MANAGEMENT
BAB I
INDUSTRI
INDUSTRI
1.
Pengertian :
Istilah Industri mempunyai pengertian beragam antara lain :
barang/jasa.
Suatu kelompok badan usaha yang menciptakan / menumbuhkan barang ekonomi
atau jasa sejenisnya.
Pada umumnya pengertian industri lebih mengarah pada usaha pencapaian nilai lebih
suatu barang jasa sebelum barang / jasa tersebut sampai ditangan konsumen.
2.
Pengelompokan Industri.
Keperluan manusia selalu berubah dan bertambah sehingga menimbulkan makin
banyaknya jumlah dan jenis usaha sebagai industri, maka pengelompokannya dapat
dilihat dari pelbagai sisi antara lain :
1. Kepemilikan : pemerintah swasta
2. Besarnya modal : besar kecil
3. Jumlah barang yang diproduksi : banyak sedikit
4. Mutu barang : tahan lama cepat rusak
5. Kependudukan dan nilai ekonomis : strategis biasa
6. Peralatan : modern tradisional.
7. Kegunaan hasil : barang jadi setengah jadi.
8. Jenjang pertumbuhan ; awal dewasa.
9. Sumber bahan baku : ekstratif genetic.
10. Jenjang pengerjaan : hulu hilir
11. Penyelesaian bahan baku : primer sekunder
12. Lingkungan politis : kapitalis sosialis.
3.
Penggolongan Industri :
Memperhatikan apa yang ditangani, industri dapat digolongkan kedalam golongan :
2
5.
Penempatan Industri.
Faktor dasar bagi letak industri adalah pasar, tenaga kerja, angkutan, bahan bakar,
bahan baku dan kemudahan lain. Perlu diperhatikan pula nilai yang tak terukur
3
( sikap penduduk, pemimpin formal / informal, tenaga kerja dan industri yang telah ada
/ berdiri, bobot faktor tersebut berbeda untuk tiap industri.
6.
STRUKTUR INDUSTRI.
1.
Dalam ilmu ekonomi kebutuhan masyarakat disebut barang yang dapat berupa ;
a. Benda ; mempunyai wujud, baik bahan mentah maupun bahan jadi.
b. Jasa : tidak berwujud
Benda mula mula diperoleh dari sumber daya alam terdiri dari sector pertanian
( tanaman pangan, perkebunan kehutanan, peternakan, perikanan ) dan sumber daya
pertambangan, agar dapat bermanfaat sumber daya yang diperoleh harus diubah
menjadi benda dari wujud satu ke wujud lain yang dilakukan oleh industri.
Dilihat dari tingkat proses pengalihan wujud barang, industri harus dibedakan antara :
1. Industri Primer
Ialah industri yang kegiatannya ditujukan untuk memperoleh bahan mentah dari
sumber daya alam, baik genetic maupun ekstratif, industri yang bergerak dalam
bidang ini terlibat dalam kegiatan tingkat pertama.
2. Industri Sekunder.
Ialah industri yang mengolah lebih lanjut bahan baku yang dipasok dari industri
primer. Industri sekunder merubah bahan baku menjadi bahan jadi dan disebut
sebagai industri manufaktur, misalnya dari kayu gelondongan menjadi papan
( phisik ) atau dari bijih besi menjadi besi lempengan ( chemical ). Industri
manufaktur ini biasanya memberikan nilai tambah ( added Value ).
3. Industri Tersier.
Ialah industri yang menyelenggarakan pelbagai pelayanan jasa yang meliputi :
a. Pemasaran modal barang yang dihasilkan industri primer maupun sekunder.
b. Pemuasan / pemenuhan kebutuhan kelompok maupun perseorangan.
2.
dalam
Industri primer, sekunder, dan tersier masing - masing dan tingkat perkembangan
( cepat lambat, tinggi rendah ) tidak perlu sama. Dengan demikian terjadi
perubahan diantara ketiga kegiatan industri tersebut dan juga dalam masing masing
kegiatan tetapi perubahan itu akan memberikan kontribusi kedalam pendapatan
Negara, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika semula Negara memperoleh sumber
pendapatan terutama dari industri primer, peran tersebut dapat digantikan oleh industri
sekunder atau tersier maka dapat dikatakan ada pergantian atau perubahan struktur
5
industri. Pergantian atau perubahan struktur ini ialah perubahan nisbi ( relative
importance) dari pelbagai kegiatan perekonomian ( = salah satu sector perekonomian
adalah industri). Dimana hakekatnya perubahan struktur ini merujuk pada variasi laju
4.
PENGELOLAAN INDUSTRI
1.
2.
Kegiatan a dan b diatas merupakan lingkup industri, untuk memenuhi keperluan dan
keinginan manusia ada ratusan ribu pabrik yang mengolah dan menghasilkan barang
olahan . pabrik - pabrik tersebut berbeda pemilik dan cara kerjanya.
Industri dalam belbagai bentuknya mempunyai pemilik, pemiliknya
dapat
4.
yang
mencari
mencapai
tujuannya.
Sehingga
mereka
perlu
Dalam suatu industri yang menjadi pusat terpenting adalah barang yang akan dijual ,
demi produk industri itulah berkisar Organisasi pengelolaan , pabrik, kelengkapan
bahan dan tenaga kerja karena produklah yang menjadi sumber laba dan yang menjadi
perangsang orang bekerja untuk mencapai daya guna dengan menberikan produk yang
lebih banyak dan lebih tinggi mutunya, baik produk itu berupa barang atau jasa.
Pengelola harus mengetahui produknya meyakini adanya permintaan terhadapnya,
menyiapkan
perusahaannya
untuk
menangani,
menemukan
bagan
7.
BAGIAN II
CIRI - CIRI PERUSAHAAN MINYAK
10
Resiko ini hanya berkaitan dengan kembalinya dana yang telah dikeluarkan karena
b.
Ini semua meminta resiko persyaratan khusus ysng mengacu pada perkembangan teknik.
Jenis minyak bumi ( Aspaltis,Parafinis, campuran ) maupun sifat ( kental, encer ) meminta
penangan yang berbeda sejak mengeluarkan dari bumi, menimbun, mengangkut/ mengirim
sampai mengolahnya.
11
Cadangan minyak yang dapat ditambang berkisar antara 15 60 % dari volume yang ada
ditempat (cadangan volumetris). Usaha untuk menguras agar dapat diperoleh hasil
mendekati 100 % terus dilaksanakan; usaha ini memerlukan keteknikan yang makin
canggih dan makin mahal.
Produk mix
Wawasan strategi
Kemajuan Teknologi.
b.
Perusahaan Independent adalah perusahaan yang melakukan hanya salah satu tahap
pengusahaan.
c.
a.
pengolahan yang punya pasar mantap dan dapat bekerja teratur dan berkesinambungan
sesuai daya olahnya.
b.
perusahaan memiliki pengolahan sendiri dan pengolahan merasa aman jika perusahaan
memiliki lapangan.
Suatu perusahaan yang menjual olahan dipasar pasti berusaha tidak terlempar keluar dalam
waktu dekat, justru ia berusaha mendapatkan bagian pasar (market share) yang besar,
sehingga begitu besarnya bagian pasar tesebut ia dapat mempengaruhi harga, pada tingkat
ini konsentrasi horisontal umumnya dimungkin oleh suatu perusahaan besar yang dapat
mereratakan laba/rugi usahanya dari hasil diperbagai tempat kawasan (hasil korporat).
Baginya keadaan yang kurang menguntungkan disalah satu tahap pengusahaan tidak
berpengaruh pada hasil keseluruhan usahanya.
Struktur industri migas.
1.
memenuhi keperluan jasmani dan barang tidak berujud (jasa) untuk memenuhi kebutuhan
rohaninya. Makin tinggi peradabannya kebutuhan tersebut makain banyak baik jumlah
maupun jenisnya.
13
2.
Barang dan jasa tersebut dengan meningkatnya peradaban tidak dibuat sendiri tetapi
dihasikan oleh suatu usaha (bussines). Usaha ialah segala kegiatan yang terkait dalam
penyediaan barang dan jasa yang diperlukan atau diinginkan masyarakat. Usaha ini tidak
harus yang mengutamakan laba walau pada hakekatnya usaha tersebut membeli jasa dan
menjualnya.
3.
Untuk dapat menawarkan barang dan jasa, suatu usah mempunyai fungsi:
Usaha yang melakukan pengubahan dan pengolahan bahan disebut industri. Dari
tersedianya bahan baku maka terdapat:
-
Bagian Hulu:
Eksplorasi
Eksploitasi
Bagian Hilir:
o
Pengolahan
Pemasaran
Angkutan
Bagian Hulu ialah yang mencari dan memproduksikannya jika bahan baku ditemukan.
Bagian Hilir ialah yang mengolah / menjadikan barang jadi dalam jumlah dan mutu yang
sesuai permintaan pasar kemudian memasarkan dengan harga bersaing.
Angkutan dapat meliputi dalam bagian hulu atau bagian hilir maupun antar bagian tersebut.
Khusus untuk industri minyak bumi perlu diingat sifat umum berikut :
-
5.
Bagian hulu terkait tempat minyak ditemukan dan terkait oleh alam sehingga tidak dapat
ditentukan oleh kehendak manusia, karena prosesnya eksplorasi dan eksploitasi disatukan
dibawah satu satuan kerja (unit operasi).
Bagian Hilir mempunyai persyaratan yang berbeda, bagian ini harus dekat dengan
dipisahkan dan konsumen. Tetapi tidak mustahil bahwa pengolahan dan pemasaran tidak
memnuhi syarat tersebut sehingga tempat pengolahan terpisah dari tempat pemasaran
sehingga pada baian hilir kedua unit tersebut. Berdiri sendiri.
6.
Pengusahaan gas bumi umumnya terkait erat dengan pengusahaan minyak bumi
sehingga walau ada genesis yang berbeda belum diusahakan pencarian khusus bagian hulu
masih sama dengan yang di minyak bumi. Baru pada bagian hilir yang dipengaruhi
peruntukannya terjadi perbedaan penataan.
7.
Pengusahaan panas bumi sejauh mengenai uap bumi, berbeda dengan pengusahaan
Cadangan migas adalah suatu bahan tambang yang besarnya tak terbarui, dan manusia
harus mengusahakan agar bahan ini :
a. Bermanfaat dalam waktu yang lama
b. Dieksploitasi sebanyak banyaknya
c. Diusahakan dengan ongkos serendah rendahnya.
2.
Karena tak terbarui cara penambahannya hanya dapat dilakukan dengan setiap waktu
menambah penemuan baru dari tempat lain.
15
4.
Dalam merencanakan kegiatan eksplorasi (terlepas dari dana dan teknik yang
digunakan) perlu ditelaah aspek:
a. Besarnya cadangan:
-
b. Geologi :
-
Dimanapun
d. Pelaku.
5.
Sekali sudah diketahui besarnya cadangan yang ditemukan, maka tugas pengusahaan
dimulai jajaran eksploitasi harus menelaah:
a. Menguntungkan atau tidaknya pengusahaan.
b. Kemana hasil akan dibawa.
c. Tersedia tidaknya pelaku
16
Tiap Negara mempunyai ketentuan pokok yang mengatur siapa pemilik bahan tambang
yang berada di bumi negaranya, pengaturan selanjutnya ialah bagaimana menetukan
cara penambangan.
2.
Perundangan disuatu negara dapat menimbulkan kritik negara lain dan dapat
memancing kerincuhan politik, bagi negara bekas jajahan yang rasa kebangsaannya
tinggi pengusahaan oleh perusahaan asing kurang disukai dan ini menambah rumit
persoalan.
3.
4.
Eksplorasi hanya dapat dilakukan jika ada kebebasan bertindak untuk usaha itu.
Tahapan ini penuh resiko dan karenanya perlu dorongan menemukan cadangan atau
tidak. Pengenalan daerah yang telah diteliti tetap akan memberikan sesuatu yang
positif.
5.
Dekat atau jauh dengan daerah yang sudah pasti mengandung hidrokarbon.
Berhubungan erat dengan wilayah kuasa pertambangan dapat 3 4 tahun atau lebih.
c. Kewajiban bekerja (working obligation) selama masa eksplorasi.
Ada kewajiban melakukan kegiatan eksplorasi yang harus dipenuhi yang tidak
dipenuhi selama kewajiban tersebut masih bersifat wajar.
d. Masa peralihan dari eksplorasi ke pengembangan (eksploitasi).
Perlu dinyatakan sejak awal adanya hak mengembangkan hidrokarbon yang
ditemukan.
e. Masa pengusahaan.
Pemegang wilayah selalu berkeinginan mengambil hidrokarbon selama mungkin,
biasanya masa ini ditetapkan tetapi dapat diperpanjang.
f. Sewa, Royalti dan pajak.
Sewa wilayah : pembayaran dilakukan setiap tahun, persatuan luas. Sewa ini rendah
pada masa eksplorasi bertambah setelah masa pengembangan.
Royalti : dibayar menurut harga tetap untuk produksi tiap ton/kg, Dibayar menurut %
produksi.
Pajak : menentukan berapa perolehan masing masing (perusahaan dan negara).
g. Cara menentukan Tingkat komersil penemuan.
Kriteria harus jelas sejak semula apa/berapa penemuan yang dianggap pas
(marginal) cukup menguntungkan atau merugi.
h. Hak untuk menjual / mengekspor hidrokarbon.
Perusahaan tentu ingin memenuhi keperluannya sendiri yang mungkin berkaitan
dengan kewajiban international, sehingga baginya layak disediakan hak menjual dan
mengekspor secara bebas. Termasuk kewajibannya untuk memenuhi pasaran setempat.
i. Pengaturan jika menemukan gas.
Walau penemuan gas sekarang mempunyai sendiri, tetapi karena penanganan gas
berbeda dengan penanganan minyak maka perlu ketentuan sendiri. Ada hal hal yang
berlaku di minyak tetapi tidak di gas.
j. Pengembalian ongkos (cost recovery).
Perusahaan punya hak mengambil/mendapatkan kembali atas beberapa jenis
pembelanjaannya. Harus jelas dapat dan berapanya, perlu dibatasi berapanya atau
tidak.
k. Pengendalian Operasional.
18
Bentuk perjanjian
a. Konsesi
-
Masa 75 99 tahun.
Pemegang konsesi berkuasa untuk bertindak apa saja terhadap wilayah dan hasilnya
Negara tempat perusahaan berusaha menerima royalti, pajak pendapatan dan bonus.
b. Patungan.
-
Mitra asing membayar bonus dan pembelanjaan eksplorasi yang dapat diminta
kembali jika hidrokarbon ditemukan.
e. Kontrak Jasa.
-
7.
Pengilangan.
Pengilangan sangat berbeda dengan eksplorasi dan produksi karena:
-
Pengilangan hanya dapat dibangun jika telah diketahui besar produksi, mutu, jenis
dan lokasi penemuan hidrokarbon.
Untuk memenuhi permintaan pasar dan agar syarat keekonomian dicapai suatu
kilang harus memasak dalam jumlah banyak memerlukan peralatan/perlengkapan
canggih.
Kilang harus tetap terbuka untuk menerima/mengolah minyak berbagai jenis dan
sifat yang tak ada di negara penghasilnya.
Minyak Bumi adalah bahan galian yang tak terbarui. Yang dapat dikeluarkan dengan
cara pengusahaan biasa (primary recovery ) rata rata 30 % dari yang berada di batuan
cadangan.
2.
Bahan galian tersebut ditemukan didalam bumi, di bawah permukaan tanah darat
maupun bawah air (sungai danau, selat, laut)
3.
Dengan demikian selang waktu dari eksplorasi keeksploitasi dapat berjarak pendek (satu
dua tahun), dapat juga panjang (lebih dari 10 tahun).
4.
Dari segi keekonomian untuk dapat diusahakan syarat yang harus dipenuhi antara lain
ialah:
20
Pemanfaatan gas (jika ada) sejak awal harus sudah dipikirkan, karena gas sudah dapat
diolah untuk berbagai keperluan.
6.
Dari segi operasi produksi, laju produksi harus dapat direncanakan dengan baik.
Rencana disusun tidak hanya memperhitungkan demi memenuhi permintaan, tetapi
juga harus memperhatikan:
7.
Dari segi operasi kesinambungan produksi harus tetap dijaga terus menerus. Suatu
gejolak produksi (berhenti, turun drastis) akan sangat mempengaruhi berbagai pihak.
8.
produksi
erat
kaitannya
dengan
kinerja
cadangan
(reservoir
Perawatan sumur baik diatas maupun dibawah tanah, kerja ulang dan perangsangan
Biaya pengembangan lapangan merupakan biaya terbesar (60 70%) terserap untuk
pemboran sumur, penekanan ongkos membor (umpama perenggangan / spacing,
penggususan/cluster, membeli atau menyewa perabot dan sebagainya) harus selalu
diperhatikan.
10. Ongkos produksi pada tingkat awal terutama pada jika sumurnya sembur alam
(flowing well), umumnya rendah.
Faktor lain yang tidak boleh dilupakan adalah :
-
Kemampuan produksi (productivity) sumur tidak selalu sama tetapi makin tinggi
produktivitasnya makin murah biaya produksi persatuan volume.
21
Sarana pengukur, menyalur dan menampung hendaknya sesuai dengan laju produksi.
Langkah peningkatan laju produksi dengan kerja ulang atau perangsangan akan
mempercepat pengurasan (asklerasi) atau penambahan cadangan (additional recovery).
11.
Biaya umum hendaknya selalu diawasi dengan ketat. Biasanya makin lama makin
banyak keperluan yang timbul untuk berbagai sarana yang tidak langsung menunjang
hasil dan pada akhirnya menambah besar biaya umum.
Secara umum hal yang dilakukan pada pengusahaan minyak bumi juga berlaku pada
pengusahaan gas bumi.
2.
3.
Tergantung pemanfaatan gas yang diserahkan kepada pengguna dapat seperti apa
adanya atau harus memenuhi persyaratan tertentu yang menyangkut:
-
4.
Penangan gas setelah pembersihan pertama (lumpur, air kondensat) dapat ditingkatkan
dengan berbagai cara di:
Dekat sumber
a.
b.
Di stasiun pengumpul.
c.
5.
a.
b.
Pengeringan gas kandungan H2S dan CO2 menimbulkan korosi jika gas
mengandung air, karena gas harus dikeringkan. Sekaligus mencegah mencegah
pembentukan hydrat (hydrate). Sebagai pengering digunakan active alumina atau
saringan molekul (molecular sieve).
b.
