Rekayasa Bioreaktor
Nama
NPM
: 1306370814
Kelompok
:6
Outline
1.
2.
3.
4.
5.
:
Definisi bioetanol
Sifat fisika dan kimia bioetanol
Sumber bioethanol
Proses produksi bioethanol
Perkembangan harga bioethanol di Indonesia
Pembahasan
1. Definisi Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Produk bioetanol yang
memenuhi standar, hampir bisa dikatakan tidak mempunyai efek samping yang
merugikan selama dipakai memenuhi kriteria. Bahan bakar etanol adalah etanol (etil
alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada minuman
beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan
bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan
bakar transportasi meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar
liter pada tahun 2000 menjadi 52 miliar liter pada tahun 2007. Dari tahun 2007 ke
2008, komposisi etanol pada bahan bakar bensin di dunia telah meningkat dari 3.7%
menjadi 5.4%. Pada tahun 2010, produksi etanol dunia mencapai angka 22,95 miliar
galon AS (86,9 miliar liter), dengan Amerika Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar
galon AS, atau 57,5% dari total produksi dunia. Etanol mempunyai nilai "ekuivalensi
galon bensin" sebesar 1.500 galon AS.
Bioethanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi
dari
tumbuhan.
Etanol
dapat
dibuat
dari
tanaman-tanaman
yang
umum,
misalnya tebu, kentang, singkong, dan jagung. Telah muncul perdebatan, apakah
bioetanol ini nantinya akan menggantikan bensin yang ada saat ini. Kekhawatiran
mengenai produksi dan adanya kemungkinan naiknya harga makanan yang
disebabkan karena dibutuhkan lahan yang sangat besar, ditambah lagi energi dan
polusi yang dihasilkan dari keseluruhan produksi etanol, terutama tanaman jagung.
Pengembangan terbaru dengan munculnya komersialisasi dan produksi etanol
selulosa mungkin dapat memecahkan sedikit masalah.
Etanol selulosa menawarkan prospek yang menjanjikan karena serat selulosa,
komponen utama pada dinding sel di semua tumbuhan, dapat digunakan untuk
memproduksi etanol. Menurut Badan Energi Internasional etanol selulosa dapat
menyumbangkan perannya lebih besar pada masa mendatang.
Mudah terbakar.
Berbau tajam.
Sifat Kimia :
-
3. Sumber bioethanol
Merujuk pada berbagai literatur dan jurnal maupun karya-karya ilmiah,
ethanol/bioethanol (alkohol) dapat diproduksi dengan menggunakan bahan-baku
tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, yaitu melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Beberapa jenis tanaman yang banyak
dijumpai sebagai bahan baku produksi etanol/bioetanol antara lain; ubi jalar, ubi kayu,
sorgum manis (cantel), jagung, molasse (tetes tebu - hasil samping produksi gula),
dan aren (nira aren).
Namun demikian, Bank Dunia merekomendasikan sorgum manis (sorghum
bicolor) sebagai bahan-baku produksi bioetanol dan tidak menyarankan penggunaan
bahan-baku yang saat ini merupakan konsumsi pangan dan pakan, sehingga
dikemudian hari produksi bioetanol tidak menimbulkan konflik kepentingan yang
mengganggu ketersediaan pangan dan pakan yang dapat memicu terjadinya krisis
pangan (dan pakan) dunia. Analogi sederhana-nya, kalo harga bioetanol bergerak naik
maka niscaya harga bahan bakunya akan bergerak naik. Dan, jika bahan bakunya juga
digunakan untuk bahan pangan dan pakan maka harganya akan ikut terdongkrak naik.
Hasil Panen
(Ton/ha/th)
Perolehan Alkohol
Liter/ton
Liter/ha/th
Singkong
25 (236)
180 (155)
4500 (3658)
Tetes
3,6
270
973
Sorgum Bici
6
333,4
2000
Ubi Jalar
62,5*
125
7812
Sagu
6,8$
608
4133
Tebu
75
67
5025
Nipah
27
93
2500
Sorgum Manis
80**
75
6000
*) Panen 2 kali/th; $ sagu kering; ** panen 2 kali/th.
Sumber: Villanueva (1981); kecuali sagu, dari Colmes dan
Newcombe (1980); sorgum manis, dari Raveendram; dan Deptan
(2006) untuk singkong; tetes dan sorgum biji (tulisan baru)
4. Proses produksi bioethanol
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses,
yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Destilasi (Pemurnian).
a
Delignifikasi
Dalam proses pembuatan bioetanol lignin merupakan salah satu bagian
yang mengayu dari tanaman seperti janggel, kulit keras, biji, bagian serabut kasar,
akar, batang dan daun. Lignin mengandung substansi yang kompleks dan
Cara mekanis
Cara kimia
Cara semikimia
Hidrolisa
Prinsip dari hidrolisis pati ini pada dasarnya adalah pemutusan rantai
polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis,
kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki
perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal
spesifitas pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan
memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan
memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Sedangkan
untuk pembuatan etanol dengan bahan baku selulosa, hidrolisisnya meliputi
proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa, yaitu: selulosa
dan hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya.
