Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mola hidatidosa merupakan proses degenarasi pada vili korionik
plasenta yang meneyebabkan perkembangan vesikel jernih mirip kista
berbentuk seperti seikat anggur (Varney, 2002).
Angka kejadian Mola hidatidosa di dunia menunjukkan angka yang
tinggi terutama di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika latin. Di negaranegara barat dilaporkan insidensi 1:200 atau 2000 kehamilan, di negaranegara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan (M. Rusda, 2015).
Dikutip dari M. Rusda, 2015 insidensi GTD konstan sekitar 1 sampai
2 per 1.000 kelahiran di Amerika Serikat dan Eropa. Frekuensi yang sama
dijumpai di Afrika Selatan dan Turki. Tingkat insidensi yang lebih tinggi telah
dilaporkan di Asia. Berdasarkan populasi, penelitian di Korea Selatan
mencatat penurunan insidensi dari 40/1.000 kelahiran menjadi 2/1.000
kelahiran. Demikian pula, rumah sakit berbasis studi di Jepang dan Singapura
telah menunjukkan penurunan kejadian mendekati angka di Amerika Serikat
dan Eropa. Beberapa kelompok etnis, lebih berisiko mengalami penyakit
trofoblas gestasional yaitu hispanik, penduduk asli Amerika dan kelompok
populasi tertentu yang hidup di Asia Tenggara. Insidensi molahidatidosa
dengan janin hidup terjadi pada 1/20.000 1/100.000 kehamilan.
Sedangkan di Indonesia menunjukkan angka kematian ibu yang tinggi
yaitu sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor dari tingginya
angka kematian ibu di Indonesia adalah karena mola hidatidosa, akibat dari
perdarahan yang terjadi pada penderita mola hidatidosa. Menurut beberapa
laporan kejadian Mola hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1:51 sampai
1:141 kehamilan (Windapuspi, 2015).
Menurut WHO (World Health Organization) Insidensi penyakit
trofoblas di Indonesia maupun negara berkembang masih cukup tinggi
apabila dibandingkan dengan negara yang maju. Angka kejadian mola
hidatidosa berkisar antara 1:1.450 hingga 1:2.000 kehamilan dan angka
kejadian koriokarsinoma 1:14.000 sampai dengan 1:40.000 kehamilan,

sedangkan di Indonesia kejadian mola 1:51 sampai 141 kehamilan, di Jawa


Barat 1:28 sampai 1:105 kehamilan ( Yudi, 2014).
Belum banyak diketahui angka kejadian mola hidatidosa di Provinsi
Kepulauan Riau terutama di Tanjungpinang. Maka dari itu kelompok tertarik
membahas mola hidatidosa sebagai pembahasan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang menunjukkan tingginya tingkat
penderita Molahidatidosa.Maka kelompok merumuskan masalah pada makalah
ini yaitu Bagaimana Asuhan keperawatan MolaHidatidosa
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada Mola
Hidatidosa
2. Tujuan Khusus :
a.
b.

Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi mola hidatidosa


Agar mahasiwa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem

c.
d.

reproduksi
Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi mola hidatidosa
Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis mola

e.
f.
g.

hidatidosa
Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi mola hidatidosa
Agar mahasiwa mampu mengetahui Pathway mola hidatidosa
Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi mola hidatidosa

h.

Agar mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostik mola


hidatidosa

i.

Agar mahasiwa dapat mengetahui penatalaksanaan medik mola

j.

hidatidosa
Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada mola
hidatidosa

D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan

Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti


buku Saku Bidan, Seri Askeb kehamilan, Obstetri williams, pengantar
kuliah obstetri dan nanda nic-noc.
2.

Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan
dengan asuhan keperawatan pada mola hidatidosa.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Asuhan
keperawatan mola hidatidosa, sehingga menambah wawasan dalam
pengembangan ilmu keperawatan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai, asuhan
keperawatan mola hidatidosa,sehingga dapat dijadikan sebagai penambah
wawasan bagi mahasiswa dengan meletakkan diperpustakaan.
3. BagiPembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan mola hidatidosa.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
A. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiridari latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
B. BAB II: TINJAUAN TEORI
Yang terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, pathway, komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik, dan asuhan keperawatanpada pertusis.
C. BAB III: TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian,

diagnosa

keperawatan,

intervensi

keperawatan ,implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.


