang berhubungan dengan karakteristik atau identitas klien secara umum
termasuk genogram serta riwayat hidup klien terutama yang behubungan dengan
kondisi klien saat ini.
32
keasadarn klien.
2.5.2.Rematik
Pengertian : a/ penyakit inflamasi sistemik kronis yang tdk diketahui penyebabnya (karena
merupakan suatu sindrom yang sebagaian besar tdk diketahui penyebabnya)
Dikarakteristikan oleh kerusakan & proliferasi membran sinovial yg menyebabkan
kerusakan pada tulang & sendi.ankilosis & deformitas,mekanisme immunologi lebih
berperan penting mencetuskan & memperberat penyakit.(Darmojo.1999).
Etiologi :
Sebab-sebab gangguan rematik/muskuloskletal dpt dikelompokan sbb:
a. Mekanik
b. Metabolik
: Osteoporosis,Myxederma,penyakit peget
c. Penyakit keganasan
Artropati
karsinoma/Neuromiopati,
Dermatomyositis,
Osteoartropati hipertropika.
d. Pengaruh obat
e. Radang : Polymyalgia reumatika,temporal giant cell, Gout
Patofisiologi :
Rematik merupakan sindroma penyakit inflamasi sistemik kronik yg disebabkan :
-
Mekanik
Metabolik
Penyakit keganasan
Pengaruh obat
Radang
Nyeri
32
Resiko cidera/trauma
Pengakajian fokus
1. Data Biografi : Umur dan jenis kelamin
2. Keluahan utama : Nyeri sendi,kekakuan, bengkak & kelamahan
3. Riwayat penyakit sekarang : Pembengkakan sendi,kelemahan otot & gangguan gerak serta
nyeri (kesemutan) pada jari-jari tangan & kaki,tulang punggung,lutut,panggul.
4. Riwayat penyakit dahulu : Trauma berulang,kelainan kongenital/herediter,riwayat perokok berat
(masih dipertentangkan)DM,hipertensi & pemakaian estrogen.
5. manifestasi klienis : dapat terjadi pada semua jenjang umur, dari kanak-kanak s/d usia lanjut
atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Meningkat dengan meningkatnya umur.
(Darmojo,1999).
6. Pemerikasaan fisik :
B1= Pernapasan
Pernapasan cepat karena klien kesakitan
B2= Kardiovaskuler
Fenomena raynaud jari tangan/kaki (mis.pucat) intermiten,sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
B3= persarafan
Kebas/kesemutan pada tangan & kaki,hilangnya sensasi pada jari tangan & kaki
B4= Perkemihan-eliminasi uri
Kesulitan perawatan diri BAK ke WC
B5= Pencernaan-eliminasi alvi
Anoreksia,Mual,penurunan BB,kekeringan pada membran mukosa,BAB dibantu
B6= Muskuloskletal-integumen-otot
Nyeri sendi krn gerakan,nyeri tekan memburuk dng stres kekakuan sendi pada
pagi hari,keterbatasan rentang gerak,atropi otot,kulit,kontraktur/kelainan pada
sendi & otot,ketergantungan terhadap org lain.
7. Diagnostik test :
- Foto X Ray dari sendi yg sakit
- Aspirsi cairan sinovial
- LED meningkat 80 100 mm/hr
- Faktor rheumatoid : Positif pada 80 % - 95 % kasus
32
finansial,
2.
3.
4.
Dorong gerakan/latihan
5.
6.
7.
RASIONALISASI
1
32
lain
Beri dorongan terhadap aktivitas posistif
dan kontak dengan teman yang telah
dilakukan.
9 Bantu kien mengepresikan pikiran dan
perasaannya.
10 Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan
dan kejujuran serta berikan bimbingan
prilaku sesuai norma.
8
1.
2.
3.
4.
5.
INTERVENSI
RASIONAL
1
2
6.
Aktivitas yg mendadak
dpt meningkatkan status
imunologi. Klien juga bisa
terjatuh.
