sebagian besar merupakan kekayaan desa yang dipisahkan dan ditetapkan dalam
Peraturan Desa, 15. Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes, 16. Keuangan Desa
adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut, 17.
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban dan
pengawasan keuangan desa. 18. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa, 19. Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat
desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
desa, 20. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan
mempertanggung-jawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
21. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) adalah hasil musyawarah
masyarakat desa tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
periode 1 (satu) tahun. 22. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang
selanjutnya disingkat RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode
5 (lima) tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu misi
pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang dapat dicapai melalui
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan
keanekaragaman usaha pedesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas untuk
mendukung ekonomi pedesaan, membangun dan memperkuat institusi yang
mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya
alam sebagai dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan. Sebagai akibat dari misi
diatas, pemerintah juga merubah fungsinya dari penyedia menjadi fasilitator,
regulator dan koordinator untuk pemberdayaan masyarakat. Tujuannya, adalah
untuk memberi peluang bagi kemampuan daerah dan pedesaan sebagai tulang
punggung ekonomi regional dan nasional. Ini akan menjamin penyelenggaraan
pemerintahan yang baik untuk diterapkan di semua tingkat pembangunan dan
keputusan berdasarkan kebutuhan nyata dari masyarakat. Pembangunan pedesaan
merupakan salah satu strategi dalam upaya mengentaskan kemiskinan di
Indonesia. Sejak 1993 pemerintah telah membuat program IDT (Instruksi
Presiden untuk pengembangan Desa Tertinggal) guna mengentaskan kemiskinan
di pedesaan tertinggal, yang selanjutnya diikuti program P3DT di tahun 1995
untuk mendukung dan meningkatkan implementasi IDT. Program P3DT
mempunyai tujuan utama membangun sarana di pedesaan tertinggal. Kemudian
pada tahun 1998 pemerintah meluncurkan program PPK (sekarang PNPM
Mandiri) yang pada dasarnya merubah tingkat pembangunan dari tingkat desa
ketingkat kecamatan. Program ini memfokuskan pada penyediaan dana berputar
agar Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa.
Operasionalisasi pelaksanaan pendirian BUMDes, pada PP 72 Tahun 2005
Tentang Desa pada Pasal 78, dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sesuai dengan amanat UU 32 tahun 2004 pasal 206 bahwa urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan desa mencakup: a) urusan pemerintahan yang sudah
ada berdasarkan hak asal-usul desa, b) urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, c) tugas
pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota, dan d) urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-perundangan diserahkan kepada desa. Bahkan dalam PP No. 72/2005
(turunan dari UU No. 32/2004) justru yang memperkenalkan perencanaan Desa,
tetapi konsep perencanaan Desa yang dikemukakan bukanlah perencanaan
otonom (self planning), melainkan perencanaan Desa sebagai bagian dari
perencanaan daerah. Dalam hal ini, Desa hanya menyampaikan usulan sebagai
bahagian perencanaan daerah, bukan berwenang mengambil keputusan secara
otonom untuk menyusun perencanaan Desa. Hal ini disebabkan oleh Desa tidak
memiliki pembiayaan untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan secara otonom. Pengembangan bidang usaha yang akan
dilaksanakan BUMDes harus diarahkan pada pengembangan usaha-usaha yang
berfungsi untuk menfasilitasi dan memberdayakan usaha ekonomi yang
dikemnbagkan oleh masyarakat Desa, melindungi kepentingan umum,
menfasilitsi kegiatan pelayanan publik Desa. Beberapa contoh bidang usaha yang
apat dilaksanakan oleh BUMDes adalah penyediaan input dan alat oduksi, layanan
keuangan (micro finance), layanan jasa sewa alat dan esin pertanian, pemasaran
hasil pertanian, industri pedesaan, mengelola ampah dan pasar Desa sebagai
kelanjutan dari pelayanan sosial di Desa. engembangan bidang usaha yang
demikian akan menjadikan BUMDes ebagai kekuatan ekonomi baru pedesaan
yang dapat menjamin esejahteraan masyarakat pedesaan. Peranan BUMDes dalam
penyelanggaraan pemerintahan berfungsiuntuk menstimuli, menfasilitasi dan
melindungi dan memberdayakan esejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan.