Pencegahan hydrat jika yang ditangani gas basah, diperlukan injeksi methanol atau
glycol.
c.
Sweetening gas (menyingkirkan H2S juga CO2 hinggga 4 ppm) akan mempertinggi
keamanan penggunaan diperumahan dan pembakaran.
d.
e.
Nilai kalor dan komposisi gas ditingkatkan dengan membuang zat pengotor
impuritis atau hydrocarbon yang nilai C nya tinggi, karena cairan dengan C tinggi
mungkin jumlahnya cukup menarik.
6.
Pemanfaatan gas.
Unsur/komponen gas alam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, kelompok
unsur yang umum ialah:
a. Turunan methane
23
Di reform menjadi H
Reaksi langsung
Penyerapan LPG
d. Turunan Sulphur
7.
Harga jual gas bumi akan mengikuti berbagai pola antara lain:
-
Ditentukan pemerintah (kebijakan umum, pasok keluar berbeda dengan yang dalam
negeri, badan usah diberi harga subsidi)
Dikaitkan dengan harga bahan bakar minyak tertentu atau minyak mentah tertentu
Eksplorasi
1.
Darat
Perairan
c. Resiko usaha
2.
Dalam tahap (a.) dilakukan penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, pemetaan udara,
sekaligus dikumpulkan kondisi wilayah. Pelaksanaan kerja diawali dengan penyelidikan
pengenalan (reconnaissance) dan jika ada wilayah dianggap berpotensi dilakukan
24
penyelidikan rinci (detail survey). Penyelidikan rinci biasanya sudah merupakan gabungan
dari beberapa jenis penyelidikan.
Hasil penyelidikan rinci dipelajari, dikaji. Jika hasil kajian memberikan harapan maka
ditetapkan satu titik pemboran yang diusulkan ke pimpinan.
Pemboran pada hakekatnya untuk membuktikan ada tidaknya kandungan yang dicari dan
merupakan satu satunya cara pembuktian.
3.
b.
Keperluan/peralatan produksi
c.
4.
Tahap eksplorasi memerlukan biaya yang tidak sedikit, terutama pada tahap
pemboran. Karena itu dari keuntungan usaha harus disisihkan untuk eksplorasi dan
dapat menghabiskan 30 % dari keuntungan.
5.
Seluruh tahap eksplorasi dapat dikerjakan oleh perusahaan sendiri atau dikontrakkan.
Biasanya tahap kajian dan penentuan titik lokasi dilakukan perusahaan sendiri.
Keekonomian usahapun perlu diperhitungkan dan diterapkan semaksimal mungkin.
6.
7.
Dalam mengelola eksplorasi pun berlaku prinsip : upaya dan usah biaya minimal
memperoleh hasil maksimum dalam sistim pengelolaan bagian eksplorasi akan
bertanggung jawab atas perencanaan, kemajuan kerja, pengendalian dana dan
pelaporan hasil. Namun dalam urusan pemboran bagian ini harus bekerja sama dangan
bagian lain.
8.
Pemboran eksplorasi yang menemukan isi lapisan seperti yang diharapkan dapat minta
tambahan pemboran kajian (appraisal). Jika bagian eksplorasi sudah puas dengan data
yang diperlukan, termasuk jumlah cadangan yang dihitung, maka struktur diserahkan
kepada bagain eksploitasi untuk dikembangkan.
Eskploitasi
25
1.
Pengusahaan lapangan minyak gas panas bumi pada hakekatnya adalah mengelola
cadangan sedemikian sehingga dari sumber daya itu dapat diperoleh hasil tertinggi
(nilai/harga, jumlah fluida, )
2.
Secara ekonomi, pendapatan dan pengusahaan lapangan NpV harus memenuhi berbagai
ukuran:
-
Dimana:
NP = Produksi kumulatif
V = Harga
3.
4.
5.
Factor factor pada point 4 akan berpengaruh kapan waktu dan cepat lambatnya
pengembangan lapangan.
6.
7.
8.
Dilihat dari urutan kegiatan, usaha pengembangan migas/panas bumi itu melalui tahap
pencarian/penentuan (ekplorasi), pengusahaan (eksploitasi), pengolahan (refining), dan
penjualan (marketing).
Memusatkan hanya pada dua urutan pertama, maka sebagai kegiatan proyek terlihat
tahapan berikut:
a. Pencariaan dan pra-kajian (exploration and pre-evaluation)
b. Kajian (evaluation)
c. Garis besar rencana (definition)
d. Pemolaan/rekayasa (design)
e. Pembangunan fisik (construction)
f. Menghasil/operasi (operation)
Apakah kegiatan proyek itu berjalan berurutan (selesai a lalu b), bersama-sama/serentak,
atau tumpang tindih (over lap)?
2.
3.
Untuk tahap pra-kajian tidak tersedia banyak waktu. Walau demikian tak berarti bahwa
masukan, lalu boleh semaunya. Terutama yang menyangkut pembiayaan.
Langkah penting yang perlu diambil dalam tahap ini antara lain:
a.
b.
c.
Penyiapan kerja telaah terinci untuk tahap kajian dan garis besar rencana penanganan
proyek, perkiraan waktu terpendek untuk meyelesaikan pekerjaan tersebut berdasar
terselesaikannya pemboran pembatas (dengan hasilnya), kiraan tenaga kerja yang
diperlukan dan biaya telaah itu.
d.
4.
Tahap kajian segera dimulai dengan keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumur
penemu dan disesuaikan dengan tambahan keterangan dari sumur pembatas. Pengujian
dan pengeboran sumur terbatas biasanya memakan waktu yang banyak, namun bukan
yang terbanyak karena pemilihan tempat sarana dan kemudahaan juga memakan waktu
yang panjang. Kegiatan ini terutama untuk mengumpulkan keterangan sebanyakbanyaknya dan pembuatan pola awal (preliminary design).
b.
Besar cadangan : besar cadangan dan daya menghasilkanya menetukan jumlah sumur
yang akan dibor, pola menghasil, pengusahaan lanjutan.
c.
menguntungkan (comercial). Dalam tahap ini pola dasar (conceptual design) akan dikaji
antara lain untuk:
a. Penentuan persyaratan pola dan falsafah pelaksanaan (operating philosophies).
b. Penyiapan pengolahan awal dan bagan alir, plot plan, persyaratan untuk pemolaan
konstruksi.
c. Penyiapan persyaratan rinci untuk peralatan penting yang mungkin memerlukan
waktu penyerahan lama.
d. Analisa dampak lingkungan.
5.
perumahan, dan sebagainya), ialah yang langsung maupun tidak langsung terkait
produksi.
6.
Tahap produksi diawali dengan mengalirnya hasil sumur dari kepala sumur menuju
tempat penampungannya.
29
BAGIAN III
KEEKONOMIAN INDUSTRI
30
KEEKONOMIAN INDUSTRI
1.
Usaha dalam bentuk apapun memerlukan pengelolaan. Pengelolaan tiap jenis usaha
mempunyai tujuan yaitu pemanfaatan sumber daya terencana untuk menciptakan
ekonomi yang cukup untuk mendapatkannya kembali dalam waktu tertentu dengan
memperoleh keuntungan sebatas yang diperbolehkan. Dalam jangka panjang hasil
pemanfaatan sumber daya itu haruslah suatu kenaikan tingkat ekonomi pemiliknya
dengan selalu memanfaatkan sumber daya lebih lanjut ( berkesinambungan ).
2.
3.
Dengan menggunakan ukuran tersebut diatas, maka dunia usaha dapat dipandang
sebagai suatu sistim aliran dana. Usaha itu merupakan rangkaian keputusan manajemen
untuk menyebar sumber daya agar memperoleh laba. Dalam artian luas keputusan
tersebut mencakup :
a. Penanaman modal dari sumber daya / kekayaan
b. Penanganan usaha dengan bantuan sumber daya itu
c. Pembelanjaan yang tepat dalam menjadikan sumber daya.
4.
Membicarakan sumber daya dalam dunia usaha dalam maka akan terbayang tentang
dana ( fund ). Dalam arti yang luas dana adalah sejumlah uang tunai atau aktiva yang
dengan segera dapat diubah menjadi uang tunai dan yang sudah dipusahkan
31
/dicadangkan untuk suatu maksud tertentu, sedang dalam arti sempit dana adalah uang
tunai yang tersedia untuk digunakan. Dana dalam arti sempit ini lebih umum dan
mudah dipahami karena uang itu gambaran termudah untuk menunjukkan nilai
ekonomi, dapat langsung ditukar dengan barang dan jasa, lagi pula transsaksi dunia
usaha selalu melibatkan uang.
5.
Maju mundurnya suatu usaha selalu diamati moleh banyak orang dengan sudut
pandang yang berbeda :
a. Pemilik usaha / sumber daya ingin tahu laba yang diperoleh sekarang maupun
jangka panjang yang dicerminkan oleh pendapatan serta besar kecilnya deviden
yang akan diterima .
b. Para penyedia dana jangka pendek dan panjang memperhatikan kemampuan usaha
untuk membayar pinjaman beserta bunga dengan teratur dan nilai harta
kekayaannya.
c. Pemerintah berkepentingan dalam penerimaan pajak.
d. Buruh/ karyawan memperhitungkan kemampuan membayar upah dari usaha itu.
e. Masyarakat mengharapkan kemampuan itu untuk ikut berperan serta dalam kegiatan
sosial masyarakat.
f. Pimpinan usaha / manajemen adalah pengelola usaha yang mengatur agar usah itu
memperoleh laba dan memanfaatkan sumber daya secara efisien
Karena perhatian yang berbeda tersebut, maka indikator pengamatan keekonomian
yang digunakan juga berbeda.
6.
Memperoleh nilai ekonomis cukup besar untuk mengembalikan sumber daya itu
dan masih ada keuntungan yang lebih.
7. Tanda maju mundurnya usaha akan tergantung kepada sudut pandang yang digunakan.
a. Dari jalannya usaha : petunjuk yang dapat diamati ialah jumlah barang yang dijual.
Pendapatan dari penjualan ini akan mengakibatkan laba tau rugi. Laba/ rugi usaha
dinyatakan dengan uang. Diketahui dari keluar masuknya uang, laba juga skaligus
menunjukkan tata kerja yang baik, tetapi laba/rugi umumnya baru diperoleh setelah
semua kejadian berlalu dan tidak dapat diulang.
Gambaran cash flow secara sederhana terlihat seperti dibawah ini :
Pendapatan kotor
:A
Ongkos ongkos
:B Laba kotor (A B )
:C
Penyusutan
:D Laba kena pajak (C- D)
:E
Pajak
:F
Laba bersih ( E F )
:G
Penyusutan
:D +
Pendapatan bersih ( G + D )
:H
b. Dari penanaman modal ( capital investment ) : tujuan menanam modal ialah untuk
memperoleh keuntungan ekonomi dikemudian hari sehingga modal yang ditanam
dapat kembali. Penanaman modal barlaku untuk waktu yang panjang / lama
sehingga untuk memutuskan apakah modal akan ditanam atau tidak memerlukan
langkah yang hati hati . masa waktu yang akan datang selalu mengandung
perubahan dan ketidak pastian dalam banyak hal. Jadi dalam membuat perkiraan,
asumsi asumsi yang digunakan akan sangat mempengaruhi perhitungan. Paling
tidak dalam penentuan penanaman modal harus diperhatikan jenis dan tempat
menanam modal, laba usaha yang akan diraih dan kurun waktu memetik laba.
Dalam usaha perminyakan yang salah satu cirinya padat modal dan resiko.
Penanaman modal dibagian hulu menghendaki kajian yang mendalam, terhadap hal
ini terdapat beberapa cara untuk mengkaji apakah penanaman modal tersebut
mempunyai kemungkinan memperoleh keuntungan yang layak, walau banyak
petunjuk untuk melihat suatu keuntungan tetapi tidak ada satu cara yang dapat
menunjukkan perolehan laba yang sempurna dan memenuhi persyaratan.
33
Sehingga
menanam modal berarti penempatan dana modal dalam perusahaan dalam jangka
waktu tertentu agar memperoleh hasil yang teratur dengan keamanan yang maksimum.
Jadi penanaman modal ialah suatu ikatan yang mengaitkan dana yang ada sekarang
untuk menerima pengembalian dimasa yang akan datang ( expectation )
4. Pertimbangan untuk menanam modal harus didahului analisa yang secara umu
dipergunakan untk :
a. Pemilihan ( screening ) : apakah proyek yang diusulkan memenuhi syarat
penerimaan baku yang ditetapkansemula ( preset standard of acceptance ) . misalnya
34
kebijakan bahwa usul proyek penurunan ongkos hanya diterima jika ada laba 20 %
sebelum pajak.
b. Penentuan ( Preference ) : penentuan antara beberapa tindakan yang setara, missal
menentukan jenis perabot bor untu pemboran tertentu.
5. Modal yang ditanam dapat berujud :
a. Barang yang tetap ad pada waktu proyek telah selesai dan masih mempunyai harga.
b. Barang yang meliputi harta benda susut ( depreciable asset ). Dalam hal ini
perolehan yang didapat harus dapat mengembalikan modal yang ditanam.
6. Penanaman modal yang perlu dianalisa umumnya meliputi :
- Pengurangan ongkos ( cost reduction )
- Perluasan pabrik / lapangan
- Pemilihan peralatan.
- Beli atau sewa ( Buy or lease).
- Penggantian alat.
-
7. Pada hakekatnya persetujuan atas usul proyek merupakan pengawasan tahap awal,
selanjutnya
pengawasan
diteruskan
mulai
perencanaan
sampai
penyelesaian
apalagi
perusahaan
minyak
raksasa
besar
I.
1.
TUJUAN.
Usaha pertambangan mempartaruhkan modal besar, modal itu berasal dari pelbagai
sumber.
Begitu cadangan ditemukan maka menjadi milik sipenemu dan wajib menurus miliknya
dan membuat kajian terhadap miliknya, untu membuat kajian ini melibatkan banyak
ahli.
2.
Kajian evaluasi dapat dikatakan sebagai analisa yang teratur, tk memihak dan terencana
dari semua bahan informasi untuk menentukan harga / nilai harta pemilik.
3.
36
II.
5. Harga pasar ( fair market value ) : untuk menjual / menukar harta milik harus berdasar
ketentuan pasar yang berlaku. Harga pasar adalah harga yang penjualnya mau melepas
dan pembeli mau menerima dan keduanya terkena perpajakan yang berlaku.
6. Arti milik dalam organisasi : tergantung jenis organisasi / perusahaan, maka nilai / arti
sesuatu milik dapat berbeda jauh.
7. Biaya pengembangan sampai menghasilkan ; suatu penemuan cadangan tak ada artinya
jika tak dikembangkan . biaya ini harus diperhatikan besar kecilnya sehingga Nampak
perimbangan dalam kegiatan usaha keseluruhan. Apakah penanaman modal itu masih
menguntungkan.
8. Cadangan : Perhitungan cadangan dan merencanakan laju produksinya suatu penemuan
adalah usaha keteknikan yang paling banyak menyita waktu. Walaupun cadangan dapat
menghasilkan atau tidak menghasilkan dan besarnya cadangan ditentukan oleh istilah
berdasarkan keadaan ekonomi dan teknologi cadangan itu saat ditemukan.
9. Laju produksi : menentukan untung rugi yang akan diperoleh, karena itu penting
artinya bagi suatu perusahaan dan persoalan yang dapat timbul ialah memperkirakan
kemampuan menghasilkan cadangan di kemudian hari dan menyelaraskan dengan
kemungkinan peraturan kebijakan. Justru perubahan kebijakan yang sering sukar
diterka karena berkaitan dengan politik dan ekonomi. Jangka waktu yang diperlukan
untuk memperoleh hasil dari cadangan juga harus diperhitungkan dengan modal yang
ditanam.
III.
1. Resiko adalah suatu kemungkinan kerugian. Ketidak pastian adalah keadaan jangka
panjang yang tumbuh dan dapat berakibat positip maupun negatip terhadap suatu
usaha. Kedua hal ini saling berkaitan dengan eratnya dalam menentukan keuntungan.
2. Tiap kajian mempunyai cara perhitungan. Hasil yang diinginkan dari suatu kajian ialah
memperoleh nilai terendah yang mengandung resiko terkecil.
38
Untuk ahli teknik hal ini adalah yang tersulit, karena umumnya akan memilih pada
tebaran / range dari besaran yang diperlukan dan tebaran ini bebas.
3. Ada beberapa factor yang mengharuskan penggunaan cara resmi dalam menaksir
resiko :
a. Dalam mencari cadangan yang besar timbul resiko makin tinggi harga makin
mahal / tinggi waktu pengembalian dana makin lama.
b. Perpajakan dan pembatasan neraca pembayaran yang memperkecil rate of internal
capital return dan kemampuan membiayai penanaman modal baru dari modal
dalam negeri.
c. Prospek untuk menyebar ( pilihan ) resiko makin sedikit.
4. Beberapa Jenis resiko yang terkait untuk kajian :
a. Perangkaan yang diperoleh dan dipergunakan.
b. Masa mendatang yang dapat diperkirakan ( permintaan, penawaran, perubahan
teknologi )
c. Masa mendatang tak dapat diperkirakan ( perang, perubahan politik, bencana alam).
d. Kekeliruan manusia, ( human error ).
Jika untuk point a dan b masih dapat dibaca perangkaannya, tetapi untuk butir c dan d
perangkaan itu tidak ada,
DANA DAN PENGEMBALIAN
1. Dalam melaksanakan pengusahaan pimpinan perusahaan perlu mengetahui hal berikut:
a. Modal :
- Apakah bagi perusahaan disediakan modal cukup untuk menjalankan usahanya.
- Siapakah pemilik modal.
b. Peruntukan pendapatan dan penumpukkan cadangan :
- Apa kuasa perusahaan atas penggunaan pendapatan dan keuntungannya ( seluruh
keuntungan
Biaya ialah jumlah uang yang dibayarkan atau dibelanjakan untuk mendapatkan suatu
barang olahan ( Produk ) atau jasa dalam kurun waktu tertentu.
Pembuatan barang atau jasa oleh suatu industry umumnya meliputi proses panjang dan
berliku apalagi yang dibuat itu mempunyai jenis dan ukuran berbeda. Pengelola tidak
cukup hanya mengetahui ongkos secara keseluruhan tetapi masih memerlukan
besarnya ongkos yang dibelanjakan / dikeluarkan untuk tiap jenis dan ukuran barang /
jasa yang disiapkan. Hal ini besar manfaatnya dalam menghadapi persaingan pasar.