Mengurangi/menghilangk
an nyeri
3) Resiko terjadi trauma b.d penurunan fungsi & kelemahan bagian ekstrimitas tubuh
Tujuan
Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko terjadi trauma dan trauma tidak terjadi
Kriteria :
- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya
- Lantai tidak licin
- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar
- Tempat tidur aman
32
RASIONALISASI
1
2
3
32
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Nama
Jenis kelamin
Golongan darah
Tempat & tanggal lahir
Pendidikan terakhir
Agama
Status perkawinan
Tinggi badan/berat badan
Penampilan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Alamat
Keterangan
= Laki-laki
= Perempuan
= Lansia yang dirawat
= Meninggal
S
Laki-laki
A
Yogyakarta,13 Maret 1922 (80 th)
STM Bangunan Gedung
Katholik
Duda
156 cm / 52 kg
Rapi dan ceria dengan ciri tubuh pendek, kulit agak
gelap, rambut putih,gigi tinggal 5 buah
Perum Kopri Tulus harapan kepiting Blok U 4/3
Rt.3/Rw.II,Semarang atau Jl.Bubul 8 Jalur 3
No.225/329.Kecamatan Bubul,Mareuke,Papua
:
Wiwit dan Yus
:
Keponakan
:
Perum Bumi Mas Blok 9,No.11 Madiun
:
04 Maret 2002
32
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Alamat pekerjaan : Berapa jarak dari rumah
Alat transportasi
Pekerjaan sebelumnya
Berapa jarak dari rumah
32
Lain-lain
:G. Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Lansia beragama Katholik,kegereja bila diberikan
Ijin,berdoa,puasa dan membaca alkitab
Yang lainnya
: Klien suka menyanyi dan menari
H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Nyeri pada persendian,jari-jari
kaki dan tangan serta bahu.
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Lansia sudah terdeteksi
menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1996,Klien mengalami cidera pada
lutut/dislokasi patela setelah bermain sepak bola tahun 1969
Keluhan utama :
Quality/Quantity
: Bisa bangun setelah diam tdk bergerak
selama 20-30 menit.
Region
: Persendian.jari kaki dan tangan serta bahu
ki/ka
Severity scale
: Sangat susah jika menggerakan tubuh
Timing
: dirasakan saat bangun tidur/pagi hari atau
duduk/berdiri pada suatu posisi yg lama
Obat-obatan yang digunakan klien saat ini
NO
NAMA OBAT
DOSIS
KET
1
B1
1X1 tab
Untuk obat sakit pegal
2
Axalan Tab
3X1 tab
badannya.diberikan o/
perawat panti 1 hari
Status imunisasi :
tak ingat
Alergi
:
Obat-obatan :
Makanan
: daging dan ikan bandeng (badan gatal-gatall)
Faktor lingkungan: Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak merasakan adanya suatu penyakit.
Tetapi klien mengeluh persendian,jari tangan dan kaki sering kesemutan/sakit
I. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : A ; Lansia mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Nafas 18 X/mnt, Suara paru normal, Wh -/-, Rh +/+, batuk +, sesak Cairan dan eklektrolit
: Minum utama air putih 5 gelas (@200 cc)/hari ditambah
teh. Lansia minum kopi.pagi & sore.
Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan lauk sesuai yang disediakan Panti. Semua
makanan yang disediakan bisa dihabiskan. Nafsu makan baik.
Eliminasi : bab 1 kali sehari pagi, jumlah dan konsistensi normal.
32
Aktivitas
: Klien aktif beraktivitas seperti mengikuti kegiatan sosialisasi dan
kegiatan lain yang dilaksanakan oleh panti. Klien merasa senang jika ada kegiatan
hiburan.berkumpul dengan rekan sesama penghuni panti..
Istirahat dan tidur : klien tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk. 01.00
dan bangun pk. 03.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan masa lalu dan
rasa bersalah akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap keluarga.