BUMDes dibentuk dengan kepentingan untuk mendukung kegiatan ekonomi
pedesaan yang menjadi hajat hidup orang banyak di Desa. BUMDes merupakan
usaha milik Desa yang dikelola secara otonom oleh warga Desa, dimana
keuntungan usaha BUMDes sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan dialokasikan di bidang pelayanan Desa dan mendukung
perkembangan BUMDes. Dengan demikian pengembangan BUMDes harus
mendukung usaha ekonomi masyarakat Desa. 1.3. Pengertian BUMDes Badan
Usaha Milik Desa atau disingkat dengan BUMDes adalah kegiatan ekonomi yang
dimiliki oleh pemerintahan Desa yang dikelola oleh warga masyarakat. BUMDes
dimaksudkan untuk mengelola usaha usaha di pedesaan untuk menfasilitasi dan
memberdayakan usaha ekonomi yang dikemnbagkan oleh warga Desa,
besar (minimal 51%) dimiliki oleh desa itu sendiri dan wilayah kerjanya pada
desa itu sendiri, dan pengaturan pengelolaan diatur oleh desa itu sendiri. 2.
BUMDes didirikan melalui kerjasama antar desa atau disebut dengan BUMDes
Kawasan, dimana sebahagian besar kepemilikan modalnya dimiliki oleh lebih dari
1 (satu) desa dan wilayah kerjanya meliputi desa-desa yang menjadi pemilik
modal, dan pengaturan pengelolaan diatur oleh desa pemilik modal. Beberapa hal
yang menjadi ciri khas BUMDes dan menjadi perbedaannya dengan lembaga
ekonomi lain di pedesaan adalah: a. Didirikan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan untuk melindungi kepentingan pengembangan ekonomi masyarakat, b.
Berfungsi untuk menstimulasi, menfasilitasi, melindungi dan memberdayakan
kesejahteraan ekonomi masyarakat, serta mendukung kegiatan ekonomi pedesaan
yang menjadi hajat hidup orang banyak, c. Dibentuk melalui proses pengambilan
keputusan antar pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan
wakil-wakil warga masyarakat desa, d. Merupakan usaha milik Desa yang
dikelola secara otonom oleh warga Desa, e. Sebahagian besar modalnya dimiliki
oleh desa, dan sebahagian kecil dapat dimiliki oleh masyarakat, atau lembaga
ekonomi lain di desa, f. Keuntungan usaha BUMDes sebesar-besarnya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dialokasikan dibidang pelayanan
Desa dan mendukung perkembangan BUMDes. 1.4. Tujuan Pendirian BUMDes
Pengembangan kawasan dan pembangunan Desa dengan memanfaatkan
sumberdaya alam sangat dibutuhkan untuk mendukung kesejahetaraan masyarakat
pedesaan. Pengembangan kawasan harus melibatkan partisipasi masyarakat serta
memperhatikan aspek keberlanjutan ekologis dan proteksi terhadap masyarakat.
Tujuan-tujuan pengembangan ekonomi kawasan dilandasi pemahaman bahwa
partisipasi (akses, voice dan kontrol) merupakan prinsip dasar yang mampu
membuka ruang negosiasi bagi Desa dan tercermin dalam kebijakan
pembangunan. Untuk mendorong pengelolaan ekonomi pedesaan, maka BUMDes
merupakan lembaga ekonomi pedesaan yang memberikan ruang partisipasi bagi
seluruh masyarakat. Untuk itu, pendirian BUMDes bertujuan: (1) Tujuan umum
pembentukan BUMDes adalah mengkoordinir kegiatan usaha-usaha di desa untuk
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Desa. (2) Tujuan
khusus pembentukan BUMDes adalah : a. Memantapkan kelembagaan
perekonomian desa; b. Menciptakan kesempatan berusaha; c. Mendorong peran
pemerintahan desa dalam menanggulangi kemiskinan; d. Meningkatkan
pendapatan asli desa; e. Mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat desa;
f. Memberikan kesempatan usaha; dan g. Memberikan kesempatan usaha dan
membuka lapangan kerja Pemahaman desa dengan prinsip dasar mengenai
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan
masyarakat, maka dorongan, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat
lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan, maka perlu upaya dan usaha
sistematis untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat desa dengan meningkatkan
pendapatan desa. Partisipasi dan perberdayaan masyarakat, pedesaan sangat
diperlukan dalam mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sesuai
kebutuhan dan potensi desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BUMDes sebagai lembaga
ekonomi desa yang dmiliki oleh desa dan masyarakat desa harus dijadikan sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui usaha yang berorientasi
keuntungan. Agar BUMDes tidak dikuasai oleh individu-individu di pedesaan
yang mempunyai modal untuk memperkaya diri, maka peran Pemerintah Desa
menjadi sangat penting dalam melakukan regulasi dalam pengelolaan BUMDes.