D. BAB IV: PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TEORITIS
A. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang
tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu

disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma
trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999).
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hamper seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999).
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang
menyebabkannya antara lain:
1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
1. Imunoselektif dari trofoblas
2. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
3. Paritas tinggi
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas
C. Manifestasi Klinis
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
a. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore
b. Terdapat perdarahan per vagina yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
c. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
d. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
D. Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:

1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau koriokarsinoma.
E. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan
merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi
embrio. Secara histo patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah :
satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm.
mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma

Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak
kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau iebih
( 25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang
setelah mola hidatidosa sembuh.
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik
cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan
vagina, serta evaluasi keadaan servik.
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
5. Arteriogram khusus pelvis
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital
untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah;
barulah dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan
kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
1). Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan
selama 12 jam.
2). Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin (
pitosin atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu
lakukan evakuasi isi kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah
cunam ovum yang agak besar atau kuret besar : ambillah dulu
bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada kavum uteri. Pada
kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak
usah terlalu bersih.
3). Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan
tampon utero - vaginal selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo - patologik dalam 2
porsi:
1). Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
2). Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.
d. Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan
umum penderita.
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk
pemeriksaan laboratorium.
f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
ada

beberapa

institut

yang

mengeluarkan isi rahim ( mola).

melakukan

histerotomia

untuk

g.. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)
: usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
besar (mola besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.
2. Periksa ulang ( follow-up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai
kontrasepsi pil. Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan
menyulitkan observasi. Juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa
ulang selama 2-3 tahun:
a. Setiap minggu pada triwulan pertama
b. Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
d. Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Setiap perikas ulang penting diperhatikan :
1). Gejala klinis : perdarahan, keadaan umum dll
2). Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan in spekulo : tentang
keadaan servik, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein
bertambah kecil atau tidak dll.
3). Reaksi biologis atau imonologis air seni :
a). Satu kali seminggu sampai hasil negatif
b). Satu kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya
c). Satu kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
d). Satu kali 3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan.
Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu,
: 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2 % dalam
1 tahun setelah mola keluar.
3. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa
Beberapa institut telah memberikan methotrexate ( MTX) pada
penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para
ahli lain tidak setuju pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu

mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek
samping dan penyulit yang berta.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian MTX bila :
a. Pengamatan lanjutan sukar dilakukan
b. Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap
positif
c. Pada high risk mola.

10

H. Pathway

Faktor ovum
Mengalami keterlambatan
dalam pengeluaran
Kematian ovum
di dalam tubuh
Mengalami degenerasi
Jangot-jangot korion yang
tumbuh berganda dan
mengandung cairan
Kista-kista kecil
seperti anggur
Molahidatidosa
Tindakan invasif
Kuretase
Perdarahan

Jaringan terdapat
ulkus

Kurang informasi
tentang prosedur

Bakteri mudah masuk

Kurang pengetahuan

Resiko jaringan ulkus

Cemas

Hipovolemik
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan

Resiko tinggi infeksi


Menstimulasi reseptor nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri

11

BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas

Kelemahan.

Kesulitan ambulasi.

b. Sirkulasi

Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok).

Edema jaringan.

c. ELIMINASI

Ketidakmampuan defekasi dan flatus.

Diare (kadang-kadang).

Cegukan; distensi abdomen; aabdomen diam.

Penurunan haluan urine, warna gelap.

Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul,


bising usus kasar (obstruksi), kekakuan abdomen, nyeri tekan.
Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara
bebas dalam abdomen).

d. Cairan

Anoreksia, mual/muntah; haus.

Muntah proyektil.

Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.

e. Kenyamanan/Nyeri

Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.

f. Pernapasan

Pernapasan dangkal, takipnea.

g. Keamanan

Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pascamelahirkan, abses retroperitoneal.