Personal hygiene : Kepala bersih, hidung, telinga dan mulut bersih. Klien mandi 2
x sehari dengan sabun, klien menggosok gigi 2 x sehari dengan menggunakan
pasta gigi. Kuku kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang. Kulit bersih
Seksual
: Lansia mengatakan masih mempunyai keinginan seks terhadap lawan
jenis. Lansi masih bisa terangsang dan ereksi bila melihat tubuh wanita yang
seksi. Tetapi klien menyadari sekarang klien sudah ada di panti dan harus
mengikuti aturan yang ada.
Rekreasi
: Klien dapat berekreasi dengan sesama lansia melalui kegiatan rekreasi
yang dilakukan oleh Panti setap hari Rabu. Dengan kegiatan ini klien dapat
menyalurkan hobi menyanyi dan menarinya.
Psikologis
:
Persepsi klien
: Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di Panti
karena terlantar dan tdk mampu bekerja lagi dan tidak memiliki dana yang
cukup untuk menghidupi dirinya. lansia mengatakan telah gagal dalam
hidupnya. Tetapi lansia menyadari bahwa semua ini merupakan nasib dan garis
hidup yang harus dijalani (diucapkan sambil menangis).
Konsep diri : Lansia beranggapan memiliki karisma u/ menundukkan hati
orang
Emosi
: Lansia nampak sedih setiap menceritakan keadaan dirinya dan
riwayat kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa.
Adaptasi
: Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan tdk
betah tinggal di Panti ia ingin kembali kePapua tapi ia perlu uang.Klien
menulis surat kepada keluarga/kenalan/Mahasiswa bahwa ia sangat
memerlukan uang u/kembali kePapua,saat pengakajian klien menitipkan surat
u/pembimbing PSIK (tdk disampaikan khawatir klien mendapat teguran dari
pihak panti).
Mekanisme pertahanan diri: Suka menceritakan kesulitan/kesusahan
nya
kepada semua org dengan maksud mendpatkan belas kasihan/diberi
uang/makanan.(manipulasi)
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum
: Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat beraktivitas secara penuh
Tingkat kesadaran: Kompos mentis
GCS
: E4 V5 M6
Total : 15
Tanda vital : S: 36,8 o C, Nadi : 64 X/mnt, Tensi : 165/90 mmHg,RR:18 x /mnt
1. Kepala : Rambut uban semua, benjolan tidak ada, kulit kepala bersih
2. Mata-Telinga-Hidung : Katarak (-), visus 6/6, klien mengalami kesulitan jika
menutup mata kanan kadang gatal dan perih. Pendengaran baik, serumen (-),
hidung tidak ditemukan kelainan.
3. Leher : Tidak ditemukan benjolan ataupun bendungan vena jugularis.
32
32
DATA (SIGN/SYMPTOM)
INTERPRETASI
(ETIOLOGI)
DS
:Keluhan
nyari
pada
persendian,jari kaki dan tangan,
Patela dislokasi,jari kaki dan tangan
kaku, tempat tidur tinggi, lokasi
Panti yang naik turun
DO : Jari kaki & tangan kaku, klien
tdk segera bangun saat pagi
hari,saat dipaksa berdiri kaki
gemetar
&
klien
meringis
kesakitan.Tensi=165/90mmHg,
Nadi= 64 x/mnt, RR=18 x/mnt.
Lansia
Tulang
density,berkuran
g & rapuh
Penyakit
inflamasi &
sistemik kronik
Kerusakan
tulang,sendi &
MASALAH
(PROBLEM)
4
Nyeri kronis
32
kekakuan
sulit/nyeri saat
bergerak
Lingkungan tdk
kondusif
Jatuh/cidera
3.2 Prioritas Diagnose Keperawatan
1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat
ditandai dengan skala depresi 15 (depresi sedang), tidur hanya 3-4 jam/hari, sering
melakukan mekanisme koping rasionalisasi, menangis jika menceritakan masa
lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak klien.
