Anda di halaman 1dari 31

Petunjuk Teknis Pendirian BUMDes

DRAF PETUNJUK TEKNIS PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA


(BUMDes) PROGRAM PEMBERDAYAAN DESA BADAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN DESA TAHUN 2010 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAPTAR ISTILAH I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.2. Peranan BUMDes dalam Perekonomian Desa 1.3.
Pengertian BUMDes 1.4. Tujuan Pendirian BUMDes II. LANDASAN HUKUM
III. TATA CARA PENDIRIAN BUMDes 3.1. Prinsip Pendirian BUMDes 3.2.
Tata Nilai Pendirian BUMDes 3.3. Tahapan Pendirian BUMDes 3.4. Permodalan
BUMDes IV. KELEMBAGAAN BUMDes 4.1. Struktur Organisasi BUMDes 4.2.
Tata Kelola BUMDes 4.3. Proses Tata Kelola (Good Corporate Governance)
BUMDes 4.4. Rencana Pengembangan BUMDes 4.5. Rekrutmen dan
Pemberhentian Pengelola BUMDes 4.6. Rapat-Rapat BUMDes V
PENGEMBANGAN USAHA BUMDes 5.1. Perencanaan Usaha BUMDes 5.2.
Proses Penyusunan Perencanaan Usaha BUMDes 5.3. Pengembangan Usaha
BUMDes DAFTAR ISTILAH 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi
Riau, 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan Daerah, 3. Bupati adalah Bupati di Provinsi Riau, 4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten di Provinsi Riau, 5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai
Perangkat Daerah Kabupaten di Provinsi Riau, 6. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, 7. .Pemerintah Desa adalah Kepala Desa
dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, 8. Badan
Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 9.
Dana perimbangan adalah pengertian sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, 10. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan
oleh Pemerintah Kabupaten untuk desa yang bersumber dari bagian dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten, 11.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB Des
adalah adalah keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa,
12. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh BPD
bersama Kepala Desa, 13. Keputusan Kepala Desa adalah pelaksanaan Peraturan
Desa, 14. Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) adalah suatu Lembaga / Badan
Perekonomian desa yang dibentuk dan dimiliki oleh Pemerintah Desa, dikelola
secara ekonomis, mandiri dan professional dengan modal seluruhnya atau

sebagian besar merupakan kekayaan desa yang dipisahkan dan ditetapkan dalam
Peraturan Desa, 15. Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes, 16. Keuangan Desa
adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut, 17.
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban dan
pengawasan keuangan desa. 18. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa, 19. Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat
desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
desa, 20. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan
mempertanggung-jawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
21. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) adalah hasil musyawarah
masyarakat desa tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
periode 1 (satu) tahun. 22. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang
selanjutnya disingkat RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode
5 (lima) tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu misi
pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang dapat dicapai melalui
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan
keanekaragaman usaha pedesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas untuk
mendukung ekonomi pedesaan, membangun dan memperkuat institusi yang
mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya
alam sebagai dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan. Sebagai akibat dari misi
diatas, pemerintah juga merubah fungsinya dari penyedia menjadi fasilitator,
regulator dan koordinator untuk pemberdayaan masyarakat. Tujuannya, adalah
untuk memberi peluang bagi kemampuan daerah dan pedesaan sebagai tulang
punggung ekonomi regional dan nasional. Ini akan menjamin penyelenggaraan
pemerintahan yang baik untuk diterapkan di semua tingkat pembangunan dan
keputusan berdasarkan kebutuhan nyata dari masyarakat. Pembangunan pedesaan
merupakan salah satu strategi dalam upaya mengentaskan kemiskinan di
Indonesia. Sejak 1993 pemerintah telah membuat program IDT (Instruksi
Presiden untuk pengembangan Desa Tertinggal) guna mengentaskan kemiskinan
di pedesaan tertinggal, yang selanjutnya diikuti program P3DT di tahun 1995
untuk mendukung dan meningkatkan implementasi IDT. Program P3DT
mempunyai tujuan utama membangun sarana di pedesaan tertinggal. Kemudian
pada tahun 1998 pemerintah meluncurkan program PPK (sekarang PNPM
Mandiri) yang pada dasarnya merubah tingkat pembangunan dari tingkat desa
ketingkat kecamatan. Program ini memfokuskan pada penyediaan dana berputar

(revolving block grants) dengan menggunakan lembaga keuangan yang dimiliki


masyarakat. Paralel dengan konsep pembangunan pedesaan dan program
pengentasan kemiskinan, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Bangda),
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah telah membuat reformasi organisasi
untuk menitikberatkan ketersediaan panduan pembangunan, supervisi dan
pelatihan. Tugas tersebut merupakan implementasi empat fungsi birokrasi yaitu
pelayanan, pemberdayaan, pembangunan dan jaringan usaha. Pembangunan pada
hakekatnya bertujuan membangun kemandirian, termasuk pembangunan
pedesaan, sehingga dapat keluar dari kemiskinan dan keterisoliran atas kekuatan
sendiri. Untuk itu, membangun desa mandiri membutuhkan perekonomian yang
mapan sehingga mampu memenuhi sendiri kebutuhan yang paling pokok. Desa
mandiri juga dicirikan oleh adanya kerjasama yang baik, tidak tergantung dengan
bantuan pemerintah, sistem administrasi baik, dan pendapatan masyarakat cukup.
Konsep pembangunan desa harus dimulai dengan membuat Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des). Perencanaan Desa
merupakan dokumen dasar untuk mengintegrasikan seluruh kebutuhan
pembangunan desa yang akan dilaksanakan. Rencana pembangunan disusun
dengan memperhatikan kemampuan masyarakat dan pemanfaatan sumber daya
pembangunan yang ada, guna menjawab permasalahan dan kebutuhan
masyarakat. Tujuan penyusunan RPJM-Des adalah agar desa memiliki rencana
induk pembangunan yang berkesinambungan dalam jangka waktu menengah.
RPJM-Des berisikan: kondisi umum desa, Visi dan Misi Desa, Peta Permasalahan
dan Potensi, Prioritas masalah dan pilihan-pilihan tindakan, dan rencana tindak
lanjut kegiatan pembangunan. RPJM-Des ditetapkan sebagai peraturan desa.
RPJM-Des disusun secara partisipatif dengan metoda Community Action Plan
(CAP) melalui pelibatan aktif seluruh komponen masyarakat dalam desa tersebut.
Fasilitasi dan pendampingan sangat diperlukan dalam proses penyusunan RPJMDes untuk mendorong dan menjamin partisipasi penuh seluruh komponen
masyarakat, termasuk dalam pengambilan keputusan atau kesepakatan. Pilar
pokok pembangunan desa adalah peningkatan kapasitas masyarakat,
pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan peningkatan kapasitas kelembagaan
desa. Penekanan pada tiga pilar ini merupakan langkah awal untuk
mengkondisikan pembangunan desa agar menjadi desa yang mandiri dan otonom.
Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pedesaan bertujuan agar masyarakat
mampu membangun dirinya sendiri, menggali potensi diri dan lingkungannya
untuk meraih kesempatan ekonomi, politik, dan menempatkan diri dalam
lingkungan sosial yang lebih baik. Ketidakmampuan membangun kapasitas diri
mengakibatkan masyarakat pedesaan tertinggal dan terjerat dalam lingkaran
kemiskinan, dan sulit untuk keluar dari jeratan tersebut, karena ketidakmampuan
membangun kapasitas generasinya. Rendahnya kapasitas masyarakat berdampak
pada kondisi kemiskinan multidimensional yaitu kemiskinan martabat yang
mencakup rendahnya kemampuan masyarakat untuk mengeluarkan pendapat
(voicelessness) akibat rendahnya pendidikan; ketidakberdayaan (powerlessness)

karena rendahnya pendidikan dan tingkat keterampilan, sehingga tidak berdaya


untuk meraih peluang-peluang ekonomi, sosial dan politik dalam kehidupannya.
Pemberdayaan ekonomi dalam pembangunan pedesaan diharapkan dapat
menciptakan diversifikasi usaha produktif sehingga dapat meningkatkan perluasan
kesempatan kerja di perdesaan, terutama lapangan kerja baru di bidang kegiatan
agribisnis off-farm dan industri serta jasa berskala kecil dan menengah (non-farm)
sesuai dengan potensi desa. Dengan demikian akan berdampak pada berkurangnya
angka pengangguran dan kemiskinan serta meningkatnya produktivitas dan
pendapatan masyarakat pedesaan. Pemantapan kelembagaan masyarakat dan
pemerintahan desa dalam pengelolaan pembangunan juga diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat serta kelembagaan sosialekonomi pedesaan dalam mendorong kemajuan pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan. Oleh sebab itu, pola pengelolaan lembaga ini berbentuk korporasi
yang dapat menangani seluruh kepentingan masyarakat, mulai dari penyediaan
modal, penyediaan sarana produksi, pengelolaan alat dan mesin pertanian,
pengolahan hasil, dan pemasaran produksi, serta mengembangkan usaha lainnya
(off farm dan non farm) sesuai dengan potensi dan perkembangan desa. BUMDes
merupakan lembaga ekonomi desa harus berperan mulai dari sektor hulu (upstream) sampai ke sector hilir (down-stream) dari aktivitas pengembangan usaha
perkebunan dan aktivitas ekonomi produktif lain yang dilakukan oleh masyarakat
sesuai dengan potensi lokal desa. Dengan demikian, BUMDes yang professional,
mandiri, dan memiliki jejaring kerja yang baik dengan berbagai pihak diharapkan
sebagai upaya konsolidasi kekuatan ekonomi pedesaan menuju desa mandiri dan
otonom. Pendirian dan pengembangan BUMDes sebagai upaya konsolidasi
perekonomiam pedesaan berorientasi pada kebutuhan dan potensi desa, dan
memprioritaskan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarkat seperti
pemenuhan pasokan barang pokok masyarakat, fasilitas pemenuhan hajat hidup
seperti sarana air bersih, sarana komunikasi, dan mobilitas agar masyarakat
memiliki aksesbilitas yang baik untuk interaksi dengan luar desa. Potensi desa
yang layak dikembangkan dan dikelola memalui BUMDes adalah sumberdaya
pedesaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan, usaha-usaha
masyarakat pedesaan yang secara parsial belum terakomodasi dan terkendala oleh
banyak hal seperti permodalan, pengolahan hasil (industri pedesaan), pemasaran,
dan lain- ain, serta usaha-usaha yang belum optimal dieskplorasi. Pendirian dan
pengembangan BUMDes di pedesaan dimaksudkan untuk memfasilitasi desa
menjadi desa otonom dan mandiri. Pembentukan BUMDes akan menjadi
instumen pembentukan dan peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa).
Pembentukan dan peningkatan PADesa akan menjadi modal pembentukan
kegiatan-kegatan pembangunan melalui prakarsa lokal (desa), sehingga secara
bertahap akan mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah daerah. Hal inilah yang dimaksud dengan pemberdayaan
yang berorientasi pada self sufficient dan kemandirian dengan tersedianya dana
pengelolaan dan pembiayaan pembangunan untuk desa tersebut. Apabila

pembangunan pedesaan dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan berdampak


