Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam Al-Quran kata Maryam diulang-ulang beberapa kali, hal ini tentu
mengisyaratkan bahwa Allah SWT hendak menunjukkan sesuatu yang ada pada Maryam,

B. Pembahasan
B.1Dewan Syariah Nasional
B.1.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia dengan tugas
mengawasi dan mengarahkan lembaga-lembaga keuangan syariah untuk mendorong
penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam kegiatan perekonomian dan keuangan.1
Sebagaimana dalam Keputusan Dewan Syariah Nasional No: 01 tahun 2000
tentang Pedoman Dasar Dewan Majelis Ulama Indonesia (PD DSN-MUI), atas pedoman
Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia Periode 1995-2000, dan
Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indosesia No : Kep-754/MUI/II/99
tentang pembentukan Dewan Syariah Nasional. Maka dibentuklah Dewan Syariah
Nasional dengan dasar pemikiran sebagai berikut :
a. Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di tanah air
akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap lembaga keuangan,
dipandang perlu didirikan Dewan Syariah Nasional yang akan menampung berbagai
masalah/kasus

yang

memerlukan

fatwa

agar

diperoleh

kesamaan

dalam

penanganannya dari masing-masing Dewan Pengawas Syariah yang ada di lembaga


keuangan syariah.
1 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Pointermasa, 2003), Cet 2., hlm. 279.
1

b. Pembentukan Dewan Syariah Nasional merupakan langkah efisiensi dan koordinasi


para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah
ekonomi/keuangan.
c. Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong penerapan
ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
d. Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi perkembangan
masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidangn ekonomi dan keuangan.2
Otoritas syariah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang merupakan lembaga independen dalam
mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan semua masalah syariah, baik masalah
ibadah maupun muamalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.3
Keberadaan Dewan Syariah Nasional (DSN) di luar struktur Bank Sentral
membuat otoritas fatwa ini independen, dan diakui secara nasional dalam mengeluarkan
keputusan dan fatwa yang berkaitan dengan masalah-masalah syariah yang dihadapi oleh
perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya. Namun demikian, karena
beragamnya urusan yang ditangani oleh DSN dan tidak adanya spesialisasi khusus di
bidang ekonomi, keuangan, dan perbankan syariah, tanggapan DSN terhadap masalah
yang dihadapi oleh Lembaga Keuangan Syariah menjadi kurang responsif dan terlambat
memenuhi kebutuhan pasar.
B.1.2 Kedudukan, Status dan Anggota
Adapun kedudukan, status dan anggota yang dimiliki oleh Dewan Syariah
Nasional adalah sebagai berikut :
a. Dewan Syariah Nasional merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia.
b. Dewan Syariah Nasional membantu pihak terkait, seperti Departement Keuangan,
Bank Indonesia, dan lain-lain dalam menyusun peraturan/ketentuan untuk Lembaga
Keuangan Syariah.
c. Anggota Dewan Syariah Nasional terdiri dari para ulama, praktisi dan para pakar
dalam bidang yang terkait dengan muamalah syariah.

2 Ibid., 281.
3 Ascarya, ed, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007)., hlm. 206.
2

d. Anggota Dewan Syariah Nasional ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti
4 (empat) tahun.4
Dalam Keputusan Dewan Syariah Nasional No: 02 tahun 2000 tentang Pedoman
Rumah Tangga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (PRTD SN-MUI) pada
pasal 1, juga dimuat mengenai kedudukan dan status Dewan Syariah Nasional,
diantaranya :
(1) DSN berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari keberadaan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
(2) DSN merupakan satu-satunya badan yang berwenang dan mempunyai tugas utama
untuk mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan
syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga
keuangan syariah di Indonesia.5
Secara jelasnya mengenai Keanggotaan, Hak dan Kewenangan, dinyatakan pada
pasal 2 Keputusan Dewan Syariah Nasional No: 02 tahun 2000, diantaranya :6
(1) DSN beranggotakan para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait
dengan perekonomian dan muamalah syariah serta memiliki akhlak karimah.
(2) a. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 (empat) tahun.
b. Setelah jangka waktu tersebut, yang bersangkutan dapat diperimbangkan untuk
diangkat kembali selama-lamanya dua periode.
(3) a. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DSN dibantu oleh suatu badan yang
dinamakan Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional, disingkat BPHDSN.
b. Anggota BPH-DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI.
(4) a. Anggota DSN berhak mendapat bantuan transport rapat.
b. Anggota BPH-DSN diberi bantuan transport bulanan.
(5) Bantuan transport anggota DSN dan BPH-DSN dibebankan pada anggaran tahunan
DSN.
(6) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (2)
diatas, DSN mempunyai kewenangan untuk:
4 Op.cit., hlm 283.
5 Ibid., hlm. 286.
6 Ibid., hlm. 286-288
3

a. memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai


anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatu Lembaga Keuangan
Syariah, dengan memperhatikan pertimbangan dari BPH-DSN.
b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di setiap Lembaga Keuangan Syariah
dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan BAPEPAM.
d. Memberikan peringatan kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
Sebagaimana yang telah dilihat dalam pasal-pasal keputusan Dewan Syariah
Nasional diatas, tergambarlah suatu cakupan mengenai kedudukan dan peran DSN dalam
kelembagaan yang independen dalam memutuskan perkara-perkara yang berkaitan
dengan kegiatan pada Lembaga Keuangan Syariah. Disamping itu DSN juga dibantu
oleh BPH-DSN dalam mengimplementasikan dan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis
kegiatan, produk, dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi penerapan fatwa
dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah. Kemudian memberikan atau
mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai anggota Dewan Pengawas
Syariah (DPS) pada suatu Lembaga Keuangan Syariah.
B.1.3 Tugas dan Wewenang
a) Dewan Syariah Nasional bertugas:
1. Menumbuh-kembangkan penerapan

nilai-nilai

syariah

dalam

kegiatan

perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya.


2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.7
b) Dewan Syariah Nasional berwenang:
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah dimasing-masing
lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank
Indonesia.
7 Majelis Ulama Indonesia. 2009. Tentang Dewan Syariah Nasional.
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:tentang-dewansyariah-nasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58. 2 Juni 2011

3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan


duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu lembaga keuangan syariah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
maupun luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatan tidak diindahkan.8
B.1.4 Mekanisme Kerja
Dalam

menerapkan

kerjanya,

maka

Dewan

Pengawas

Syariah

harus

memperhatikan aspek-aspek sebagaimana yang telah ditetapkan oleh MUI, diantaranya:


a. Dewan Syariah Nasional mensahkan rancangan fatwa yang diusulkan oleh Badan
Pelaksana Harian DSN.
b. Dewan Syariah Nasional melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga
bulan, atau bilamana diperlukan.
c. Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan tahunan
(annual report) bahwa lembaga keuangan syariah yang bersangkutan telah/tidak
memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional.9
B.2Dewan Pengawas Syariah
B.2.1 Dasar Hukum Terbentuknya Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang
bersangkutan, yang menempatkannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional. 10
Sebagaimana dalam Keputusan Dewan Pengawas Syariah No: 03 tahun 2000 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga
Keuangan Syariah, bahwa kehadiaran Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga
Keuangan Syariah mutlak diperlukan, sebagai wakil DSN yang ditempatkan pada
Lembaga Keuangan Syariah. Oleh karena itu, DSN perlu menetapkan keputusan tentang
8 Ibid.
9 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Op.cit., hlm. 283
10 Ibid., hlm. 294.
5

petunjuk pelaksanaan penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga


Keuangan Syariah.11
Dewan Pengawas

Syariah

(DPS)

berkewajiban

secara langsung melihat

pelaksanaan suatu lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang dari ketentuan
yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia
(MUI). DPS melihat secara garis besar dari aspek manajemen dan administrasi harus
sesuai dengan syariah, dan yang paling utama sekali mengesahkan dan mengawasi
produk-produk perbankan syariah agar sesuai dengan ketentuan syariah dan undangundang yang berlaku.
Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia ayat 2 dan 3 pasal 19 tanggal 12
Mei 1999, disebutkan bahwa :12
Bank wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berkedudukan di
kantor pusat bank (Head Office). Persyaratan sebagai anggota Dewan
Pengawas Syariah diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Salah satu perbedaan yang mendasar dalam struktur organisasi Bank konvensional
dan Bank Syariah adalah kewajiban memposisikan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
pada perbankan syariah. Demikian juga halnya di Indonesia, sedangkan di Bank
konvensional

tidak

ada aturan

yang

demikian.