Pemerintah Desa harus menjadi pelindung dan pelayan masyarakat harus
mengarahkan pengelolaan BUMDes yang mengedepankan praktek-praktek
berusaha yang berakar nilai-nilai dan norma-dorma yang dihormati oleh
masyarakat di pedesaan. BAB II LANDASAN HUKUM Pendirian BUMDes
sebagai lembaga ekonomi milik desa telah diatur dalam ketentuan hukum yang
berlaku, yaitu: a. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu pada
Pasal 213 yang berbunyi : 1. Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa
sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa 2. Badan usaha milik desa sebagimana
yang disebutkan pada ayat 3. berpedoman pada peraturan perundang-undangan 4.
Badan usaha milik desa sebagimana yang disebutkan pada ayat (1) dapat
melakukan pinjaman sesuai peraturan perundangundangan . b. PP No.72 Tahun
2005 tentang Desa, Pasl 78 81 yaitu : Pasal 78 : 1. Dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat dan Desa,Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. 2. Pernbentukan
Badan Usaha Milik Desa sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundangundangan. 3. Bentuk Badan
Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbadan hukum.
Pasal 79 : 1. Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat
(1) adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa. 2. Permodalan Badan
Usaha Milik Desa dapat berasal dari : a. Pemerintah Desa; b. tabungan
masyarakat; c. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota; d. pinjaman; dan/atau e. penyertaan modal pihak lain atau kerja
sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. 3. Kepengurusan Badan Usaha
Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat. Pasal 80 : 1. Badan
Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundangundangan. 2. Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
mendapat persetujuan BPD. Pasal 81 : 1. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata
Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. 2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : a. bentuk
badan hukum; b. kepengurusan; c. hak dan kewajiban; d. permodalan; e. bagi hasil
usaha; f. kerjasama dengan pihak ketiga; g. mekanisme pengelolaan dan
pertanggungjawaban; c. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 37
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pasal 19 huruf h, yang
menyebutkan bahwa: .Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) d. Peraturan Daerah Kabupaten
sebagai penyertaan modal dari desa saat pendirian BUMDes. 3. Modal yang
bersumber dari penyertaan modal pihak ketiga yang hakhak kepemilikannya
diatur dalam Anggaran Dasar BUMDes. 4. Modal yang bersumber dari pinjaman
melalui lembaga keuangan, perbankan atau lainnya dengan persetujuan BPD yang
pengaturan pinjamannya dilakukan atas nama pemerintah Desa dan diatur dalam
Peraturan Desa. BAB IV KELEMBAGAAN BUMDes 4.1. Struktur Organisasi
BUMDes BUMDes merupakan sebuah organisasi, maka diperlukan adanya
struktur organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus
tercakup di dalam organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi,
konsultatif, dan pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUMDes.
Pengorganisasian adalah cara pengaturan pekerjaan dan pembagiannya diantara
pengelola organisasi agar tujuan BUMDes dicapai secara efisien dan efektif.
Setiap organisasi mempunyai tujuan yang hendak dicapainya yaitu pertumbuhan
dan keberlanjutan dengan memanfaatkan atau mengelola sumberdaya yang ada.