pada peningkatan kualitas hidup masyarakat pedesaan. Dengan tersedianay
PADesa maka pemerintah desa akan memiliki kemampuan untuk merencanakan
dan melaksanakan pembangunan pedesaan untuk keluar dari kemiskinan karena
telah memiliki kemampuan untuk penyediaan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas
penting lainnya dengan tidak hanya menunggu pembangunan dari pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah. 1.2. Peranan BUMDes dalam
Perekonomian Desa Pendekatan pembangunan pedesaan selama ini terkesan
menjadikan desa sebagai obyek pembangunan, dan selalu diperlakukan dengan
model pembangunan dengan bantuan. Pola kebijakan yang sentralistik dan
seragam tidak sesuai dengan kebutuhan lokal dan mematikan konteks sosial yang
beragam. Konsep pembangunan melalui bantuan tidak memberdayakan, dan
sebaliknya malah menciptakan kultur ketergantungan atau kultur meminta dari
masyarakat pedesaan. Dasar pemikiran ini menuntut adanya upaya sistematis
untuk memberdayakan dan memandirikan desa. BUMDes dari aspek ekonomi
merupakan lembaga yang dapat diberdayakan menjadi basis kekuatan ekonomi
masyarakat pedesaan melalui konsolidasi kekuatan ekonomi pedesaan. BUMDes
sebagai lembaga ekonomi perdesaan merupakan bagian penting dari proses
pembangunan desa, namun diakui masih banyak titik lemah dalam rangka
mendukung penguatan ekonomi pedesaan. Oleh karena itu diperlukan upaya
sistematis dan berkelanjutan untuk mendorong organisasi pedesaan agar mampu
mengelola aset ekonomi strategis di pedesaan sekaligus mengembangkan jaringan
ekonomi demi meningkatkan daya saing ekonomi perdesaan. BUMDes pada
dasarnya merupakan upaya konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga
ekonomi pedesaan. Hal-hal penting yan harus dilakukan dalam rangka penguatan
lembaga BUMDes sebagai basis kekuatan ekonomi pedesaan adalah: 1.
Peningkatan kapasitas dan pengembangan kemampuan masyarakat pedesaan, 2.
Mengintegrasikan produk-produk ekonomi di pedesaan agar memiliki posisi tawar
yang baik dalam jaringan pasar, 3. Mengelompokkan masyarakat dalam kelompok
usaha tertentu agar tercipta skala ekonomi, 4. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan ekonomi desa dan lembaga desa, 5. Mengembangkan usahausaha
pedesaan melalui penyediaan permodalan dengan perkreditan mikro, 6. Menjaring
informasi pasar dan komunikasi pembinaan dengan pihak-pihak berwenang, dan
menjaring dukungan teknologi dan manajemen dengan pihak eksternal desa.
Dengan demikian, secara bertahap namun sistematis kekuatan ekonomi pedesaan
akan muncul dan menuju pada kemandirian. BUMDes sebagai lembaga ekonomi
milik desa akan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber
pendapatan asli desa (PADes), sehingga desa memiliki kemampuan melaksanakan
pembangunan melalui prakarsa lokal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan secara mandiri. Pendirian BUMDes bukan merupakan ide
baru dalam pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, mengamanatkan dalam Bab VII bagian kelima

agar Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa.
Operasionalisasi pelaksanaan pendirian BUMDes, pada PP 72 Tahun 2005
Tentang Desa pada Pasal 78, dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sesuai dengan amanat UU 32 tahun 2004 pasal 206 bahwa urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan desa mencakup: a) urusan pemerintahan yang sudah
ada berdasarkan hak asal-usul desa, b) urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, c) tugas
pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota, dan d) urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-perundangan diserahkan kepada desa. Bahkan dalam PP No. 72/2005
(turunan dari UU No. 32/2004) justru yang memperkenalkan perencanaan Desa,
tetapi konsep perencanaan Desa yang dikemukakan bukanlah perencanaan
otonom (self planning), melainkan perencanaan Desa sebagai bagian dari
perencanaan daerah. Dalam hal ini, Desa hanya menyampaikan usulan sebagai
bahagian perencanaan daerah, bukan berwenang mengambil keputusan secara
otonom untuk menyusun perencanaan Desa. Hal ini disebabkan oleh Desa tidak
memiliki pembiayaan untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan secara otonom. Pengembangan bidang usaha yang akan
dilaksanakan BUMDes harus diarahkan pada pengembangan usaha-usaha yang
berfungsi untuk menfasilitasi dan memberdayakan usaha ekonomi yang
dikemnbagkan oleh masyarakat Desa, melindungi kepentingan umum,
menfasilitsi kegiatan pelayanan publik Desa. Beberapa contoh bidang usaha yang
apat dilaksanakan oleh BUMDes adalah penyediaan input dan alat oduksi, layanan
keuangan (micro finance), layanan jasa sewa alat dan esin pertanian, pemasaran
hasil pertanian, industri pedesaan, mengelola ampah dan pasar Desa sebagai
kelanjutan dari pelayanan sosial di Desa. engembangan bidang usaha yang
demikian akan menjadikan BUMDes ebagai kekuatan ekonomi baru pedesaan
yang dapat menjamin esejahteraan masyarakat pedesaan. Peranan BUMDes dalam
penyelanggaraan pemerintahan berfungsiuntuk menstimuli, menfasilitasi dan
melindungi dan memberdayakan esejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan.
BUMDes dibentuk dengan kepentingan untuk mendukung kegiatan ekonomi
pedesaan yang menjadi hajat hidup orang banyak di Desa. BUMDes merupakan
usaha milik Desa yang dikelola secara otonom oleh warga Desa, dimana
keuntungan usaha BUMDes sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan dialokasikan di bidang pelayanan Desa dan mendukung
perkembangan BUMDes. Dengan demikian pengembangan BUMDes harus
mendukung usaha ekonomi masyarakat Desa. 1.3. Pengertian BUMDes Badan
Usaha Milik Desa atau disingkat dengan BUMDes adalah kegiatan ekonomi yang
dimiliki oleh pemerintahan Desa yang dikelola oleh warga masyarakat. BUMDes
dimaksudkan untuk mengelola usaha usaha di pedesaan untuk menfasilitasi dan
memberdayakan usaha ekonomi yang dikemnbagkan oleh warga Desa,

melindungi kepentingan umum, dan menfasilitsi kegiatan pelayanan publik Desa.


BUMDes sebagai lembaga ekonomi perdesaan merupakan bagian penting dari
proses pembangunan desa melalui penguatan ekonomi perdesaan. BUMDes pada
dasarnya merupakan upaya konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga
ekonomi pedesaan. Sebagai lembaga ekonomi milik desa akan dapat memberikan
sumbangan bagi peningkatan sumber Pendapatan Asli Desa (PADes), sehingga
desa memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan rakyat pedesaan secara mandiri (prakarsa desa). BUMDes
merupakan instrumen pendayagunaan potensi ekonomi lokal untuk peningkatan
kesejahteran ekonomi masyarakat pedesaan melalui pengembangan usaha
ekonomi (Pendorong Pembangunan Ekonomi Pedesaan) dan mendukung
kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakan tugas pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara optimal (Pemandirian
Pemerintahan Desa dan Desa). UU No. 32 tahun 2004 pada pasal 213 ayat 1,
menjelaskan bahwa Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan
kebutuhandan potensi desa. Kemudian Pasal 78 ayat 1, PP 72 tahun 2005
menegaskan bahwa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa,
Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi Desa. Berdasarkan pengertian dan ketentuan hukum yang
berlaku, maka keberadaan BUMDes di Desa berbeda dengan lembaga ekonomi
lainnya (seperti koperasi) karena BUMDes merupakan lembaga ekonomi milik
desa yang harus memberikan kontrbusi terhadap seluruh aspek pembangunan desa
sesuai dengan kebutuhan desa dan masyarakat desa melalui PADes. Oleh sebab
itu, setiap desa boleh mendirikan BUMDes sesuai dengan potensi setiap desa.
Namun tidak menutup kemungkinan pendirian BUMDes dilakukan melalui
kerjasama antar desa. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa pendirian
BUMDes bukan menjadi alat rente bagi penyelenggara pemerintahan Desa, tetapi
menjadi alat penting bagi Desa untuk melindungi dan memberdayakan
masyarakat, menjadi arena bagi warga Desa untuk bekerjasama membangun
ekonomi wilayah, dan tidak menjebakkan diri pada berbagai bentuk kerjasama
dengan pihak luar yang justru mengancam ekonomi Desa, khususnya lapisan
bawah. Oleh sebab itu, pendirian BUMDes melalui kerjasama antar desa
dimaksudkan untuk mengkonsolidasi kekuatan ekonomi masyarakat desa dengan
potensi yang sama atau saling mendukung (integrated) agar tercipta skala
ekonomi yang dapat mendorong kerjasama yang lebih kuat dengan pihak-pihak
luar desa. Pandangan ini lebih ditujukan untuk pengembangan ekonomi wilayah
yang dapat menjadi kekuatan ekonomi berbasis masyarakat yang dapat
mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah. Konsep-konsep ini
tentunya menjadi pemikiran bagi pemerintah kabupaten dan pemerintah desa dan
masyarakat dalam pendirian BUMDes. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
kelembagaan BUMDes yang mengedepankan kepentingan masyarakat dan desa
dapat didirikan dalam dua bentuk berdasarkan cakupan wilayah kerjanya, yaitu: 1.
BUMDes didirikan di setiap desa, dimana kepemilikan modalnya sebahagian

besar (minimal 51%) dimiliki oleh desa itu sendiri dan wilayah kerjanya pada
desa itu sendiri, dan pengaturan pengelolaan diatur oleh desa itu sendiri. 2.
BUMDes didirikan melalui kerjasama antar desa atau disebut dengan BUMDes
Kawasan, dimana sebahagian besar kepemilikan modalnya dimiliki oleh lebih dari
1 (satu) desa dan wilayah kerjanya meliputi desa-desa yang menjadi pemilik
modal, dan pengaturan pengelolaan diatur oleh desa pemilik modal. Beberapa hal
yang menjadi ciri khas BUMDes dan menjadi perbedaannya dengan lembaga
ekonomi lain di pedesaan adalah: a. Didirikan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan untuk melindungi kepentingan pengembangan ekonomi masyarakat, b.
Berfungsi untuk menstimulasi, menfasilitasi, melindungi dan memberdayakan
kesejahteraan ekonomi masyarakat, serta mendukung kegiatan ekonomi pedesaan
yang menjadi hajat hidup orang banyak, c. Dibentuk melalui proses pengambilan
keputusan antar pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan
wakil-wakil warga masyarakat desa, d. Merupakan usaha milik Desa yang
dikelola secara otonom oleh warga Desa, e. Sebahagian besar modalnya dimiliki
oleh desa, dan sebahagian kecil dapat dimiliki oleh masyarakat, atau lembaga
ekonomi lain di desa, f. Keuntungan usaha BUMDes sebesar-besarnya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dialokasikan dibidang pelayanan
Desa dan mendukung perkembangan BUMDes. 1.4. Tujuan Pendirian BUMDes
Pengembangan kawasan dan pembangunan Desa dengan memanfaatkan
sumberdaya alam sangat dibutuhkan untuk mendukung kesejahetaraan masyarakat
pedesaan. Pengembangan kawasan harus melibatkan partisipasi masyarakat serta
memperhatikan aspek keberlanjutan ekologis dan proteksi terhadap masyarakat.
Tujuan-tujuan pengembangan ekonomi kawasan dilandasi pemahaman bahwa
partisipasi (akses, voice dan kontrol) merupakan prinsip dasar yang mampu
membuka ruang negosiasi bagi Desa dan tercermin dalam kebijakan
pembangunan. Untuk mendorong pengelolaan ekonomi pedesaan, maka BUMDes
merupakan lembaga ekonomi pedesaan yang memberikan ruang partisipasi bagi
seluruh masyarakat. Untuk itu, pendirian BUMDes bertujuan: (1) Tujuan umum
pembentukan BUMDes adalah mengkoordinir kegiatan usaha-usaha di desa untuk
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Desa. (2) Tujuan
khusus pembentukan BUMDes adalah : a. Memantapkan kelembagaan
perekonomian desa; b. Menciptakan kesempatan berusaha; c. Mendorong peran
pemerintahan desa dalam menanggulangi kemiskinan; d. Meningkatkan
pendapatan asli desa; e. Mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat desa;
f. Memberikan kesempatan usaha; dan g. Memberikan kesempatan usaha dan
membuka lapangan kerja Pemahaman desa dengan prinsip dasar mengenai
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan
masyarakat, maka dorongan, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat
lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan, maka perlu upaya dan usaha
sistematis untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat desa dengan meningkatkan
pendapatan desa. Partisipasi dan perberdayaan masyarakat, pedesaan sangat
diperlukan dalam mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sesuai

kebutuhan dan potensi desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BUMDes sebagai lembaga
ekonomi desa yang dmiliki oleh desa dan masyarakat desa harus dijadikan sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui usaha yang berorientasi
keuntungan. Agar BUMDes tidak dikuasai oleh individu-individu di pedesaan
yang mempunyai modal untuk memperkaya diri, maka peran Pemerintah Desa
menjadi sangat penting dalam melakukan regulasi dalam pengelolaan BUMDes.
Pemerintah Desa harus menjadi pelindung dan pelayan masyarakat harus
mengarahkan pengelolaan BUMDes yang mengedepankan praktek-praktek
berusaha yang berakar nilai-nilai dan norma-dorma yang dihormati oleh
masyarakat di pedesaan. BAB II LANDASAN HUKUM Pendirian BUMDes
sebagai lembaga ekonomi milik desa telah diatur dalam ketentuan hukum yang
berlaku, yaitu: a. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu pada
Pasal 213 yang berbunyi : 1. Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa
sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa 2. Badan usaha milik desa sebagimana
yang disebutkan pada ayat 3. berpedoman pada peraturan perundang-undangan 4.
Badan usaha milik desa sebagimana yang disebutkan pada ayat (1) dapat
melakukan pinjaman sesuai peraturan perundangundangan . b. PP No.72 Tahun
2005 tentang Desa, Pasl 78 81 yaitu : Pasal 78 : 1. Dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat dan Desa,Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. 2. Pernbentukan
Badan Usaha Milik Desa sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundangundangan. 3. Bentuk Badan
Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbadan hukum.
Pasal 79 : 1. Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat
(1) adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa. 2. Permodalan Badan
Usaha Milik Desa dapat berasal dari : a. Pemerintah Desa; b. tabungan
masyarakat; c. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota; d. pinjaman; dan/atau e. penyertaan modal pihak lain atau kerja
sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. 3. Kepengurusan Badan Usaha
Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat. Pasal 80 : 1. Badan
Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundangundangan. 2. Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
mendapat persetujuan BPD. Pasal 81 : 1. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata
Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. 2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : a. bentuk
badan hukum; b. kepengurusan; c. hak dan kewajiban; d. permodalan; e. bagi hasil
usaha; f. kerjasama dengan pihak ketiga; g. mekanisme pengelolaan dan
pertanggungjawaban; c. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 37
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pasal 19 huruf h, yang
menyebutkan bahwa: .Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) d. Peraturan Daerah Kabupaten