2) Nyeri kronis b.d disfungsi jaringan/destrusi sendi
3) Resiko terjadi trauma/jatuh b.d kelemahan bagian tubuh dan tekanan darah yang
tidak stabil
32
3.3. Perencanaan
1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat
ditandai dengan skala depresi 15(depresi sedang), tidur hanya 3-4 jam/hari,
sering melakukan mekanisme koping manipulasi, menangis jika menceritakan
masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak klien.
Tujuan :
Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri
- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas tanpa berbohong u/ mendapatkan uang & makanan
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.
Rencana tindakan
Hari/
INTERVENSI
RASIONALISASI
tanggal
Selasa,
5/3/2002
aman.
Tingkatkan interaksi sosial
Hindari perlindungan ber-lebihan
2).
32
Dorong gerakan/latihan
3
4
5
5)
32
HARI/
INTERVENSI
RASIONAL
TANGGAL
Kamis,
7/3/2002
1.
2.
3.
4.
5.
tentang
1.
2.
tehnik
3.
4.
6.
5.
Aktivitas yg mendadak
dpt meningkatkan status
imunologi. Klien juga bisa
terjatuh.
6.
Mengurangi/menghilan
gkan nyeri
3) Resiko terjadi trauma b.d penurunan fungsi & kelemahan bagian ekstrimitas
tubuh
Tujuan
Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko
terjadi trauma dan trauma tidak terjadi
Kriteria :
- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya
- Lantai tidak licin
- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar
- Tempat tidur aman
- Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
- Tekanan darah normal
HARI/
INTERVENSI
RASIONALISASI
TANGGAL
Rabu,
1.
Amankan
benda-benda
1.
32
6/3/2002
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
3.4 Pelaksanaan
Hari/tgl
Tindakan
Evaluasi formatif
(Hasil)
Membina
hubungan saling percaya
perawat klien dengan cara:
Perkenalan lebih intensif
Mendorong
individu
mengungkapkan
perasaan.
Mendorong individu bertanya tentang
masalah dan penanganan serta akibat jika
masalah stress tidak diatasi
Menjelaskan mengenai konsep harga diri,
perawatan
dan
pemberi
pelayanan
perawatan.
Selasa
5/3/2002
07.40-14.40
2
3
Rabu,
6/3/2002
08.00-14.30
4
5
6
7
Kamis
7/3/2002
08.00-14.15
8
9
10
Jumat
8/3/2002
07.30-09.00
11
12
13
14
3.5. EVALUASI
NO
HARI/
DX
EVALUASI
TTD
TGL
S :
1
Selasa,
05
/3/
02
kePapua
menghindari
(surat
klien
tdk
bermasalah
disampaikan
dng
pihak
S :
Rabu,0
6/3/02
Kamis,
07/3/02
keadaannya.ditegur
karena
memaksa
ingin
kemadiun
O : Klien menangis & mengumpat krn dimarahi,.
A : Masalah belum teratasi
P : Teruskan rencana intervensi No. 2,3,4,5,6
S : Klien masih mengeluh nyeri pada sendi,jari-jari
2
debar.
O : Klien tdk segara bangun dari duduk/berdiri,
meringis bahkan menangis, Tensi= 170/90 mm
Hg,Nadi=80 x/mnt,RR=24 x/mnt, suhu=36,5 0c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Teruskan rencana intervensi
keadaannya.
Jumat,
08/3/02
O :
keponakannya
DAFTAR PUSTAKA
Ader R & Cohen N. (1991). The Influence Of Conditioning On Immune Response,
Psychoneuroimmunology. 2 nd Ed. Academic Press Inc. San Diego
Azis H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. AKPER
Dr. Otten. Bandung. (Makalah)
Bouchard C, (1990). The Field of The Phisical Activity Science. Human Konetics
Books. Champaign.
Darmojo dan Martono, (1999). Geriatri. PercetakanYudistira. Jakarta,
Departemen Kesehatan R.I, (1995), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta
Djojosugito. A.H.M (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi
Perawat. Bandung. (Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI).
