5pengelolaanspam 120305203357 Phpapp01 1 PDF
5pengelolaanspam 120305203357 Phpapp01 1 PDF
SISTEM PENYEDIAAN
AIR MINUM
LAMPIRAN
NOMOR
TANGGAL
:
:
PERMEN PU TENTANG
PENYELENGGARAAN
PENGEMBANGAN SPAM
18/PRT/M/2007
6 JUNI 2007
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................
PENDAHULUAN ...............................................................................
1.
2.
3.
4.
5.
5.1.
5.2.
Pengoperasian ....................................................................... 11
Pemanfaatan .......................................................................... 21
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
1 dari 30
6.
6.1.
Administrasi ............................................................................ 22
6.2.
Kelembagaan ......................................................................... 23
6.2.1 Umum..................................................................................... 23
6.2.2 Bentuk Kelembagaan Penyelenggaraan SPAM...................... 23
6.2.3 Jenis Kelembagaan ................................................................ 24
6.2.4 Pembentukan Kelembagaan .................................................. 24
6.2.5 Kelengkapan Kelembagaan ................................................... 25
6.2.6 Kelembagaan Lain yang Terkait dengan Penyelenggaraan
SPAM ..................................................................................... 25
LAMPIRAN A
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
2 dari 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Standar Pelayanan Berdasarkan Besaran Kota .................. 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
3 dari 30
KATA PENGANTAR
2. Lampiran II : Pedoman
Penyusunan
Pengembangan SPAM
3. Lampiran III : Pedoman
Penyusunan
Pengembangan SPAM
Studi
Kelayakan
Perencanaan
Teknis
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
4 dari 30
PENDAHULUAN
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
5 dari 30
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengelolaan SPAM meliputi kegiatan pengoperasian dan
pemanfaatan serta administrasi dan kelembagaan SPAM.
2. Acuan Normatif
a. Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian;
b. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
d. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
e. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
f. Peraturan Presiden No 67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
2.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
6 dari 30
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Unit distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari titik
akhir pipa transmisi air minum sampai unit pelayanan.
11. Unit pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung
oleh masyarakat yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum,
dan hidran kebakaran.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
7 dari 30
4. Pengelolaan SPAM
Kegiatan pengelolaan SPAM dilakukan oleh penyelenggara dan dapat
melibatkan peran serta masyarakat. Penyelenggara dapat dilakukan
oleh BUMN/BUMD yang dibentuk secara khusus dan dapat
mengikutsertakan Badan Usaha Swasta, koperasi dan/atau masyarakat.
Penyelenggara harus menjamin air minum yang diproduksinya
memenuhi syarat kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara
berkala terhadap kualitas air yang diproduksinya dan melakukan
pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari segala
bentuk pencemaran.
Pengelolaan SPAM bertujuan untuk menghasilkan air minum yang
sesuai dengan standar yang berlaku dan agar prasarana dan sarana air
minum terpelihara dengan baik sehingga dapat melayani kebutuhan air
minum masyarakat secara berkesinambungan. Standar pelayanan
minimum air minum harus memenuhi ketentuan sesuai peraturan yang
berlaku.
Pengelolaan SPAM dilaksanakan apabila prasarana dan sarana SPAM
yang telah terbangun siap untuk dioperasikan dengan membentuk
organisasi penyelenggara SPAM. Pembangunan prasarana dan sarana
air minum harus simultan dengan pembentukan kelembagaan pengelola
SPAM, sehingga ketika prasarana dan sarana air minum sudah siap
beroperasi, telah terbentuk lembaga pengelola SPAM yang berbadan
hukum. Sedangkan khusus penyelenggara dari kelompok masyarakat
tidak diharuskan berbadan hukum.
Penyelenggara SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air
baku,
penertiban
sambungan
liar,
dan
sosialisasi
dalam
penyelenggaraan SPAM. Pelibatan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan SPAM dapat difasilitasi oleh penyelenggara SPAM, antara
lain melalui pembentukan forum pelanggan, pembentukan unit khusus
yang mudah dihubungi untuk menampung keluhan dan laporan
masyarakat mengenai pengelolaan SPAM, dan lain-lain.
Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pengelolaan SPAM, maka dapat
dilakukan kerjasama antar pemerintah daerah. Kerjasama antar
pemerintah daerah berupa kerjasama operasional atau kerjasama
manajemen penyelenggaraan SPAM. Selain itu kerjasama dapat berupa
regionalisasi penyelenggaraan SPAM. Regionalisasi dapat dilakukan
pada daerah-daerah dengan daerah pelayanan yang bersinggungan,
berdekatan atau pada daerah perbatasan, pada daerah pemekaran
dengan daerah induknya. Regionalisasi dapat pula berbentuk kerjasama
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
8 dari 30
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
9 dari 30
Persiapan Operasi
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
10 dari 30
Pengoperasian
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
11 dari 30
12 dari 30
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
13 dari 30
a. Bak Prasedimentasi
Baca debit air yang masuk pada alat ukur yang tersedia.
Bersihkan bak dari kotoran/sampah yang mungkin terbawa.
Periksa kekeruhan air baku yang masuk dan keluar bak
prasedimentasi, pH dan dosis bahan koagulan.
Lakukan pembuangan lumpur dari bak prasedimentasi sesuai
dengan periode waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan
atau tergantung pada kondisi air baku.
Amati ketinggian muka air dalam bak sesuai yang direncanakan.
Perhatikan aliran dalam bak, apakah merata, atau ada bagian
yang terlalu lambat/cepat. Bilamana ada aliran tidak merata,
maka hal ini merupakan indikasi adanya pembebanan yang tidak
merata pada seluruh bidang bak prasedimentasi.
b. Pengaduk Cepat
Operasikan pompa pembubuh Alum/Soda dan stel stroke pompa
sesuai dengan perhitungan debit yang diperlukan (ada jenis
pompa kimia lain yang penyetelan strokenya dilakukan pada saat
pompa tidak dioperasikan).
Atur pH sehingga sama dengan pH pada waktu jar test, dengan
menambah atau mengurangi stroke pompa.
Amati unjuk kerja pompa pembubuh, persediaan dan aliran
larutan bahan kimia.
Pertahankan keadaan seperti pada awal operasi, dan lakukan
penyesuaian bila diperlukan.
c. Pengaduk Lambat
Amati flokflok yang terbentuk, apakah terbentuk dengan baik.
Apabila tidak, periksa kembali pH air di pengaduk lambat dan
lakukan penyesuaian-penyesuaian pembubuhan.
Periksa pembentukan buih-buih yang terjadi dipermukaan air dan
bersihkan apabila terdapat buih-buih.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
14 dari 30
d. Bak Sedimentasi
Setelah proses koagulasi dan pembentukan flok-flok, maka air
masuk kedalam bak sedimentasi.
Harus diperhatikan apakah pembebanan merata (Surface
Loading merata).
Bilamana tidak merata, maka kinerja bak sedimentasi menjadi
tidak optimal.
Untuk itu harus diperiksa, apakah inlet (yang memakai baffle)
berfungsi dengan baik, atau apakah Plate Settler/Tube Settler
dalam keadaan baik, tidak ada yang pecah atau tersumbat.
Periksa kekeruhan air yang keluar dari bak sedimentasi.
Biasanya efluen dari bak sedimentasi mempunyai kekeruhan
dibawah 10 NTU, agar saringan pasir dapat berkinerja tidak
terlalu berat.
Lakukan pembuangan lumpur sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Bersihkan buih-buih atau bahan-bahan yang terapung.
Periksa fungsi katupkatup.
e. Bak Filtrasi (Penyaring)
Saringan Pasir (lambat dan cepat) pada umumnya untuk
menyaring efluent dari bak sedimentasi yang mempunyai
kekeruhan dibawah 10 NTU.
Tutup katup penguras, katup pencucian dan katup outlet
penyaring.
Alirkan air sampai ketinggian yang telah ditentukan.
Buka katup outlet penyaring dan atur kapasitasnya sesuai
dengan perencanaan.
Periksa kekeruhan air pada inlet dan outlet penyaring.
Amati debit outlet pada alat ukur yang tersedia.