2.
Cara yang digunakan untuk mengetahui ongkos pembuatan produk tersebut ada 2
macam :
a. Ongkos tercatat /( dibukukan recorded cost )
Berdasarkan perhitungan atas biaya yang nyata nyata telah dibelanjakan /
dikeluarkan untuk mewujudkan produk yang akan dijual.
b. Ongkos penetapan ( predeterminated cost ) :
40
Bagi suatu industri yang membuat barang tentunya cara menyediakan hasil yang akan
dijual berbeda dengan yang menyediakan jasa ( yang akan dibicarakan adalah
pembuatan barang ).
Pembuatan barang olahan ( manufacturined product ) apa saja dengan mengunakan
proses apapun, pabrik memerlukan bahan baku yang harus dibeli / diadakan. Bahan
baku ini diubah menjadi barang olahan melalui proses yang menggunakan tenaga kerja
( manusia ). Tahap ini diperlukan pengeluaran uang untuk upah tenaga kerja , diluar
unsur tersebut masih diperlukan pengeluran lain agar usaha yang ditangani dapat
berjalan. Dengan demikian ongkos yang dikeluarkan berupa barang , bahan
baku,tenaga kerja dan lain lain.
Tenaga kerja dapat : tenaga kerja langsung ( direct labour ) dan tenaga kerja tak
langsung ( indirect Labour ). Demikian pula bahan baku dibedakan ada yang diolah
langsung menjadi produk ( direct material ) dan yang digunakan untuk keperluan lain
( bahan tak langsung indirect material ).
Biaya untuk tenaga kerja langsung dan bahan langsung disebut ongkos pokok / ongkos
utama ( prime cost , flat cost ).
Pengeluaran lain ialah diluar ongkos utama misalnya sewa gedung, biaya telpon,
listrik, pajak, assuransi, yang tidak dapat dimasukan dalam ongkos produksi barang
disebut biaya umum ( overhead cost ) dan sejauh pengeluaran biaya ini terkait dengan
kegiatan pembuatan barang atau kepentingan pembuatan barang maka biaya tersebut
dapat dibebankan kepada harga jual produk.
Pengeluaran untuk menjual barang, direksi, komisi dan sebagainya juga merupakan
biaya umum yang harus ditanggung tetapi pembebanannya menjadi rumit jika produk
yang dibuat tidak hanya satu. Jika tidak ada ketentuan umum yang berlaku maka cara
dan besarnya pembebanan kepada tiap jenis bahan olahan dan diserahkan kepada
bagian usaha masing masing- masing . pada dasarnya pengeluaran itu dapat
41
dikelompokkan
dalam
biaya
admintrasi
5.
Dipandang dari sudut peredaran barang maka usaha akan memperoleh laba jika
pendapatan dari banyaknya barang terjual ( revenue ) lebih besar dari dari pengeluaran
( cost ), jika pendapatan sama dengan pengeluaran maka Tercapai titik impas ( break
even point ).
Adalah ongkos yang dibelanjakan untuk mengangkut fluida dari sumur ke terminal
dilapangan. Pemebelanjaan ini mencakup pengawasan hasil, ongkos mengumpulkan
fluida, ongkos menimbun, ongkos pemisahan air, pembersihan lapangan dan lain
lain.
Ongkos perbaikan sumur ( well repair ) termasuk dalam pos ini bukan di ongkos
pengangkatan, demikian pula ongkos perangsangan.
2.
3.
Ongkos cuti.
Jasa umum.
43
4.
Pengeluaran umum :
- Pengeluaran adminitrasi, assuransi, ganti rugi
- Pajak ( diluar yang dipastikan )
- Ongkos membongkar / meninggalkan harta benda modal termasuk sumur.
- Perawatan lapangan yang ditinggalkan baik sementara maupun selamanya.
BIAYA PRODUKSI
BEBAN
Langsung
POS BIAYA
- pengangkatan ( lifting ) atas tanah
RINCIAN
Sembur alam
Sembur buatan
Sumur pompa bwh
tanah
injeksi air,gas ,uap,
insitu combustion, dll
Pemisahan
air,
&
pembuangan air,
garam, pasir dsb
reparasi / perangsangan
/ penyelidikan sumur,
pembayaran
biaya umum lapangan
Berlaku bagi karyawan perusahaan dan kecuali uang yang diterima termasuk
pembayaran menurut peraturan yang berlaku seperti :
- Dana pensiun.
- Dana assuransi
- Dana kecelakaan kerja.
- Sakit.
- Cuti dan libur.
- Kerja lembur.
- Jasa produksi.
Tidak dalam biaya fasilitas / tunjangan yang diberikan kepada karyawan :
- Rumah sakit.
- Balai pertemuan.
- Perumahan
- Wisma
- Sekolah
- Angkutan karyawan.
Yang semuanya masuk dalam kelompok biaya umum
b. Kontrak .
Pengeluaran bagi pihak ketiga untuk kerja yang dilaksanakan atau jasa yang
diberikan berdasarkan kontrak, masuk dalam golongan ini adalah kontrak
penyerahan barang, sewa peralatan.
c. Material.
Material terdiri dari pengeluaran gudang, beban langsung dan buatan sendiri,
material yang dikeluarkan dari gudang diberi harga sesuai dengan yang tertera di
kartu suku cadang ( stock card price ). Material buatan sendiri diberi harga harga
sebesar biaya langsung pembuatannya ( cost of manufacturing ).
d.
Barang sendiri.
Untuk minyak mentah, gas dan hasil pengolahan yang dicatat sebagai produksi atau
perpindahan dari fungsi lain diberi harga sebesar harga penyerahan untuk ekspor
atau pengolahan jika barang tersebut dimanfaatkan untuk bahan bakar atau
keperluan umum.
e. Lain lain.
Dalam golongan ini mencakup pengeluaran pengeluaran diluar yang diatas.
Jika pengeluaran dibagi dalam pengeluaran tetap dan variable maka :
45
Perlu diperhatikan pula daya menghasilkan sumur yang berbeda dari lapangan ke
lapangan, jumlah cara pengangkatan ( lifting method ) yang terbanyak dan hal lain
yang menyulitkan dalam analisa.
Dalam perhitngan ongkos produksi adalah jumlah total ongkos dibagi dengan
jumlah produksi sehingga diperoleh unit cost misalnya $/ Bbl, Rp/m 3 atau dalam
satuan yang dikehendaki.
Sedang jumlah produksi yang dimaksud adalah produksi yang ditampung dan
diketahui besarnya ( terukur ).
BIAYA PENGEBORAN.
BEBAN
KEPERLUAN
POS BIAYA
RINCIAN
Langsung
Persiapan
jalan masuk
Tapak/anjungan
Bongkarpasang
Saluran
Ganti rugi.
Pemboran
Selubung
Casing dan
(casing)
Penyemenan
pengurasan Logging
Penyelesaian
stimulasi,
46
Angkutan
Kelengkapan sumur
Pindah alat.
atas tanah
Bawah tanah
perlengkapan lifting
Perkemahan.
Tak langsung
Penutupan
Biaya
biaya Umum
biaya umum pusat
Perpajakan
penyusutan
perabot
kelengkapan
bor
dan
angkutan
47
BAGIAN IV
TEORI KEEKONOMIAN
48
FIELD MANAGEMENT
Kompetensi mata kuliah FM :
Agar para mahasiswa mampu melakukan perhitungan keekonomian (proyeksi cash
flow) dari suatu prospek pengembangan lapangan migas pada sektor hulu (eksplorasi dan
produksi) selanjutnya mampu melakukan analisa dari beberapa kesempatan penanaman
modal (investasi) dari suatu / beberapa lapangan dan akhirnya diharapkan dapat mengambil
keputusan (decision making) yang paling tepat.
Daftar Isi FM:
I. Pendahuluan
II. Review beberapa metode perhitungan cadangan
2. l.Metode analog
2.2. Metode yolurnetrik
2.3. Metode material balance
2.4. Metode decline curve
2.5. Metode simulasi
III. Cash Flow Analisis
3.1. Pengertian cash flow dan net cash flow
3.2 Bentuk cash flow pada proyek migas
3.3. Net cash flow dan profit
3.4 Cash flow dan pajak (taxes)
3.5. Depresiasi (penyusutan)
-
IV.Indikator ekonomi
4.1. Konsep "present value"
4.2. Jenis indikator ekonomi
-
Poul D. Newendorp
GuyAllinson
50
BAB I
PENDAHULUAN
Didalam pengelolaan lapangan migas ada 3 bagian pokok yang satu sama lain
berkaitan erat. Ketiga pokok tersebut yaitu :
1. Engineer (keteknikan)
2. Ilmu ekonomi
3. Regulasi / peraturan yang berlaku saat itu
Hubungan dari ketiga pokok diatas dapat dilihat pada diagram Venn
berikut :
Engineering
Pada bagian engineering akan diperoleh masukan-masukan dengan besaranbesaran reservoar dan besaran-besaran produksi misalnya besarnya reserve atau cadangan,
besarnya produksi per tahun, kapan di pasang pompa, dll.
Pada bagian ilmu ekonomi akan dibicarakan beberapa konsep ilmu ekonomi
seperti indikator ekonomi, nilai sekarang dari uang (present value), inflasi, faktor
penyusutan dari modal dll.
Pada bagian Regulasi akan dibicarakan mengenai besarnya pajak, besarnya
pembagian keuntungan antara pemenntah dan kontraktor dan beberapa aturan lain yang
berlaku pada project migas. Didalam proyek pengembangan migas dicirikan :
1. padat teknologi
51
2. padat modal
3. penuh resiko
Usaha yang demikian pada umumnya perusahaan akan menuntut keuntungan yang
besar.
Resiko ada beberapa macam yaitu :
1. Resiko engineering (keteknikan)
yaitu resiko yang berkaitan dengan kemungkinan biaya eksplorasi maupun biaya
pengembangan lebih mahal dari yang diperkirakan semula.
2. Resiko eksplorasi
Yaitu resiko yang berkaitan dengan eksplorasi yang tidak menemukan cadangan
baru.
Ex : geologist dan geofisika -> cadangan -> bor eksplorasi -> dry hole
3. Resiko pasar
Yaitu resiko yang berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan-perubahan
harga material seperti harga casing, pipe line, rig, dll.
4. Resiko kebijakan (regulasi)
Yaitu resiko yang berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan kebijakan
pemerintah pemerintah.
Ex ; ganti presiden / menteri -> ganti aturan
Oleh karena itu suatu perusahaan minyak pada umumnya tidak hanya beroperasi
pada suatu negara tertentu saja tetapi pada umumnya akan berusaha pada beberapa negara.
Sistem
pengusahaan
migas
(energi
digambarkan sbb :
52
dapat
dari
akumulasi hidrokarbon di dalam reservoir yang diketahui pada waktu tertentu, pada kondisi
ekonomi saat itu, dengan operasi yang berlaku dengan peraturan pemerintah pada saat itu
dan kekomersialannya sudah dibuktikan melalui tes-tes produksi. Cadangan ini
diperkirakan berdasarkan dari informasi geologi rekayasa dan ekonomi pada waktu
perkiraan.
Cadangan yang belum terbukti adalah
cadangan
yang
ditentukan
berdasarkan
IOIP
Marginal
cadangan terbukti akan berkurang dengan semakin meningkatnya produksi akibat adanya
kenaikkan
permintaan
hidrokarbon.
Dengan
bertambahnya
produksi
maka
laju
Setelah cash flow dibuat selanjutnya dengan indikator ekonomi yang merupakan single atau
pengukur tunggal (POT, NPV, ROR, PIR, DPR) maka dapat diketahui tingkat keuntungan
maupun POT dari proses pengembangan migas tersebut dan akhirnya bisa diambil suatu
keputusan apakah mau mengembangkan lapangan atau ditinggal.
54
BAB II
REVIEW METODE PERHITUNGAN CADANGAN
Besaran reservoar yaitu cadangan hidrokarbon (minyak & gas) merupakan besaran yang
diperlukan untuk mengetahui prospek dan tidaknya suatu lapangan. Lapangan-lapangan
yang memiliki cadangan yang kecil (marginal field) akan memberikan keuntungan yang
kecil pula sebaliknya untuk reservoar yang memiliki cadangan yang besar (giant field) akan
memberikan tingkat keuntungan yang besar pula.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya cadangan yaitu :
2.1
Metode Analog
Metode ini digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan dimana pada
lapangan-lapangan
disekitarnya
yang
masih
didalam
suatu
lingkungan
pengendapan.
Sebagai contoh : besarnya porositas dan saturasi air analog dengan lapngan-lapangan
sekitarnya sehingga besarnya cadangan dapat dihitung:
Cadangan = (l-Swi)RF bbl/acre-ft
2.2
Metode Volumetrik
Pada metode ini batas reservoar baik arah vertikal maupun horizontal sudah dapat
diketahui dari sumur pengembangan sehingga volume pori dari seluruh resvoar sudah dapat
dihitung. Rumusnya :
N
= Ah (l-Swi).RF
= Vb (1-Swi).RF
= Vp(1 -Swi).RF
55
Pada metode volumetrik reservoar dianggap homogen serta besarnya porositas dan
saturasi merupakan harga rata-rata. Untuk memperhitungkan faktor heterogenitas reservoar
dapat dilakukan dengan membagi reservoar ke dalam grid-grid kecil atau cell dimana
masing-masing grid dianggap homogen. Dengan menggunakan peta iso-porositas, isosaturasi, dan peta isopach maka akan diketahui besarnya h (ketebalan), porositas, dan
saturasi masing-masing grid.
2.3
yang berada di dalam reservoar antara materi yang diproduksikan dengan materi yang
masuk kedalam reservoar maupun yang tinggal dalam reservoar.
a. Diasumsikan bahwa tekanan dan temperatur sama disemua titik didalam reservoir
(homogen).
b. Prosesnya yang terjadi adalah isothermal yang berarti temperatur didalam
reservoir selama produksi berlangsung dianggap konstan,
c. Terjadi kesetimbangan fasa secara sempurna, artinya pada suatu tekanan tertentu
didalam reservoir sudah tidak ada transfer masa
d. Fluida reservoir dianggap tidak bereaksi dengan batuan dalam hal ini kalau ada reaksi
maka akan ada kehilangan minyak tapi hal ini diabaikan.
e. Reservoirnya merupakan satu kesatuan
Bentuk umum persamaan matbal untuk reservoir dengan tenaga dorong kombinasi
dari depletion drive, gas cap drive dan water drive adalah sebagai berikut:
56
Pada persamaan di atas tidak ditemukan data batuan sehingga persamaan matbal digunakan
apabila reservoar sudah diproduksikan dan tekanan reservoar telah mengalami penurunan
dari tekanan initial.
2.4
persyaratannya adalah :
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
57
58
BAB III
CASH FLOW ANALYSIS
Prediksi cash flow dari suatu project pengembangan migas meruapakan dasar untuk
melakukan analisa ekonomi dari kesempatan investasi pengembangan lapangan tersebut.
Bentuk proyeksi cash flow bisa sangat sederhana, bisa juga sangat kompleks karena harus
memperhitungkan besarnya pendapatan dan pengeluaran yang akan datang dan kapan
waktu perolehan maupun biaya tersebut harus dikeluarkan.
Proyeksi cash flow pada industri migas bisa lebih dari 25 tahun sehingga sangat
kompleks.
3.1. Definisi cash flow
Cashflow adalah gambaran laju penerimaan dan laju pengeluaran pada periode waktu
tertentu selama umur project.
Net cash flow adalah selisih antara laju pendapatan dengan laju pengeluaran pada periode
waktu tertentu.
Net cash flow = cash revenue - cash expended
Example cash flow:
Cash revenue
Cash expended
Net cash flow
Tahun 1
+100
-10
+90
Tahun 2
+150
-20
+130
Tahun 3
+125
-100
+25
Tahun 4
+100
-20
+80
Tahun 5
+75
-100
-25
dibanding dengan capital cost dan juga lebih kecil jika dibanding dengan pendapatan pada
awal-awal produksi.
Ada beberapa elemen biaya didalam cash flow industri migas yaitu :
1. Gross revenue (pendapatan kotor)
2. Capital cost
3. Operating cost
4. Abandont cost
5. Pajak (Taxes)
A. Gross revenue
Pendapatan kotor dari proyek migas diperoleh dari hasil penjualan produksi minyak, gas,
maupun condensat. Besarnya gross revenue pada awal produksi pada umumnya besar
selanjutnya akan mengalami penurunan sesuai dengan karakteristik produksi dari suatu
reservoir.
Example perhitungan gross revenue:
Crude
oil
Tahun 1
production 10
Tahun 2
8
Tahun 3
6
(MMbbl)
Crude oil price ($MM)
Crude oil revenue
20
200
21
168
22
132
Gas production
50
50
50
2.5
125
2.6
130
2.7
135
21
84
488
22
66
333
Condensat
production 5
(MMbbl)
Condensat price ($/MM)
Gross revenue
20
100
425
60
Cat+:
Besarnya produksi minyak rata-rata per tahun dapat dihitung dari produksi rata-rata harian
(BOPD) dikalikan 365 hari.
B. Capital cost
Capital cost dicirikan dikeluarkan satu kali (one off cost) pada saat dimulainya
project dan pada umumnya cukup besar. Kadang-kadang capital cost dikeluarkan beberapa
tahun sebelum diperoleh pendapatan.
Yang termasuk dalam capital cost adalah :
- biaya pemboran
-
pembelian tanker
konstruksi platform
C. Operating cost
Operating cost dikarakteristikkan adalah pengeluaran yang terjadi secara periodik
yang digunakan untuk mempertahankan produksi lapangan. Yang termasuk dalam
operating cost yaitu :
-
example :
5 $/bbl -> artinya untuk memproduksi minyak 1 bbl diperlukan biaya operasi 5 $.
1500 $/tahun -> artinya di dalam 1 tahun produksi diperlukan biaya operasi sebesar 1500
$/tahun
SOAL : Diketahui operating cost = 1500 $ / tahun
1
500
50
25000
1500
2
400
50
20000
1500
3
300
50
15000
1500
4
200
50
10000
1500
D. Abandont cost
Abundant cost adalah biaya yang harus dikeluarkan pada akhir proyek yang digunakan
untuk biaya reklamasi / perbaikan lingkungan setelah lapangan tersebut ditutup.