12

2. Diagnosa Keperawatan
a. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

13

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. Y DENGAN MOLA HIDATIDOSA
DI RUANG BOUGENVIL RSUD TUGUREJO SEMARANG
Tanggal masuk

: 19 Juli 2007

Jam masuk

: 11.46 WIB

Ruang

: Bougenvil

No. Reg Med : 146245

Pengkajian

: 20 Juli 2007

A. Identitas
Nama pasien

: Ny. Y

Umur

: 53 tahun

Suku/Bangsa

: Jawa / Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Banyu Ringin RT 01 / IV Singorejo, Semarang

Nama suami

: Tn. M

Umur

: 56 tahun

Suku/bangsa

: Jawa / Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Pekerjaan

: Wiraswasta

14

i. Riwayat Keperawatan
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif
sedikit selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari
pertama haid terakhir tanggal 20 Juni 2007, tanggal 14 Juli terjadi
perdarahan, di bawah ke bidan tanggal 15 Juli 2007, tanggal 19 Juli
2007 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa ke RSUD Tugurejo
Semarang pada tanggal 19 Juli 2007.
b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya
Klien sebelumnya belum pernah mengalami.
Klien sudah memiliki 5 anak.
3. Riwayat KB
-

Jenis

: Suntik 3 bulan

Lama

: 20 tahun

4. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran
pada anggota keluarga lainnya.
5. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran; klien tidak
mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.
b. Pola Aktivitas dan latihan
Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan akti vitas seperti
biasanya dan tidak menambah waktu istirahat karena klien tidak
merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini klien merasa nyeri pada perut
bagian bawah dan perdarahan walaupun tidak terlalu mengganggu

15

kegiatan sehari-hari. Nyeri yang timbul terasa lebih berat saat merubah
posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum

: Composmentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Pernafasan

: 20 X/menit

Nadi

: 80 X/menit

Konjungtiva

: Anemis

Sclera

: Anikteric

Turgor kulit

: elastis

Warna kulit

: agak pucat

a. Inspeksi:
Pembesaran relatif abdomen
Linea alba tidak ada
Striae pada perut sedikit
b. Palpasi
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri : 2 Jari diatas pusat.
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
-

Vaginal Toucher

: tidak ditemukan

fluks
-

Portio: Lunak, nyeri goyang (-),

Pembukaan 1 Cm
-

Cavum Uteri : TFU 2 jari di atas pusat.

Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan

(-) Massa (-)


c. Auskultasi
Doppler tidak dilakukan

16

7. Data Penunjang
HCG Test

: Positif

Hemoglobin

: 8,9 mg %

Ultra Sonografi

Diagnosa Medik

: Mola Hidatidosa

17

ANALISIS DATA

18

Masalah

Tgl/Jam Data

Etiologi

20 Juli

DS :

Perdarahan akibat

Keperawatan
Devisit volume

2007

- Mengeluh nyeri

kerusakan jaringan intra

cairan

09.00

perut bagian bawah

uterus menimbulkan

dan perdarahan

perdarahan dan

sudah 6 hari, badan

penurunan volume

lemah

cairan.

DO :
- Perdarahan
pervaginal
bergumpal
- Hb 8,9 g/dl
20 Juli

- Kulit agak pucat


DS:

Akibat perdarahan

Resiko tinggi

2007

- Mengeluh

mengakibatkan kondisi

untuk infeksi

09.15

perdarahan sudah 6

vulva hygiene menjadi

hari

berkurang dan selalu

DO :

lemabab, beresiko

- Perdarahan

terhadap terjadinya

pervaginal

infeksi

bergumpal
- Vulva kotor dan
20 Juli

lembab
DS :

Kerusakan jaringan yang

Gangguan rasa

2007

- Menyatakan nyeri

terjadi dapat

nyaman (nyeri)

9.40

perut bagian bawah


- Mengeluh
perdarahan sudah 6

mengakibatkan nyeri dan


mengganggu kondisi fisik
dan psikologis klien.

hari
DO :
- Kadang meringis
menahan nyeri

19

Diagnosa Keperawatan
d. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
e. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

20

No

Diagnosa

Tujuan

Devisit Volume

Setelah dilakukan tindakan

Cairan

keperawatan, maka Tidak

berhubungan

terjadi devisit volume cairan,

dengan

seimbang antara intake dan

Perdarahan

output baik jumlah maupun


kualitas.