Lakukan pencucian penyaring bila debitnya menurun sampai
batas tertentu, yaitu untuk Saringan Pasir Lambat kalau
kecepatan menyaring < 2 m/jam, Saringan Pasir Cepat < 5
m/jam, dan Saringan Pasir dengan Tekanan < 9 m/jam.
Penurunan kecepatan menyaring merupakan indikator bahwa
media filter sudah mulai clogging. Indikasi tersebut dapat dilihat
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
15 dari 30
yang
masuk
ke
bak
penampung
air
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
16 dari 30
dibawah 5 NTU dan sisa chlor 0,2 ppm, serta bakteri E-coli = 0
(negatif).
Periksa Kualitas air secara lengkap (fisika, kimia dan bakteriologi)
di Laboratorium Departemen Kesehatan setempat minimal setiap
bulan.
5.2.3 Unit Distribusi
Unit Transmisi Air Minum dan Distribusi dimulai dari Pompa Distribusi
(untuk sistem distribusi yang memakai pompa). Pompa Distribusi
mengisap air dari Reservoir Penampung hasil olahan. Untuk Pompa
Distribusi biasanya digunakan jenis Pompa Sentrifugal. Untuk sistem
distribusi yang tidak memakai pompa distribusi, atau cara gravitasi,
maka air hasil olahan langsung mengalir melalui pipa transmisi air
minum, jaringan distribusi utama (distribusi primer), jaringan distribusi
pembawa (distribusi sekunder), jaringan distribusi pembagi (distribusi
tertier), dan melewati reticulation pipe menuju sambungan rumah.
Tujuan pengoperasian unit distribusi ini untuk mengalirkan air hasil
olahan keseluruh jaringan distribusi sampai di semua unit pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan baik dari segi
kuantitas, kualitas, dan kontinuitas, yaitu:
a. Kuantitas:
Jumlah air mencukupi minimal untuk mandi, makan, dan minum,
atau sesuai yang telah ditetapkan dalam perencanaan;
Tekanan air di pelanggan (titik jangkauan pelayanan terjauh)
minimum 1 atm.
b. Kualitas:
pH antara 6,0 7,5;
Bakteriologis, yaitu bakteri E-colli = 0;
sisa chlor minimal 0,2 ppm.
c. Kontinuitas:
Air harus mengalir di pelanggan selama 24 jam perhari.
Pengoperasian unit distribusi meliputi kegiatan pengoperasian sistem
perpompaan, jaringan transmisi dan distribusi, serta bangunan sarana
pelengkapnya, alat ukur dan peralatan pemantauan, meliputi:
a. Pengoperasian pipa transmisi dan jaringan distribusi beserta
perlengkapannya, bangunan penyimpanan (reservoir), dan alat ukur,
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
17 dari 30
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
18 dari 30
19 dari 30
B. Hidran Umum
Pada setiap unit pelayanan harus dipasang hidran umum untuk
memberikan pelayanan air minum bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah maupun daerah yang tidak memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan.
C. Hidran Kebakaran
Pada setiap unit pelayanan perlu dipasang hidran kebakaran dengan
jarak antar hidran kebakaran maksimal 300 meter yang dimaksudkan
untuk mengatasi apabila terjadi kebakaran di daerah tersebut sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
5.2.5 Pelaksana Kegiatan Operasi SPAM
Untuk menjamin agar kegiatan operasi berjalan sesuai norma standar
yang berlaku, maka pelaksanaan kegiatan operasional SPAM dilakukan
oleh sumber daya manusia penyelenggara SPAM yang mempunyai
kompetensi dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan
unit-unit SPAM.
5.2.6 Waktu Pengoperasian
Pengoperasian seluruh atau sebagian prasarana dan sarana SPAM
dilaksanakan oleh penyelenggara SPAM untuk memenuhi pelayanan
secara kontinu selama 24 jam per hari. Hal ini dimaksudkan agar pipa
distribusi selalu terisi air dalam tekanan tertentu agar tidak terjadi
infiltrasi air tanah dari luar.
Dalam hal ini pada unit pelayanan harus dapat dilayani 24 jam penuh.
5.2.7 Kebutuhan Standar Pelayanan
Pengoperasian SPAM harus dapat memenuhi kebutuhan standar
pelayanan yang bergantung pada sumber daya masing-masing wilayah.
