DISUSUN OLEH :
FAUZIAH NUR USFA
H311 13 326
SRI MAGFIRAH HS
H311 13 327
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Analisis
BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) dengan
Cara Winkler. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kimia Organik Bahan Alam Laut.
Ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna. Penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari para pembaca
untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................
iii
1.2 Tujuan.......................................................................................
19
19
23
25
4.2 Saran.........................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya,
tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak
berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang
juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang
tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro
organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air
sangat penting artinya bagi kehidupan. Untuk memenuhi kehidupannya,
manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan
saja (beras, gandum, sayuran, buah, daging, dll), akan tetapi juga tergantung
pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi, rumput laut,
dll).
Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari,
melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang
dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu,
oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui proses
difusi yag secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen
yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri.
Kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air
oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu suhu
air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu mengetahui dan memahami
analisis Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand
(COD).
1.3.
Batasan Masalah
Batasan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah
mengenai pengertian serta analisis Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD).
1.4.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode
kepustakaan. Yaitu diambil dari literatur-literatur dari internet yang relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.
kimia bahan organik di dalam air. Uji COD dapat dilakukan lebih cepat dari
pada uji BOD, karena waktu yang diperlukan hanya sekitar 2 jam.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia
(KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung
didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar
oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif
kecil.
tes COD ini dioksidasi oleh larutan K 2Cr2O7 dalam keadaan asam yang
mendidih. Adapun reaksi yang terjadi:
CaHbOc
Cr2O72-
H+
CO2
H2O
Cr3+
BOD5/COD
0,40 0,60
0,60
0,20
0,10
Dalam analisa COD, kadar klorida (Cl -) sampai 2000 mg/l di dalam
sampel dapat menjadi gangguan karena dapat menjadi ganguan karena
dapat mengganggu kerjanya kualitas Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu
turut
teroksidasi
oleh
dikromat,
sesuai
dengan
reaksi
berikut:
sampel,
sedangkan
BOD5
selalu
membutuhkan
pengenceran;
-
membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan
zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD
merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia yang
menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l.
Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu
laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Chemical Oxygen Demand (COD) dapat dihitung sebagai berikut :
Mn(OH)2 + K2SO4
Mn(OH)2 + O2
MnO2 + H2O
MnO2 + KI + 2 H2O
I2 + 2 S2O32-
Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
S4O6- + 2 I-
Metoda tersebut dapat digunakan untuk sampel air sungai dan air buangan.
(Alaerts, 1987).
2.4 Metode pengukuran BOD dan COD
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu
mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera
10
peralatan
khusus
reflux,
penggunaan
asam
pekat,
pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly dan Cuvin, 1988). Peralatan
reflux diperlukan untuk menghindari berkurangnya air sampel karena
pemanasan. Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan
11
proporsi
jumlah
bahan
organik
yang
mudah
urai
12
13
oksigen
yang
dihabiskan
dalam
waktu
lima
hari
oleh
mikroorganisme pengurai secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu
14
15
16
17
18
BAB III
METODE ANALISIS
c. 4 labu takar 1 liter; 3 labu takar 2 liter; bermacam-macam pipet; kalau tersedia,
dispenser otomatis.
d. Peralatan bagi analisa oksigen terlarut
Reagen
a. Air suling: tidak boleh mengandung zat beracun, seperti Cr, Cl2, dsb.
b. Larutan bufer fosfat
Larutkan ke dalam labu takar 1 liter yang berisi 500 ml air suling, 8,5 g KH 2PO4,
21,75 g K2HPO4, 33,4 g Na2HPO4.7H20 dan 1,7 g NH4Cl. Kemudian encerkan
dengan air suling sampai menjadi 1liter. Sesuaikan pH nya sampai 7,2 dengan
asam HCl atau basa NaOH 0,1 atau 1N.
c. Larutan magnesium sulfat:
19
Larutkan ke dalam labu takar 1 liter yang berisi 500 ml air suling, 22,5g
MgSO4.7H2O dan encerkan dengan air suling sampai 1 liter.
d. Larutan kalsium klorida
Larutkan ke dalam labu takar 1 liter yang berisi 500 ml air suling, 27,5g CaCl 2 dan
encerkan dengan air suling sampai 1 liter.