Biaya abandont cost dapat merupakan komponen yang penting di dalam cash flow dapat
pula masuk ke dalam biaya platform, pada onshore untuk perbaikkan lingkungan.
E. Taxes (pajak), Royalty
Selain capital cost dan operating cost perusahaan masih harus membayar kepada
pemerintah (Goverment Take) yang dapat berupa pajak atau royalty. Di Indonesia tidak
dikenal adanya royalty tetapi dinyatakan dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk FTP (First
Tranche Periode) yaitu sebesar 20 % dari produksi tahunan. Sedangkan dalam bentuk
pajak sudah diatur di dalam peraturan pemerintah di mana perusahaan sebagai wajib pajak.
Bentuk goverment take pada masing-masing negara akan berbeda satu sama lain. Pada
umumnya besarnya pajak bisa mencapai 50 % lebih dari net cash flow.
Example:
Tahun
1
Perhitungan :
Produksi
100.000
FTP
20.000
FTP
: 20% x 100.000
= 20.000
Gross produksi
: produksi FTP
= 100.000 20.000
Gross Produksi
80.000
= 80.000
3.3. Net Cash Flow dan Profit
Keterangan :
Net cash flow -> capital expenditure diperhitungakan langsung untuk menentukan net cash
flow sedangkan depresiasi untuk memperhitungkan pajak.
Profit
Oleh karena itu, karena net cash flow lebih bersifat realistik (dapat memberikan gambaran
besarnya pendapatan dan pengeluaran serta waktu kapan diterima dan dikeluarkan) maka di
dalam analisa keekonomian migas digunakan konsep net cash flow.
Example 1:
Suatu perusahaan akan menginvestasikan sebesar $ 100 MM pada tahun pertama. Dari
perkiraan perusahaan akan memperoleh income sebesar $ 40 MM setiap tahun mulai tahun
ke-2 s/d tahun ke-5. Biaya operasi diperkirakan sebesar $ 10 MM per tahun mulai dan
tahun ke-2 s/d tahun ke-5. Bila depresiasi dengan menggunakan metode garis lurus, hitung
besarnya net cash flow per tahun dan besarnya profit per tahun !
Penyelesaian :
Diketahui : capital
Income
= $ 100 MM
= $ 40 MM dari thn ke-2 s/d thn ke-5
Capital ($MM)
Income ($MM)
Operating cost
($MM)
Net cash flow
-100
+40
-10
+40
-10
+40
-10
+40
-10
+30
+30
+30
+30
($MM)
Depresiesi dengan metoda garis lurus, maka persamaan yang digunakan :
Di = K/N
Dimana
: K = capital
N = jumlah tahun depresiasi
I/N = R
Di = K/N
Di = K.R
Income ($MM)
1
0
2
+40
3
`+40
4
+40
5
+40
Depresiasi
Operating cost ($MM)
Profit ($MM)
Cat:
0
0
0
-25
-10
5
-25
-10
5
-25
-10
5
-25
-10
5
Pada metoda depresiasi garis lurus besarnya depresiasi tiap tahun tetap.
Income ($MM)
Depresiasi
Operating cost ($MM)
Taxable income
Fax 40 %
1
0
0
0
0
0
2
+40
-25
-10
5
2
3
`+40
-25
-10
5
2
4
+40
-25
-10
5
2
5
+40
-25
-10
5
2
1
0
0
0
0
0
Income ($MM)
Depresiasi
Operating cost ($MM)
Pajak
Net cash flow
2
+40
-25
-10
-2
+28
3
`+40
-25
-10
-2
+28
4
+40
-25
-10
-2
+28
5
+40
-25
-10
-2
+28
Cat + :
Besarnya taxable income tergantung pada depresiasi yang digunakan, contohnya pada
Production Sharing Contract menginginkan harga depresiasi yang besar sehingga
mereka dapat membayar pajak kecil.
Berikut contoh perhitungan jiika suatu perusahaan menanamkan modalnya 2 kali (data
sama dengan ex 1) :
Matrik perhitungan depresiasi
Capital I
Capital II
Depresiasi total
1
100
200
2
25
50
75
3
25
50
75
4
25
50
75
5
25
50
75
Sehingga untuk perhitungan NCFnya sama seperti sebelumnya hanya saja depresiasi
yang digunakan adalah depresiasi totalnya.
Dalam perhitungan pajak di atas depresiasi dari capital dimulai pada tahun ke-2 dimana
sudah diperoleh pendapatan. Bila depresiasi dilakukan pada tahun ke-1 (belum
diperoleh pendapatan) cara ini disebut perhitungan pajak "Loss Carry Forward".
Berikut contoh Loss Carry Forward (data sesuai dengan example 1):
Loss Carry Forward
Income
Depresiasi
Operating cost
1
0
2
+40
3
+40
4
+40
5
+40
-25
-25
-25
-25
-25
-10
-10
-10
-10
Net revenue
-25
30
-25
-20
-15
-10
20
Taxable income
20
Tax 40%
Keterangan
Depresiasi dimulai pada tahun ke-1 sehingga pada tahun ke-5 bernilai nol
Net revenue = income + depresiasi + operating cost
Loss carry forward -> Tahun ke-1 = -25
Tahun ke-2 = -25+5 = -20
Tahun ke-3 = -20+5 = -15
Tahun ke-4 = -15+5 = -10
Tahun ke-5 = -10+30 = 20
Rumus :
LCF = LCFawai + (Net revenue)^ berikutnya
Capital
Income
Operating cost
Pajak
Net cash flow
1
-100
0
0
0
-100
+40
-10
0
30
+40
-10
0
30
+40
-10
0
30
+40
-10
0
22
Dari contoh diatas terlihat begitu kritis penentuan waktu dimulainya depresiasi
terhadap besarnya pajak dan kapan pajak tersebut dibayarkan.
3.5. Depresiasi
Ada beberapa metode perhitungan depresiasi yang sering digunakan di dalam industry
migas. Depresiasi digunakan pada perhitungan pajak maupun besarnya pembagian
keuntungan (profit sharing). Metode perhitungan tersebut:
a. Straight Line (metode garis lurus)
b. Metode Declining Balance
c. Metode Double Declining Balance
d. Unit of production
e. Sum of the year methode
A. Metode garis lurus
Contoh 1 :
Diketahui :Capital cost = $ 100 MM
Jumlah tahun depresiasi (umur proyek) = 4 tahun
Hitunglah depresiasi per tahun (Di)!
Penyelesaian :
Rumus yang digunakan :
Di = K/N
R = 1/N = = 0.25
Nilai capital
Depresiasi
Nilai akhir capital
1
100
25
75
2
75
25
50
Ket :
3
50
25
25
4
25
25
0
1
100
0.25
25
75
2
75
0.25
18.7
56.3
3
56.3
0.25
14.1
42.2
1
2
3
Nilai awal capital
K
K(1-R)
K(1-R)2
Depresiasi (Di)
K.R
K.R(1-R)
K.R(1-R)2
Nilai akhir capital K(1-R)
K(1-R)2
K(1-R)3
Jadi rumus umum yang digunakan untuk Declining Balance yaitu:
Di = K.R(1-R)i-1
4
42.2
0.25
10.5
31.7
4
K(1-R)3
K.R(1-R)3
K(1-R)4
Pada metoda ini merupakan modifikasi dari metode declining balance. Besarnya
depresiation rate (R) dikalikan 2 (di double).
Rumus yang dipakai yaitu :
Di = K.2R(l-2R)i-1
Dimana:
K = capital
Di = depresiasi
R = depesiation rate
Contoh :
Hitung De untuk soal yang sama dengan data pada ex
1 ! Penyelesaian : D6 = 100 x 2 x 0,25 (1 -2 x 0,25)6-1=
1.5625
D. Unit of Production Methode
Pada metode ini unit of production depresiasi dari kapital akan sebanding dengan unit
produksi/ satuan produksi yang dihasilkan. Metode ini banyak digunakan pada
perusahaan-perusahaan yang bergerak didalam tambang (sumber daya alam).
Contoh A:
Suatu lapangan diperkirakan memiliki cadangan sebesar 50 MMBBL. Besarnya
produksi yang akan dihasilkan selama 4 tahun produksi adalah sebagai berikut:
Produksi
Tahun
(MMBBL)
20
15
10
5
1
2
3
4
Besarnya capital yang dibutuhkan sebesar $ 100 MM. Hitung besarnya depresiasi dari
capital bila didepresiasi selama 4 tahun.
Penyelesaian :
Diketahui: Cadangan = 50 MMBBL
Capital = $ 100 MM
Tahun depresiasi (N) = 4 tahun
Persamaan yang digunakan :
Depresiation rate (R) = Produksi pada tahun ke-i / reserve -> Di = K . R
Di
Contoh
Produksi
pada
perhitungan
Produksi
tahun
ke-i
pada
pada
reserve
tahun
tahun
ke-1
ke-i
20/50x100%
K
:
reserve
40
Di = K.R= 100x0.4 = 40
Atau
Di = Produksi pada tahun ke-i / reserve x K Di = 20/50x100 = 40
Perhitungan untuk tahun berikutnya dalam tabulasi berikut:
Produksi (MMBBL)
R(%)
Di
1
20
40
40
2
15
30
30
3
10
20
20
4
5
10
10
Contoh = Contoh A
Penyelesaian :
Rumus yang digunakan:
Di =
xK
Atau
Di =
D3
20
4
40
40
3
30
30
2
20
20
1
10
10
Tahun
capital
100
160
120
Depresiasi
1
25
25
25
25
40
40
40
30
30
97
97
25
67
Jadi, intinya : Jika modal diinvestasikan lebih dari sekali maka perhitungan harus dibuat
dalam matrik depresiasi seperti diatas.
3.6. Net cash flow dan Inflasi
Pada contoh perhitungan Net cash flow sebelumnya besarnya capital cost dan operating
cost didasarkan pada harga-harga barang pada waktu sekarang. Kenyataan di lapangan
akan ada kenaikan harga dari barang-barang aset misal: wellhead, harga drill pipe,
casing dsb. Sebagi akibat adanya kenaikan harga baja (steel) karena inflasi. Untuk itu,
di dalam perhitungan net cash flow faktor inflasi (kenaikan harga barang) perlu
diperhitungkan.
Contoh B:
Besarnya capital yang didasarkan pada tahun sekarang untuk mengembangkan
lapangan minyak adalah sebesar $ 250 MM yang terbagi pada tahun ke-1 sebesar $ 100
MM dan tahun ke-2 sebesar $ 150 MM. Sedangkan biaya operasi yang diperkirakan
dengan harga sekarang sebesar $ 20 MM mulai tahun ke-3 s/d tahun ke-5. Bila
diperkirakan besarnya escalation rate akibat inflasi sebear 5 % per tahun, maka hitung
besarnya kenaikan harga capital (escalated capital) dan kenaikan operating cost
(escalated opex).
Penyelesaian :
Persamaan
yang
digunakan
(1
yaitu
:
rate)i-1
(escalation factor)i
escalation
escalation capital
escalation opex
100
150
20
20
20
5%
5%
5%
5%
1.103
1.157
1.216
22.06
23.14
24.32
1.05
Escalation capital
100
157.5
Escalation opex
SOAL1:
Sebuah perusahaan minyak akan mengembangkan lapangan minyak "RISKI" dari hasil
studi reservoar diperkirakan besarnya cadangan minyak 4180 MBBL. Proyeksi produksi
dari lapangan ini diperkirakan sbb :
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Produksi
(MBBL)
215
425
740
825
710
525
350
150
130
110
Bila investasi pada tahun ke-0 sebesar $ 9500 M yang terdiri dari capital $ 6500 M dan
non-capital sebesar $ 3000 M. Biaya operasi sebesar $ 175 M/ tahun. Harga minyak
dianggap tetap sebesar $ 20/BBL. Sedangkan besarnya pajak 52 % dari taxable income.
Ditanyakan :
a. Hitung besarnya depresiasi / tahun selama 10 tahun engan menggunakan metode
garis lurus, declining balance dan double declining balance !
b. Hitung net cash flow per tahun dari prospek tersebut diatas setelah pajak !
(Gunakan perhitungan depresiasi dengan metode declining balance)
Penyelesaian :
a. Metode garis lurus
Persamaan yang digunakan : Di = K. R
K = $ 6500 M
R = 1/N= 1/10 = 0.1
Perhitungan dalam tabulasi sbb:
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Produksi (MBBL)
215
425
740
825
710
525
350
150
130
110
Di
650
650
650
650
650
650
650
650
650
650
R = 0.1
Perhitungan dalam tabulasi berikut:
Tahun
Produksi (MBBL)
Di
215
650
425
585
740
527
825
474
710
426
525
530
350
345
150
311
130
280
10
110
252
Tahun
Produksi (MBBL)
Di
215
1300
425
1040
740
832
825
666
710
532
525
426
350
341
150
273
130
218
10
110
174
Produks
i (Mbbl)
Incom
e ($M)
capital
($M)
non
capital
($M)
6500
3000
opex
($M)
Di
($M
)
Tax
income
($M)
Tax
52%
($M)
NCF
undiscount
ed ($M)
-9500
215
4300
175
650
3475
1807
2318
425
8500
175
585
7740
4024.8
4300.2
740
14800
175
527
14098.
5
7331.2
2
7293.78
825
16500
175
474
15851.
15
8242.5
9
8082.41
710
14200
175
426
13598.
54
7071.2
4
6953.76
525
10500
175
530
9941.1
8
5169.4
1
5155.59
350
7000
175
345
6479.5
6
3369.3
7
3455.63
150
3000
175
311
2514.1
1
1307.3
4
1517.66
130
2600
175
280
2145.2
1115.5
1309.5
10
110
2200
175
252
1773.1
8
922.05
1102.95
31989.48
100
100
100
100
Capital
100
Opex
NCF
-100
10
10
10
10
90
90
90
90
Financial
calculation
Loan
100
Balance start
100
110
82.5
55
27.5
Interest year
10
11
8.25
5.5
2.75
27.5
27.5
27.5
27.5
82.5
55
27.5
Repayment
Balance at end
110
Tax calculation
Income
Opex
Depresiation
100
100
100
100
10
10
10
10
25
25
25
11
8.25
5.5
2.75
56.7
59.5
27.3
25
Interest
Net revenue
-25
54
LCF
-25
29
Tax income
29
56.7
59.5
27.3
Tax (40%)
11.6
22.6
23.8
34.9
Cat : Pada tahun ke-3 tidak ada loss carry forward karena nilai loss carry forward
pada tahun ke-2 sudah positif (+).
BAB IV
INDIKATOR EKONOMI
Pada Bab III telah dibahas bagaimana membuat atau menkonstruksi cash flow
pada suatu prospek pengembangan lapangan migas. Perhitungan Net Cash Flow pada
Bab II belum dapat digunakan untuk mengambil keputusan apakah akan dikembangkan
atau ditinggalkan lapangan tersebut. Untuk itu masih suatu indikator ekonomi yang
diperlukan untuk bisa mengukur tingkat keuntungan maupun membandingkan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh dari berbagai kesempatan investasi pengembangan
migas dari beberapa lapangan. Maka pada Bab IV akan dibicarakan beberapa parameter
ekonomi yang sering digunakan pada prospek pengembangan migas yaitu antara lain :
1. POT (Pay Out Time)
2. NPV (Net Present Value)
3. ROR (Rate of Return)
4. DPR (Discounted Profit to Invesment Ratio)
5. PIR (Profit to Invesment Ratio)
Suatu indikator ekonomi dikatakan baik apabila mempunyai karakteristik sbb :
a. Harus bisa membandingkan dan merangking tingkat keuntungan dari
setiap
kesempatan investasi
b. Parameter ekonomi harus bisa menyatakan "Time Value" dari capital perusahaan
c. Harus dapat mengukur tingkat keuntungan meskipun kecil
d. Secara kuantitatif harus bisa memperhitungkan faktor resiko (probabilitas)
Cat + : Time Value -> nilai uang dulu dan sekarang.
Konsep "Time Value of Money" (nilai uang terhadap waktu)
Besarnya nilai uang yang akan dieroleh pada waktu yang akan datang bila dibawa
kenilai sekarang maka disebut sebagai Nilai Uang Sekarang (Present Value), artinya
besarnya nilai uang akan tergantung pada waktu kapan uang itu diterima maupun
dibayarkan. Ada dua konsep yaitu :
1. Discounting
Pada konsep ini semua nilai uang yang diterima pada waktu yang akan dating (Future
Value / FV) dibawa ke nilai sekarang (Present Value / PV). Persamaan yang
digunakan yaitu :
PVn = FV.
Dimana :
= discount factor
= discount rate, %
2. Compounding
Pada konsep ini semua nilai uang yang sekarang di bawa ke nilai uang ke waktu yang
akan dating. Persamaan yang digunakan yaitu :
FVn = PV.(1+r)n
Berikut ini gambar yang menunjukkan discounting dan Compounding pada
konsep Time Value of Money :
Contoh :
Hitung FV pada tahun ke-3 jika diketahui PV = $ 100, r = 10%!
Penyelesaian :
FVn = 100.(1+0.1)3
FVn = 100.(1.1)3
FVn = $133.1
Hitung PV pada tahun ke 3 jika diketahui FV = $133.1, r = 10%!
Penyelesaian :
PVn = 133.1 x
= 133.1 x
= $100
NPV = NCF0 +
+ +
Besarnya discount rate =15%, Maka hitung besarnya Net Present Valuenya !
Penyelesaian :
Persamaan yang digunakan : NPV = NCF0 +
+ +
Thn
Produksi
(Mbbl)
NCF undiscounted
($M)
Discount
factor R =
10%
-9500
NCF
discounted
-9500
215
2318
0.87
1860.06
425
4300.2
0.76
3268.15
740
7293.78
0.66
4813.89
825
8082.41
0.57
4606.97
710
6953.76
0.49
3407.34
525
5155.59
0.43
2216.9
350
3455.63
0.38
1313.14
150
1517.66
0.33
500.83
130
1309.5
0.28
366.66
10
110
1102.95
0.25
275.74
31989.48
NPV =
13129.68
Artinya:
Apabila harga NPV (+) berarti lapangan tersebut prospek untuk dikembangkan.
sebaliknya jika NPV (-) berarti lapangan tersebut tidak perlu dikembangkan. Di
dalam pemelihan kriteria di dalam NPV diambil harga NPV terbesar dan berharga
positif(+).