Lueckenotte. (1998) (alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerontologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Nuryati M.(1994). Proses Menua.AKPER Dr. Oten. Bandung. (Makalah)
Nurgiwiati.E. (1994) Perubahan-Perubahan Psikososial Pada Usia Lanjut.
AKPER Dr. Oten. Bandung.
Soedoso (1995). Cedera Olahraga. EGC.Jakarta.
Shadikin. dr. (1999). Modulasi Imunologi Pada Pemberian Aktivitas Dengan
Metode DLF. UNAIR. Surabaya.
Stevens P.J.M, F. Bordui, Van Der Weyde (1999), Perawatan Lanjut Usia, EGC,
Jakarta
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian klien dengan gangguan pola aktivitas akibat dari Rematik
perubahan fisik yang terjadi berupa pada sistem muskuloskletal berupa kekakuan pada jari
tangan & kaki, dan sitem pencernaan yaitu gigi yang hanya tinggal 5 menyebabkan
kemampuan memotong, mengunyah dan menelan menurun, sedangkan sistem
pernafasan, sistem kardiovaskueler, sistem perkemihan, sistem reproduksi masih dalam
batas normal, kemungkinan hal ini disebabkan karena pengaruh kinerja klien sebelum
menjelang masa tuanya sebagai perkerja dan bersikap santai.
Masalah-masalah yang muncul pada kien Tn. S tidak sekomplek dengan masalah
yang didapatkan di teori pada klien dengan Rematik umumnya, hal ini disebabkan karena
tingkat kemampuan, adaptasi dan koping individu yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Masalah-masalah yang muncul adalah Nyeri kronis, risiko cedera dan
kemampuan dalam perawatan mandiri.disamping masalah psikologis gangguan harga diri
Dalam intervensi dan implementasisecara umum tidak banyak perbedaan, hanya
saja perlu modifiksi untuk mempermudah dan bersifat operasional sehingga bisa
dilaksanakan dan diaplikasikan oleh klien sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
dan dana yang ada.
Evaluasi dari yang telah dilakukan dari berbagai tindakan baik independent
maupun interdependent dan dalam catatan perkembangannya memberikan evaluasi yang
baik walaupun tidak maksimal, disamping muncul masalah baru yaitu hipertensi klien dan
nyeri dada muncul kembali. tetapi hal tersebut lebih disebabkan karena kasus insidentil
akibat klien ditegur/tdk diijinkan u/ pulang kerumah keponakannya.(kebiasaan klien saat
keluar selalu meminta uang keorg-org dengan mengaku sebagai lansia yg ditelantarkan
oleh panti tetapi semuanya bisa diatasi dengan baik berkat kerjasama semua pihak. Klien
merupakan lansia bermasalah baik secara fisik maupun psikologis sehingga memerlukan
pengawasan
yang
ketat dan
kelembutan/kesabaran.
pendekatan
yang
lebih
intensif
serta
penuh
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
B. Saran
1.
2.
3.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Nama
Jenis kelamin
Golongan darah
Tempat & tanggal lahir
Pendidikan terakhir
Agama
Status perkawinan
Tinggi badan/berat badan
Penampilan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Alamat
Keterangan
= Laki-laki
= Perempuan
= Lansia yang dirawat
= Meninggal
S
Laki-laki
A
Yogyakarta,13 Maret 1922 (80 th)
STM Bangunan Gedung
Katholik
Duda
156 cm / 52 kg
Rapi dan ceria dengan ciri tubuh pendek,
kulit agak gelap, rambut putih,gigi tinggal 5
buah
Perum Kopri Tulus harapan kepiting Blok U
4/3 Rt.3/Rw.II,Semarang atau Jl.Bubul 8
Jalur 3 No.225/329.Kecamatan
Bubul,Mareuke,Papua
:
Wiwit dan Yus
:
Keponakan
:
Perum Bumi Mas Blok 9,No.11
:
04 Maret 2002
C. Riwayat Pekerjaan
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
Klien tertangkap saat Razia karena tdk membawa identitas dianggap
sebagai lansia terlantar, keluaga diMadiun tdk mau menampung,dipanti klien
sering meminta uang kepada org dengan mengatakan dirinya sebagai lansia
terlantar terlebih bila klien diijinkan keluar panti seperti kegereja,rumah
keponakan dan lainnya
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Type tempat tinggal
: Panti Sosial Tresna Wredha Bahagia diWisma
Arimbi
Jumlah kamar
: 6 buah kamar tidur (3 kamar diisi lansia masing 2
org;1 u/pegawai, 2 u/ gudang) 3 kamar mandi
(dinding dilengkapi penggangan) ,1 ruang santai,
1 ruang makan,1 buah dapur.