Standar pelayanan SPAM dapat mengacu pada peraturan yang berlaku.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
20 dari 30
5.3
Pemanfaatan
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
21 dari 30
Administrasi
pengarsipan,
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
22 dari 30
6.2
Kelembagaan
6.2.1 Umum
Pelayanan air minum bagi masyarakat perlu pengelolaan yang baik,
oleh sebab itu perlu dibentuk kelembagaan atau institusi yang akan
bertanggung jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan sistem
pelayanan. Tanggung jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan
berarti akan menjamin terjadinya air minum melalui sistem perpipaan
yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitas.
Kelembagaan penyelenggara SPAM harus dilengkapi dengan sumber
daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan SPAM sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Kelembagaan pengelola dibentuk agar penyelenggaraan SPAM sesuai
dengan pengaturan tujuan penyelenggaraan SPAM. Kegiatan
kelembagaan dapat dimulai setelah adanya izin/kerjasama antara
penyelenggara dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
6.2.2 Bentuk Kelembagaan Penyelenggaraan SPAM
Bentuk kelembagaan pengelolaan air minum sesuai PP No. 16 tahun
2005 dapat berupa:
a. BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah bentuk perusahaan yang
dibentuk dan dimiliki oleh pemerintah pusat yang diatur lebih lanjut
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. BUMD (Badan Usaha Milih Daerah) adalah bentuk perusahaan yang
dibentuk dan dimiliki oleh pemerintah daerah (provinsi, kabupaten
atau kota) berdasarkan Peraturan Daerah dan mengacu pada Surat
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1984 atau
perubahannya, dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28/KPTS/1984
atau perubahannya, dan peraturan perundangan yang berlaku.
c. Koperasi adalah salah satu bentuk kelembagaan dibentuk oleh
beberapa individu untuk saling membantu dan merupakan milik
bersama.
Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 antara lain:
Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela.
Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Pembagian hasil usaha secara adil sebanding besarnya jasa
usaha masing-masing anggota.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
23 dari 30
Kemandirian
Mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) yang disetujui oleh anggotanya
d. Badan Usaha Swasta (BUS) adalah bentuk perusahaan berbadan
hukum yang dibentuk oleh perorangan atau suatu badan usaha lain.
e. Pengelolaan air minum dalam skala tertentu dapat dilakukan oleh
masyarakat secara individu atau berkelompok. Pengelolaan air
minum secara berkelompok harus mempunyai ijin pengelolaan serta
berbadan hukum.
Semua bentuk kelembagaan tersebut diatas harus mempunyai ijin
usaha khusus bidang air minum, atau atas ijin khusus sesuai peraturan
daerah setempat.
6.2.3 Jenis Kelembagaan
Kelembagaan pengelolaan air minum, berdasarkan aspek yuridis formal
pembentukannya dapat berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
24 dari 30
b.
Susunan organisasi/pengurus.
c.
d.
b.
b.
c.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
25 dari 30
d.
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
26 dari 30
LAMPIRAN A
CONTOH PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM
Untuk mengubah kualitas air baku (yang belum memenuhi kualitas air
minum) menjadi air minum diperlukan suatu proses pengolahan air
minum. Proses pengolahan air minum yang digunakan atau dipilih harus
sesuai dengan kualitas air baku berdasarkan kebutuhannya untuk
memenuhi syarat kualitas air minum.
A.1 Skema rangkaian proses kegiatan operasional sistem
penyediaan air minum dengan sumber air baku dari air tanah
Proses lain bila
dibutuhkan
Air Baku
Desinfektan
Reservoir
Distribusi
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
27 dari 30
Desinfektan
Reservoir
Distribusi
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
28 dari 30
Pembubuhan
bahan kimia
(Koagulan)
Desinfektan
Pengadukan
Cepat
(Koagulasi)
Air Baku
Pengadukan
Lambat
(Flokulasi)
Bak
Pengendap
(Sedimentasi)
Saringan
(Filtrasi)
Reservoir
Distribusi
29 dari 30
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni 2007
MENTERI PEKERJAAN UMUM
DJOKO KIRMANTO
PEDOMAN PENGELOLAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
30 dari 30