Intervensi
a.

Kaji kondisi status

- TTV stabil

- Membran mukosa

a. Pengeluaran cairan pervaginal

hemodinamika
b.

sebagai akibat abortus memiliki

Ukur pengeluaran
harian

c.

b.

ditambah dengan jumlah cairan

memenuhi kebutuhan
cairan

karekteristik bervariasi
Jumlah cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan harian

Anjurkan klien

- Kriteria Hasil :
-

Rasional

c.

yang hilang pervaginal


Motivasi untuk memenuhi
kebutuhan cairan

lembab
2

- Turgor kulit baik

Gangguan

Setelah dilakukan tindakan

rasa nyaman

keperawatan Klien dapat

: Nyeri

beradaptasi dengan nyeri yang

berhubungan

dialami

diderita klien dan

dengan

Kriteria hasil :

penyebabnya

Kerusakan

Klien mengungkapkan

a. Kaji kondisi nyeri yang

a.

Pengukuran nilai ambang


nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi

b.

Meningkatkan koping klien


dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
Mengurangi onset terjadinya

dialami klien
b. Terangkan nyeri yang

c. Kolaborasi pemberian
21

c.

jaringan
intrauteri

nyeri hilang / berkurang


-

Tampak rileks

Mampu istirahat dengan

analgetika
d. Lakukan pendidikan
kesehatan teknik distraksi
d.

tepat

22

nyeri dapat dilakukan dengan


pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik
Adaptasi terhadap nyeri
merupakan teknik

Resiko tinggi

Tidak terjadi infeksi selama

Infeksi

perdarahan berlangsung

a.

Kaji kondisi

a.

Perubahan yang terjadi pada

keluaran/dischart yang

dischart dikaji setiap saat

berhubungan

keluar ; jumlah, warna,

dischart keluar. Adanya warna

dengan

dan bau

perdarahan,

b. Terangkan pada klien

kondisi vulva

pentingnya perawatan
vulva selama masa
perdarahan.
c. Lakukan perawatan
vulva.
d. Terangkan pada klien
cara mengidentifikasi
e

yang lebih gelap disertai bau


tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi.
b. Infeksi dapat timbul akibat
kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar.
c. Inkubasi kuman pada area
genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
d. Berbagai manivestasi klinik

tanda inveksi

dapat menjadi tanda nonspesifik

Anjurkan pada suami

infeksi; demam dan peningkatan

untuk tidak

rasa nyeri mungkin merupakan

melakukan hubungan
senggama selama masa
perdarahan.

gejala infeksi.
e. Pengertian pada keluarga sangat
penting artinya untuk kebaikan
ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat
memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus

23

24

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mola hidatidosa merupakan proses degenarasi pada vili korionik
plasenta yang meneyebabkan perkembangan vesikel jernih mirip kista
berbentuk seperti seikat anggur (Varney, 2002).
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada Nefritis Interstisial ialah :
a. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
B. Saran
Dalam makalah ini kami menyarankan bagi pembaca dalam melakukan
Asuhan keperawatan pada pasien Mola Hidatidosa pada pengkajian utamakan
pemeriksaan fisik pada kulit dan pengkajian 11 pola Gordon terutama
pengakajian persepsi kognitif dan nutrisi dan metabolic serta diagnosa yang
dapat ditegakkan diantaranya:
a. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab

25

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri Patologi, Elstar


Offset, Bandung.
JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Marilynn E.Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Rustam Mochtar. (1992). Sinopsis Obstetri Jilid I, EGC, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Wong, Dona L& Perry, Shanon W. (1998). Maternal Child Nursing Care, Mosby
Year Book Co., Philadelphia.
_____, Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya

26

Anda mungkin juga menyukai