Indragiri Hilir Nomor : 09 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pembentukan Badan


Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Kabupaten Indragiri Hilir BAB III TATA CARA
PENDIRIAN 3.1. Prinsip Pendirian BUMDes Pemberdayaan ekonomi
masyarakat pedesaan harus difokuskan pada pengembangan lembaga ekonomi
desa yang dibentuk yaitu BUMDes. Keberadaan BUMDes merupakan intervensi
kelembagaan ekonomi yang menyatu dengan masyarakat pedesaan. BUMDes
harus dijadikan sebagai lembaga ekonomi yang mandiri untuk menunjang seluruh
aktivitas pengembangan ekonomi produktif di pedesaan. BUMDes bukan milik
sekelompok masyarakat, tetapi merupakan milik desa yang dikelola oleh
masyarakat pedesaan secara professional dan mandiri agar memberikan manfaat
bagi seluruh peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Oleh sebab itu,
pendirian BUMDes harus memperhatikan prinsip-prinsip: a. Berbasis Lokal
Pendirian BUMDes harus disesuaikan dengan potensi, kapasitas, dan kebutuhan
masyarakat desa. Bidang usaha yang akan dilakukan harus didasarkan pada daya
dukung lokal desa, baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam, teknologi,
permodalan, pasar dan akses informasi. Usaha-usaha yang dilakukan juga harus
didasarkan pada kebutuhan aktivitas ekonomi masyarakat dan permasalahan yang
dihadapi masyarakat pedesaan, untuk menjamin peningkatan kualitas hidup
seluruh warga desa. b. Pemberdayaan Prinsip pemberdayaan harus dikedepankan
dalam pengembangan BUMDes, yang menempatkan masyarakat sebagai kekuatan
anggota masyarakat secara keseluruhan yang disebut tujuan kolektif dalam
pembangunan ekonomi. Pendirian dan pengembangan BUMDes yang
mengedepankan pemberdayaan masyarakat agar BUMDes tersebut ditunjang oleh
sturktur sosial yang tidak berpengaruh negatif terhadap kekuasaan (powerful).
Pentingnya pemberdayaan agar seluruh masyarakat dapat berpartisipasi lebih
efektif dalam pengembangan BUMDes, untuk menciptakan kekuatan ekonomi
masyarakat dan desa yang kokoh. Prinsip pemberdayaan dalam pendirian dan
pengembangan BUMDes juga dimaksudkan sebagai proses pengambilan
keputusan oleh orang-orang yang secara konsekwen melaksanakan keputusan
tersebut, sehingga BUMDes menjadi lembaga ekonomi yang mandiri dan
profesional melalui usaha masyarakat dan pemerintah desa dengan akumulasi
pengetahuan, keterampilan dan sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan tanpa
bergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal, terutama pemerintah. c.
Partisipasi Pembentukan dan pendirian BUMDes harus dilakukan secara
partisipatif dan inisiatif masyarakat desa. Hal ini menjadi penting karena
BUMDes harus menjadi stimulasi bagi pengembangan ekonomi masyarakat
pedesaan dan harus memberikan dampak pada peningkatan pelayanan publik bagi
seluruh masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan lebih mengetahui secara pasti
dan terinci tentang semua potensi dan sumberdaya desa. Pelibatan secara aktif
seluruh masyarakat pedesaan dalam pendirian dan pelaksanaan BUMDes menjadi
penting untuk menggalang partisipasi seluruh masyarakat dalam pembangunan
desa. Pentingnya partisipasi karena potensi dan sumberdaya yang dikembangkan
oleh BUMDes berasal dari seluruh komponen masyarakat. Partisipasi seluruh

masyarakat akan menjadi kekuatan besar untuk membangun perekonomian desa


secara berkesinambungan. a. Berpihak pada Masyarakat BUMDes yang didiirikan
dan dikelola harus memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi masyarakat
pedesaan, dan bermanfaat bagi seluruh proses pembangunan pedesaan dan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, dan memberikan
perhatian khusus kepada kelompok masyarakat miskin. Keuntungan BUMDes
harus diarahkan pada pembangunan yang melayani seluruh kehidupan masyarakat
pedesaan, termasuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur pedesaan, dan
pembangunan pedesaan lainnya. BUMDes yang didirikan bukan sebagai saingan
atau mematikan usaha masyarakat yang sudah ada, namun harus menjadi lembaga
ekonomi desa yang mampu memperkuat dan mendukung aktivitas ekonomi
masyarakat pedesaan. b. Demokrasi Pendirian dan pengembangan BUMDes harus
menerapkan prinsip demokratisasi dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang
dimasyarakat. Demokrasi seharusnya menjiwai pendirian dan pengelolaan
BUMDes, agar dapat melayani kepentingan masyarakat pedesaan. Dengan
semangat demokrasi, maka segala aktivitas BUMDes harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat, dan pengambilan keputusannya melibatkan masyarakat
secara aktif. Dengan demikian BUMDes akan menjadi lembaga ekonomi
pedesaan yang memiliki semangat melayani, menghormati setiap orang,
menjunjung kejujuran dan harga diri, menghargai kontribusi setiap orang,
mengutamakan kepentingan umum, dan tidak diskriminatif. c. Akuntabel
BUMDes yang didirikan dan dikelola secara dengan taransparansi dan akuntabel.
Proses dan tahapan kegiatan yang dilakukan BUMDes dapat
dipertanggungjawabkan dengan benar, baik pada pemerintah desa maupun pada
masyarakat. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala
informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan
dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara
moral, teknis, legal maupun administratif. d. Keberagaman Pendirian dan
pengembangan BUMDes pada dasarnya dimaksudkan untuk mengembangkan
potensi perekonomian di wilayah perdesaan guna mendorong kemampuan
ekonomi masyarakat desa secara keseluruhan. Dengan demikian, BUMDes
berperan mengembangkan ekonomi produktif pedesaan yang mampu membuka
lapangan kerja dalam rangka mengatasi pengangguran, untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kebergaman potensi dan sumberdaya desa
(sumberdaya alam dan sumberdaya manusia) mengimplikasikan bahwa pendirian
BUMDes juga beragam sesuai dengan potensi dan sumberdaya desa tersebut.
Keberagaman BUMDes ini dapat dalam hal bidang usaha, organisasi, sumber
permodalan, dan lain-lain yang berkaitan. Selain prinsip-prinsip diatas, maka
pendirian dan pengelolaan BUMDes juga harus mengedepankan norma dan
kearipan lokal yang berlaku secara lokal di pedesaan. Pengelolaan BUMDes harus
dilandasi oleh prinsip keanggotaan bagi seluruh masyarakat desa dan saling
membantu. Hal ini menjadi penting untuk mencegah timbulnya penciptaan
BUMDes sebagai lembaga rente pedesaan, dan mencegah penguasaan oleh

sekelompok tertentu terhadap aktivitas ekonomi pedesaan. Pendirian BUMDes


diutamakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Melalui BUMDes dapat
mengatur sirkulasi moneter (peredaran uang) di desa, dan bahkan menarik dana ke
desa. Peredaran uang yang semakin besar di desa akan mendorong kondisi
perekonomian desa yang lebih dinamis. Dengan demikian, maka kehidupan
masyarakat desa akan semakin baik sebagai efek ganda dari perkembangan
perekonomian desa. Pendirian BUMDes yang dilatarbelakangi oleh permasalahan
pokok usaha masyarakat pedesaan, dimana selama ini menjadi permasalahan
usaha di masyarakat pedesaan adalah kepastian pasar. Masalah ini berawal dari
masih lemahnya jaringan pasar yang ada dan pada gilirannya produksi yang
dihasilkan masyarakat sebagian besar dikuasai para tengkolak (broker). Kondisi
seperti ini tidak bisa dibiarkan terus menerus dan perlu adanya upaya merubah
jaringan pasar secara bertahap sejalan dengan adanya penguatan kelembagaan dan
penguatan permodalan. Jejaring pemasaran yang perlu dibentuk dan dikuatkan
adalah jejaring pasar input (sektor hulu) dan jejaring pemasaran produk yang
dihasilkan oleh masyarakat (sektor hilir). Secara grafis bentuk jejaring ekonomi
yang dikoordinir oleh BUMDes adalah: 3.2. Tata Nilai Pendirian BUMDes Tata
nilai pendirian BUMDes menjadi hal penting untuk menjamin terselenggaranya
tujuan pendirian BUMDes sebagai lembaga ekonomi yang mampu mengayomi
seluruh aktivitas ekonomi masyarakat secara professional dan mandiri. Tata nilai
yang harus diperhatikan dalam pendirian BUMDes adalah: 1. Clean (Bersih)
BUMDes yang didirikan harus dikelola secara professional dan mandiri,
menghindari benturan kepentingan antar kelompok masyarakat, menjunjung
tinggi kepercayaan dan integritas, dan berpedoman pada asas-asas tata kelola
perusahaan yang baik. 2. Competitive (Kompetitif) BUMDes sebagai perusahaan
desa harus mampu berkompetisi dalam skala daerah (regional) pada tingkat
kabupaten dan provinsi, bahkan nasional, harus mampu mendorong pertumbuhan
perekonomian masyarakat desa melalui aktivitas ekonomi produktif yang
mendukung dan terintegrasi dengan aktivitas ekonomi masyarakat desa,
membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. Confident (Percaya
Diri) Pengelolaan BUMDes harus diyakinkan untuk mendorong dan memperkuat
perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan untuk mendukung pembangunan
ekonomi desa, pembangunan desa, dan menjadi pelopor pembangunan ekonomi
masyarakat yang mandiri menuju perwujudan otonomi desa dan kemandirian
masyarakat desa, dalam rangka mendukung percepatan pembangunan daerah dan
nasional. 4. Commnunity Focused (Fokus pada Masyarakat) Pengembangan usaha
BUMDes harus diorientasikan pada kepentingan masyarakat, dan berkomitmen
untuk memberikan kontibusi pada pembangunan desa untuk meningkatkan
pelayanan publik dan mendorong kemandirian ekonomi dan pembangunan desa.
5. Commercial (Komersial) Pengembangan usaha BUMDes harus menciptakan
nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan
prinsip-prinsip bisnis yang sehat, dengan tujuan memperoleh keuntungan. 6.
Capable (Berkemampuan) BUMDes harus dikelola oleh orang-orang dan pekerja

yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis, berkomitmen


dalam membangun kemampuan untuk mendukung pengelolaan dan
pengembangan usaha BUMDes. 3.3. Tahapan Pendirian BUMDes Pendirian
BUMDes harus dilakukan melalui inisiatif desa yang dirumuskan secara
partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat desa. Pendirian BUMDes juga
dimungkin atas inisiatif Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk intervensi
pembangunan pedesaan untuk mendukung pembangunan daerah. Pendirian
BUMDes sebagai lembaga yang dibentuk berdasarkan insiatif desa harus melalui
tahapan berikut: Tahap I : Membangun kesepakan antar masyarakat desa dan
pemerintah desa untuk pendirian BUMDes yang dilakukan melalui musyawarah
desa atau rembug desa, dengan merumuskan hal-hal berikut: a. Nama, kedudukan,
dan wilayah kerja BUMDes, b. Maksud dan tujuan pendirian BUMDes, c. Bentuk
badan hukum BUMDes, d. Sumber permodalan BUMDes, e. Unit-Unit usaha
BUMDes, f. Organisasi BUMDes, g. Pengawasan BUMDes, h.
Pertanggungjawaban BUMDes, i. Jika dipandang perlu membetuk Panitia Ad-hoc
perumusan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes. Tahap II Pengaturan
keorganisasian BUMDes yang mengacu kepada rumusan Musyawarah Desa pada
Tahap I oleh Penitia Ad-hoc, dengan menyusun dan pengajuan pengesahan
terhadap hal-hal berikut: a. Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes yang
mengacu pada Peraturan Daerah dan ketentuan hukum lainnya yang berlaku, b.
Pengesahan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes, c. Aanggaran Dasar
BUMDes, d. Struktur Organisasi dan aturan kelembagaan BUMDes, e. Tugas dan
fungsi pengelola BUMDes, f. Aturan kerjasama dengan pihak lain, g. Rencana
usaha dan pengembangan usaha BUMDes, Tahap III : Pengembangan dan
Pengelolaan BUMDes, dengan aktivitas: a. Merumuskan dan menetapkan sistem
penggajian dan pengupahan pengelola BUMDes, b. Pemilihan pengurus dan
pengelola BUMDes, c. Menyusun sistem informasi pengelolaan BUMDes, d.
Menyusun sistem administrasi dan pembukuan BUMDes, e. Penyusunan rencana
kerja BUMDes. 3.4. Permodalan BUMDes Pasal 79 ayat 2 Peraturan Pemerintah
No. 72 tahun 2005, menjelaskan bahwa permodalan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dapat berasal dari : a. Pemerintah Desa, b. Tabungan masyarakat, c.
Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, d.
Pinjaman, dan/atau e. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas
dasar saling menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk pendirian dan
pengembangan BUMDes dapat memperoleh modal dari berbagai sumber yaitu: 1.
Modal yang berasal dari kekayaan dan aset desa yang dipisahkan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), serta dari Lembaga Keuangan yang ada
di desa dan sudah diserahkan kepada BUMDes. 2. Modal yang bersumber dari
bantuan pemerintah, pemerintah daerah, dan pemerintah desa melalui APBDes,
serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Aset atau dana yang ada di desa namun merupakan
pembiayaan program yang digulirkan kepada masyarakat dapat dijadikan modal
BUMDes dengan terlebih dahulu dipindahbukukan sebagai aset desa, dan dicatat

sebagai penyertaan modal dari desa saat pendirian BUMDes. 3. Modal yang
bersumber dari penyertaan modal pihak ketiga yang hakhak kepemilikannya
diatur dalam Anggaran Dasar BUMDes. 4. Modal yang bersumber dari pinjaman
melalui lembaga keuangan, perbankan atau lainnya dengan persetujuan BPD yang
pengaturan pinjamannya dilakukan atas nama pemerintah Desa dan diatur dalam
Peraturan Desa. BAB IV KELEMBAGAAN BUMDes 4.1. Struktur Organisasi
BUMDes BUMDes merupakan sebuah organisasi, maka diperlukan adanya
struktur organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus
tercakup di dalam organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi,
konsultatif, dan pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUMDes.
Pengorganisasian adalah cara pengaturan pekerjaan dan pembagiannya diantara
pengelola organisasi agar tujuan BUMDes dicapai secara efisien dan efektif.
Setiap organisasi mempunyai tujuan yang hendak dicapainya yaitu pertumbuhan
dan keberlanjutan dengan memanfaatkan atau mengelola sumberdaya yang ada.
Untuk itu perlu suatu sistem agar seluruh aktivitas organiasasi tearah untuk
mencapai tujuan tersebut. Sistem pengendalian manajemen menjadi penting yang
tergambar dari struktur organisasi tersebut. Berikut struktur organisasi BUMDes
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Gambar 2. Struktur Organisasi
BUMDes 4.2. Tata Kelola BUMDes Sesuai dengan struktur organisasi tersebut,
maka tata kelola BUMDes dijelaskan sebagai berikut: 1. Kepala Desa Kepala
Desa sebagai kepala pemerintahan desa merupakan penanggung jawab atas
seluruh aktivitas yang terjadi di desa. Oleh sebab itu, Kepala Desa menjadi
penanggung jawab atas perkembangan dan keberlangsungan BUMDes yang
didirikan. 2. Badan Pengawas Fungsi Badan Pengawas adalah melakukan
pengawasan dan unsurpenyeimbang (check and balance) untuk mendorong
tercapainya efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pengembangan usaha
BUMDes yang dilakukan oleh Direktur. Mengingat BUMDes sebagai lembaga
ekonomi yang didirikan untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat
pedesaan dan meningkatkan kemandirian desa dalam pembangunan, maka
pelaksanaan tugas pengawasan adalah sangat penting. Oleh karena itu Badan
Pengawas wajib memahami dan melaksanakan tugas pengawasan yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan serta Anggaran Dasar dengan
sebaik mungkin. Badan Pengawas adalah organ BUMDes yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum atau khusus dan bertugas mengawasi
kebijaksanaan Direktur dalam menjalankan organisasi BUMDes serta memberi
nasihat kepada Direktur dan pengelola lainnya. Badan Pengawas berwenang
melakukan pengawasan terhadap pengurusan BUMDes, pengawasan kepada
Direktur dan pengelola lainnya yang terdapat dalam susunan organisasi serta
bertanggung jawab kepada musyawarah umum BUMDes dan musyawarah desa.
Secara umum tugas pokok Badan Pengawas adalah: a. Melakukan pengawasan
secara umum dan secara khusus terhadap pengelolaan BUMDes. b. Memberikan
nasihat kepada Direktur dan Pengelola lainnya sesuai dengan struktur organisasi
dalam melakukan pengelolaan BUMDes. 2.a. Keanggotaan Badan Pengawas

Kenggotaan dan komposisi Badan Pengawas adalah sebagai berikut: 1. Badan


Pengawas terdiri atas sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang dan tidak melebihi
jumlah Pengelola BUMDes (sesuai kesepakatan dalam struktur organisasi),
seorang di antaranya diangkat sebagai Koordinator Pengawas. 2. Komposisi
keanggotaan Badan Pengawas BUMDes terdiri dari Kepala Desa (ex-officio),
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (ex-officio), dan Kepala Bidang Usaha
Ekonomi Desa atau sebutan lain, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(BPMD) atau sebutan lain di Kabupaten (ex-officio), dan anggota Badan
Pengawas BUMDes yang dipilih dari masyarakat desa. 3. Anggota Badan
Pengawas yang berasal dari kalangan di luar Pemerintahan Desa dan Pemerintah
Daerah, dipilih dalam musyawarah desa dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Tidak menjabat sebagai Direktur atau Pengelola perusahaan daerah, b. Tidak
bekerja pada dinas/lembaga atau badan lainnya di lingkungan Pemerintahan Desa
dan Daerah, c. Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun
tidak langsung dengan BUMDes atau perusahaan lain yang menyediakan jasa dan
produk kepada BUMDes dan afiliasinya, d. Bebas dari benturan kepentingan dan
aktivitas bisnis atau hubungan lain yang dapat menghalangi atau mengganggu
kemampuan Badan Pengawas yang bersangkutan untuk bertindak atau berpikir
secara bebas di lingkup BUMDes. Keberadaan Badan Pengawas dari kalangan di
luar Pemerintahan Desa dan Pemerintah Daerah dimaksudkan untuk dapat
mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih objektif dan
menempatkan kewajaran (fairness) dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan
termasuk kepentingan masyarakat, pemodal (pemegang saham) minoritas, dan
stakeholders lainnya. 2.b. Tugas, Tanggung Jawab dan Kewajiban Badan
Pengawas 1. Tugas-Tugas Badan Pengawas: a. Mengawasi dan memberikan
nasihat kepada Direktur dan Pengelola BUMDes dalam menjalankan kegiatan
BUMDes, b. Mengawasi pelaksanaan Rencana Pengembangan Jangka Panjang
BUMDes serta Rencana Kerja Tahunan danAnggaran Tahunan BUMDes, c.
Memantau dan mengevaluasi kinerja Direktur dan Pengelola BUMDes, d.
Mengkaji pembangunan penyebaran informasi dan transparansi pengelolaan
BUMDes, e. Mengawasi pelaksanaan manajemen risiko, f. Mengawasi efektivitas
penerapan good corporate governance (GCG), g. Memantau kepatuhan BUMDes
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk PERDA dan
PERDES. 2.c. Tanggung Jawab Badan Pengawas: a. Mengusulkan Auditor
Eksternal jika dibutuhkan untuk disahkan dalam Rapat Umum BUMDes dan
memantau pelaksanaan penugasan Auditor Eksternal, b. Menyusun pembagian
tugas di antara anggota Badan Pengawas sesuai dengan keahlian dan pengalaman
masing-masing anggota Badan Pengawas, c. Menyusun program kerja dan target
kinerja Badan Pengawas tiap tahun serta mekanisme review terhadap kinerja
Badan Pengawas, d. Menyusun mekanisme penyampaian informasi dari Badan
Pengawas kepada stakeholders, e. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
Badan Pengawas kepada Rapat Umum BUMDes, 2.c. Kewajiban Badan
Pengawas: a. Memberikan pendapat dan saran secara tertulis kepada Rapan

Umum BUMDes mengenai Rencana Jangka Panjang BUMDes dan Rencana


Kerja dan Anggaran BUMDes yang diusulkan Direktur dan Pengelola, b.
Memberikan pendapat kepada Rapat Umum BUMDes mengenai masalah strategis
atau yang dianggap penting, termasuk pendapat mengenai kelayakan visi dan misi
BUMDes, c. Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang
disiapkan Direktur dan Pengelola, d. Menandatangani Rencana Pengembangan
Jangka Panjang BUMDes dan laporan tahunan, e. Melaporkan dengan segera
kepada Rapat Umum BUMDes tentang terjadinya gejala menurunnya kinerja
BUMDes, 3. Direktur dan Manager Integritas dan kompetensi Direktur dan
Manager BUMDes disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha yang
dikelola BUMDes, sesuai denga perkembangan usaha yang dilakukan. Ketentuan,
tugas dan tanggung jawab Direktur dijelaskan sebagai berikut : 3.a. Kualifikasi
Direktur dan Manager Direktur dan Manager BUMDes yang dapat diangkat
adalah orang-orang yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki keahlian,
integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, dan perilaku yang baik serta
dedikasi tinggi untuk memajukan dan mengembangkan BUMDes, 2. Tidak pernah
dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya, 3. Tidak diperkenankan
memiliki hubungan keluarga sedarah menurut garis lurus maupun garis ke
samping atau hubungan semenda (menantu/ipar) dengan anggota Badan Pengawas
dan Pengelola BUMDes lainnya, 4. Tidak mewakili kepentingan partai politik
tertentu dan tidak memihak golongan atau kelompok masyarakat tertentu, 5.
Memiliki Pendidikan minimal Sarjana (S1) atau dibawahnya tetapi memiliki
kualifikasi yang meyakinkan untuk menjalankan tugas-tugas Direktur dan
Manager, 6. Umur masih produktif dan memiliki kecakapan untuk mengelola
BUMDes. 3.b. Tugas, Tanggung Jawab, dan Kewajiban Direktur dan Manager 1.
Tugas Direktur dan Manager: a. Memimpin dan mengurus BUMDes sesuai
dengan kepentingan dan tujuan BUMDes, b. Menguasai, memelihara, dan
mengurus kekayaan BUMDes, c. Memastikan seluruh aktivitas yang direncanakan
berjalan dengan baik dan tidak berbenturan dengan kepentingan masyarakat. 2.
Tanggung Jawab Direktur dan Manager: a. Mewujudkan pelaksanaan Rencana
Pengembangan Jangka Panjang BUMDes dan Rencana Tahunan BUMDes,
termasuk pencapaian target keuangan dan non keuangan, b. Melaksanakan
manajemen risiko, c. Membangun dan mengembangkan sistem informasi yang
transparan kepada seluruh masyarakat desa, d. Menindaklanjuti saran dan
kebutuhan pengembangan sesuai dengan perkembangan aktivitas ekonomi
masyarakat serta melaporkannya kepada Badan Pengawas, e. Melaporkan
informasi-informasi yang relevan kepada Badan Pengawas, antara lain mengenai
f. suksesi/mutasi/promosi pengelola, program pengembangan SDM, dan program
pengembangan usaha, g. Menyelenggarakan Rapat Umum BUMDes dan
membuat risalah Rapat Umum BUMDes, h. Memperhatikan kepentingan
masyarakat dan stakeholders sesuai dengan nilai-nilai etika dan peraturan
perundangundangan dan ketentuan lain yang berlaku. 3. Kewajiban Direktur dan