Hidrolisis
sempurna
selulosa
menghasilkan
glukosa,
sedangkan
dan
hidrolisis
asam
encer
(Taherzadeh
&
Karimi,
( C 6 H 10 O5 ) n+ n H 2 O C 6 H 12 O6
Selulosa
Air
Glukosa
Air
Asam
Basa
Enzim
Fermentasi
Tahap selanjutnya pada produksi bioetanol adalah proses fermentasi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. Pada proses fermentasi penguraian bahan - bahan karbohidrat
tidak menimbulkan bau busuk dan menghasilkan gas karbondioksida. Suatu
fermentasi yang busuk merupakan fermentasi yang mengalami kontaminasi.
Fermentasi pembentukan alkohol dari gula dilakukan oleh mikroba.
Mikroba yang biasa digunakan adalah Saccharomyces cereviseae. Perubahan
yang terjadi biasanya dinyatakan dalarn persamaan berikut:
ragi (yeast)
alkohol karbondioksida
gula
sebagai
sumber
karbon
untuk
metabolisme.
mendegradasi
Selain Clostridium
selulosa
thermocellum,
kompleks
bakteri
ke
bentuk
termofilik
etanol.
anaerob
pula.
Menutut
thermocellum didapat
setelah
Viljoen,
et
mengisolasi
al.
(1980)
dari
bahwa
kotoran
kuda.
Pemurnian / Destilasi
Proses
ini
dilakukan
untuk
mengambil
alkohol
dari
hasil
fermentasi.Destilasi dapat dilakukan pada suhu 80C, karena titik alkohol 78C.
sedangkan titik didih air 100oC.
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada
teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian
besar adalah air dan etanol).
5. Perkembangan harga bioethanol di Indonesia
Peningkatan pertumbuhan sektor transportasi menyebabkan konsumsi bensin
setiap tahun makin meningkat dengan pertumbuhan antara tahun 2006-2012 mencapai
9% per tahun. Dari konsumsi bensin tersebut selama periode 2006-2012 sekitar 96%
97% adalah premium yang mempunyai Oktan 88, sekitar 3% - 4% Pertamax dan
sekitar 0,1% Bio Premium + Bio Pertamax khususnya pada tahun 2008 dan 2009.
Pengembangan bioethanol sebagai bahan bakar alternative sangat dibutuhkan dan
diprediksi akan menyokong kebutuhan bahan bakar di Indonesia.
Setiap 1000 kg tebu yang dikirim ke kilang mengandung serat bagas 145 kg, gula
sukrosa 138 kg. Dari jumlah gula tersebut hanya 112 kg yang dapat dijadikan gula
pasir, sisanya 23 kg berupa gula tetes yang berharga murah. Jika sari tebu tersebut
difermentasi akan menghasilkan 72 liter alkohol. Bagas serat dapat dibakar panas
dapat dipergunakan untuk destilasi, pengeringan dan tenaga listrik sebesar 288 MJ.
Energi tersebut: 180 MJ untuk pabrik dan 108 dapat dijual ke perusahaan listrik.
Setiap hektar lahan tebu dapat menghasilkan 10 15 ton tetes tebu per hektar atau 766
1150 liter ethanol grade bahan bakar. Penggunaan Luas tanaman tebu Indonesia
tahun 2013 adalah 470.000 Ha atau potensi maksimum mencapai 3,6 juta kl ethanol.
Pengolahan lahan tebu khusus untuk produksi ethanol akan menghasilkan sekitar 5 kl
per Ha.
Berdasarkan data tersebut, PT. Energi Agro Nusantara (Enero) telah
memberlakukan harga bioethanol yang baru menjadi Rp 9.200,00 Ro 9.400,00 per
liter dari semula Rp 8.000,00. Tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi
perusahaan eksportir seperti PT. Enero. Sebab, PT. Enero dapat mengekspor hingga
20.000 kl bioethanol, dimana, hingga akhir tahun, 4.000 kl bioethanol diekspor ke
Filipina dan 2.000 kl diekspor ke Singapura.
REFERENSI
Anonim. Pabrik Bioetanol dari Batang Jagung dengan Proses Fermentasi. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Arsyad, Agus Muh., dkk. 2013. Bahan Bakar dan Proses Pembakaran (Bioetanol). Makassar:
Universitas Hasanuddin
Boedoyo, M. Sidik. 2014. Prospek Pemanfaatan Bioetanol Sebagai Pengganti BBM di
Indonesia. Tangerang: Research Gate
Ulum, Miftahul. 2014. Harga Dinaikkan, Produsen Bioetanol Girang. Industri