Dewan

Pengawas

Syariah

merupakan satu dewan pakar ekonomi dan ulama yang menguasai bidang fiqh
muamalah yang berdiri sendiri dan bertugas mengamati dan mengawasi operasional
Bank dan semua produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat
Islam. Dewan pengawas Syariah mesti melihat secara teliti bagaimana bentukbentuk perikatan atau akad yang dilaksanakan oleh institusi keuangan syariah.
B.2.2 Kedudukan Dewan Pengawas Syariah
Di indonesia, otoritas masalah keagamaan berada dibawah Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Dengan berkembangnya lembaga keuangan Islam di Indonesia, maka
berkembang pula jumlah DPS. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebingungan
11 Ibid., hlm. 293.
12 Heri Sudarsono, Hukum Islam, Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
(Sharia Supervisory Board) Dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Vol. IV. No. 2,
Desember 2005., hlm. 161.
6

dikalangan umat akibat banyak dan beragamnya DPS, MUI sebagai payung dari lembaga
dan organisasi keislaman di Indonesia menganggap perlu dibentuknya suatu Dewan
Syariah yang bersifat nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan. Pada bulan
Juli 1997 dalam acara Lokakarya Reksadana Syariah dihasilkan rekomendasi
pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN). Lembaga ini didirikan pada tahun yang
sama dan merupakan badan otonom MUI yang diketuai secara eks-oficio oleh Ketua
MUI. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari DSN dilaksanakan oleh Badan Pelaksana
Harian DSN. Bagi perusahaan yang akan membuka Bank Islam atau cabang syariah dari
Bank konvensional atau lembaga keuangan syariah lainnya, mereka harus mengajukan
rekomendasi anggota DPS kepada DSN.13
DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris pada
setiap Bank. Ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang dikeluarkan oleh DPS.
Karena itu biasanya penetapan anggota DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah
Nasional.14
Dengan demikian, kedudukan DPS sangat diperlukan pada suatu Lembaga
Keuangan Syariah, agar praktek-praktek yang dilakukan oleh perbankan dalam
menerapkan prinsip Islam dapat diawasi dan dimonitoring oleh DPS. Begitupun dengan
jabatan yang dimiliki DPS, sehingga DPS diletakkan setingkat dengan Dewan Komisaris
pada setiap Bank yang memakai konsep Islami, baik itu Bank konvensional maupun
lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Posisi yang demikian bertujuan agar Dewan
Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai kebebasan pandangan dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada semua direksi di Bank tersebut
dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan aplikasi produk perbankan syariah.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) di perbankan syariah memiliki peran penting
dan strategis dalam penerapan prinsip syariah di Bank syariah. DPS bertanggung jawab
13 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep,
Produk dan Implementasi Operasional, (Jakarta: Djambatan, 2003) cet I., hlm. 2829.
14 Budi Setyanto, et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2006), cet. 1., hlm. 295.
7

untuk memastikan semua produk dan prosedur Bank syariah sesuai dengan prinsip
syariah. Karena pentingnya peran DPS tersebut, maka dua Undang-Undang di Indonesia
mencantumkan keharusan adanya DPS tersebut di perusahaan syariah dan lembaga
perbankan syariah, yaitu Undang-Undang UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dengan demikian,
secara yuridis, Dewan Pengawas Syariah (DPS) di lembaga perbankan menduduki posisi
yang kuat, karena keberadaannya sangat penting dan strategis.
Menurut UU No 40 Tahun 2007 Pasal 109 :
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain
mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah.
(2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang
ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia.
(3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai
dengan prinsip syariah.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan yang berbadan hukum
Perseroan Terbatas wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Sejalan dengan itu,
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Pasal 32 menyebutkan :
(1) Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS.
(2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Rapat
Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
(3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar
sesuai dengan Prinsip Syariah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut kedudukan DPS sudah jelas dan
mantap serta sangat menentukan pengembangan bank syariah dan perusahaan syariah.

B.2.3 Peranan, Fungsi dan Tugas Dewan Pengawas Syariah


Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perbankan atau institusi keuangan syariah yaitu:15
a. Membuat