Manager: a. Menyiapkan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes,


yang merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan BUMDes
yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, menandatanganinya
bersama dengan Badan Pengawas, dan menyampaikannya kepada Rapat Umum
BUMDes untuk mendapat pengesahan, b. Menyiapkan Rencana Tahunan dan
Anggaran Tahunan BUMDes, dan menyampaikannya kepada Badan Pengawas
untuk ditelaah dan kepada Rapat Umum BUMDes untuk memperoleh
pengesahan, c. Menyusun dan mengimplementasikan sistem akuntansi yang
sesuai dengan standar akuntansi keuangan termasuk pembukuan dan administrasi
yang didasarkan atas pengendalian internal yang handal. d. Memberikan
pertanggungjawaban dan segala keterangan tentang keadaan dan jalannya
BUMDes dalam bentuk laporan jika diminta oleh Rapat Umum BUMDes, e.
Menetapkan secara jelas tugas, tanggung jawab, dan wewenang manajemen serta
ukuran kinerja pada setiap tingkatan/level dan unit-unit yang ada, f. Menyusun
dan menyampaikan Laporan Tahunan yang telah ditandatangani bersama Badan
Pengawas kepada Rapat Umum BUMDes untuk memperoleh pengesahan, 4. Hak
dan Wewenang Direktur dan Manager: a. Menetapkan kebijakan-kebijakan
berkaitan dengan pengelolaan BUMDes, termasuk kebijakan tentang personil
pengelola, b. Mengangkat dan memberhentikan pengelola/pekerja berdasarkan
aturan internal BUMDes dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c.
Mengatur masalah pendelegasian wewenang/pemberian kuasa Direktur untuk
mewakili BUMDes di dalam dan di luar pengadilan, sesuai dengan kebutuhan. 5.
Organ Pendukung (Kepala Devisi, Kepala Unit, dan Staff) 5.a. Kedudukan dan
Kualifikasi a. Organ Pendukung (Kepala Devisi, Kepala Unit, dan Staff) diangkat,
diberhentikan, dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur BUMDes, b. b)
Organ Pendukung (Kepala Devisi, Kepala Unit, dan Staff) BUMDes harus
memiliki kualifikasi akademis, kompetensi yang memadai agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban secara baik. 5.b. Tugas
dan Tanggung Jawab Organ Pendukung a. Mempersiapkan penyelenggaraan
Rapat Umum BUMDes, b. Menghadiri rapat Pengelola dan rapat gabungan antara
Badan Pengawas dengan Pengelola BUMDes, c. Mengelola dan menyimpan
dokumen yang terkait dengan kegiatan BUMDes meliputi dokumen Rapat Umum
BUMDes, risalah rapat Pengelola, risalah rapat gabungan antara Pengelola dengan
Badan Pengawas, dan dokumen-dokumen BUMDes yang penting lainnya, d.
Melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung-jawabnya kepada Direktur secara
berkala (bulanan, triwulanan, dan tahunan), e. Menghimpun semua informasi
yang penting mengenai BUMDes dari setiap unit usaha dan devisi, f. Menentukan
kriteria mengenai jenis dan materi informasi yang dapat disampaikan kepada
stakeholders, termasuk informasi yang dapat disampaikan sebagai public
document, g. Memelihara dan memutakhirkan informasi tentang BUMDes yang
disampaikan kepada stakeholders melalui media informasi BUMDes, h.
Memastikan seluruh aktivitas unit kerja dan devisi yang dipimpin berjalan dengan
baik untuk kepentingan BUMDes dan seluruh masyarakat desa, 4.3. Proses Tata

Kelola (Good Corporate Governance) BUMDes 1. Pengangkatan dan


Pemberhentian Anggota Badan Pengawas a. Anggota Badan Pengawas (selain
Kepala Desa, Kepala BPD, dan Perwakilan Pemerintah Kabupaten) diangkat dan
diberhentikan oleh Rapat Umum BUMDes, b. b) Pemilihan calon anggota Badan
Pengawas dilakukan melalui proses seleksi dan nominasi yang transparan dengan
mempertimbangkan keahlian, integritas, kejujuran, kepemimpinan, pengalaman,
perilaku dan dedikasi, serta kecukupan waktu demi kemajuan BUMDes, c. c)
Masa jabatan anggota Badan Pengawas ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya, d. d) Pemberhentian
sewaktu-waktu anggota Badan Pengawas sebelum berakhir masa jabatan harus
dilakukan oleh Rapat Umum BUMDes dengan menyebutkan alasan, dan terlebih
dahulu memberikan kesempatan kepada anggota Badan Pengawas tersebut untuk
hadir dan membela diri dalam Rapat Umum BUMDes, e. e) Rapat Umum
BUMDes dapat memberhentikan untuk sementara waktu anggota Badan
Pengawas dalam hal mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan/atau peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku,
dinyatakan bersalah dengan keputusan pengadilan, atau melalaikan kewajibannya,
f. f) Dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberhentian sementara
waktu, harus dilaksanakan Rapat Umum BUMDes untuk mengukuhkan atau
membatalkan pemberhentian tersebut. g. g) Apabila Rapat Umum BUMDes yang
dimaksud tidak terselenggara, maka pemberhentian sementara tersebut batal demi
hukum. 2. Pengangkatan dan Pemberhentian Direktur a. Direktur diangkat dan
diberhentikan oleh Rapat Umum BUMDes, b. Pemilihan calon Direktur dilakukan
melalui proses seleksi dan nominasi yang transparan dengan mempertimbangkan
keahlian, integritas, kejujuran, kepemimpinan, pengalaman, perilaku dan dedikasi,
serta kecukupan waktunya untuk mengelola BUMDes, c. Pengangkatan Direktur
dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan (jika diperlukan), dan
calon-calon yang lulus wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum
diangkat sebagai Direktur, d. Masa jabatan Direktur ditetapkan 5 (lima) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya, e.
Pemberhentian Direktur sewaktu-waktu sebelum berakhir masa jabatan harus
dilakukan oleh Rapat Umum BUMDes dengan menyebutkan alasan. f. Direktur
dapat diberhentikan untuk sementara waktu berdasarkan keputusan rapat Badan
Pengawas yang disetujui dengan suara terbanyak, dalam hal tindakan Direktur
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan serta
ketentuan yang berlaku, dinyatakan bersalah dengan keputusan pengadilan, atau
melalaikan kewajibannya, g. Dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
pemberhentian sementara harus dilaksanakan Rapat Umum BUMDes untuk
mengukuhkan atau membatalkan pemberhentian tersebut dengan memberikan
kesempatan kepada Direktur yang diberhentikan untuk hadir dan membela diri. h.
Apabila Rapat Umum BUMDes yang dimaksud tidak terselenggara maka
pemberhentian sementara tersebut batal demi hukum. 4.4. Rencana
Pengembangan BUMDes 1. Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes

1.1. Muatan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes a. Latar belakang,


visi, misi, tujuan dan sasaran BUMDes, struktur organisasi dan susunan
keanggotaan Badan Pengawasdan Direktur serta perkembangan BUMDes 5 (lima)
tahun terakhir (ika sudah berdiri), b. Kondisi BUMDes saat ini (jika sudah
berdiri), yang mencakup posisi persaingan disertai dengan analisis Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) dan hasil pemetaan pasar dan produk,
serta permasalahan strategis yang dihadapi, c. Keadaan BUMDes yang
dikehendaki di masa yang akan datang, mencakup sasaran dan target
pertumbuhan, strategi dan kebijakan manajemen, program dan rencana kerja
strategis tahunan untuk 5 (lima) tahun, d. Proyeksi keuangan BUMDes mencakup
asumsi yang digunakan, rencana investasi dan sumber pendanaan (modal),
proyeksi laba rugi, proyeksi neraca, dan proyeksi arus kas setiap tahun selama 5
(lima) tahun, e. Capaian kerjasama strategis yang sudah dilakukan dan rencana
jejaring kerjasama potensial yang akan dilakukan, f. Kebijakan penataan dan
pengembangan unit-unit usaha untuk 5 (lima) tahun yang akan datang. 1.2.
Penyusunan dan Pengesahan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes
Penyusunan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes dimaksudkan
untuk meningkatkan akuntabilitas Direktur dan manajemen dalam menggunakan
sumberdaya dan dana BUMDes kearah pencapaian hasil serta peningkatan
nilai/pertumbuhan dan produktivitas BUMDes dalam jangka panjang. Proses
penyusunan dan pengesahan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes
adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Pengembangan Jangka Panjang
BUMDes meliputi proses penetapan sasaran dan penilaian jangka panjang yang
berorientasi pada masa depan, serta pengambilan keputusan yang memetakan
kondisi BUMDes saat ini dan keadaan yang diharapkan di masa mendatang, 2.
Perumusan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes dilakukan oleh
Direktur beserta jajaran manajemen/pengelola BUMDes dengan
mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-up, 3. Proses penyusunan
dan pengesahan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes mencakup: a.
Penyusunan oleh Direktur, dilakukan dengan mempertimbangkan lingkungan
internal dan eksternal BUMDes, melakukan analisa kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman (SWOT), mempertimbangkan masukan yang diperoleh dari
berbagai fungsi/unit kerja dan unit usaha yang akan dikembangkan, b.
Penyampaian rancangan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes oleh
Direktur kepada Badan Pengawas untuk mendapatkan klarifikasi, masukan, dan
rekomendasi, c. Pengusulan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes
yang telah disetujui oleh Badan Pengawas dan Direktur dilakukan oleh Direktur
untuk mendapat persetujuan Rapat Umum BUMDes, d. Direktur wajib
menyampaikan rancangan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes
periode berikutnya kepada Kepala Desa untuk disahkan dalam Rapat Umum
BUMDes, dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya Rencana
Pengembangan Jangka Panjang BUMDes periode sebelumnya, e. Pengesahan
Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes ditetapkan selambat-

lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah diterimanya Rancangan


Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes oleh Kepala Desa secara
lengkap. 2. Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes 2.1. Muatan
RKAP a. Asumsi dasar penyusunan Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan
BUMDes (parameter yang digunakan), b. Evaluasi pelaksanaan Kerja Tahunan
dan Anggaran Tahunan BUMDes tahun sebelumnya, c. Rencana kerja BUMDes,
d. Anggaran BUMDes, e. Proyeksi keuangan pokok BUMDes, f. Proyeksi
keuangan pokok unit-unit usaha BUMDes, g. Tingkat kinerja BUMDes, h. Hal-hal
lain yang memerlukan keputusan Rapat Umum BUMDes. 2.2. Penyusunan dan
Pengesahan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes a.
Penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes didasarkan
pada penjabaran Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes untuk satu
tahun, mencakup berbagai program kegiatan tahunan BUMDes yang lebih rinci,
b. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes
dilakukan oleh Direktur beserta jajaran manajemen/pengelola BUMDes dengan
mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-up, dengan memperhatikan
arahan Badan Pengawas, c. Direktur wajib menyampaikan rancangan Rencana
Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes kepada Rapat Umum BUMDes
selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun
anggaran BUMDes, d. Pengesahan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran
Tahunan BUMDes dilakukan oleh Rapat Umum BUMDes setelah dibahas
bersama oleh Kepala Desa, Badan Pengawas, dan Direktur. e. Pengesahan
Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes ditetapkan selambatlambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan. f.
Dalam hal permohonan persetujuan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran
Tahunan BUMDes belum memperoleh pengesahan sampai dengan batas waktu
yang ditentukan, maka Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes
dianggap sah untuk dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan mengenai
bentuk, isi dan tata cara penyusunannya. 2.3. Pelaksanaan dan Monitoring
Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes dan Rencana Kerja Tahunan
dan Anggaran Tahunan BUMDes a. Setiap Unit Usaha dan Devisi menyampaikan
kepada Direktur laporan pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran
Tahunan BUMDes secara triwulanan dan tahunan dan laporan pelaksanaan
Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes secara tahunan, b. Laporan
evaluasi pelaksanaan Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes dibuat
oleh Direktur dan disampaikan kepada Badan Pengawas dan Kepala Desa secara
tahunan, c. Laporan evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran
Tahunan BUMDes dibuat oleh Direktur dan disampaikan kepada Badan Pengawas
dan Kepala Desa secara triwulanan dan tahunan. d. Pelaksanaan dan pencapaian
Rencana Pengembangan Jangka Panjang BUMDes dan Rencana Kerja Tahunan
dan Anggaran Tahunan BUMDes harus diawasi oleh Badan Pengawas. Hasil
pengawasan tersebut disampaikan oleh Badan Pengawas dalam Rapat Umum
BUMDes sebagai bagian dari penilaian kinerja Direktur, e. Perubahan Rencana

Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes dapat dilakukan setiap 6 (enam)
bulan setelah realisasi pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran
Tahunan BUMDes atau sewaktu-waktu apabila dipandang mendesak jika terdapat
perubahan yang sangat signifikan pada parameter yang mendasar dengan
justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan. 4.5. Rekrutmen dan Pemberhentian
Pengelola BUMDes Pengelolaan sumberdaya manusia pengelola untuk mencapai
tujuan BUMDes meliputi proses perencanaan, pemenuhan kebutuhan, seleksi dan
program orientasi, penempatan, pengembangan, mutasi, dan pemberhentian
pengelola. Pengelolaan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk memastikan
bahwa BUMDes selalu memiliki sumberdaya manusia yang unggul dan dapat
diarahkan dan digerakkan untuk mencapai tujuan-tujuan BUMDes. Tata kelola
sumberdaya manusia BUMDes tersebut dilakukan sebagai berikut: a. Perencanaan
sumberdaya manusia/pengelola dilakukan berdasarkan analisis organisasi (disain
pekerjaan, pekerjaan, formasi jabatan, evaluasi jabatan, kompetensi, perputaran
pekerja) dan analisis kebutuhan jabatan sesuai dengan strategi bisnis dan
perkembangan BUMDes, b. Dalam melakukan analisis organisasi harus
dipertimbangkan visi, misi, tujuan dan strategi, bila perlu melakukan
benchmarking (perbandingan standar) ke bentuk lembaga sejenis, c.
Dalam melakukan analisis kebutuhan jabatan harus diperhatikan hasil
analisis organisasi, beban kerja, anggaran BUMDes, dan data kekuatan
pengelola yang ada, d. Sumber tenaga kerja untuk pengelola berasal
dari pemuda/pemudi desa sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
e. Kebutuhan tenaga kerja untuk pengelola diiformasikan secara
transparan melalui pengumuman. f. Penerimaan tenaga kerja untuk
pengelola dilakukan melalui proses seleksi yang transparan dan
obyektif, g. Proses seleksi dilakukan sekurang-kurangnya melalui
seleksi administrasi, tes kemampuan, dan tes kesehatan serta
diupayakan melibatkan pemerintah desa atau instansi pemerintah
yang kompeten, h. BUMDes dan pekerja/pengelola wajib membuat
perjanjian kerja sebelum dimulainya hubungan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, i. Penempatan pekerja
dilakukan sesuai dengan kebutuhan BUMDes berdasarkan perjanjian
kerja yang disepakati berdasarkan prinsipprinsip the right man at the
right place dan equal pay for equal job, j. Pengembangan
pekerja/pengelola perlu dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi pengelola melalui jalur pendidikan dan
pelatihan serta jalur penugasan khusus guna pencapaian tujuan dan
peningkatan kinerja BUMDes, pemenuhan kompetensi, dan sekaligus
pengembangan kinerja pekerja, k. Mutasi pekerja/pengelola dapat
berupa promosi, rotasi, dan demosi, l. Promosi dan rotasi dilakukan
dengan memperhatikan pengembangan karier pekerja dan kebutuhan
BUMDes, m. Demosi dilakukan dengan mempertimbangkan unsur
pembinaan atau ketegasan dalam penerapan punishment dengan
tetap mengedepankan prinsip keadilan, n. Setiap pekerja/pengelola
diberikan kesempatan yang sama untuk diseleksi dan dipilih guna

mengisi jabatan (promosi) sepanjang yang bersangkutan memenuhi


persyaratan yang telah ditetapkan, o. Perusahaan akan melakukan
mutasi bagi Pekerja yang telah bekerja maksimal 4 (empat) tahun di
tempat yang terpencil atau berkategori khusus. p. Pemutusan
hubungan kerja menimbulkan hak dan kewajiban yang harus
diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan
ketentuan internal BUMDes. 4.6. Rapat-Rapat BUMDes 1. Rapat Umum
BUMDes a. Persiapan Rap
Umum BUMDes 1. Pemanggilan untuk Rapat Umum Tahunan
disampaikan kepada seluruh komponen masyarakat desa paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum acara Rapat Umum
BUMDes dilaksanakan. Surat atau media pemberitahuan harus
mencakup informasi mengenai: Agenda Rapat Umum BUMDes,
Materi, usulan, dan penjelasan lain yang berkaitan dengan agenda
acara Rapat Umum BUMDes, Hari, tanggal, dan pukul diadakannya
Rapat Umum BUMDes, Tempat pelaksanaan Rapat Umum BUMDes. 2.
Tempat pelaksanaan Rapat Umum BUMDes adalah di lokasi tempat
beroperasinya BUMDes (desa), b. Pelaksanaan Rapat 1. Rapat Umum
BUMDes dipimpin oleh Kepala Desa selaku kuasa pemegang saham
atau yang diberi kuasa dengan hak substitusi oleh Kepala Desa, 2.
Rapat Umum BUMDes diawali dengan pembacaan Tata Tertib Rapat
Umum BUMDes, 3. Rapat Umum BUMDes membahas masalah yang
telah ditetapkan dalam agenda Rapat Umum BUMDes, 4. Agenda

tambahan Rapat Umum BUMDes dapat dibahas jika disetujui oleh Rapat Umum
BUMDes. c. Pengambilan Keputusan 1. Pengambilan keputusan dalam
Rapat Umum BUMDes dilaksanakan melalui prosedur yang transparan
dan adil, 2. Keputusan Rapat Umum BUMDes diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, 3. Dalam hal keputusan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara yang sah. d.
Pendokumentasian Hasil RUPS 1. Kepala Devisi Administrasi membuat
Risalah Rapat Umum BUMDes dalam setiap penyelenggaraan Rapat
Umum BUMDes, 2. Risalah Rapat Umum BUMDes harus ditandatangani
Ketua Rapat dan Kepala Desa, 3. Risalah Rapat Umum BUMDes harus
didokumentasikan dan disimpan oleh Kepala Devisi Administrasi
BUMDes, 4. Kepala Desa berhak memperoleh Risalah Rapat Umum
BUMDes. 2. Rapat Badan Pengawas a. Penentuan Agenda Rapat 1.
Agenda rapat didasarkan pada almanak peristiwa atau kegiatan
(calendar of events) Badan Pengawas, evaluasi hasil rapat sebelumnya
dan hal-hal lain yang dianggap perlu, 2. Agenda rapat harus diberikan
oleh kepada anggota Badan Pengawas paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelumnya, 3. Agenda tambahan dapat dibahas jika disetujui
pimpinan rapat. b. Pelaksanaan Rapat 1. Rapat Badan Pengawas dapat
mengundang pihak-pihak yang diperlukan jika dipandang perlu, 2.
Rapat Badan Pengawas dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam
satu bulan atau setiap waktu bilamana dianggap perlu oleh Badan
Pengawas, atau oleh 1/3 (sepertiga) dari jumlah anggota Badan

Pengawas atau atas kesepakatan tertulis rapat Badan Pengawas


sebelumnya, 3. Rapat Badan Pengawas diadakan di desa atau di
tempat lain yang disepakati, 4. Badan Pengawas harus menetapkan
tata tertib rapat Badan Pengawas yang dibacakan dalam setiap rapat
Badan Pengawas, 5. Anggota Badan Pengawas yang tidak hadir dalam
suatu rapat Badan Pengawas hanya dapat diwakili oleh anggota Badan
Pengawas lainnya, dengan kuasa tertulis. c. Pengambilan Keputusan 1.
Rapat dianggap sah dan dapat mengambil keputusan yang mengikat
apabila dihadiri atau diwakili oleh lebih dari (setengah) jumlah
anggota Badan Pengawas, 2. Keputusan dalam rapat Badan Pengawas
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dalam hal keputusan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak, 3. Suara kosong dianggap
menyetujui usul yang diajukan dalam rapat Badan Pengawas, 4. Badan
Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan Rapat Badan Pengawas, dengan ketentuan bahwa semua
anggota Badan Pengawas telah mengetahui usul keputusan yang
dimaksud secara tertulis dan memberikan persetujuan secara tertulis
(circular letter) terhadap usul yang dimaksud serta menandatangani
persetujuan tersebut, 5. Keputusan yang diambil harus diterima
sebagai keputusan bersama (collegial). d. Pendokumentasian hasil
Rapat 1. Risalah rapat Badan Pengawas harus dibuat untuk setiap
rapat Badan Pengawas dan ditandatangani oleh seluruh anggota Badan
Pengawas yang hadir, 2. Risalah rapat harus memuat semua hal yang
dibicarakan, termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan hasil
rapat sebelumnya dan mencantumkan pendapat yang berbeda
(dissenting opinion) dengan apa yang diputuskan dalam rapat Badan
Pengawas tersebut (jika ada), 3. Setiap anggota Badan Pengawas
berhak menerima salinan risalah rapat Badan Pengawas, 4. Dalam jangka

waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak pengiriman risalah rapat, setiap
anggota Badan Pengawas harus menyampaikan persetujuan atau keberatannya
dan/atau usulan perbaikannya (jika ada), 5. Risalah rapat asli dari setiap rapat
Badan Pengawas harus didokumentasikan dan disimpan oleh Badan Pengawas
serta harus selalu tersedia. 3. Rapat Pengelola BUMDes a. Penentuan Agenda
Rapat 1. Agenda rapat didasarkan pada almanak peristiwa atau kegiatan yang
diperlukan (calendar of events) Pengelola BUMDes dan hal-hal lain yang
dianggap perlu, 2. Agenda rapat harus diberikan oleh Kepala Devisi Administrasi
kepada undangan rapat paling lambat 7 (tujuh) hari sebelumnya. b. Pelaksanaan
Rapat 1. Rapat Pengelola BUMDes diadakan secara berkala sekurangkurangnya
sekali dalam sebulan dan sewaktu-waktu bilamana dianggap perlu atas permintaan
tertulis oleh seorang atau lebih anggota Pengelola BUMDes, 2. Pemanggilan
untuk rapat Pengelola BUMDes yang dilakukan secara berkala dilakukan secara
tertulis oleh Kepala Devisi Administrasi BUMDes dan disampaikan dalam jangka
waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum rapat dilaksanakan dengan
mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan agenda rapat, 3. Pemanggilan untuk
rapat Pengelola BUMDes yang dilakukan sewaktu-waktu dibuat oleh pihak yang
meminta diadakannya rapat dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sebelum rapat dilaksanakan dan ditujukan kepada semua anggota Pengelola

BUMDes dan Kepala Devisi Administrasi BUMDes dengan mencantumkan


tanggal, waktu, tempat dan agenda rapat rapat, 4. Rapat Pengelola BUMDes
dipimpin oleh Direktur atau oleh seorang anggota Pengelola BUMDes yang
ditunjuk khusus oleh Direktur untuk memimpin rapat Pengelola BUMDes. c.
Pengambilan Keputusan 1. Keputusan dalam rapat Pengelola BUMDes diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat, 2. Dalam hal keputusan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak. 3. Apabila jumlah suara setuju atau tidak setuju sama, maka Pimpinan
Rapat yang menentukannya dengan tetap memperhatikan ketentuan mengenai
pertanggungjawaban. 4. Suara kosong (abstain) dianggap menyetujui usul yang
diajukan dalam rapat Pengelola BUMDes, 5. Direktur dapat juga mengambil
keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Pengelola BUMDes, dengan
ketentuan bahwa semua anggota Pengelola BUMDes telah mengetahui usul
keputusan yang dimaksud secara tertulis dan memberikan persetujuan secara
tertulis (circular letter) terhadap usul yang dimaksud persetujuan tersebut, 6.
Keputusan hasil rapat yang dikeputusan bersama (collegial). d. Pendokumentasian
Rapat 1. Risalah rapat dibuat oleh Kepala Devisi Administrasi untuk setiap rapat
Pengelola BUMDes dan ditandatangani oleh seluruh Pengelola BUMDes yang
hadir, 2. Risalah rapat tersebut harus memuat semua materi rapat yang
dibicarakan, termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan hasil rapat
sebelumnya dan mencantumkan mpendapat yang berbeda (dissenting opinion)
dengan apa yang diputuskan dalam rapat Pengelola BUMDes tersebut (jika ada),
3. Setiap anggota Pengelola BUMDes berhak menerima salinan risalah rapat
Pengelola BUMDes, 4. Dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari sejak
pengiriman risalah rapat, setiap anggota Pengelola BUMDes harus menyampaikan
persetujuan atau keberatan dan/atau usulan perbaikan, 5. Risalah rapat asli dari
setiap rapat Pengelola BUMDes harus didokumentasikan dan disimpan oleh
Kepala Devisi Administrasi BUMDes serta harus selalu tersedia. BAB V
PENGEMBANGAN USAHA BUMDes 1.1. Perencanaan Usaha Usaha atau
bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
individu yang dilaksanakan secara legal dengan menggunakan dan
mengkombinasikan sumberdaya atau faktorfaktor produksi untuk menyediakan
barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
finansial, yaitu laba bisnis atau laba usaha (business profit). suatu usaha atau
bisnis akan selalu berhubungan dengan pengharapan (expectation), yaitu harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Suatu usaha memiliki
harapan untuk memperoleh keuntungan yang sifatnya adalah penuh ketidak
pastian. Artinya, bisa menguntungkan dan bisa juga tidak menguntungkan. Jadi
suatu usaha selalu mengandung risiko. Karena itu supaya usaha yang akan
dijalankan berhasil, perlu dibuat perencanaannya terlebih dahulu. Perencanaan
adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan visi, misi dan
tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran. Perencanaan
usaha BUMDes adalah sebagai proses penentuan visi, misi dan tujuan, strategi,
kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan untuk
menjalankan usaha atau bisnis BUMDes Dengan demikian, perencanaan usaha
BUMDes memuat hal-hal sebagai berikut : a. Visi: yaitu cita-cita masa depan