NPV = NCF0 +
+ +
Besarnya Rate of Return dapat dihitung dengan menggunakan Triall & Erorr yang
menghasilkan NPV = 0. Untuk memudahkan perhitungan dapat dilakukan dengan cara
ekstrapolasi dengan prosedur sbb :
1. Anggap suatu harga r tertentu (misal ri)
2. Hitung besarnya discount factor
3. Hitung besarnya NPV (misal NPVi)
4. Ambil harga r yang baru (misal rj)
5. Ulangi perhitungan mulai langkah 2 dan 3
6. Plot harga NPV vs discount rate
7. Ekstrapolasi kurva sampai memotong garis NPV = 0
Setelah didapat r maka hitung lagi discount factor dan NPVnya pada r yang didapat dari
grafik, jika harganya (-) maka r terlalu besar maka cari lagi harga r sehingga NPV = 0. Harga
ROR tidak bisa dihitung apabila harga NCF semuanya (+). Harga ROR dalam suatu proyek
bisa mempunyai harga 2 ROR. Hal ini terjadi apabila pada tengah waktu umur proyek ada
investasi lagi.
: r1 = 40 %
: r2 = 45 %
NPV = 0 = NCF0 +
+ +
Produksi
minyak
(Mbbl)
NCF
undiscounted
($M)
Discount
factor R =
10%
-9500
NCF
discounted (r
= 40%) ($M)
Discount
factor
-9500
NCF discounted
(r = 40%)
($M)
-9500
215
2318
0.71
1655.71
0.69
1598.62
425
4300.2
0.51
2193.98
0.48
2045.28
740
7293.78
0.36
2658.08
0.33
2392.48
825
8082.41
0.26
2103.92
0.23
1828.39
710
6953.76
0.19
1292.94
0.15
1084.88
525
5155.59
0.13
684.72
0.11
554.72
350
3455.63
0.09
327.82
0.07
256.42
150
1517.66
0.07
102.84
0.05
77.67
130
1309.5
0.05
63.38
0.04
46.22
10
110
1102.95
0.03
38.13
0.02
26.85
31989.48
NPV =
1621.52
NPV = 411.53
NPV
($M)
40
1621.52
45
411.53
Thn
Produksi
NCF
Discount
minyak undiscounted
factor
(Mbbl)
($M)
R = 40%
NCF
discounted
(r = 40%)
($M)
-9500
-9500
215
2318
0.681
1577.665
425
4300.2
0.463
1992.009
740
7293.78
0.315
2299.623
825
8082.41
0.215
1734.388
710
6953.76
0.146
1015.609
525
5155.59
0.099
512.4912
350
3455.63
0.068
233.7958
150
1517.66
0.046
69.88521
130
1309.5
0.031
41.04097
10
110
1102.95
0.021
23.52715
NPV =
0.034463
DPR = 1.382
= 3.367
BAB V
POLA FISCAL DALAM INDUSTRI MIGAS SEKTOR HULU
(Eksplorasi dari Produksi)
Pada Bab sebelumnya pada perhitungan Cash Flow belum terlihat adanya
pengaruh pemerintah di dalam pola Fiscal pada industri Migas di sekitar Hulu.
Keikutsertaan pemerintah di dalam eksplorasi dan produksi lapangan dinyatakan di
dalam bentuk "Goverment Take" (pendapatan pemerintah).
Goverment Take = Net Revenue - Net Cash Flow dari kontraktor
Sedangkan besarnya Net Revenue :
% Goverment Take =
Besarnya Government Take untuk masing masing yang didasarkan pada NPV Net
Revenue adalah sebagai berikut :
Indonesia
92%
Australia
69%
Papua Nugini
81%
Brunei
80%
Thailand
93%
Malaysia
94%
Ada dua bentuk pola Fiscal yang umum digunakan di dunia pada industri Migas yaitu :
1. Pola Royalty
2. Pola Production Sharing Contract (PSC)
A. Pola Royalty / Taxes
Pada pola Royalty ketentuan-ketentuan sudah diatur di dalam bentuk UU
maupun peraturan-peraturan dari Negara yang bersangkutan. Ketentuan-ketentuan di
dalam Royalty akan diperlakukan sama pada semua kontraktor yang akan melakukan
eksplorasi
maupun
mengembangkan
lapangan
Migas
pada
Negara
tersebut.
Hidrokarbon yang ada di dalam Negara tersebut pada system Royalty seolah-olah
dipunyai oleh kontraktor. Ada beberapa Negara yang menggunakan system Royalty
yaitu : Australia, Papua Nugini, Inggris, Thailand, Norwegia, New Zealand.
B. Pola PSC
Ketentuan-ketentuan di dalam PSC pada umumnya tidak diatur di dalam bentuk
UU tetapi didasarkan pada negosiasi antara pemerintah dan perusahaan (kontraktor)
terutama pada besarnya pembagian keuntungan (Profit Sharing Split) secara detail.
Minyak dan gas yang ada di dalam reservoir pada prinsipnya dimiliki oleh pemerintah.
Beberapa negara yang menggunkan pola PSC yaitu : Cina, India, Indonesia, Malaysia,
Vietnam dan Filipina.
PSC
1. Diatur / didasarkan pada negosiasi
2. Minyak milik pemerintah
Dasar hokum yang mendasari pelaksanaan kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi
yaitu:
1. UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa Kekayaan alam yang menguasai hajat
hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
2. UU Migas tahun 2000
1) FTP
FTP merupakan bentuk insentif baru yang diberikan pemerintah kepada kontraktor agar
kontraktor mau berdatangan ke Indonesia. 20 % dari Gross Revenue akan disisihkan
terlebih dahulu yang nantinya akan dibagi antara kontraktor dengan pemerintah.
Besarnya pembagian FTP mengikuti aturan sbb :
Gross Revenue
Contractor Share
Production Rate
(Before
(After
(BOPD)
Tax)
tax)
< 50.000
48.0769%
25%
50.000 - 150.000
38.4615%
20%
> 150.000
28.8462%
15%
Pre-Tax Share =
= 48.0769%
2) Cost Recovery
Selain FTP kontraktor akan memperoleh kembali semua biaya capital, non-capital
maupun opex yang termasuk di dalm cost recovery. Selain cost recovery kontraktor
akan mendapatkan investment credit dari capital cost. Apabila didalam satu tahun
besarnya gross revenue setelah dikurangi FTP tidak cukup untuk membayar cost
recovery pada tahun tersebut maka semua biaya yang belum dicover / dibayarkan dapat
dibayarkan pada tahun berikutnya.
3) Profit Oil
Adalah besarnya profit setelah dikurangi FTP dan cost recovery yang akan dibagi antara
contractor dan pemerintah. Besarnya pembagian telah diatur didalam "Indonesian PSC
Oil Sharing Arrangements".
4) DMO (Domestic Market Obligation)
25 % dari bagian profit oil contractor harus dijual kepada pemerintah dengan harga 10
% dari harga pasar yang digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. DMO
akan diberlakukan setelah 5 tahun perusahaan tersebut berproduksi.
Contoh Kasus:
PERTANYAAN:
Suatu perusahaan minyak akan mengembangkan lapangan dengan pola PSC. Dari studi
reservoar diberikan pola produksi sebagai berikut:
Tahun
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Produksi
(MMbbl)
1
2
3
8
7
6
5
4
3
2
1
Besarnya investasi pada tahun ke nol adalah $100 MM. Biaya produksi $57 bbl. Harga
minyak $207 bbl. Investasi terdiri dari 50 % capital dan 50 % non-capital. Apabila
Share After Tax untuk kontraktor adalah 15 %, besarnya tax 48 %, depresiasi
menggunakan metode garis lurus selama 5 tahun, investment credit 20 % dari capital
dan kontraktor harus
memberikan
DMO
yang berlaku
sekarang (dibeli
oleh
Ditanyakan :
a. NCF kontraktor tiap tahun
b. Indikator ekonomi: POT, NPV pada r = 10 %, ROR, DPR dan PIR
c. Bagaimana pendapat saudara tentang prospek pengembangan lapangan ini dari sisi
kontraktor. Diasumsikan : Tidak memperhitungkan FTP dan escalasi.
PENYELESAIAN
a. Menghitung NCF contractor tiap tahun
Persamaan yang digunakan yaitu :
Gross revenue = produksi x harga minyak
Depresiasi (Di) = K.R
Cost recovery (CR) = non-capital + depresiasi + opex + unrecovered
Contractor share (CS) = (share after tax/(1-tax)) x Equity to be split
Domestic Market Obligation (DMO) = 0,25 x (after tax/(1 - tax)) x 0,9 x Gross
revenue
Net contract share (NCS) = (contractor share + investment credit - DMO) x (1 - tax)
Expenditure (Exp) = capital + non-capital + opex
Total contractor share (TCS) = NCS + recoverable - investment credit
Net Cash Flow contractor = TCS - Exp
Th
n
Prod
Oil
Gross
Rev
Investas
i
D
i
Opex
($MM
IG
($MM
C
R
Re
c
ES
CS
DM
O
NC
S
TCS
E
p
No
n
(MMbb
l)
($MM
)
0
1
Ca
p
50
ca
p
50
20
1
0
6
5
20
5.2
15.
2
10
7
5
40
40
20
6
5
65
15
4.3
3
2.2
5
67.
3
50
11
0
31.
7
16.
5
66.
5
45
95
27.
4
14.
3
59.
3
9.4
5
39.
5
7.8
8
32.
9
10
40
1
0
80
1
0
40
5
0
35
4
5
30
90
26
7.7
9
25
75
21.
6
6.4
9
5.1
9
6.3
26.
3
3.8
9
4.7
3
19.
7
13.
2
6.5
8
160
1
0
140
1
0
120
30
3
0
100
25
2
5
20
60
17.
3
15
45
13
2.6
3.1
5
1.3
1.5
8
80
20
2
0
60
15
1
5
10
30
8.6
5
15
4.3
3
10
40
10
1
0
11
20
-100
Discounted
NCFcontractor
-100
10.2 0.90909091
9.272727
30 0.82644628
24.79339
47.25
0.7513148
35.49962
26.5 0.68301346
18.09986
24.25 0.62092132
15.05734
9.45 0.56447393
5.334279
7.875 0.51315812
4.04112
6.3 0.46650738
2.938996
4.725 0.42409762
2.003861
10
3.15 0.38554329
1.214461
11
1.575
71.275
r1 = 5%
r2 = 15%
r3 = 15.1%
0.3504939
0.552028
18.80768
+ +
Discounted
NCFcontractor
r = 5%
-100
9.714286
27.21088
40.81633
21.80162
19.00051
7.051736
5.596615
4.264088
3.045777
1.933827
0.92087
NPV = 41.35653
Produksi
Discount
Discounted
minyak
NCFcontractor factor
NCFcontractor
Thn (MMbbl) ($MM)
r = 15%
r = 15%
0
-100
-100
1
1
10.2 0.86956522
8.869565
2
2
30 0.75614367
22.68431
3
4
47.25 0.65751623
31.06764
4
8
26.5 0.57175325
15.15146
5
7
24.25 0.49717674
12.05654
6
6
9.45 0.4323276
4.085496
7
5
7.875 0.37593704
2.960504
8
4
6.3 0.32690177
2.059481
9
3
4.725 0.28426241
1.34314
10
2
3.15 0.24718471
0.778632
11
1
1.575 0.21494322
0.338536
71.275
NPV = 1.395303
Produksi
Discount
Discounted
minyak
NCFcontractor factor r = NCFcontractor r
Thn (MMbbl) ($MM)
15.1%
= 15.1%
0
-100
-100
1
1
10.2 0.86880973
8.861859
2
2
30 0.75483035
22.64491
3
4
47.25 0.65580395
30.98674
4
8
26.5 0.56976885
15.09887
5
7
24.25 0.49502072
12.00425
6
6
9.45 0.43007882
4.064245
7
5
7.875 0.37365667
2.942546
8
4
6.3 0.32463655
2.04521
9
3
4.725 0.28204739
1.332674
10
2
3.15 0.24504552
0.771893
11
1
1.575 0.21289793
0.335314
71.275
NPV = 1.088516
Plot grafik r vs NPV
NPV
r (%)
($MM)
5 41.3565344
15 1.3953025
15.1 1.08851654
Discount
factor r =
15.429%
0.86633342
0.75053359
0.65021233
0.56330067
0.48800619
0.42277607
0.36626504
0.31730764
0.27489422
0.23815004
0.20631734
4) DPR
Persamaan yang digunakan yaitu :
DPR = (NPV) / (investasi)
DPR = 18.8076 / 100
DPR = 0.188
5) PIR
Persamaan yang digunakan yaitu :
PIR = undiscounted net cash / investasi
PIR = 71.275 / 100
PIR = 0.71275
Discounted
NCFcontractor
r = 15.429%
-100
8.836601
22.51601
30.72253
14.92747
11.83415
3.995234
2.884337
1.999038
1.298875
0.750173
0.32495
NPV = 0.089366
BAGIAN V
KONTRAK INDUSTRI
PERMINYAKAN
Gambar 3.13.
Diagram Alir Kontrak Bagi Hasil Standar (PDF Ekonomi Migas,2009)
Hal-hal yang penting dalam Production Sharing Contract (PSC) di Indonesia :
a. Pihak-pihak dalam KPS, BP Migas dan Perusahaan Swasta (Nasional/Asing)
sebagai Kontraktor.
b. Prinsip-prinsip Production Sharing Contract (PSC) :
1. BP Migas bertanggung jawab atas Manajemen Operasi.
2. Kontraktor melaksanakan operasi menurut Program Kerja Tahunan yang sudah
disetujui Pemerintah.
3. Kontraktor menyediakan seluruh dana dan teknologi yang dibutuhkan dalam
operasi perminyakan.
4. Kontraktor menanggung biaya dan risiko operasi.
5. Kontraktor akan menerima kembali seluruh biaya operasi setelah produksi
komersial.
6. Produksi yang telah dikurangi biaya produksi, dibagi Pemerintah dan
Kontraktor.
7. Kontraktor diijinkan mengadakan eksplorasi selama 6 sampai 10 tahun, dan
eksploitasi 20 tahun atau lebih (jangka waktu kontrak 30 tahun).
: 65%
Kontraktor
: 35%
Gas
6. Pada tahun 1984, peraturan perundang-undangan pajak baru berlaku untuk KPS
dengan tarif pajak 48% dan diberlakukan mulai tahun 1987, dengan demikian
pembagian hasil berubah menjadi:
Minyak
Gas
Indonesia/Kontraktor = 85/15
Gas
Indonesia/Kontraktor = 70/30
Gas
: Pertamina/Kontraktor = 85/15
Gas
Untuk lebih menarik minat para investor asing menanamkan modalnya di bidang
usaha pertambangan migas di Indonesia yang nampak mulai mengalami penurunan
akibat tidak menentunya harga minyak di pasar dunia, maka Pemerintah mengeluarkan
beberapa paket insentif sebagai berikut:
maupun
eksploitasi
minyak.
Sedikitnya
prosentasi
minyak
yang
PSC Generasi II
(19651978
(1978 1988)
- cost recovery dibatasi - tidak ada pembatasan cost
sebesar 40%
recovery
tanpa
15% bersih
harga ekspor
dari diagram alir yang ditulis oleh Guy Allinson. Untuk memahami diagram alir pada
Gambar 3.14. dapat diuraikan tentang defenisi, pengertian, perhitungan seperti tertera
dibawah ini, yaitu:
3.3.5.2.1. Pendapatan Kotor (Gross Revenue)
Gross revenue merupakan hasil perkalian total produksi dengan harga minyak.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Gross Re venue Total Pr oduksi * H arg aMinyak
............................(3-48)
ShareAfter Tax
1 Tax ................................................
(3-49)
Tabel III-20.
Pembagian FTP antara Kontraktor dengan Pemerintah Indonesia (Petroleum
Economic,2009)
Gross Annual Average Production Rate
Contractors Share
(bopd)
Before Tax
After Tax
< 50,000,-
48.08%
25%
50,000,- up to 150,000,-
38.46%
20%
> 150,000,-
28.85%
15%
Dari hasil perhitungan gross revenue dan FTP maka dapat dicari Keuntungan
sisa (Remaining revenue) daripada projek, yaitu:
Remaining revenue = Gross Revenue FTP.....................................(3-50)
3.3.5.2.3. Cost Recovery dan Investment Credit
Dalam rangka meningkatkan penanaman investasi di Indonesia, Pemerintah
Indonesia memberikan insentif-insentif yaitu kontraktor berhak menagih ulang biayabiaya yang dikeluarkan (capital dan operating cost) dibawah ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
Recovery dari capital cost biasanya didepresiasikan dengan metode declining
balance selama lebih dari 5 tahun sebesar 25% setiap tahunnya atau dengan metode
straight line dan ditagihkan setelah produksi dimulai.
Investment credit adalah bentuk insentif lain untuk mendatangkan investor ke
Indonesia. Kontraktor berhak mengajukan investment credit sebesar 10% dari capital
expenditure. Investment credit ini akan dibayarkan setelah produksi dimulai.
Apabila jumlah produksi minyak tidak mencukupi untuk membayar biaya yang
ditagih (cost recovery), maka biaya yang tidak tertagih (unrecovered) dapat ditagihkan
pada tahun berikutnya dengan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
IC n
CR n
(3-51)
Keterangan :
ICn
CRn
DEPn
= Depresiasi tahun ke n
OPEXn
= Non Capital
RECn
Profit oil atau equity to be split adalah keuntungan dari hasil penjualan minyak
setelah dikurangi FTP dan cost recovery (plus investment credit). Dimana jumlah profit
oil ini kemudian dibagi antar kontraktor dan Pemerintah Indonesia berdasarkan kontrak
yang telah disetujui kedua belah pihak. Tabel III-21 memperlihatkan pembagian yang
biasa dilakukan di Indonesia.
Secara matematis profit oil ini dapat ditulis sebagai berikut:
ESn
Areas
Existing
Frontier Area
Contracts
Pretertiary or
Water
Pre-tertiary
Depth
Water
Tertiary
>200m
Tertiary
>200m
80/20
80/20
75/25
75/25
or
Depth
Marginal
Discoveries
New Discoveries
-
P<50 Mbopd
50<P<150
85/15
80/20
80/20
75/25
Mbopd
85/15
85/15
85/15
80/20
P>150Mbopd
85/15
90/10
90/10
85/15
Contractor share adalah bagian dari kontraktor sebelum dikenai pajak yang
didapat dari hasil pembagian profit oil berdasarkan peraturan yang berlaku kemudian
ditambah dengan FTP untuk kontraktor.