persetujuan

garis

panduan

operasional

produk perbankan

syariah

tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah disusun oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN).
b. Membuat pernyataan secara berkala pada setiap tahun tentang bank syariah yang
berada dalam pengawasannya bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai
dengan ketentuan syariah. Dalam laporan tahunan (annual report) institusi syariah,
maka laporan dari Dewan Pengawas Syariah mesti dibuat dengan jelas.
c. Dewan Pengawas Syariah wajib membuat laporan tentang perkembangan dan
aplikasi sistem keuangan syariah di institusi keuangan syariah khususnya bank
syariah yang berada dalam pengawasannya, sekurang-kurangnnya enam bulan
sekali.16 Laporan tersebut diberikan kepada Bank Indonesia yang berada di Ibu kota
provinsi dan atau Bank Indonesia di Ibu kota negara Indonesia-Jakarta.
d. Dewan Pengawas Syariah juga berkewajiban meneliti dan membuat rekomendasi
jika ada inovasi produk-produk baru dari bank yang diawasinya. Dewan inilah
yang melakukan pengkajian awal sebelum produk yang baru dari bank syariah
tersebut diusulkan, diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN).
e. Membantu

sosialisasi

perbankan

atau

institusi

keuangan

syariah kepada

masyarakat.

15 Ibid., hlm. 161-162.


16 Surat Edaran dari Bank Indonesia kepada Bank-bank syariah di Indonesia pada
bulan Februari 2005.
9

f. Memberikan masukan (input) bagi pengembangan dan kemajuan institusi kewangan


syariah.
Dalam Keputusan Dewan Syariah Nasional No: 02 tahun 2000 tentang Pedoman
Rumah Tangga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (PRTD SN-MUI) pada
pasal 4 mengenai fungi dan tugas DPS, diantaranya:17
(5) DPS pada setiap Lembaga Keuangan mempunyai tugas poko sebagai berikut:
a. Memberikan nasehat dan saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan
pimpinan kantor cabang lembaga keuangan syariah mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan aspek syariah.
b. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif, teruma dalam
pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan pengarahan/pengawasan atas
produk/jasa dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah.
c. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam
mengkomunikasi usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga
keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
(6) DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada lembaga keuangan
syariah wajib:
a. Mengikuti fatwa DSN.
b. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan DSN.
c. Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga keuangan syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.
(7) Setiap calon anggota DPS dipilih dari para ulama, praktisi dan pakar di bidangnya
masing-masing yang berdomisisli dan tidak berjauhan dengan lokasi lembaga
keuangan syariah yang bersangkutan.
(8) Calon DPS dapat diajukan oleh lembaga keuangan syariah bersangkutan, sekurangkurangnya satu orang disertai rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia untuk
mendapat pengukuhan DSN.
(9) Untuk mngefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsi DPS pada lembaga keuangan
syariah, setiap anggota DPS diberikan bantuan uang transport yang dibebankan pada
lembaga keuangan syariah yang bersangkutan.
B.2.4 Posisi Dewan Pengawas Syariah pada Bank Syariah

17 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Op.cit., hlm. 290291.
10

Masing-masing Bank atau institusi keuangan syariah mempunyai struktur


organisasi yang tersendiri sesuai dengan kebutuhan dari

institusi tersebut dalam

menjawab tantangan ke depan. Posisi Dewan Pengawas Syariah (DPS) secara garis
besar dapat dilihat pada tabel berikut:

STRUKTUR ORGANISASI BANK UMUM SYARIAH

*Note : Inilah adalah struktur organisasi yang sederhana, untuk lebih


lengkapnya bisa dilihat pada masing-masing Bank Syariah yang memiliki cirri-ciri khas
tersendiri

STRUKTUR ORGANISASI BANK SYARIAH


(BANK SYARIAH MANDIRI)

11

*SUMBER: Annual Report Bank Syariah Mandiri Tahun 2002


STRUKTUR ORGANISASI BPRS

*Sumber data: BPRS Hasanah, Pekanbaru, Riau, tahun 2002.

12

STRUKTUR ORGANISASI
UNIT USAHA SYARIAH DI BANK KONVENSIONAL

Berdasarkan struktur organisasi perbankan syariah diatas, maka dapat diketahui


bagaimana kedudukan Dewan Pengawas Syariah dalam satu perbankan syariah,
Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS). Dewan

pengawas

syariah

dalam

struktur

organisasi

Bank Syariah

diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris pada setiap Bank Syariah.
Posisi yang demikian bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan
mempunyai kebebasan opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
semua direksi di bank tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi
produk perbankan

syariah. Oleh

sebab

itu penetapan anggota Dewan Pengawas

Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham perseroan dari suatu Bank
Syariah setelah nama-nama anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut mendapat
mengesahan dari Dewan Syariah Nasional.
B.3Hubungan Antara Dewas Syariah Nasional dengan Dewan Pengawas Syariah
Dengan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap Bank Umum Syariah
yang

berpusat

kemungkinan

di

ibu

timbulnya

kota

negara

berbagai

Indonesia-Jakarta, maka

tidak

menolak

perbedaan pendapat tentang beberapa produk

perbankan syariah antara satu Bank Syariah dengan Bank Syariah yang lain. Hal in
akan membingungkan para nasabah untuk menyatukan persepsi umat Islam terhadap
13

perbankan syariah di Indonesia. Oleh sebab itu didirikanlah Dewan Syariah Nasional
yang mengetuai semua institusi keuangan syariah di Indonesia.
Berdasarkan peraturan yang diberlakukan di negara Indonesia, Bank