BUMDes yang akan melakukan usaha tersebut. b. Misi: yaitu maksud khas dan
mendasar yang membedakan BUMDes dengan lembaga usaha lain di desa serta
mengidentifikasikan ruang lingkup kegiatan usaha BUMDes yang akan dilakukan.
c. Tujuan: yaitu hasil yang ingin dicapai dari usaha yang dikembangkan oleh
BUMDes. d. Strategi: adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan usaha
dengan melibatkan semua sumberdaya atau faktor produksi yang dimiliki. Dalam
dunia bisnis dikenal beberapa strategi yang biasa diterapkan perusahaan yaitu:
Defender: yaitu strategi bisnis yang diarahkan untuk meraih dan mempertahankan
pasar pada segmen sempit dari seluruh pasar potensial yang ada. Prospector:
yaitu strategi bisnis yang diarahkan secara agresif untuk meraih pasar seluasluasnya melalui inovasi produk-produk baru. Analyzer: strategi bisnis yang
dijalankan melalui imitasi, yaitu meniru apa yang dilakukan prospektor. Strategi
bisnis seperti ini bertujuan meraih keuntungan dengan meminimalkan risiko.
Kepemimpinan dalam biaya (cost-leadership strategy): yaitu strategi bisnis yang
diarahkan untuk meraih pasar seluas-luasnya melalui harga produk yang semurahmurahnya. Diferensiasi (differentiation strategy): yaitu: strategi bisnis yang
diarahkan untuk meraih pasar seluas-luasnya melalui keunikan produk yang
dihasilkan. Keunikan tersebut bisa dicirikan oleh kualitas yang tinggi, pelayanan
yang prima, maupun rancangan produk yang inovatif. Fokus (focus strategy):
yaitu strategi bisnis yang diarahkan dalam segmen pasar yang sempit yang
dijalankan melalui fokus dalam kepemimpinan biaya (cost focus) atau fokus
dalam diferensiasi (differentiation focus). Agar unit-unit usaha BUMDes yang
akan dijalankan memiliki anfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat
desa dan pembangunan desa, maka sifat perencanaan usaha BUMDes harus
disusun dengan kaidah-kaidah sebagai berikut : 1. Fokus: artinya perencanaan
usaha BUMDes dibuat berdasarkan visi, misi tertentu serta tujuan yang jelas
untuk mendukung pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dan
pembangunan desa menuju masyarakat yang sejahtera. 2. Rasional dan faktual:
artinya perencanaan usaha BUMDes dibuat berdasarkan pemikiran yang masuk
akal, realistik, berorientasi masa depan serta didukung dengan fakta-fakta usaha
ekonomi produktif dan permasalahan pengembangan ekonomi masyarakat desa,
dan pembanguna desa. 3. Berkesinambungan dan estimasi: artinya perencanaan
usaha BUMDes dibuat dan dipersiapkan untuk tindakan yang berkelanjutan serta
perkiraan-perkiraan tentang kondisi di masa yang akan datang. 4. Preparasi dan
fleksibel: artinya perencanaan usaha BUMDes dibuat sebagai persiapan, yaitu
pedoman untuk tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan yang disesuaikan
dengan lingkungan bisnis yang dihadapi. 5. Operasional, artinya perencanaan
usaha BUMDes dibuat sesederhana mungkin, rinci serta dapat dilaksanakan.
Perencanaan usaha BUMDes harus memiliki sifat-sifat di atas, sehingga
perencanaan usaha BUMDes tersebut bermanfaat bagi pelaksanaan usaha
BUMDes. Manfaat perencanaan usaha BUMDes adalah: a. Pekerjaan atau
aktivitas pengembanga usaha-usaha BUMDes dapat dilakukan secara teratur dan
dengan tujuan yang jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. b.
Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang tidak produktif serta penggunaan
sumberdaya yang lebih efisien untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat
desa dan pembangunan desa. c. Menyediakan alat evaluasi untuk menentukan

berhasilan usaha BUMDes. d. Menyediakan landasan untuk pengawasan dan


upaya perbaikan pengembangan dan pelaksanaan usaha-usaha BUMDes sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa. 1.1. Proses Penyusunan Perencanaan Usaha Perencanaan usaha
BUMDes adalah proses membuat perencanaan usaha BUMDes yang dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah tertentu. Adapun langkah-langkah yang
dimaksud dapat diragakan sebagai berikut: Gambar 3. Proses Penyusunan
Perencanaan Usaha BUMDes Langkah I Mengidentifikasi peluang usaha Pada
umumnya, suatu produk dari aktivitas produktif masyarakat berpotensi untuk laku
dijual dan menguntungkan apabila penawaran untuk produk tersebut masih lebih
kecil dari permintaannya. Peluang usaha muncul ketika permintaan pasar lebih
besar dari penawarannya. Jadi peluang usaha dicirikan oleh masih adanya
permintaan pasar untuk produk tersebut. Langkah II Menentukan jenis usaha
yang akan dikembangkan Berdasarkan langkah indentifikasi akan diperoleh
berbagai alternatif jenis usaha BUMDes yang mungkin dipilih. Dari berbagai
alternatif jenis usaha yang berpotensi dikembangkan selanjutnya dilakukan
penilaian awal untuk menentukan jenis usaha yang paling memungkinkan dan
dipandang paling menguntungkan dan memiliki kaitan yang kuat dengan aktivitas
ekonomi masyarakat. Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang
mungkin menjadi pendukung maupun penghambat usaha. Pertimbanganpertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain: a. Jumlah masyarakat (RT)
yang melaksanakan aktivitas usaha tersebut, b. Jumlah modal dan sumber modal
yang diperlukan, c. Ketersediaan bahan baku baik secara kualitas, kuantitas
maupun kontinuitasnya, d. Ketersediaan dan kemampuan tenaga kerja yang
diperlukan, e. Prospek pemasaran produk yang dihasilkan, f. Cara-cara
pendistribusian yang akan dilakukan, g. Daya beli masyarakat terhadap produk
yang dihasilkan, h. Selera konsumen. Langkah III Melakukan studi kelayakan
usaha Studi Kelayakan Usaha (SKU) atau feasibillity studi adalah cara yang
ditempuh untuk menentukan layak tidaknya suatu gagasan usaha BUMDes yang
akan dilaksanakan. Maksud layak dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut : a.
Aspek pasar dan pemasaran Kelayakan usaha BUMDes yang akan dikembangkan
dilihat dari aspek pasar dan pemasaran ditunjukkan oleh ada tidaknya peluang
pasar untuk diraih. Suatu jenis usaha layak dilaksanakan apabila jenis usaha
tersebut memiliki peluang pasar yang relatif tinggi. Peluang pasar ditunjukkan
oleh ekses permintaan. Ekses permintaan terjadi jika jumlah permintaan melebihi
jumlah penawarannya. Semakin tinggi ekses permintaan, semakin tinggi peluang
pasar, dan karena itu semakin layak jenis usaha tersebut untuk dilaksanakan. b.
Aspek produksi Kelayakan usaha BUMDes dilihat dari aspek produksi
diantaranya berkenaan dengan lokasi usaha yang direncanakan, fasilitas dan
peralatan produksi, pasokan bahan baku, serta ketersediaan tenaga kerja. Suatu
aktivitas ekonomi dikatakan layak dilihat dari aspek produksi ditandai oleh lokasi
usaha yang strategis, tersedianya fasilitas dan peralatan produksi yang memadai,
tersedianya pasokan bahan baku yang terus menerus, serta tersedianya tenaga
kerja yang dibutuhkan. c. Aspek financial Kelayakan usaha BUMDes dilihat dari
aspek financial berkenaan dengan manfaat yang mungkin diperoleh oleh investor
atau pengusaha. Manfaat ini disebut sebagai laba bisnis atau laba usaha (business

profit), yaitu pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi dengan seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha. Dilihat dari aspek finansial, suatu
jenis usaha layak dilakukan apabila jenis usaha tersebut mampu memberikan laba
usaha yang memadai kepada investor dan/atau kepada pengusaha yang
menjalankan usaha tersebut. d. Aspek organisasi dan manajemen Kelayakan usaha
BUMDes dilihat dari aspek organisasi dan manajemen berkenaan dengan struktur
usaha, struktur organisasi, serta tim manajemen yang mengelola jenis usaha yang
direncanakan. Langkah IV Menyusun rencana pengembangan usaha Langkah
terakhir dalam proses perencanaan usaha BUMDes adalah membuat dokumen
rencana usaha secaratertulis. 5.3. Pengembangan Usaha BUMDes Untuk
memberikan manfaat BUMDes bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat desa dan juga kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes),
maka usaha-usaha BUMDes perlu dikembangkan. Pengembangan usaha BUMDes
bisa dilakukan dengan beberapa teknik yaitu: 1. Perluasan skala usaha dari unit
usaha yang sudah ada, 2. Perluasan cakupan usaha dari unit usaha yang sudah ada,
3. Perluasan dengan kerjasama, penggabungan dan ekspansi baru. a.
Pengembangan usaha dengan Perluasan Skala Usaha Pengembangan usaha
BUMDes dengan perluasan skala usaha dapat dilakukan peningkatan skala
produksi unit usaha yang dilakukan dengan cara: Peningkatan kapasitas
produksi, melalui peningkatan jumlah pelaku (masyarakat) yang terlibat dalam
aktivitas usaha tersebut, penambahan tenaga kerja, peningkatan teknologi,
perluasan lokasi usaha, dan perluasan sistem distribusi serta jaringan usaha.
menambah kapasitas mesin dan kapasitas tenaga kerja, serta tambahan jumlah
modal untuk investasi. Dengan kata lain menambah skala produksi dengan
menambah faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, bahan baku dan
kemungkinan pemasaran. menambah jenis-jenis barang atau jasa yang akan
dihasilkan atau diusahakan (diversifikasi usaha). Pengembangan usaha bisa
dilakukan hanya apabila akan menurunkan biaya jangka panjang, sehingga akan
menambah skala ekonomi yang tinggi. Sebaliknya, jika peningkatan skala usaha
hanya akan meningkatkan biaya, maka pengembangan skala usaha tidak baik
untuk dilakukan. Jadi, peningkatan skala usaha hanya bisa dilakukan dengan cara
peningkatan output menurunkan biaya rata-rata jangka panjang. Teknik
pengembangan skala usaha sangat tergantung juga pada produktivitas faktorfaktor produksi seperti produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas modal. Oleh
sebab itu, perluasan skala usaha harus dilihat dari aspek: a. produktivitas modal
dan tenaga kerja, b. biaya tetap dan biaya variable, c. biaya rata, dan d. skala
produksi yang paling menguntungkan. b. Pengembangan Usaha dengan Perluasan
Cakupan Usaha Pengembangan usaha dengan menambah cakupan usaha bias
dilakukan dengan mengembangkan jenis usaha baru dan wilayah usaha baru, serta
jenis produk barang dan jasa baru yang bervariasi jenisnya. Pengembangan
cakupan usaha baru sering juga dinamakan diversifikasi usaha. Diversifikasi
usaha dapat dilakukan pada suatu bidang usaha saja, misalnya dengan melakukan
diversifikasi vertical (downstream dan upstream business) dengan melakukan
usaha-usaha agroindustri (pengolahan hasil), agrowisata, pemasaran, dan
macammacam diversifikasi lainnya. Perluasan cakupan usaha yang dilakukan
BUMDes pada prinsipnya merupakan pengembangan unit-unit usaha yang