0.15
* ES FTPcontractor .................................................
1 0.48
CS
(3-58)
kebutuhan Minyak Bumi untuk keperluan dalam negeri, dimana besaran kewajiban
kontraktor adalah paling banyak 25 % dari bagiannya setelah 5 tahun produksi berjalan.
Besaran tetap dari persentase DMO ini ditetapkan oleh Menteri.
Besarnya DMO ini adalah hasil penjumlahan contractor share dengan FTP ke
kontraktor dikalikan dengan persen kewajiban kontraktor. Hasil perkalian ini kemudian
dikalikan dengan (1-0.1) atau 0.9 , dimana 0.9 adalah faktor pengali bahwa sebesar 10%
dari kewajiban kontraktor dibayar pemerintah berdasarkan harga pasar internasional
atau hanya 90% saja yang diserahkan ke Indonesia. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:
DMO = 0.25*(CS)*0.9
........................................................... (3-59)
= (CS-DMO-Bonus)*(1-0.48)..............................................(3-61)
Bonuses
US$ MM
3
5
10
20
Bonus bukan merupakan bagian biaya yang dapat ditagihkan (cost recovery) tapi
besarnya bonus dapat dimasukkan dalam perhitungan net contractor share untuk
mengurangi pajak pendapatan.
3.3.5.2.12. Pajak (Tax)
Besarnya pajak pendapatan untuk minyak dan gas bumi adalah sebesar 48%.
Cost recovery tidak dikenakan pajak tapi 10% pendapatan dari DMO ikut dikenai pajak.
Untuk memperkecil pemotongan pajak, net contractor share dapat dikurangi bonus.
= NCS + RECn.....................................................................(3-63)
3.3.5.2.14. Expenses/ Expenditure (Biaya Total)
Expenses adalah biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor yang meliputi Capex,
Non Capex dan OPEX. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
EXP
= TCS EXP.......................................................................(3-65)
Jumlah CCF jika dibagi dengan total investasi adalah merupakan Profit to Investment
Ratio (PIR) dalam perhitungan indikator ekonomi.
3.3.5.2.16. Discounted Contractor Cash Flow (DCCF)
Discounted contractor cash flow adalah perkalian antara discount factor dengan
contractor cash flow. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
DCCF
= TCS EXP *
1 i n = CCF*DF........................(3-67)
Dimana:
i
= interest rate
= tahun ke n
1
1 i n
= discount factor
Jumlah DCCF adalah merupakan Net Present Value (NPV) dan jika dibagi
dengan total investasi adalah merupakan Discounted Profit to Investment Ratio (DPR)
dalam perhitungan indikator ekonomi.
3.3.5.3. MARR (Minimum Attractive Rate of Return)
MARR (Minimum Attractive Rate of Rerturn) adalah tingkat pengembalian
minimum yang diinginkan. MARR tergantung pada lingkungan, jenis kegiatan, tujuan
dan kebijaksanaan organisasi, dan tingkat resiko dari masing-masing proyek. MARR
biasanya ditentukan oleh kebijakan manajemen setelah mempertimbangkan sekurangkurangnya faktor-faktor berikut:
Jika modal datang dari beberapa sumber (dana-dana yang datang dari dalam
pinjaman itu sendiri, hutang jangka panjang maupun jangka pendek dan sumbersumber keuangan yang lain), penentuan biaya modal rata-rata terkadang dipakai
sebagai basis untuk MARR.
Tujuan suatu perusahaan adalah pertumbuhan dari kekayaan total dari yang
dimilikinya dengan kecepatan yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
Profit margin untuk perusahaan yang lebih bonafide lebih besar, sedangkan risk
premium untuk proyek yang beresiko lebih besar.
2.
investasi. Seperti diketahui makin banyak jumlah investasi yang dilakukan makin
banyak uang yang dikeluarkan. Makin banyak investasi, maka keuntungan marjinalnya
makin menurun sedangkan biaya marjinal untuk memperolehnya makin mahal.
3.3.5.5. Kontrak JOB
JOB (Joint Operating Body) adalah bentuk PSC yang diberlakukan di daerah
yang telah dieksplorasi dimana Pertamina memegang maksimum 50% participating
interest. Pada participating interest dari kontraktor diberlakukan PSC. Kontraktor
menanggung biaya dan dikembalikan dengan 50% uplift oleh Pertamina.
Gambar 3.16.
Skema Kontrak JOB (Joint Operating Body)(W.Partowidagdo,2004)
3.3.5.6. Kontrak TAC (Technical Assistance Contract)
TAC (Technical Assistance Contract) adalah sistem perhitungan bagi hasil yang
dilakukan antara Pertmina dengan kontraktor di lapangan yang sebelumnya dikelola
Pertamina. Disini dipisahkan antara non shareable oil yaitu produksi (kesepakatan)
apabila tidak terdapat investasi dan shareable oil (yang dibagi) yaitu produksi akibat
investasi kontraktor, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.17. sebagai berikut :
Kontrak
TAC
(Technical
Assistance
Contract)
COST RECOVERY
+
GOVERNMENT
SHARE
(25% x ETS)
PERTAMINA SHARE
(75% x ETS)
PERTAMINA
PORTION
(50% x PTM SHARE)
+
DMO
(25%)
DMO FEE
(100%)
CONTRACTOR
PORTION
(50% x PTM SHARE)
DMO FEE
(25%)
TAXABLE INCOME
+
TAX
(40.5%)
DMO
(25%)
TAXABLE INCOME
TAX
(40.5%)
+
GOV SHARE
PERTAMINA TAKE
CONTRACTOR TAKE
Gambar 3.18.
Skema Kontrak KSO (Operation Cooperation Agreement) (Pertamina EP,2006)
BAGIAN VI
CONTOH PERHITUNGAN
KONTRAK
BAB IV
PERHITUNGAN PERKIRAAN PRODUKSI DAN ANALISA
KEEKONOMIAN PADA BERBAGAI JENIS KONTRAK LAPANGAN ZM
Blok ZM pertama kali dibor pada tanggal 4 Agustus 1992 melalui sumur TGI01. Lapangan ini mempunyai Original Oil In Place (OOIP) sebesar 7.07 MMbbl,
recovery factor sebesar 43% akan memberikan cadangan minyak yang dapat terambil
(recoverable reserve)sebesar 3.04 MMbbl, dengan kumulatif produksi sampai dengan
Januari 2008 sebesar 1.0616 MMbbl maka cadangan minyak yang tersisa sebesar
1.9684 MMbbl. Masih besarnya jumlah cadangan minyak yang tersisa, mendorong
dilakukannya pengembangan pada lapangan ini. Lapangan ZM memiliki 6 buah
sumur yang semuanya merupakan sumur vertikal dengan status sumur suspended.
Perkiraan produksi pada Lapangan ZM dilakukan dengan menggunakan
metode Decline curve. Hasil perkiraan produksi pada setiap sumur dan lapisan yang
telah dipilih kemudian akan dianalisa secara keteknikan kemudian melihat analisa
keekonomian pada Lapangan ZM berdasarkan model kontrak PSC-FTP, PSC-JOB,
dan PSC-KSO. Indikator ekonomi yang akan dianalisa adalah Net Present Value (NPV),
Rate Of Return (ROR), Profit to Investment Ratio (PIR), Discount Profit to Investment
Ratio (DPIR) dan Pay Out Time (POT). Dari berbagai parameter/ indikator ekonomi
tersebut maka akan dilakukan analisa sensitivitas dan pengambilan keputusan model
kontrak mana yang sesuai untuk diterapkan pada pengembangan Lapangan ZM.
4.1. Penentuan Laju Ekonomi Limit (Qel) dan Pemilihan Sumur
Economic limit rate (Q el ) pada lapisan ZM telah ditentukan oleh
perusahaan sebesar 2 bopd/well (60 BOPM). Data-data yang diperlukan untuk
menghitung Qel lapangan X adalah sebagai berikut :
Monthly Operating Cost (OPC)
= US $ 2,500
=1
= 41%
= US$ 65
=1
Royalthy Interest
=0
OPC xWI
US $ 2,500
=
30.4
(1
41%) US $ 70 1
30.4 x (1 PTR) x SP x NRI
Perhitungan profil produksi sumur pada Lapangan ZM hanya dilakukan pada satu
sumur sampel pada tiap lapisan, sedangkan untuk perhitungan profil sumur yang lain
dapat dilihat dalam tabulasi. Sumur sampel yang akan digunakan pada lapisan M adalah
TGI-03, pada lapisan K-1 adalah TGI-02,.pada lapisan H-1 adalah TGI-02.
4.2.1. Penentuan Jenis Decline curve
Berdasarkan grafik sejarah produksi lapisan M, K-1, H-1 dan TAF (Bab II)
maka dapat ditentukan penurunan produksi yang mewakili untuk dilakukan peramalan
atau prediksi dengan metode decline curve pada lapisan M bulan Desember 1992
sampai dengan bulan Juni 1993, pada lapisan K-1 bulan November 1994 sampai dengan
bulan Oktober 1995, pada lapisan H-1 bulan Oktober 1997 sampai dengan bulan
Februari 1998. Penentuan jenis decline dilakukan dengan menggunakan metode Trial &
Error dan Chi-Square test. Metode tersebut dipilih karena memperhitungkan besarnya
selisih antara data actual dengan data forecast atau prediksi, sehingga dapat
meminimalisasi kesalahan yang terjadi dalam menentukan laju penurunan (Di). Jenis
decline curve yang diperoleh berdasarkan hasil analisa data produksi pada periode
tersebut digunakan untuk menentukan Decline rate (Di) dan forecast production.
Pada metode Trial & Error kita menentukan nilai perkiraan laju produksi (q)
pada berbagai harga b, yaitu dari b = 0 s/d b = 1, yang selanjutnya akan dilakukan
pembuatan grafik q vs t. Metode selanjutnya untuk menentukan jenis decline curve yang
paling tepat dari grafik tersebut adalah dilakukan perhitungan dengan menggunakan
metode X2 Chi-Square Test. Pada metode ini dilakukan penentuan laju produksi minyak
(qo) diatas yang paling mendekati dengan laju produksi minyak (qo) aktual dari
perhitungan selisihnya. Langkah-langkah dalam menentukan jenis decline dengan
metode Trial & Error dan Chi-Square Test adalah sebagai berikut :
Menentukan periode waktu yang akan diekstrapolasi, membuat dalam bentuk
1.
tabulasi yang disajikan dalam Tabel-IV.1. sampai Tabel-IV.3.
Mengasumsikan nilai b yang berkisar harga antara 0 s/d 1 (b = 0 untuk eksponential,
2.
b = 0,1 0,9 untuk hyperbolic, b = 1 untuk harmonic).
Mengambil dua titik q sebagai nilai qi dan qt.
3.
Lapisan M
= 18594 BOPM
qt
= 6432 BOPM
t
= 6 bulan
Lapisan K-1
: qi
= 6645 BOPM
qt
= 969 BOPM
t
= 11 bulan
Lapisan TAF
: qi
= 5544 BOPM
qt
= 3294 BOPM
t
= 22 bulan
Menentukan nilai decline rate (Di) dengan menggunakan b pemisalan.
4.
qi
Lapisan M
Untuk b = 0
Di =
qi
qt
Ln
18594
6432
6
Ln
Untuk b = 0,1
qi
Di = qt
b.t
0,1
18594
= 6432
6
Untuk b = 1
qi
18594
1
Di = qt
= 6432
= 0,315143035 per month
6
t
Lapisan K1
Untuk b = 0
Di =
qi
qt
Ln
Untuk b = 0,1
qi
Di = qt
0,1
b.t
6645
969
11
Ln
6645
1
= 969
= 0.193017803 per month
0,1 11
Untuk b = 1
qi
6645
1
Di = qt
= 969
= 0.53250774 per month
11
t
qi
qt
Ln
Untuk b = 0,1
5544
3294
22
Ln
qi
Di = qt
b.t
5544
= 3294
22
0,1
Untuk b = 1
qi
5544
1
Di = qt
= 3294
= 0.031048187 per month
22
t
Lapisan M
Untuk b = 0, t = 1
qt = qi . e-D.t
qt = 18594 . e(-0,176925569).1
qt = 15578.84 BOPM
Untuk b = 0,1, t =1
qt = qi . (1 + Di . b . t)-1/b
qt = 18594 . (1 + (0,18665767. 0,1 . 1))-1/0,1
qt = 15454.53 BOPM
Untuk b = 1, t = 1
qt = qi . (1 + Di . t)-1
qt = 18594 . (1 + (0,315143035. 1))-1
qt = 14138.39 BOPM
Lapisan K1
Untuk b = 0, t = 1
qt = qi . e-D.t
qt = 6645 . e(-0.175032305).1
qt = 5578.01 BOPM
Untuk b = 0,1, t =1
qt = qi . (1 + Di . b . t)-1/b
qt = 6645 . (1 + (0.193017803. 0,1 . 1))-1/0,1
qt = 5488.67 BOPM
Untuk b = 1, t = 1
qt = qi . (1 + Di . t)-1
qt = 6645 . (1 + (0.53250774. 1))-1
qt = 4366.03 BOPM
Lapisan TAF (BNN)
Untuk b = 0, t = 1
qt = qi . e-D.t
qt = 5544 . e(0.023664256).1
qt = 5414.35 BOPM
Untuk b = 0,1, t =1
qt = qi . (1 + Di . b . t)-1/b
qt = 5544. (1 + (0.024291083. 0,1 . 1))-1/0,1
qt = 5411.11 BOPM
Untuk b = 1, t = 1
qt = qi . (1 + Di . t)-1
qt = 5544 . (1 + (0.031048187. 1))-1
qt = 5377.05 BOPM
Perhitungan di atas untuk beberapa nilai b yang lain dapat dilihat pada Tabel-IV.1.
sampai Tabel-IV.3.
Menentukan selisih antara Q actual dengan Q forecast (X2) dengan menggunakan
6.
rumus Chi-Square test.
X2 =
fi - Fi 2
Fi
Keterangan :
fi
= data Q actual
Fi
= data Q forecast
Sehingga :
Lapisan M
Untuk b = 0, t = 1
X
fi - Fi
Fi
12900 - 15578.84
15578.84
460.64
Untuk b = 0,1, t =1
X2
fi - Fi 2
Fi
12900 - 15454.53 2
15454.53
422.25
Untuk b = 1, t = 1
X
fi - Fi
Fi
12900 - 14138.39
14138.39
108.47
Lapisan K1
Untuk b = 0, t = 1
X
fi - Fi
Fi
5427 - 5578.01
5578.01
4.09
Untuk b = 0,1, t =1
X2
fi - Fi 2
Fi
5427 - 5578.01 2
5578.01
0.69
Untuk b = 1, t = 1
X
fi - Fi
Fi
5427 - 4336.03
4336.03
274.49
fi - Fi 2
Fi
4506 - 5414.35 2
5414.35
152.39
Untuk b = 0,1, t =1
X
fi - Fi
Fi
4506 - 5411.11
5411.11
151.40
Untuk b = 1, t = 1
X2
fi - Fi 2
Fi
4506 - 5377.05 2
5377.05
141.11
2
7. Menentukan harga X yang paling kecil. Harga X yang paling kecil menunjukkan
kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang sedang dianalisa dan
menunjukkan derajat kesalahan yang terkecil dari aktualnya.
8. Dari hasil perhitungan di atas (Tabel IV.1-IV.3), maka tipe Decline Curve Analysis
yang sesuai untuk digunakan di Lapisan M adalah Harmonic Decline Curve, di
Lapisan K1 adalah Exponential Decline dan di Lapisan TAF (BNN) adalah
Exponential Decline.
9. Berdasarkan analisa pada persyaratan dan ketentuan Decline Curve Analysis, maka
lapisan yang layak untuk dikembangkan adalah Lapisan M, K1 dan TAF (BNN).
Lapisan H0 tidak dapat dikembangkan karena nilai Np telah berada di bawah
economic limit. Lapisan H1 juga tidak dapat dikembangkan karena lapisan tersebut
tidak memenuhi syarat dari Decline Curve Analysis.
Tabel IV-1.
Penentuan Jenis Decline curve Lapisan M dengan Metode Trial & Error dan Metode Chi-Square Test
Tabel IV-2.
Penentuan Jenis Decline curve Lapisan K-1 dengan Metode Trial & Error dan Metode Chi-Square Test
Tabel IV-3
Penentuan Jenis Decline curve Lapisan TAF dengan Metode Trial & Error dan Metode Chi-Square Test
Gambar 4.1.
Decline Curve Analysis Lapisan M
Gambar 4.2.
Decline Curve Analysis Lapisan K1
Gambar 4.3.
adalah sebesar 264,735 STB. Selanjutnya untuk laju produksi dan kumulatif
produksi dapat dilihat pada Tabel IV-4 di bawah ini :
Tabel IV-4
Hasil Prediksi Laju Produksi (q) dan Kumulatif Produksi (Np)
Untuk Skenario I
Skenario I
Date
(Year)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rate
(BOPY)
119039.2398
44057.52951
27392.81809
20013.71433
15149.62359
10889.75218
8291.057291
5876.148774
4238.519166
3190.708154
2401.928156
1808.143706
1361.149647
1024.657694
Np
(BBL)
119039.2
163096.8
190489.6
210503.3
225652.9
236542.7
244833.7
250709.9
254948.4
258139.1
260541
262349.2
263710.3
264735
Gambar 4.4.
Perilaku Produksi Lapangan ZM Skenario I
4.3.2. Skenario II
Skenario kedua merupakan pengembangan dari skenario pertama dengan
melakukan penambahan 2 (dua) sumur Infill Drilling UPN-1 dan UPN-2 di
Lapisan M.
Sebelum meramalkan produksi dari Lapangan ZM, terlebih dahulu
menentukan profil produksi sumur UPN-1 dan UPN-2. Pada Lampiran C dapat
dilihat penentuan tipe decline sumur UPN-1 dan diperoleh tipe penurunan
produksinya adalah Harmonic Decline dengan nilai b = 1 dan D = 0,193544
Peramalan produksi sumur UPN-1 dapat dilakukan dengan analisa
Decline Curve. Peramalan produksi sesudah penambahan sumur UPN-1 dan
UPN-2 dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Lampiran C.
