A. PENDAHULUAN
Diabetes Tipe 1(DT1) adalah suatu penyakit autoimun
yang mana system imun pasien merusak sekresi insulin oleh
sel
beta
pancreas.
multifaktorial
DT1
yang
merupakan
penyakit
dikarakteristikkan
autoimun
dengan
adanya
tepat
ke
1,2
dalam
gen
dominan,
resesif
maupun
1,2
yang
penting
Selain
itu,
DT1
biasany
juga
diabetes
metabolic
dikarakterisasikan
mellitus
oleh
dengan
karena
2,3
(DM)
menggambarkan
multiple
hiperglikemia
etiologi
yang
kronik
yang
beberapa
perbedaan
insidensi
berdasarkan
adanya
marker
autoimun,
oleh
sebab
itu
adanya
antibody
(antibody
negatif)
sehingga
Mekanisme
menjelaskan
bahwa
faktor
gejala
tetapi
yang
pada
tidak
diketahui
kenyataannya
selama
manifestasi
beberapa
klinisnya
1,2,4,5
4,5
juga
penurunan
ketoleusin
dan
penungkatan
asam
glutamat.
Masih belum jelas seberapa tinggi kadar glutamate,
suksinat, ketoleusin, atau asam amino rantai bercabang yang
normalnya dapat menyebabkan inisiasi diabetes tipe 1. Sulit
juga untuk menggambarkan bagaimana perubahan ini dapat
terjadi. Mereka dapat mencerminkan infeksi asimtomatik pada
hepar atau otot, diet, atau gangguan metabolic dalam respon
terhadap lingkungan.
Glutamate,
yang
meningkat
pada
anak
dalam
serum
ketoglutarat
katabolisme
bersamaan
dapat
otot
dehidrogenase
juga
atau
hepar
dengan
diakibatkan
gangguan
dan
pada
penurunan
dari
peningkatan
jalur
ureagenesis.
glutamate-
Glutamine
dan
intraseluler
total.
Orang
yang
mengkonsumsi
Sel dilengkapi
dari
peristiwa
yang
dimulai
di
uterus,
elemen
turunan
sumsusm
tulang
dalam
dengan
produksi
autoimunitas.
autoantibody,
pengelompokan
dengan
Selain
respon
gangguan
sel
itu,
inflamasi
lokal,
spesifik,
dan
autoimun
lain
semua
satu
kasus,
sel
diisolasi
dari
pankreas
yang
yang
disebut
ICA
(islet
cell
Glutamic
acid
decarboxylase
mengubah
asam
pasien
membentuk
antibody
terhadap
insulin
eksogen.
Figure 1: The Immunopathology of Type 1 Diabetes. Resident antigen presenting
cells phagocytose beta cells, become activated, and migrate to draining lymph
nodes where they present antigen to
circulating T cells. Upon activation beta cell specific T cells gain access to islet
tissue through the
vasculature and accumulate in the islet causing insulitis. Additional antigen
presentation may occur
locally leading to destruction of beta cells with subsequent hyperglycemia.
autoantibody
tampak
meningkat
(bulan
penelitian
menggunakan
tikus
NOD
yang
autoantibody
dalam
penyakit.
Namun,
transfer
penyakit
tidak
terbatas
pada
produksi
ketiadaannya
menyebabkan
perubahan
pada
insulin
untuk
meningkatkan
onset
diabetes
kemungkinan
fungsi
mereka
sebagai
APC
sensitive bagi
sitotoksisitas
sel
CD8.
Sel
CD8
dapat
berperan
dalam
pembentukan
fenotip
autoimun
multipel.