e. Larutan feriklorida
Larutkan ke dalam labu takar 1 liter yang berisi 500 ml air suling, 0,25 g
FeCl3.6H20 dan encerkan dengan air suling sampai 1 liter. (larutan b sampai e
harus diganti kalau endapan atau lumut telah muncul)
f. Larutan basa NaOH atau KOH dan asam HCl atau H2SO4 1N untuk menetralkan
sampel air yang bersifat asam atau basa sampai pH nya berkisar antara 7,0-7,6.
g. Bubuk inhibitor nitrifikasi:
N-Serve (Dow chemicals, allytio ureum (ATU) (Merck) atau nitrification inhibitor
2533 (Hach Chem. Co).
h. Benih (inoculum, seed):
Ambil 10 g tanah subur, yang dapat ditanami, tidak mengandung pestisida, pH
antara 6-7,5. Campur tanah tersebut dengan 100 ml air sampel yang akan
diperiksa. Simpan suspensi tersebut selama 1 hari pada temperatur 20 C dalam
o
inkubator gelap.
2. Prosedur percobaan
A. Pembuatan air pengencer
Air pengencer ini tergantung banyaknya sample yang akan dianalisa dan
pengencerannya, prosedurnya:
20
21
f. Kedua botol Winkler 150 ml yang berisi air dianalisa oksigen terlarutnya
dengan prosedur sebagai berikut:
- Tambahkan 1 ml larutan mangan sulfat
- Tambahkan pereaksi oksigen
- Botol ditutup dengan hati-hati agar tidak ada gelembung udaranya lalu balikbalikkan beberapa kali.
- Biarkan gumpalan mengendap selama 5-10 menit
- Tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, tutup dan balikbalikkan.
- Tuangkan 100 ml larutan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
- Titrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,0125 N sampai warna menjadi coklat
muda.
- Tambahkan 3-4 tetes indikator amilum dan titrasi dengan Natrium Tiosulfat
hingga warna biru hilang.
g. Setelah 5 hari, analisa kedua larutan dalam botol Winkler 300 ml dengan
analisa oksigen terlarut.
h. Hitung oksigen terlarut dan BOD dengan rumus sebagai berikut :
22
Dimana:
Xo = Oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = Oksigen terlarut sampel pada t = 5
Bo = Oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = Oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = Derajat pengenceran.
2. Prosedur Percobaan
a. Masukkan 0,4 gr kristal Hg2SO4 ke dalam masing-masing erlenmeyer COD.
23
Dimana:
a = Volume FAS titrasi blanko (ml)
b = Volume FAS titrasi sampel (ml)
N = Normalitas larutan FAS
f = faktor ( 20: titran blanko kedua)
P = pengenceran
24
BAB IV
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
BOD dan COD merupaan dua dari tiga parameter utama yang
digunakan untuk mengukur kadar bahan pencemar. Parameter utama
lain yaitu Dissolved Oxygen (DO).
COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD karena uji COD meliputi
semua bahan organik, baik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
maupun yang tidak dapat diuraikan.
5.2.
Saran
Penulis menyarankan dalam menganalisis zat pencemar apabila
nilai BOD dan COD suatu perairan masih normal atau memenuhi baku
mutu, belum dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pencemaran, bila
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. BOD dan COD.
http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/bod-dan-cod/
Diakses tanggal 5 Desember 2009
A.R Agnes & Azizah R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS dan MPN
Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD
Nganjuk.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-10.pdf
Diakses tanggal 5 Desember 2009
Arianto, Erik. 2008. Pengertian COD dan BOD.
http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/pengertian-cod-dan-bod/
Diakses tanggal 5 Desember 2009
Fatha, Atina. 2007. Pemanfaatan Zeolit Aktif Untuk Menurunkan BOD dan COD
Limbah Tahu.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHeeca.dir/d
c.pdf
Diakses tanggal 5 Desember 2009
G, Pal. 2009. OD, BOD, COD, apaan tuh?
http://watsan.co.cc/2008/09/od-bod-cod-apaan-tuh/
Diakses tanggal 4 Desember 2009
Hariyadi Sigid. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan
Baku Mutu Air Limbah.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sigid_hariyadi.pdf
Diakses tanggal 5 Desember 2009
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.