PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mola hidatidosa merupakan proses degenarasi pada vili korionik
plasenta yang meneyebabkan perkembangan vesikel jernih mirip kista
berbentuk seperti seikat anggur (Varney, 2002).
Angka kejadian Mola hidatidosa di dunia menunjukkan angka yang
tinggi terutama di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika latin. Di negaranegara barat dilaporkan insidensi 1:200 atau 2000 kehamilan, di negaranegara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan (M. Rusda, 2015).
Dikutip dari M. Rusda, 2015 insidensi GTD konstan sekitar 1 sampai
2 per 1.000 kelahiran di Amerika Serikat dan Eropa. Frekuensi yang sama
dijumpai di Afrika Selatan dan Turki. Tingkat insidensi yang lebih tinggi telah
dilaporkan di Asia. Berdasarkan populasi, penelitian di Korea Selatan
mencatat penurunan insidensi dari 40/1.000 kelahiran menjadi 2/1.000
kelahiran. Demikian pula, rumah sakit berbasis studi di Jepang dan Singapura
telah menunjukkan penurunan kejadian mendekati angka di Amerika Serikat
dan Eropa. Beberapa kelompok etnis, lebih berisiko mengalami penyakit
trofoblas gestasional yaitu hispanik, penduduk asli Amerika dan kelompok
populasi tertentu yang hidup di Asia Tenggara. Insidensi molahidatidosa
dengan janin hidup terjadi pada 1/20.000 1/100.000 kehamilan.
Sedangkan di Indonesia menunjukkan angka kematian ibu yang tinggi
yaitu sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor dari tingginya
angka kematian ibu di Indonesia adalah karena mola hidatidosa, akibat dari
perdarahan yang terjadi pada penderita mola hidatidosa. Menurut beberapa
laporan kejadian Mola hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1:51 sampai
1:141 kehamilan (Windapuspi, 2015).
Menurut WHO (World Health Organization) Insidensi penyakit
trofoblas di Indonesia maupun negara berkembang masih cukup tinggi
apabila dibandingkan dengan negara yang maju. Angka kejadian mola
hidatidosa berkisar antara 1:1.450 hingga 1:2.000 kehamilan dan angka
kejadian koriokarsinoma 1:14.000 sampai dengan 1:40.000 kehamilan,
c.
d.
reproduksi
Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi mola hidatidosa
Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis mola
e.
f.
g.
hidatidosa
Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi mola hidatidosa
Agar mahasiwa mampu mengetahui Pathway mola hidatidosa
Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi mola hidatidosa
h.
i.
j.
hidatidosa
Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada mola
hidatidosa
D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan
dengan asuhan keperawatan pada mola hidatidosa.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Asuhan
keperawatan mola hidatidosa, sehingga menambah wawasan dalam
pengembangan ilmu keperawatan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai, asuhan
keperawatan mola hidatidosa,sehingga dapat dijadikan sebagai penambah
wawasan bagi mahasiswa dengan meletakkan diperpustakaan.
3. BagiPembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan mola hidatidosa.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
A. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiridari latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
B. BAB II: TINJAUAN TEORI
Yang terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, pathway, komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik, dan asuhan keperawatanpada pertusis.
C. BAB III: TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
intervensi
BAB II
TEORITIS
A. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang
tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma
trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999).
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hamper seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999).
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang
menyebabkannya antara lain:
1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
1. Imunoselektif dari trofoblas
2. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
3. Paritas tinggi
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas
C. Manifestasi Klinis
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
a. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore
b. Terdapat perdarahan per vagina yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
c. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
d. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
D. Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau koriokarsinoma.
E. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan
merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi
embrio. Secara histo patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah :
satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm.
mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak
kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau iebih
( 25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang
setelah mola hidatidosa sembuh.
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik
cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan
vagina, serta evaluasi keadaan servik.
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
5. Arteriogram khusus pelvis
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital
untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah;
barulah dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan
kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
1). Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan
selama 12 jam.
2). Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin (
pitosin atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu
lakukan evakuasi isi kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah
cunam ovum yang agak besar atau kuret besar : ambillah dulu
bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada kavum uteri. Pada
kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak
usah terlalu bersih.
3). Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan
tampon utero - vaginal selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo - patologik dalam 2
porsi:
1). Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
2). Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.
d. Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan
umum penderita.
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk
pemeriksaan laboratorium.
f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
ada
beberapa
institut
yang
melakukan
histerotomia
untuk
g.. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)
: usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
besar (mola besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.
2. Periksa ulang ( follow-up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai
kontrasepsi pil. Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan
menyulitkan observasi. Juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa
ulang selama 2-3 tahun:
a. Setiap minggu pada triwulan pertama
b. Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
d. Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Setiap perikas ulang penting diperhatikan :
1). Gejala klinis : perdarahan, keadaan umum dll
2). Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan in spekulo : tentang
keadaan servik, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein
bertambah kecil atau tidak dll.
3). Reaksi biologis atau imonologis air seni :
a). Satu kali seminggu sampai hasil negatif
b). Satu kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya
c). Satu kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
d). Satu kali 3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan.
Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu,
: 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2 % dalam
1 tahun setelah mola keluar.
3. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa
Beberapa institut telah memberikan methotrexate ( MTX) pada
penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para
ahli lain tidak setuju pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu
mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek
samping dan penyulit yang berta.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian MTX bila :
a. Pengamatan lanjutan sukar dilakukan
b. Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap
positif
c. Pada high risk mola.
10
H. Pathway
Faktor ovum
Mengalami keterlambatan
dalam pengeluaran
Kematian ovum
di dalam tubuh
Mengalami degenerasi
Jangot-jangot korion yang
tumbuh berganda dan
mengandung cairan
Kista-kista kecil
seperti anggur
Molahidatidosa
Tindakan invasif
Kuretase
Perdarahan
Jaringan terdapat
ulkus
Kurang informasi
tentang prosedur
Kurang pengetahuan
Cemas
Hipovolemik
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan
11
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas
Kelemahan.
Kesulitan ambulasi.
b. Sirkulasi
Edema jaringan.
c. ELIMINASI
Diare (kadang-kadang).
d. Cairan
Muntah proyektil.
e. Kenyamanan/Nyeri
f. Pernapasan
g. Keamanan
12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c.
13
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. Y DENGAN MOLA HIDATIDOSA
DI RUANG BOUGENVIL RSUD TUGUREJO SEMARANG
Tanggal masuk
: 19 Juli 2007
Jam masuk
: 11.46 WIB
Ruang
: Bougenvil
Pengkajian
: 20 Juli 2007
A. Identitas
Nama pasien
: Ny. Y
Umur
: 53 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
:-
Pekerjaan
Alamat
Nama suami
: Tn. M
Umur
: 56 tahun
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
:-
Pekerjaan
: Wiraswasta
14
i. Riwayat Keperawatan
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif
sedikit selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari
pertama haid terakhir tanggal 20 Juni 2007, tanggal 14 Juli terjadi
perdarahan, di bawah ke bidan tanggal 15 Juli 2007, tanggal 19 Juli
2007 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa ke RSUD Tugurejo
Semarang pada tanggal 19 Juli 2007.
b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya
Klien sebelumnya belum pernah mengalami.
Klien sudah memiliki 5 anak.
3. Riwayat KB
-
Jenis
: Suntik 3 bulan
Lama
: 20 tahun
4. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran
pada anggota keluarga lainnya.
5. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran; klien tidak
mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.
b. Pola Aktivitas dan latihan
Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan akti vitas seperti
biasanya dan tidak menambah waktu istirahat karena klien tidak
merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini klien merasa nyeri pada perut
bagian bawah dan perdarahan walaupun tidak terlalu mengganggu
15
kegiatan sehari-hari. Nyeri yang timbul terasa lebih berat saat merubah
posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum
: Composmentis
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Pernafasan
: 20 X/menit
Nadi
: 80 X/menit
Konjungtiva
: Anemis
Sclera
: Anikteric
Turgor kulit
: elastis
Warna kulit
: agak pucat
a. Inspeksi:
Pembesaran relatif abdomen
Linea alba tidak ada
Striae pada perut sedikit
b. Palpasi
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri : 2 Jari diatas pusat.
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
-
Vaginal Toucher
: tidak ditemukan
fluks
-
Pembukaan 1 Cm
-
16
7. Data Penunjang
HCG Test
: Positif
Hemoglobin
: 8,9 mg %
Ultra Sonografi
Diagnosa Medik
: Mola Hidatidosa
17
ANALISIS DATA
18
Masalah
Tgl/Jam Data
Etiologi
20 Juli
DS :
Perdarahan akibat
Keperawatan
Devisit volume
2007
- Mengeluh nyeri
cairan
09.00
uterus menimbulkan
dan perdarahan
perdarahan dan
penurunan volume
lemah
cairan.
DO :
- Perdarahan
pervaginal
bergumpal
- Hb 8,9 g/dl
20 Juli
Akibat perdarahan
Resiko tinggi
2007
- Mengeluh
mengakibatkan kondisi
untuk infeksi
09.15
perdarahan sudah 6
hari
DO :
lemabab, beresiko
- Perdarahan
terhadap terjadinya
pervaginal
infeksi
bergumpal
- Vulva kotor dan
20 Juli
lembab
DS :
Gangguan rasa
2007
- Menyatakan nyeri
terjadi dapat
nyaman (nyeri)
9.40
hari
DO :
- Kadang meringis
menahan nyeri
19
Diagnosa Keperawatan
d. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
e. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
20
No
Diagnosa
Tujuan
Devisit Volume
Cairan
berhubungan
dengan
Perdarahan
Intervensi
a.
- TTV stabil
- Membran mukosa
hemodinamika
b.
Ukur pengeluaran
harian
c.
b.
memenuhi kebutuhan
cairan
karekteristik bervariasi
Jumlah cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan harian
Anjurkan klien
- Kriteria Hasil :
-
Rasional
c.
lembab
2
Gangguan
rasa nyaman
: Nyeri
berhubungan
dialami
dengan
Kriteria hasil :
penyebabnya
Kerusakan
Klien mengungkapkan
a.
b.
dialami klien
b. Terangkan nyeri yang
c. Kolaborasi pemberian
21
c.
jaringan
intrauteri
Tampak rileks
analgetika
d. Lakukan pendidikan
kesehatan teknik distraksi
d.
tepat
22
Resiko tinggi
Infeksi
perdarahan berlangsung
a.
Kaji kondisi
a.
keluaran/dischart yang
berhubungan
dengan
dan bau
perdarahan,
kondisi vulva
pentingnya perawatan
vulva selama masa
perdarahan.
c. Lakukan perawatan
vulva.
d. Terangkan pada klien
cara mengidentifikasi
e
tanda inveksi
untuk tidak
melakukan hubungan
senggama selama masa
perdarahan.
gejala infeksi.
e. Pengertian pada keluarga sangat
penting artinya untuk kebaikan
ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat
memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus
23
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mola hidatidosa merupakan proses degenarasi pada vili korionik
plasenta yang meneyebabkan perkembangan vesikel jernih mirip kista
berbentuk seperti seikat anggur (Varney, 2002).
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada Nefritis Interstisial ialah :
a. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
B. Saran
Dalam makalah ini kami menyarankan bagi pembaca dalam melakukan
Asuhan keperawatan pada pasien Mola Hidatidosa pada pengkajian utamakan
pemeriksaan fisik pada kulit dan pengkajian 11 pola Gordon terutama
pengakajian persepsi kognitif dan nutrisi dan metabolic serta diagnosa yang
dapat ditegakkan diantaranya:
a. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
25
DAFTAR PUSTAKA
26