Umumnya radius pengurasan sumur diperoleh dari data PBU atau well
testing, karena minimnya harga well test maka harga jari-jari pengurasan dicari
dengan menggunakan perhitungan manual.
Pada Tabel IV-5. dapat dilihat radius pengurasan untuk sumur-sumur lapangan
ZM.
Tabel IV-5.
Radius Pengurasan Sumur - Sumur Lapangan ZM
No
Well
Np
TGI 01
227706.2
Boi
1.36
5
TGI 02
4279.9
1.44
TGI 03
26035
1.5
1.29
60617
1.44
TGI 04
BNN
01
20230
22
1.29
SKN 01
5553.6
1.29
h
19.68
6
28.21
7
9.843
26.24
8
16.40
5
21.32
6
0.19
0.1466
0.12
0.125
0.19
0.19
Sw
i
0.2
9
0.3
3
0.3
7
0.3
7
0.3
7
0.3
7
1-Swi
0.71
0.67
0.63
0.63
0.63
0.63
ri
6.5
4
9.1
6
4.1
9
8.9
2
5.4
1
6.1
7
Tabel IV-6.
Radius Pengurasan Sumur Usulan Sumur Pengembangan LapanganZM
Proposed Well
N Wel Lay
o
l
er
UPN
1
1
M
UPN
2
2
M
UPN
3
1
K1
UPN
4
2
TAF
Np
Boi
1.36
227706.2 5
26035
1.5
1.29
60617
20230
22
1.44
1.29
h
19.6
86
9.84
3
10.8
6
9.84
3
Swi
1Swi
0.16
0.26
0.74
0.24
0.21
0.79
0.23
0.25
0.75
0.19
0.37
0.63
ri
6.1396
33
3.3351
29
3.8803
85
4.1974
42
Data sumur TGI-01 digunakan untuk menentukan laju produksi dari sumur UPN1 dengan menggunakan persaman Darcy. Data TGI-1 yang digunakan untuk
memprediksi laju produksi sumur Infill Drilling UPN-1 adalah sebagai berikut :
Ko
= 20 mD
= 12.7 ft
Pr
= 1801.49.4 psia
Pwf
= 1699.16 psia
= 0,747 cp
Bo
= 1,29 RB/STB
re
= 6.13 ft
rw
= 0,25 ft dan S= 0
Qo
0,747 1,29 ln
0,75 0
0,25
Qo = 2354.721 BOPM
Setelah diketahui laju produksi awal dari sumur UPN-1, maka produksi
sumur UPN-1 dapat diramalkan dengan metode decline curve dengan
mengasumsikan decline ratenya sama dengan decline rate dari TGI-1 yaitu
0,193544/bulan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai konstanta harmonic atau
nilai b sebesar 1.0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe decline TGI-1 adalah
Harmonic Decline. Lokasi sumur sisipan pada skenario II dapat dilihat pada
Gambar 4.7. Dari Gambar 4.8. dapat dilihat bahwa umur produksi Lapangan
ZM berakhir pada bulan April 2025 dengan kumulatif produksi (Np) yang
diperoleh adalah sebesar 381,124 STB. Selanjutnya untuk laju produksi dan
kumulatif produksi dapat dilihat pada Tabel IV-7 di bawah ini :
Tabel IV-7
Hasil Prediksi Laju Produksi (q) dan Kumulatif Produksi (Np)
Untuk Skenario II
2nd Scenario
Date
Rate
(Year)
(BOPY)
1
200050.3379
2
60525.87356
3
33222.04641
4
23651.30747
5
17968.38749
6
13191.49405
7
10236.38912
8
7049.053295
9
5112.793392
10
3678.475649
11
2645.584781
12
1808.143706
13
1361.149647
14
1024.657694
15
598.537194
Np
(BBL)
200050.3
260576.2
293798.3
317449.6
335418
348609.4
358845.8
365894.9
371007.7
374686.2
377331.7
379139.9
380501
381525.7
382124.2
Gambar 4.5.
Perkiraan Profil Produksi Sumur UPN-1
Gambar 4.6.
Perkiraan Profil Produksi Sumur UPN-2
Gambar 4.7.
Lokasi Sumur Sisipan Skenario II
Gambar 4.8.
Perkiraan Profil Produksi Lapangan ZM Dengan Skenario II
= 25 mD
= 10.86 ft
Pr
= 1949.39 psia
Pwf
= 1671.42 psia
= 0,7471 cp
Bo
= 1,44 RB/STB
re
= 3.88 ft
rw
= 0,2 ft dan S = 0
Qo
= 6725.651 BOPM
0.7471 1.44 ln
0,75 0
0,2
Setelah diketahui laju produksi awal dari sumur UPN-1, maka produksi
sumur UPN-1 dapat diramalkan dengan metode decline curve dengan
mengasumsikan decline ratenya sama dengan decline rate dari sumur TGI-2 yaitu
0,167826/bulan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai konstanta Exponential atau
nilai b sebesar 0.0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe decline TGI-1adalah
Exponential. Peramalan produksi sesudah penambahan sumur UPN-1 dan UPN-2
dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Pada Gambar 4.10 dapat dilihat hasil peramalan laju produksi sumur
UPN-1. Gambar 4.12 menunjukkan laju produksi hasil peramalan dari skenario
III pengembangan Lapangan ZM menggunakan metode decline curve dengan
laju produksi economic limit sebesar 60 BOPM/Well.
Pada Gambar 4.11 dapat dilihat terjadi penambahan laju produksi pada
bulan Maret 2010 karena terjadi penambahan 2 Sumur Infill. Dengan aktifnya
sumur UPN-1 dan UPN-2 maka produksi Lapangan ZM akan berakhir pada
bulan Maret 2027 dengan kumulatif produksi (Np) sebesar 833,024 STB. Untuk
lokasi dari sumur sisipan di skenario III dapat dilihat dari Gambar 4.12.
Tabel IV-8
Hasil Prediksi Laju Produksi (q) dan Kumulatif Produksi (Np)
Untuk Skenario III
3rd Scenario
Date
Rate
(Year)
(BOPY)
1
200050.3379
2
184976.0234
3
118917.4172
4
85030.91833
5
63981.24526
6
47829.44064
7
36311.43427
8
26678.04538
9
19889.27137
10
15096.87934
11
11019.27311
12
9253.599473
13
6106.438505
14
4596.856205
15
3287.646873
Np
(BBL)
200050.3
385026.4
503943.8
588974.7
652955.9
700785.4
737096.8
763774.9
783664.1
798761
809780.3
819033.9
825140.3
829737.2
833024.8
Gambar 4.9.
Perkiraan Profil Produksi Sumur UPN-1
Gambar 4.10.
Perkiraan Profil Produksi Sumur UPN-2
Gambar 4.11.
Perkiraan Profil Produksi Lapangan ZM Dengan Skenario III
UPN 2
UPN 1
Gambar 4.12.
Lokasi Sumur Sisipan Skenario III
aspek
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
pemilihan
skenario
pengembangan. Selain aspek teknik, aspek ekonomi juga merupakan aspek yang sangat
penting dan umumnya aspek inilah yang menjadi dasar pemilihan skenario pengembangan.
Walaupun secara teknis suatu skenario pengembangan memberikan hasil terbaik, tetapi jika
tidak ekonomis maka skenario tersebut tidak dapat dipilih.
Skenario pengembangan yang telah dihitung pada sub bab sebelumnya akan
dianalisa dengan menggunakan indikator keekonomian pada berbagai jenis kontrak
perminyakan yang berlaku saat ini yaitu PSC-FTP, PSC-JOB dan PSC-KSO. Jenis kontrak
yang sesuai akan dilihat dari berbagai aspek yaitu NPV baik NPV untuk Kontraktor dan
Pemerintah, ROR/IRR, POT, PIR, dan DPIR. Skenario yang memiliki keuntungan terbesar
atau dengan kata lain ekonomis, akan dipilih dan direkomendasikan ke perusahaan dan
juga pemerintah.
4.4.1. Analisa Cash Flow PSC-FTP
Data-data yang akan digunakan pada perhitungan keekonomian Lapangan ZM
untuk jenis kontrak PSC-FTP ( Tabel IV-9) merupakan dasar asumsi dan juga mengacu
pada ketentuan kontrak PSC murni yang diberlakukan oleh BP Migas dengan Pertamina
sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Cash flow merupakan gambaran aliran dana masuk (cash in flow) dan dana keluar
(cash out flow) pada periode waktu tertentu. Untuk mengetahui apakah cash flow dari
skenario pengembangan lapangan menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan
perhitungan net cash flow dari masing-masing skenario pengembangan lapangan.
157
Tabel IV-9
Asumsi Parameter Keekonomian Kontrak PSC-FTP
NO
ECONOMIC PARAMETER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
15
16
Oil Price
Capital Investment
Non Capital Investment
Operating Cost
Maximum Cost Recovery
Discount Rate
FTP
Government Share
Pertamina Share
DMO
DMO Fee
Income Tax
Depreciation
ASSUMPTION/
ESTIMATE
70
12,300,000.00
1,215,000.00
5,312,099
100
10
20
70
30
25
100
41
Double Declining Balance
UNITS
US$/BBL
US$
US$
US$
%
%
%
%
%
%
%
%
-
= Capital Cost
= Waktu depresiasi
= 5 Tahun
158
GS1
159
Contoh :
CS1
= percent DMO x PS
DMOfee
DMO
= ( CS DMO )
Contoh : TI1
= Income Tax x TI
= TI Tax
= 3,185,612.96 US$
20. Menghitung Undiscounted Contractor Cash Flow
a. Cash In (Undisc.TCS)
Undisc.TCS
= REC + NCT
Contoh: Undisc.Exp1
= 8,273,201.35 US$
c. Net Cash Flow (Undisc.NCF)
160
Undisc.NCF
= Cum.Undisc.NCFn-1 + Undisc.NCFn
DF1 = 1 / (1+i)1
= 1 / (1+10%)1
= 0.91
= Undisc Cash In x DF
= 5,806,178.40 US$ x 0.91
= 5,278,344.00 US$
= Undisc.EXP x DF
= 8,273,201.35 US$ x 0.91
= 7,521,092.14 US$
= Undisc NCF x DF
= -2,467,022.95 US$ x 0.91
= -2,242,748.14 US$
24. Menghitung Cumulatif Discounted Contractor Net Cash Flow (Cum. CCF)
Cum.Disc.NCFn
161
Untuk analisa keekonomian dengan menggunakan Sistem Kontrak PSC-FTP, yang layak
secara Keekonomian untuk dilakukan adalah Skenario III. Skenario I dan II layak secara
teknis untuk dikembangkan akan tetapi kurang layak dari sisi keekonomian. Perhitungan
pertahun dapat dilihat pada Lampiran E. Hasil perhitungan net cash flow skenario III
dapat dilihat pada Tabel IV-10 dan grafik net cash flow dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Tabel IV-10
Contractor Net Cash Flow Skenario III
Undiscounted Contractor Cash Flow
Cash In
Cash Out
(TCS)
(EXP)
(NCF)
(US$)
(US$)
(US$)
5,806,178.40
8,273,201.35
-2,467,022.95
5,884,169.00
6,357,904.09
-473,735.09
3,724,184.54
713,669.67
3,010,514.87
2,453,327.42
518,123.67
1,935,203.75
1,723,999.02
433,924.98
1,290,074.04
1,080,327.90
369,317.76
711,010.13
765,309.91
323,245.74
442,064.18
614,239.11
284,712.18
329,526.93
532,467.55
287,557.09
244,910.47
457,313.26
268,387.52
188,925.74
393,368.24
252,077.09
141,291.15
365,678.95
245,014.40
120,664.55
266,945.17
172,425.75
94,519.41
193,891.90
166,387.42
27,504.47
173,360.88
161,150.59
12,210.29
24,434,761.25
18,827,099.31
5,607,661.94
Contractor Net Cash Flow masing-masing skenario III Lapangan ZM dapat dilihat pada
Gambar 4.13.
162
Gambar 4.13.
Grafik Net Cash Flow Skenario III
Gambar 4.14 merupakan Pie Diagram yang akan menunjukkan porsi pemerintah
dan contractor dalam pembagian hasil Crude Oil yang dikenal dengan Net Government
Take dan Net Contractor Take.
163
Gambar 4.14.
Pie Diagram Skenario III PSC-FTP
4.4.2. Analisa Keekonomian PSC-JOB
Analisa keekonomian dilakukan dengan dasar JOB scheme atau Model Joint
Operating Body. Dalam analisa Cash Flow PSC-JOB, ada tiga pihak yang akan dilibatkan
yaitu Government, Pertamina dan Contractor (KPS) yang merupakan mitra Pertamina
dalam mengoperasikan lapangan tersebut. Beberapa asumsi dalam menghitung nilai
keekonomian menggunakan sistem kontrak PSC-JOB dapat dilihat pada Tabel IV-11.
Tabel IV-11
Asumsi Parameter Keekonomian Kontrak PSC-JOB
NO
ECONOMIC PARAMETER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Oil Price
Capital Investment
Non Capital Investment
Operating Cost
Maximum Cost Recovery
Discount Rate
Overhead Cost
Government Share
Contractor Share
DMO
DMO Fee
Income Tax
Depreciation
ASSUMPTION/
ESTIMATE
70
12,300,000.00
1,215,000.00
5,312,099
100
10
2
70
30
25
10
41
Double Declining Balance
UNITS
US$/BBL
US$
US$
US$
%
%
%
%
%
%
%
%
-
Contoh perhitungan indikator keekonomian pada base case untuk tahun pertama :
1. Menghitung jumlah produksi minyak per tahun dengan menjumlahkan laju produksi
tiap bulannya untuk satu tahun.
2. Menghitung Gross Revenue
(GR)1= Annual Production * Oil Price
(GR)1 = 202,050 bbl * 70 US$
(GR)1 = 14,003,524 US$
164
1
1
1-
5
5
11
= 7,050,000
= 2,820,000 US$
7. Menghitung Operating Cost
OPEX1 = Input from budgeting
8. Menghitung biaya Over Head
OH1 = 2% x OPEX
OH1 = 2% x 918,201 US$
OH1 = 18,364 US$
9. Menghitung Unrecovered yang merupakan biaya yang belum terbayarkan di tahun
sebelumnya.
Jika Cri-1 > REC i-1 maka URi = CR i-1- REC i-1
Jika tidak maka URi = Investasi Non Capital i-1
10. Menghitung Cost Recovery (CR)
CR1 =50%*( OPEX +Unrecovered + Intangible + depresiasi + Over Head)
CR1 = 50%*( 918,201 US$+ 0 US$+ 305,000 US$+ 2,820,000 + 18,364)
CR1 = 2,030,783 US$
11. Menghitung Recovery
REC = Jika CR > Max Rec maka Rec = Max Rec
REC = Jika CR < Max maka Rec = CR
12. Menghitung bagian yang akan dibagi ( Equity To be Split )
165
ETS1 = CP REC
ETS1 = 7,001,762 US$ 2,030,783 US$
ETS1 = 4,970,979 US$
13. Menghitung bagian Contractor dan Government ( 70% dan 30% )
Contractor
= 30% x ETS
= 1,491,294 US$
Government
= 70% x ETS
= 3,479,685 US$
= 10% x DMO
= 10% x 372,823 US$
= 37,282 US$
166
= 4,145,783 US$
20. Menghitung Pertamina Tax
Tax Pertamina1
= 0% x Pertamina Participation
= 0% x 7,001,762 US$
= 0 US$
21. Menghitung Net Pertamina Take
Tax Pertamina1
= 8,291,565 US$
25. Menghitung Contractor Net Cash Flow
Contractor NCF1
167
= Cum.Undisc.NCFn-1 + Undisc.NCFn
= -1,297,570 US$ + -225,272 US$
= -1,522,842 US$
Tabel IV-12
Contractor Net Cash Flow Skenario III
Total Contractor
Total
NCF
Take
Expenditure
Contractor
($)
($)
($)
6,864,238
8,291,565
-1,427,327
6,102,483
6,375,062
-272,579
2,229,638
725,543
1,504,095
1,463,771
527,286
936,485
1,047,069
441,403
605,665
168
703,165
375,504
327,661
533,301
328,511
204,790
450,072
289,206
160,866
419,903
292,108
127,795
378,499
272,555
105,944
343,270
255,919
87,351
328,015
248,715
79,301
244,975
175,874
69,101
180,233
169,715
10,518
168,922
164,374
4,549
21,457,555
18,933,341
2,524,214
Tabel IV-13
Pertamina Net Cash Flow Skenario III
Carried EP
Tax
Net
Partner Cost
Pertamina
Pertamina Take
($)
($)
($)
4,145,783
2,855,979
3,187,531
3,286,630
362,772
3,799,338
263,643
2,712,439
220,702
2,018,642
169
187,752
1,486,278
164,255
1,106,645
144,603
789,128
146,054
550,070
136,278
392,113
127,959
257,715
124,357
199,519
87,937
125,788
84,858
76,032
82,187
32,881
9,466,671
19,689,198
170
Gambar 4.15.
Grafik Net Cash Flow Pertamina Skenario III
Gambar 4.16.
Grafik Net Cash Flow Contractor Skenario III
Gambar 4.17 merupakan Pie Diagram yang akan menunjukkan porsi pemerintah
dan contractor dalam pembagian hasil Crude Oil yang dikenal dengan Net Government
Take dan Net Contractor Take.
171
Gambar 4.17.