Untuk itu perlu suatu sistem agar seluruh aktivitas organiasasi tearah untuk
mencapai tujuan tersebut. Sistem pengendalian manajemen menjadi penting yang
tergambar dari struktur organisasi tersebut. Berikut struktur organisasi BUMDes
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Gambar 2. Struktur Organisasi
BUMDes 4.2. Tata Kelola BUMDes Sesuai dengan struktur organisasi tersebut,
maka tata kelola BUMDes dijelaskan sebagai berikut: 1. Kepala Desa Kepala
Desa sebagai kepala pemerintahan desa merupakan penanggung jawab atas
seluruh aktivitas yang terjadi di desa. Oleh sebab itu, Kepala Desa menjadi
penanggung jawab atas perkembangan dan keberlangsungan BUMDes yang
didirikan. 2. Badan Pengawas Fungsi Badan Pengawas adalah melakukan
pengawasan dan unsurpenyeimbang (check and balance) untuk mendorong
tercapainya efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pengembangan usaha
BUMDes yang dilakukan oleh Direktur. Mengingat BUMDes sebagai lembaga
ekonomi yang didirikan untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat
pedesaan dan meningkatkan kemandirian desa dalam pembangunan, maka
pelaksanaan tugas pengawasan adalah sangat penting. Oleh karena itu Badan
Pengawas wajib memahami dan melaksanakan tugas pengawasan yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan serta Anggaran Dasar dengan
sebaik mungkin. Badan Pengawas adalah organ BUMDes yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum atau khusus dan bertugas mengawasi
kebijaksanaan Direktur dalam menjalankan organisasi BUMDes serta memberi
nasihat kepada Direktur dan pengelola lainnya. Badan Pengawas berwenang
melakukan pengawasan terhadap pengurusan BUMDes, pengawasan kepada
Direktur dan pengelola lainnya yang terdapat dalam susunan organisasi serta
bertanggung jawab kepada musyawarah umum BUMDes dan musyawarah desa.
Secara umum tugas pokok Badan Pengawas adalah: a. Melakukan pengawasan
secara umum dan secara khusus terhadap pengelolaan BUMDes. b. Memberikan
nasihat kepada Direktur dan Pengelola lainnya sesuai dengan struktur organisasi
dalam melakukan pengelolaan BUMDes. 2.a. Keanggotaan Badan Pengawas
Kerja Tahunan dan Anggaran Tahunan BUMDes dapat dilakukan setiap 6 (enam)
bulan setelah realisasi pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran
Tahunan BUMDes atau sewaktu-waktu apabila dipandang mendesak jika terdapat
perubahan yang sangat signifikan pada parameter yang mendasar dengan
justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan. 4.5. Rekrutmen dan Pemberhentian
Pengelola BUMDes Pengelolaan sumberdaya manusia pengelola untuk mencapai
tujuan BUMDes meliputi proses perencanaan, pemenuhan kebutuhan, seleksi dan
program orientasi, penempatan, pengembangan, mutasi, dan pemberhentian
pengelola. Pengelolaan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk memastikan
bahwa BUMDes selalu memiliki sumberdaya manusia yang unggul dan dapat
diarahkan dan digerakkan untuk mencapai tujuan-tujuan BUMDes. Tata kelola
sumberdaya manusia BUMDes tersebut dilakukan sebagai berikut: a. Perencanaan
sumberdaya manusia/pengelola dilakukan berdasarkan analisis organisasi (disain
pekerjaan, pekerjaan, formasi jabatan, evaluasi jabatan, kompetensi, perputaran
pekerja) dan analisis kebutuhan jabatan sesuai dengan strategi bisnis dan
perkembangan BUMDes, b. Dalam melakukan analisis organisasi harus
dipertimbangkan visi, misi, tujuan dan strategi, bila perlu melakukan
benchmarking (perbandingan standar) ke bentuk lembaga sejenis, c.
Dalam melakukan analisis kebutuhan jabatan harus diperhatikan hasil
analisis organisasi, beban kerja, anggaran BUMDes, dan data kekuatan
pengelola yang ada, d. Sumber tenaga kerja untuk pengelola berasal
dari pemuda/pemudi desa sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
e. Kebutuhan tenaga kerja untuk pengelola diiformasikan secara
transparan melalui pengumuman. f. Penerimaan tenaga kerja untuk
pengelola dilakukan melalui proses seleksi yang transparan dan
obyektif, g. Proses seleksi dilakukan sekurang-kurangnya melalui
seleksi administrasi, tes kemampuan, dan tes kesehatan serta
diupayakan melibatkan pemerintah desa atau instansi pemerintah
yang kompeten, h. BUMDes dan pekerja/pengelola wajib membuat
perjanjian kerja sebelum dimulainya hubungan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, i. Penempatan pekerja
dilakukan sesuai dengan kebutuhan BUMDes berdasarkan perjanjian
kerja yang disepakati berdasarkan prinsipprinsip the right man at the
right place dan equal pay for equal job, j. Pengembangan
pekerja/pengelola perlu dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi pengelola melalui jalur pendidikan dan
pelatihan serta jalur penugasan khusus guna pencapaian tujuan dan
peningkatan kinerja BUMDes, pemenuhan kompetensi, dan sekaligus
pengembangan kinerja pekerja, k. Mutasi pekerja/pengelola dapat
berupa promosi, rotasi, dan demosi, l. Promosi dan rotasi dilakukan
dengan memperhatikan pengembangan karier pekerja dan kebutuhan
BUMDes, m. Demosi dilakukan dengan mempertimbangkan unsur
pembinaan atau ketegasan dalam penerapan punishment dengan
tetap mengedepankan prinsip keadilan, n. Setiap pekerja/pengelola
diberikan kesempatan yang sama untuk diseleksi dan dipilih guna
tambahan Rapat Umum BUMDes dapat dibahas jika disetujui oleh Rapat Umum
BUMDes. c. Pengambilan Keputusan 1. Pengambilan keputusan dalam
Rapat Umum BUMDes dilaksanakan melalui prosedur yang transparan
dan adil, 2. Keputusan Rapat Umum BUMDes diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, 3. Dalam hal keputusan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara yang sah. d.