1,2
di antaranya:
DQA1*0501-DQB1*0201
(DQ2), yang hampir selali diwariskan dengan DRB1* 0301 (DR3) dan
DQA1*0301-DQBI*0302 (DQ8), diwariskan dengan DRB1*0401 atau
DRB1*0402 (DR4). Individu ini telah dihubungkan dengan adanya heterozigot
DR3/DR4 atau DQ2/DQ8. Jadi, sebagian besar pasien DT1 membawa gen
HLA-DR3 atau DR4 antigen kelas II, dan sekitar 30% di antaranya memiliki
heterozigot DR3/DR4. Genotip DR3/DR4 berperan memberikan resiko DM
tertinggi dengan cara aksi sinergis, kemudian didikuti oleh homozigot DR4 dan
DR3, secara berurutan. Berdasarkan rantai-rantai DNA, lokus HLA-DQ
ditemukan memiliki hubungan paling kuat terhadap terjadinya DM.
Mekanisme
tepat
tentang
HLA-DQ
yang
mana
yang
menentukan
proteksi
terhadap
DT1,
haplotipe
DQB1*0601 dan bahkan antibody relative sel islet paling utama memiliki
resiko rendah terhadap DM apabila memiliki DQB1*0601. Akan tetapi, efek
proteksi ini tidak mutlak.
Loki lain pada HLA kelas II juga dihubungkan dengan DT1 selain
HLA-DQ dan DR. HLA-DPB1*0101, DPB1*0301 dan DPB1*0202 dialporkan
memiliki hubungan positif, sedangkan DPB1*0402 memiliki hubungan
negative.
kelas
III,
karena
polimorfisme
fari
gen
ini
dapat
memiliki
memperlihatkan
Kesimpulannya,
alel
DQB1*0602
onset
hubungan
penyakit
HLA
yang
yang
dengan
secara
umum
sangat
lama.
DT1
merupakan
ini
dinamakan
VNTRs.
Polimorfisme
VNTRs
gen-gen
sukseptibilitas
yang
belum
teridentifikasi.
Antigen Limfosit T Sitotoksik-4 (cytotoxic T-Lymphocyte
Antigen-4 (CTLA-4))1
CTLA-4 diekspresikan saat sel T telah teraktivasi setelah
presentasi antigen. Karena CTLA-4 ini hanya diekspresikan
oleh sel T yang teraktivasi, hal ini mungkin sekali bahwa CTLA4 memiliki peran dalam melindungi terhadapautoimunitas.
Tidak adanya gen ini dapat mengakibatkan sel T teraktivasi
melawan antigen sensiri. Tentu saja, variasi genetic CTLA-4
telah dihubungkan dengan gangguan autoimun. Gen CTLA-4
terletak pada lengan panjang kromosom 2 (2q 33) dan region
genetic
ini,
IDDM
12,
yang
sebelumnya
ditemukan
region
yang
tidak
ditranslasikan.
CTLA-4
yang
keempat
yang
mendukung
lokus
PTPN22
polimorfisme
memiliki
gen
insulin.
besar
efek
yang
Sama
halnya
sama
dengan
pada
CTLA-4,
1,2
sukseptibilitas
terhadap
penyakit
melalui
berhubungan
dengan
cancer
kolorektal
yang
dapat
insulin
dan
memainkan
peran
penting
kromosom
6q
dalam
ditemukan
pada
25-q
27.
Glutamic
Acid
Decarboxylase
(GAD)
mengkataliasasi
Gen
ENSA
mengkode
-endosulfin,
suatu
regulator
endogen dari saluran K (ATP) sel beta. Rekombinan endosulfin telah diperlihatkan menginhibisi ikatan sulfonylurea
pada membrane sel beta, untuk menurunkan arus aliran K
(ATP) dan untuk menstimuli sekresi insulin. Gen SEL-1L
mengkode regulator negative yang mana hal ini dibutuhkan
untuk diferensiasi dan maturasi sel sebagaimana interaksi selsel
selama
perkembangan.
SEL-1L
secara
berlebihan
diperlihatkan
bahwa
SEL-1L
berperan
penting
dalam
rantai
berat.
Immunoglobulin
(antibodi)