Kondisi tempat tinggal
: Luas, ventilasi cukup,pencahayaan cukup,
kebersihan kurang,lalat banyak.
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 .orang laki-laki.
Derajat privasi
: 2 kamar dihuni o/ 2 org dan 1 kamar dihuni o/ 1 org.
E. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat
: Menyanyi,menari dan kegiatan dipanti spt:senam
klien tdk menyukai kegiatan ketrampilan
Keanggotaan dalam organisasi : Sebagai ketua kelompok diwisma Arimbi
Liburan/perjalanan
: Jalan-jalan disekitar panti/antar Wisma.
F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Puskesmas Candi,Magetan
Jarak dari rumah
: 3 Km
Rumah Sakit
: RSUD. Magetan 10 km
Klinik
: Dr Umum jaraknya 3 km
Pelayanan kesehatan di rumah/Panti
: 1 org Perawat Panti yg melayani
keseluruhan lansia sebanyak 52 org.
Makanan yang dihantarkan
: Dibagikan per-wisma
G. Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Lansia beragama Katholik,kegereja bila diberikan
Ijin,berdoa,puasa dan membaca alkitab
H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Nyeri pada persendian,jarijari kaki dan tangan serta bahu.
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Lansia sudah terdeteksi
menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1996,Klien mengalami cidera
pada
lutut/dislokasi patela setelah bermain sepak bola tahun 1969
Keluhan utama :
Quality/Quantity
: Bisa bangun setelah diam tdk
bergerak
selama 20-30 menit.
Region
: Persendian.jari kaki dan tangan serta bahu
ki/ka
Severity scale
: Sangat susah jika menggerakan tubuh
Timing
Makanan
: daging dan ikan bandeng (badan gatalgatall)
Faktor lingkungan: Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak merasakan adanya suatu
penyakit. Tetapi klien mengeluh persendian,jari tangan dan kaki sering
kesemutan/sakit
I. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : A ; Lansia mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Rh +/+, batuk +
Cairan dan eklektrolit
: Lansia minum kopi.pagi & sore.
Nutrisi : tdk ada masalah
Eliminasi : Tdk ada masalah.
Aktivitas
: Tdk ada masalah..
Istirahat dan tidur : klien tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk.
01.00 dan bangun pk. 03.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan
masa lalu dan rasa bersalah akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap
keluarga.
Personal hygiene : Kuku kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang.
Seksual
: Tdk ada masalah.
Rekreasi
: Tdk ada masalah.
Psikologis
:
Persepsi klien
: Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di
Panti karena terlantar dan tdk mampu bekerja lagi dan tidak memiliki
dana yang cukup untuk menghidupi dirinya. lansia mengatakan telah
gagal dalam hidupnya. Tetapi lansia menyadari bahwa semua ini
merupakan nasib dan garis hidup yang harus dijalani (diucapkan sambil
menangis).
Konsep diri : Lansia beranggapan memiliki karisma u/ menundukkan
hati orang
Emosi
: Lansia nampak sedih setiap menceritakan keadaan dirinya
dan riwayat kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa.