Umum

syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) dan BPRS wajib mempunyai dewan pengawas
syariah yang berkedudukan di kantor pusat Bank Umum Syariah, UUS dan BPRS.
Syarat-syarat

anggota Dewan Pengawas Syariah diatur dan ditetapkan

oleh Dewan

Syariah Nasional. Dewan ini berfungsi mengawasi kegiatan usaha BPRS agar sesuai
dengan prinsip syariah dengan berpedoman kepada fatwa Dewan Syariah Nasional.18
Disisi lain, Dewan Syariah Nasional dapat memberikan teguran kepada institusi
keuangan syariah jika suatu institusi keuangan syariah telah menyimpang dari garis
panduan yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional setelah terlebih dahulu
menerima laporan dari Dewan Pengawas Syariah di institusi keuangan syariah tersebut.
Jika institusi keuangan syariah tidak mempedulikan teguran yang diberikan oleh Dewan
Syariah Nasional, maka dapat diusulkan kepada institusi yang mempunyai kuasa untuk
memberikan sanksi, misalnya Bank Indonesia dan Departemen atau Jabatan Keuangan
Republik Indonesia. Hukuman yang diberikan bertujuan agar bank syariah tersebut
tidak lagi melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
C. Kesimpulan
Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia dengan tugas
mengawasi dan mengarahkan lembaga-lembaga keuangan syariah untuk mendorong
penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam kegiatan perekonomian dan keuangan. Otoritas
syariah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), yang merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa
yang berhubungan dengan semua masalah syariah, baik masalah ibadah maupun
muamalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.
Dewan Pengawas Syariah adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang
bersangkutan, yang menempatkannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional. Peranan
18 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR, tentang Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah dan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia. No. 32/34/KEP/DIR, tentang Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah. Lihat Pasal 19 dan 20, Bab V.
14

Dewan Pengawas Syariah sangat strategis dalam penerapan prinsip syariah di lembaga
perbankan

syariah.

Menurut

Surat

Keputusan

DSN

MUI

No.Kep-

98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus DSN MUI bahwa DSN memberikan tugas
kepada DPS untuk (1) melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan
syariah, (2) mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada
pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN; (3) melaporkan perkembangan
produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran; (4) merumuskan permasalahan yang
memerlukan pembahasan dengan DSN.
Untuk melakukan pengawasan tersebut, anggota DPS harus memiliki kualifikasi
keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqh muamalah dan ilmu ekonomi keuangan Islam
modern. Kesalahan besar perbankan syariah saat ini adalah mengangkat DPS karena
kharisma dan kepopulerannya di tengah masyarakat, bukan karena keilmuannya di
bidang ekonomi dan perbankan syariah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ascarya, ed, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Majelis Ulama Indonesia. 2009. Tentang Dewan Syariah Nasional.
http://www.mui.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=55:tentang-dewan-syariahnasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58. 2 Juni 2011
Setyanto, Budi, et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana,
2006. Cet. 1.
Sudarsono, Heri. Hukum Islam, Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
(Sharia Supervisory Board) Dalam Perbankan Syariah di Indonesia.
Vol. IV. No. 2, Desember 2005.
Surat Edaran dari Bank Indonesia kepada Bank-bank syariah di Indonesia
pada bulan Februari 2005.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR, tentang Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah dan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia. No. 32/34/KEP/DIR, tentang
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
15

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep,


Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2003. Cet
I.
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: Pointermasa, 2003. Cet 2.

MAKALAH
KAJIAN TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI
Tentang

KISAH MARYAM DALAM AL-QURAN

16

Oleh :
Akromul Umam
NPM : 1660102010
Dosen Pembimbing :
Dr. Yusuf Baihaqi, M.A.

KOSENTRASI EKONOMI ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1432 H/ 2011 M

17

Anda mungkin juga menyukai