memungkinkan dilakukan dan layak secara ekonomi untuk memberikan


keuntungan kepada BUMDes. Pengembangan cakupan usaha BUMDes harus
didasrkan pada usaha yang mendukung aktivitas ekonomi masyarakat desa,
mengintegrasikan aktivitas ekonomi masyarakat desa, dan mengkonsolidasikan
usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh masyarakat desa. Perluasan
cakupan usaha BUMDes juga dapat diarahkan pada pengembangan unit-unit
usaha yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat desa yang dikelola secara bisnis
oleh BUMDes. Unit-unit usaha yang demikian bersifat usaha yang dapat
mengatasi permasalahan masyarakat desa, misalnya: usaha air bersih desa, usaha
listrik desa, usaha pendidikan, dan lain-lain yang merupakan pelaksanakan fungsi
pelayanan publik kepada masyarakat desa. BAB VI PENGELOLAAN ASET
BUMDes 6.1. Kebijakan Umum Pengelolaan aset dilakukan berdasarkan prinsip
pemanfaatan tertinggi dan terbaik (optimalisasi) atas setiap aset BUMDes (highest
and best uses) untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan
desa. 6.2. Tujuan Pengelolaan Aset a. Pengelolaan aset harus ditujukan untuk
memberikan keuntungan pada BUMDes, masyarakat, desa, dan stakeholders
lainnya secara optimal, untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan nilai,
memperoleh keuntungan, dan meningkatkan return on asset (ROA) b. Pengelolaan
aset BUMDes harus transparan dan dikelola dengan sistem informasi dan data aset
BUMDes yang baik, untuk: Menyajikan informasi yang akurat dan tertib tentang
kondisi aset, baik aspek fisik, nilai, legal, pajak, asuransi maupun atribut aset
lainnya sebagai dasar untuk penyusunan strategi pemanfaatan aset secara optimal,
Memberikan kemudahan bagi proses pengambilan keputusan khususnya dalam
pemanfaatan dan optimalisasi aset, Merencanakan pola optimalisasi aset baik
untuk mendukung kegiatan usaha maupun pemanfaatannya secara operasional.
6.3. Penanggung Jawab a. Direktur menetapkan kebijakan umum dan peraturan
mengenai pengelolaan aset yang berlaku standar di seluruh BUMDes. b. Direktur
menunjuk pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan setiap aset. 6.4.
Pemanfaatan a. Direktur harus menetapkan kebijakan yang mengatur mekanisme
penggunaan aset. b. Aset yang berupa sarana dan fasilitas BUMDes dapat
dimanfaatkan/dikelola pihak lain dengan pertimbangan komersil tanpa
mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas pokok BUMDes. 6.5. Pemeliharaan
dan Pengamanan a. BUMDes merencanakan pemeliharaan aset secara terjadwal,
b. Pelaksanaan rencana pemeliharaan disusun secara profesional,
didokumentasikan dengan baik dan dilaksanakan secara konsisten, c. BUMDes
memiliki rencana kerja dan mekanisme pemeliharaan aset untuk menjaga
keamanan, kehandalan dan ketertiban administrasi aset, d. Pengamanan meliputi
seluruh aset-aset BUMDes baik pengamanan fisik maupun non fisik terhadap aset
strategis dan nilai ekonomis tinggi. e. BUMDes melakukan tindakan perlindungan
terhadap seluruh aset yang dimiliki, f. Perlindungan aset melalui asuransi hanya
diperuntukkan bagi aset yang beresiko tinggi, g. BUMDes menetapkan
mekanisme untuk mengatur kewenangan dan tingkat kemudahan akses atas fisik
aset BUMDes. 6.6. Penyelesaian permasalahan a. Terhadap aset BUMDes yang
menjadi sengketa dengan pihak lain diselesaikan dengan transparan, fairness serta
selalu mengutamakan kepentingan BUMDes, b. Bila dipandang perlu, BUMDes
dapat menggunakan bantuan hukum/pengacara profesional untuk memenuhi

prosedur hukum dalam penyelesaian sengketa aset. 6.7. Pelepasan dan


Penghapusan a. Fungsi pengelola aset atau pejabat yang ditunjuk secara berkala
melakukan analisis atas manfaat ekonomis aset berdasarkan kondisi fisik,
perkembangan teknologi, maupun perkembangan bisnis BUMDes, b. Aset yang
tidak memberikan nilai tambah (non-produktif) dapat diusulkan untuk dijual,
dipertukarkan, dikerjasamakan atau dihapuskan dan pelaksanaannya harus sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar, perundang-undangan dan peraturan BUMDes
yang berlaku. 6.8. Administrasi dan Pengendalian a. Setiap aset yang dimiliki oleh
BUMDes didukung dengan dokumen legal yang menunjukkan kepemilikan yang
sah, b. Dalam hal aset yang tidak mempunyai dokumen pendukung, harus
ditelusuri asal usulnya, agar dibuat berita acara yang melibatkan fungsi-fungsi
terkait seperti Hukum dan Perundangan untuk memproses dokumen legal yang
diperlukan (dilegalkan), c. Fungsi hukum (legal officer) bertanggung jawab untuk
memastikan tingkat keabsahan dari dokumen kepemilikan atas aset BUMDes. d.
Fungsi Keuangan bertanggung jawab terhadap pengelolaan pengarsipan dokumen
tersebut. e. Sistem administrasi aset yang meliputi penerimaan, mutasi, penurunan
nilai, pengakuan, pencatatan, pengkodean, penghapusan, dan pelaporan aset
dilaksanakan dengan berbasis teknologi informasi. 6.9. Pelaporan a. Pelaporan
mencakup aspek keberadaan, lokasi, ketepatan penilaian kondisi aset, dan
pertanggungjawaban,. b. Petugas yang bertugas mengawasi aset harus melaporkan
asset BUMDes secara berkala kepada penanggung jawab aset. BAB VII
PENGELOLAAN DOKUMEN BUMDes 7.1. Kebijakan Umum Pengelolaan
dokumen dan arsip BUMDes dilandasi dengan prinsip penyimpanan dan
pemeliharaan dokumen yang paling efektif atas dasar nilai guna dan lamanya usia
simpan suatu dokumen. 7.2. Tujuan Pengelolaan Dokumen BUMDes a.
Menyajikan informasi/data yang benar, cepat, tepat dan akurat melalui
administrasi yang tertib dan terencana serta dapat dipertanggungjawabkan, b.
Memberi kemudahan dalam proses pengambilan keputusan bagi
pengelola/manajemen BUMDes. c. Tertatanya dokumen/arsip BUMDes dengan
baik, rapi dan teratur. 7.3. Penanggung jawab Direksi menunjuk Kepala Devisi
Administrasi sebagai pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan
dokumen/arsip BUMDes. 7. 4. Pemeliharaan dan Pengamanan dokumen /arsip
BUMDes a. Pelaksanaan pemeliharaan dokumen/arsip yang bernilai guna aktif
dan dinamis dilaksanakan dengan baik oleh fungsi pencipta dokumen, b. Tiap
fungsi/unit kerja di lingkungan BUMDes memiliki rencana dan mekanisme
pemeliharaan dokumen/arsip untuk menjaga keamanan dan ketertiban
administrasi BUMDes. c. Pengamanan dokumen/arsip meliputi seluruh
dokumen/arsip BUMDes dengan prioritas pengamanan fisik terhadap
dokumen/arsip yang sifatnya lebih strategis yaitu arsip vital, penting dan rahasia.
d. BUMDes melakukan tindakan perlindungan terhadap seluruh dokumen/arsip
BUMDes yang dimiliki dengan mempertimbangkan aspek cost and benefit dan
nilai resiko. 7.5. Penyusutan dan pemusnahan dokumen/arsip BUMDes a.
Dokumen/arsip BUMDes disimpan menurut nilai guna dan usia simpan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. b. BUMDes membuat kebijakan mengenai
dokumen/arsip BUMDes yang dapat disusutkan dan dimusnahkan. c.
Dokumen/arsip BUMDes dapat disusutkan dan dimusnahkan berdasarkan buku

Jadwal Retensi Arsip (JRA). d. Pejabat, pekerja dan fungsi di lingkungan


BUMDes harus mengadakan penilaian kembali secara berkala/periodic terhadap
dokumen/arsip yang ada di lingkungan kerjanya. 7.6. Penyaluran dokumen/arsip
in-aktif a. Fungsi pengelola/unit pencipta dokumen atau pejabat/pekerja yang
ditunjuk secara berkala melakukan analisis nilai guna dan usia simpan dokumen
yang ada di unit kerja masing-masing. b. Direktur menetapkan tempat atau
ruangan untuk menyimpan arsip/dokumen BUMDes yang masih aktif. BAB VIII
PENUTUP Pengembangan kelembagaan ekonomi di pedesaan melalui BUMDes
pada prinsipnya merupakan upaya konsolidasi aktivitas ekonomi produktif
masyarakat pedesaan. Menumbuh-kembangkan nilainilai yang melandasi
berkembangnya BUMDes dengan pemanfaatan social capital dan localknowledge, institusi lokal dan sejenisnya sebagai pintu masuk dalam setiap proses
pengembangan usaha yang dilakukan oleh BUMDes. Hal ini sangat penting untuk
ditekankan agar konflik social dapat dihindari atau bahkan dicegah.
Pengembangan SDM yang terkait langsung dengan setiap upaya pengembangan
usaha produktif primer hingga tersier, harus dilakuan dengan menerapkan prinsipprinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah. Pengembangan kelembagaan/institusi
yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan
menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan
jaringan (network) yang andal, akan menjadi bahagian penting dari peningkatan
usaha-usaha ekonomi pedesaan yang mandiri dan profesional. Operasionalisasi
pendirian BUMDes perlu memperhatikan pewilayahan komoditas/produk sesuai
dengan agroekosistem dan pembatas-pembatas ekologis sebagai landasan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pengembangan kawasan untuk suatu
jenis produk/aktivitas ekonomi unggulan milik masyarakat sebagai media (wadah)
transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha produksi
yang terintegrasi dengan industri lainnya. Usaha atau bisnis yang dilakukan oleh
BUMDes tidak semata-mata didasarkan atas motivasi keuntungan maksimum
BUMDes, namun harus mengembangkan nilai kerjasama, saling percaya dan
pengembangan jaringan kerja (networking). Aspek keberlanjutan fungsi
lingkungan hidup harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan (desain)
usaha bisnis yang dilaksanakan oleh BUMDes. Akhir kata maksud dan tujuan
pendirian BUMDes pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan mendukung pembangunan desa melalui peningkatan
Pendapatan Asli Desa (PADes). Pendirian BUMDes juga diharapkan akan menjadi
stimulus bagi percepatan pengembangan ekonomi lokal melalui pelibatan
pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat dalam
suatu proses yang partisipatif. Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan
aliansi strategis dalam upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal diantara
stakeholder secara sinergis yang difasilitasi oleh BUMDes diharapkan menjadi
pendukung kekuatan ekonomi masyarakat. Terwujudnya peningkatan PADes akan
meningkatkan kemampuan desa untuk melakukan pembangunan dengan prakarsa
lokal. Dengan demikian dalam jangka panjang akan terwujud desa yang mandiri
dan otonom yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, berkurangnya
pengangguran, dan menurunnya tingkat kemiskinan. Peran pemerintah daerah
(kabupaten dan provinsi) menjadi salah satu faktor dominan dalam mewujudkan

pengembangan BUMDes di Provinsi Riau. Keterlibatan dan pembinaan,


pemberdayaan, fasilitasi, dan penyediaan aspek legal (seperti PERDA) menjadi
hal yang penting untuk saat ini. Akhirnya, kita semua berharap semoga upaya
untuk membangun otonomi desa menjadi cita-cita bersama demi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Petunjuk Teknis Tentang Pendirian Badan Usaha Milik
Desa merupakan salah satu dari pedoman operasional Program Pemberdayaan
Desa (PPD) yang disusun sebagai : Panduan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Diharapkan pedoman ini akan menjadi acuan utama bagi pelaku program PPD
untuk semua tingkatan, sesuai dengan peran masing-masing. Sesuai dengan
dinamika yang terjadi di lapangan, maka pedoman ini akan mengalami
penyempurnaan dari waktu ke waktu, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan PPD. KEPALA BADAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN DESA
PROVINSI RIAU Drs. H.M.WARDAN, MP Pembina Utama Muda
NIP.19610102 198503 1 005

Anda mungkin juga menyukai