Adaptasi
: Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan
tdk betah tinggal di Panti ia ingin kembali kePapua tapi ia perlu
uang.Klien menulis surat kepada keluarga/kenalan/Mahasiswa bahwa ia
sangat memerlukan uang u/kembali kePapua,saat pengakajian klien
DATA (SIGN/SYMPTOM)
INTERPRETASI
(ETIOLOGI)
MASALAH
(PROBLEM)
kesakitan.Tensi=165/90mmHg,
sulit/nyeri
saat
Nadi= 64 x/mnt, RR=18 x/mnt.
bergerak
Lingkungan tdk
kondusif
Pertahanan tubuh
tdk stabil
Jatuh/cidera
Resiko terjadi
trauma
3.3. Perencanaan
1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak
adekuat ditandai dengan skala depresi 15(depresi sedang), tidur hanya 3-4
jam/hari, sering melakukan mekanisme koping manipulasi, menangis jika
menceritakan masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak
klien.
Tujuan :
Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri
- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas tanpa berbohong u/ mendapatkan uang & makanan
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.
Rencana tindakan
Hari/
INTERVENSI
RASIONALISASI
tanggal
Selasa,
5/3/2002
Rabu,
6/3/2002
aman.
10 Tingkatkan interaksi sosial
Hindari perlindungan ber-lebihan
2).
Dorong gerakan/latihan
5)
HARI/
INTERVENSI
RASIONAL
TANGGAL
Kamis,
7/3/2002
7.
8.
9.
Ajarkan
relaksasi.
10.
11.
12.
tentang
tehnik
7.
Aktivitas yg mendadak
dpt meningkatkan status
imunologi. Klien juga bisa
terjatuh.
12.
Mengurangi/menghilan
gkan nyeri
3) Resiko terjadi trauma b.d penurunan fungsi & kelemahan bagian ekstrimitas
tubuh
Tujuan
Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko
terjadi trauma dan trauma tidak terjadi
Kriteria :
- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya
- Lantai tidak licin
- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar
- Tempat tidur aman
- Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
- Tekanan darah normal
HARI/
INTERVENSI
RASIONALISASI
TANGGAL
Rabu,
6.
6/3/2002
7.
8.
9.
10.
Amankan
benda-benda
berbahaya yang ada di sekitar
klien.
Perhatikan
agar
lantai
jangan terlalu licin
He agar klien hati-hati bila
baru bangun terutama jika
kepala pusing. Beritahu agar
klien jangan salah posisi jika
bergerak.
Jaga agar tempat tidur
bersih dan tidak terlalu tinggi.
Lakukan pemeriksaan fisik
secara teratur dan he agar klien
mengurangi jumlah garam.
6.
3.4 Pelaksanaan
Hari/tgl
Tindakan
Evaluasi formatif
(Hasil)
15 Membina
hubungan saling percaya
perawat klien dengan cara:
Perkenalan lebih intensif
Mendorong
individu
mengungkapkan
perasaan.
Mendorong individu bertanya tentang
masalah dan penanganan serta akibat jika
masalah stress tidak diatasi
Menjelaskan mengenai konsep harga diri,
perawatan
dan
pemberi
pelayanan
perawatan.
Selasa
5/3/2002
07.40-14.40
Rabu,
6/3/2002
08.00-14.30
Kamis
7/3/2002
08.00-14.15
Jumat
8/3/2002
07.30-09.00
NO
HARI/
DX
EVALUASI
TTD
TGL
1
2
3
Selasa,
05
/3/
02
Rabu,0
6/3/02
Kamis,
07/3/02
1s/d 3
S :
karena
memaksa
ingin
kemadiun
O : Klien menangis & mengumpat krn dimarahi,.
A : Masalah belum teratasi
P : Teruskan rencana intervensi No. 2,3,4,5,6
2
S :
Jumat,
08/3/02
keadaannya.
O :
keponakannya
Patofisiologi :
Rematik merupakan sindroma penyakit inflamasi sistemik kronik yg disebabkan :
-
Mekanik
Metabolik
Penyakit keganasan
Pengaruh obat
Radang
Nyeri
Penurunan ADL
Resiko cidera/trauma