Pie Diagram Skenario III PSC-JOB
ECONOMIC PARAMETER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Oil Price
Capital Investment
Non Capital Investment
Operating Cost
Maximum Cost Recovery
Discount Rate
FTP (to be shared)
Government Share
Pertamina Share
Pertamina Portion
Contractor Portion
Income Tax
Depreciation
DMO Request
DMO Fee
ASSUMPTION/
ESTIMATE
70
12,300,000.00
1,215,000.00
5,312,099
100
10
20
25
75
50
50
40.5
Double Declining Balance
25
25
UNITS
US$/BBL
US$
US$
US$
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
= Capital Cost
= Waktu depresiasi
= 5 Tahun
= GR FTP Total
= 14,003,523.66 US$ - 2,800,704.73 US$= 11,202,818.92 US$
173
GS1
PS1
PP1
CP1
DMOfee
174
DMO
DMO1
DMOfee
DMO
DMO
= 0 - 0 = 0 US$
Contoh : TI1
Contoh : TI1
Contoh : Tax1
Contoh : Tax1
Contoh: NPT1
Contoh: NCT1
175
NGT
Tax to PTM
Contoh: NGT1
= REC + NCT
Contoh: Undisc.TCS1
Contoh: Undisc.Exp1
= 7,050,000.00US$+305,000.00US$+918,201.35 US$
= 8,273,201.35 US$
c. Net Cash Flow (Undisc.NCF)
Undisc.NCF
Contoh: Undisc.NCF1
26. Menghitung Cumulatif Undiscounted Contractor Net Cash Flow (Cum. CCF)
Cum.Undisc.NCFn
= Cum.Undisc.NCFn-1 + Undisc.NCFn
= NPT
Contoh: Undisc.TCS1
= 2,222,396.91 US$
= DMO to Pertamina
Contoh: Undisc.Exp0
= 0 US$
= 0 US$
176
Undisc.Pertamina NCF
Contoh: Undisc.NCF1
28. Menghitung Cumulatif Undiscounted Pertamina Net Cash Flow (Cum. CCF)
Cum.Undisc.NCFn
= Cum.Undisc.NCFn-1 + Undisc.NCFn
DF1 = 1 / (1+i)1
= 1 / (1+10%)1
= 0.91
= Undisc Cash In x DF
Contoh: Disc.TCS1
= Undisc.EXP x DF
Contoh: Disc.Exp1
= Undisc NCF x DF
Contoh: Disc.NCF1
31. Menghitung Cumulatif Discounted Contractor Net Cash Flow (Cum. CCF)
Cum.Disc.NCFn
Contoh: Cum.Disc.NCF1
177
a. Cash In (Disc.TCS)
Disc.NPT
= Undisc Cash In x DF
Contoh: Disc.TCS1
= Undisc.EXP x DF
Contoh: Disc.Exp1
= 0 US$ x 0.91
= 0 US$
= Undisc NCF x DF
Contoh: Disc.NCF1
33. Menghitung Cumulatif Discounted Pertamina Net Cash Flow (Cum. CCF)
Cum.Disc.NCFn
Contoh: Cum.Disc.NCF1
Cash In
Cash Out
(TCS)
(EXP)
(NCF)
(US$)
(US$)
(US$)
5,848,898.84
8,273,201.35
-2,424,302.51
5,920,983.81
6,357,904.09
-436,920.28
178
3,748,157.61
713,669.67
3,034,487.94
2,471,561.60
518,123.67
1,953,437.93
1,738,355.07
433,924.98
1,304,430.09
1,092,146.18
369,317.76
722,828.42
774,568.09
323,245.74
451,322.35
620,770.28
284,712.18
336,058.10
536,948.30
287,557.09
249,391.22
460,437.39
268,387.52
192,049.87
395,338.09
252,077.09
143,260.99
367,148.97
245,014.40
122,134.57
267,781.64
172,425.75
95,355.89
194,558.39
166,387.42
28,170.96
173,656.76
161,150.59
12,506.17
24,611,311.03
18,827,099.31
5,784,211.72
Tabel IV-16
Pertamina Net Cash Flow Skenario III
Undiscounted Pertamina Cash Flow
Cash In
Cash Out
(TCS)
(EXP)
(NCF)
(US$)
(US$)
(US$)
2,222,396.91
0.00
2,222,396.91
1,915,175.04
0.00
1,915,175.04
1,247,123.62
0.00
1,247,123.62
948,575.91
0.00
948,575.91
746,828.42
0.00
746,828.42
614,809.13
0.00
614,809.13
481,627.51
0.00
481,627.51
339,763.82
0.00
339,763.82
233,096.88
0.00
233,096.88
162,522.92
0.00
162,522.92
102,475.07
0.00
102,475.07
179
76,473.32
0.00
76,473.32
43,514.94
0.00
43,514.94
34,671.95
0.00
34,671.95
15,392.21
0.00
15,392.21
9,184,447.65
0.00
9,184,447.65
Gambar 4.18.
Grafik Contractor Net Cash Flow Skenario III
180
Gambar 4.19.
Grafik Contractor Net Cash Flow Skenario III
Gambar 4.20 merupakan Pie Diagram yang akan menunjukkan porsi pemerintah
dan contractor dalam pembagian hasil Crude Oil yang dikenal dengan Net Government
Take dan Net Contractor Take.
Gambar 4.20.
Pie Diagram Skenario III PSC-KSO
4.4.4. Indikator Ekonomi
181
dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Semakin cepat modal kembali, semakin baik
skenario tersebut. Tabel IV-17 dan Gambar 4.21- Gambar 4.23 menunjukkan nilai POT
di setiap jenis kontrak yang dianalisa.
Tabel IV-17
POT Skenario III Di Setiap Kontrak
Jenis Kontrak
POT (Tahun)
PSC-FTP
2.98
PSC-JOB
3.21
PSC-KSO
2.94
182
Gambar 4.21.
Grafik Pay Out Time PSC-FTP Skenario III
Gambar 4.22.
Grafik Pay Out Time PSC-JOB Skenario III
183
Gambar 4.23.
Grafik Pay Out Time PSC-KSO Skenario III
4.4.4.2.
menganalisa cash flow perusahaan di masa yang akan datang. Dalam suatu investasi
dikenal suatu prinsip time value money. Jadi nilai uang di masa sekarang berbeda nilainya
dengan nilai uang di masa depan. Seperti perhitungan NPV pada skenario pengembangan
Lapangan ZM.
Prinsip perhitungan NPV adalah membawa nilai Net Cash Flow (NCF) atau Cash
Flow ke masa sekarang dengan mengalikan Net Cash Flow dengan pertahun discount
factor. Besarnya discount factor tergantung dari besarnya interest rate yang ditentukan
oleh perusahaan. Pada Tabel IV-18 berikut ini dapat dilihat hasil perhitungan NPV dari
setiap skenario pengembangan Lapangan ZM.
Tabel IV-18
NPV Skenario III Di Setiap Kontrak
Jenis Kontrak
NPV (US$)
PSC-FTP
2,834,525
PSC-JOB
1,162,802
PSC-KSO
2,962,388
184
4.4.4.3.
keekonomian yang dapat mengetahui besarnya interest rate yang maksimum dari suatu
proyek investasi. Nilai IRR dari setiap skenario pengembangan lapangan berada antara satu
dengan yang lainnya. Semakin besar nilai IRR maka semakin baik pula skenario
pengembangan lapangan tersebut. Nilai IRR juga dapat menentukan layak tidaknya suatu
proyek investasi. Biasanya nilai IRR dibandingkan dengan nilai MARR atau minimum
attractive rate of return, biasanya nilai MARR antara satu perusahaan dengan perusahaan
yang lainnya berbeda.
Prinsip perhitungan IRR adalah mencari nilai dari interest rate yang menyebabkan
harga NPV menjadi nol. Harga IRR tidak bisa dihitung apabila semua harga NCF bernilai
positif atau semua harga NCF bernilai negatif. Hasil perhitungan nilai IRR dapat dilihat
pada Tabel IV-19 di bawah ini.
Tabel IV-19
Nilai IRR Pada Skenario III Setiap Jenis Kontrak
Jenis Kontrak
IRR (%)
PSC-FTP
40.54
PSC-JOB
32.40
PSC-KSO
42.33
4.4.4.4.
diperoleh pada setiap dollar yang diinvestasikan. Prinsip dari perhitungan PIR adalah
membandingkan NCF perusahaan dengan investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Besarnya nilai PIR untuk masing-masing skenario dapat dilihat pada Tabel IV-20 dan
Gambar 4.24.
Tabel IV-20
Nilai PIR Pada Skenario III Setiap Jenis Kontrak
Jenis Kontrak
PIR
PSC-FTP
0.41
185
PSC-JOB
0.18
PSC-KSO
0.43
Gambar 4.24.
PIR dari Skenario III Pada Setiap Jenis Kontrak
4.4.4.5.
menggambarkan besarnya keuntungan yang akan diperoleh pada setiap dollar yang
diinvestasikan. Letak perbedaannya adalah pada nilai NCFnya, pada PIR nilai NCF belum
dibawa ke masa sekarang, sedangkan pada DPIR harga NCFnya sudah dibawa ke masa
sekarang. Sehingga untuk mengetahui prospek skenario di masa yang akan datang, DPIR
lebih sesuai digunakan daripada PIR. Hasil perhitungan DPIR ditunjukkan pada Tabel IV21 dan Gambar 4.25.
186
Tabel IV-21
Nilai DPIR Pada Skenario III Setiap Jenis Kontrak
Jenis Kontrak
DPIR
PSC-FTP
0.21
PSC-JOB
0.09
PSC-KSO
0.22
Gambar 4.25.
DPIR dari Skenario III Pada Setiap Jenis Kontrak
4.4.5. Pemilihan Skenario yang Layak Dikembangkan
Setelah dilakukan perhitungan indikator ekonomi terhadap tiga skenario
pengembangan lapangan yang telah direncanakan, tahap selanjutnya adalah menentukan
skenario manakah yang akan dipilih. Tabel IV-22 menunjukkan perbandingan antara
skenario I, II dan skenario III berdasarkan perhitungan di semua jenis kontrak.
Tabel IV-22
Nilai Indikator Ekonomi di Setiap Jenis Kontrak
Jenis
Kontrak
Skenario I
NPV
ROR
(US$)
(%)
POT
(Tahun)
187
PIR
(Fraksi)
DPIR
(Fraksi)
PSC-FTP
PSC-JOB
PSC-KSO
Jenis
Kontrak
PSC-FTP
PSC-JOB
PSC-KSO
Jenis
Kontrak
PSC-FTP
PSC-JOB
PSC-KSO
465,266
44.54
324,346
48.11
477,391
45.53
Skenario II
NPV
ROR
(US$)
(%)
446,348
20.70
369,226
24.73
471,756
21.33
Skenario III
NPV
ROR
(US$)
(%)
2,834,525 40.54
1,162,802 32.40
2,962,388 42.33
2.3
2.1
2.28
0.12
0.10
0.12
0.12
0.08
0.12
POT
(Tahun)
2.93
2.84
2.91
PIR
(Fraksi)
0.11
0.08
0.11
DPIR
(Fraksi)
0.05
0.04
0.06
POT
(Tahun)
2.98
3.21
2.94
PIR
(Fraksi)
0.41
0.18
0.43
DPIR
(Fraksi)
0.21
0.09
0.22
Dari Tabel IV-23 di bawah dapat diketahui bahwa skenario I (base case) memiliki
estimated ultimated recovery (EUR) lebih sedikit jika dibandingkan dengan skenario II dan
skenario III karena skenario I hanya melakukan reopening dan sumur-sumur existing tanpa
adanya penambahan sumur. Dengan nilai EUR yang lebih sedikit, maka skenario I
memiliki nilai remaining reserve (Npa) yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
skenario I dan skenario II. Apabila dilihat dari segi teknik (engineering), skenario III dapat
dikatakan lebih baik daripada skenario II dan I karena skenario III memiliki nilai nilai EUR
yang lebih besar, hal ini menunjukkan bahwa skenario III yang telah direncanakan mampu
meminimalkan cadangan minyak tersisa. Tetapi tidaklah cukup menilai baik tidaknya suatu
skenario pengembangan lapangan hanya dari segi teknik saja. Skenario yang akan dipilih
adalah skenario yang mempertimbangkan aspek teknik dan aspek ekonomis. Oleh karena
itu selanjutnya perlu mempertimbangkan aspek ekonomis dari skenario pengembangan
lapangan yang dilakukan.
Tabel IV-23
Nilai Np, Total Investasi dan NCCF di Setiap Jenis Kontrak
Skenario I
Jenis
Kontrak
Np (BBL)
Total
(US$)
PSC-FTP
264,735
3,965,000.00
188
Investasi NCCF
(US$)
470,506
PSC-JOB
264,735
3,965,000.00
406,832
PSC-KSO
264,735
3,965,000.00
484,515
Skenario II
Jenis
Kontrak
Np (BBL)
Total
(US$)
PSC-FTP
381,124
8,265,000.00
891,096
PSC-JOB
381,124
8,265,000.00
713,588
PSC-KSO
381,124
8,265,000.00
920,564
Investasi NCCF
(US$)
Skenario III
Jenis
Kontrak
Np (BBL)
Total
(US$)
PSC-FTP
833,024
13,515,000.00
5,607,662
PSC-JOB
833,024
13,515,000.00
2,524,214
PSC-KSO
833,024
13,515,000.00
5,784,212
Investasi NCCF
(US$)
Dari segi investasi, skenario I memiliki nilai investasi yang lebih sedikit, hal ini
dikarenakan pada skenario I tidak dikeluarkan investasi untuk menambah sumur baru,
investasi yang dikeluarkan pada skenario I adalah investasi untuk operasi produksi minyak
dan general adminstration. Sedangkan investasi yang dikeluarkan pada skenario II dan III
adalah investasi untuk pengembangan lapangan ditambah investasi untuk operasi produksi
minyak dan general administration.
Setelah dilakukan cash flow analysis terhadap tiga skenario pengembangan
lapangan yang telah direncanakan, maka dapat diketahui bahwa skenario III memiliki
NCCF (Net Contractor Cash Flow) yang lebih besar dibandingkan dengan skenario I dan
II walaupun skenario III memiliki nilai investasi yang besar, hal ini dikarenakan skenario
III dilakukan penambahan 2 sumur baru, sehingga terjadi penambahan produksi minyak
yang menyebabkan bertambahnya nilai pendapatan kontraktor. Apabila nilai NCCF
tersebut dibawa ke masa sekarang yaitu dengan mengalikan NCCF dengan discount factor
maka diperoleh suatu nilai NPV (Net Present Value). Nilai NPV lebih dipilih dalam
pengambilan keputusan suatu skenario pengembangan lapangan karena nilai NPV
mempertimbangkan adanya prinsip time value of money dan mempertimbangkan adanya
189
resiko. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan suatu skenario pengembangan
lapangan NPV-lah yang digunakan sebagai pertimbangan.
Dari Tabel IV-23 di atas dapat diketahui bahwa skenario III memiliki nilai NPV
lebih besar bila dibandingkan dengan skenario I dan II. Kemudian apabila ditinjau dari
nilai POT (Pay Out Time), skenario III memberikan nilai POT yang terbaik dibandingkan
dengan skenario I maupun II karena skenario I dan II memiliki nilai POT yang lebih kecil.
Selanjutnya dari nilai IRR (Internal Rate of Return), skenario III menunjukkan nilai IRR
tertinggi yang kemudian diikuti oleh skenario II dan I. Dari nilai PIR (Profit to Investment
Ratio) dan DPIR (Discounted Profit to Investment Ratio), skenario III memiliki nilai PIR
dan DPIR yang lebih baik daripada skenario I dan II. Prinsip PIR dan DPIR adalah hampir
sama, yaitu membandingkan keuntungan dengan besarnya investasi yang dikeluarkan.
Kedua parameter ini menggambarkan keuntungan yang diperoleh dari setiap dollar yang
diinvestasikan. Semakin besar PIR dan DPIR maka semakin baik skenario tersebut. Setelah
mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis, maka diambil suatu keputusan bahwa
skenario pengembangan yang terbaik untuk dikembangkan adalah skenario III.
4.4.6. Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor
atau parameter-parameter terhadap proyek investasi yang ada. Parameter-parameter yang
sering digunakan untuk analisa sensitivitas adalah produksi, harga dan biaya operasi.
Seperti kita ketahui bahwa dunia perminyakan penuh dengan resiko dan ketidakpastian
sehingga diperlukan suatu analisa sensitivitas.
Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan mengganti parameter-parameter
perhitungan seperti produksi minyak, harga minyak, biaya operasi dan investasi diperoleh
hasil analisa sensitivitas POT pada Gambar 4.26 sampai dengan Gambar 4.28,
sensitivitas NPV pada Gambar 4.29 sampai pada Gambar 4.31, sensitivitas ROR pada
Gambar 4.32 sampai dengan Gambar 4.34, sensitivitas PIR terdapat pada Gambar 4.35
sampai pada Gambar 4.37, analisa DPIR terdapat pada Gambar 4.38 sampai dengan
Gambar 4.40, sensitivitas NPV Government terdapat pada Gambar 4.41 sampai dengan
Gambar 4.43 dan sensitivitas Pertamina NPV terdapat pada Gambar 4.44 sampai dengan
Gambar 4.45.
190
Gambar 4.26.
Grafik Sensitivitas POT Jenis Kontrak PSC-FTP
191
Gambar 4.27.
Grafik Sensitivitas POT Jenis Kontrak PSC-JOB
Gambar 4.28.
Grafik Sensitivitas POT Jenis Kontrak PSC-KSO
192
Gambar 4.29.
Grafik Sensitivitas NPV Jenis Kontrak PSC-FTP
Gambar 4.30.
Grafik Sensitivitas NPV Jenis Kontrak PSC-JOB
193
Gambar 4.31.
Grafik Sensitivitas NPV Jenis Kontrak PSC-KSO
Gambar 4.32.
Grafik Sensitivitas ROR Pada Jenis Kontrak PSC-FTP
194
Gambar 4.33.
Grafik Sensitivitas ROR Pada Jenis Kontrak PSC-JOB
Gambar 4.34.
Grafik Sensitivitas ROR Pada Jenis Kontrak PSC-KSO
195
Gambar 4.35.
Grafik Sensitivitas PIR Pada Jenis Kontrak PSC-FTP
Gambar 4.36.
Grafik Sensitivitas PIR Pada Jenis Kontrak PSC-JOB
196
Gambar 4.37.
Grafik Sensitivitas PIR Pada Jenis Kontrak PSC-KSO
Gambar 4.38.
Grafik Sensitivitas DPIR Pada Jenis Kontrak PSC-FTP
197
Gambar 4.39.
Grafik Sensitivitas DPIR Pada Jenis Kontrak PSC-JOB
Gambar 4.40.
Grafik Sensitivitas DPIR Pada Jenis Kontrak PSC-KSO
198
Gambar 4.41.
Grafik Sensitivitas Government NPV Pada Jenis Kontrak PSC-FTP
Gambar 4.42.
Grafik Sensitivitas Government NPV Pada Jenis Kontrak PSC-JOB
199
Gambar 4.43.
Grafik Sensitivitas Government NPV Pada Jenis Kontrak PSC-KSO
Gambar 4.44.
Grafik Sensitivitas Pertamina NPV Pada Jenis Kontrak PSC-JOB
200
Gambar 4.45.
Grafik Sensitivitas Pertamina NPV Pada Jenis Kontrak PSC-KSO
201