Pendokumentasian Hasil RUPS 1. Kepala Devisi Administrasi membuat
Risalah Rapat Umum BUMDes dalam setiap penyelenggaraan Rapat
Umum BUMDes, 2. Risalah Rapat Umum BUMDes harus ditandatangani
Ketua Rapat dan Kepala Desa, 3. Risalah Rapat Umum BUMDes harus
didokumentasikan dan disimpan oleh Kepala Devisi Administrasi
BUMDes, 4. Kepala Desa berhak memperoleh Risalah Rapat Umum
BUMDes. 2. Rapat Badan Pengawas a. Penentuan Agenda Rapat 1.
Agenda rapat didasarkan pada almanak peristiwa atau kegiatan
(calendar of events) Badan Pengawas, evaluasi hasil rapat sebelumnya
dan hal-hal lain yang dianggap perlu, 2. Agenda rapat harus diberikan
oleh kepada anggota Badan Pengawas paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelumnya, 3. Agenda tambahan dapat dibahas jika disetujui
pimpinan rapat. b. Pelaksanaan Rapat 1. Rapat Badan Pengawas dapat
mengundang pihak-pihak yang diperlukan jika dipandang perlu, 2.
Rapat Badan Pengawas dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam
satu bulan atau setiap waktu bilamana dianggap perlu oleh Badan
Pengawas, atau oleh 1/3 (sepertiga) dari jumlah anggota Badan
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak pengiriman risalah rapat, setiap
anggota Badan Pengawas harus menyampaikan persetujuan atau keberatannya
dan/atau usulan perbaikannya (jika ada), 5. Risalah rapat asli dari setiap rapat
Badan Pengawas harus didokumentasikan dan disimpan oleh Badan Pengawas
serta harus selalu tersedia. 3. Rapat Pengelola BUMDes a. Penentuan Agenda
Rapat 1. Agenda rapat didasarkan pada almanak peristiwa atau kegiatan yang
diperlukan (calendar of events) Pengelola BUMDes dan hal-hal lain yang
dianggap perlu, 2. Agenda rapat harus diberikan oleh Kepala Devisi Administrasi
kepada undangan rapat paling lambat 7 (tujuh) hari sebelumnya. b. Pelaksanaan
Rapat 1. Rapat Pengelola BUMDes diadakan secara berkala sekurangkurangnya
sekali dalam sebulan dan sewaktu-waktu bilamana dianggap perlu atas permintaan
tertulis oleh seorang atau lebih anggota Pengelola BUMDes, 2. Pemanggilan
untuk rapat Pengelola BUMDes yang dilakukan secara berkala dilakukan secara
tertulis oleh Kepala Devisi Administrasi BUMDes dan disampaikan dalam jangka
waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum rapat dilaksanakan dengan
mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan agenda rapat, 3. Pemanggilan untuk
rapat Pengelola BUMDes yang dilakukan sewaktu-waktu dibuat oleh pihak yang
meminta diadakannya rapat dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sebelum rapat dilaksanakan dan ditujukan kepada semua anggota Pengelola
BUMDes yang akan melakukan usaha tersebut. b. Misi: yaitu maksud khas dan
mendasar yang membedakan BUMDes dengan lembaga usaha lain di desa serta
mengidentifikasikan ruang lingkup kegiatan usaha BUMDes yang akan dilakukan.
c. Tujuan: yaitu hasil yang ingin dicapai dari usaha yang dikembangkan oleh
BUMDes. d. Strategi: adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan usaha
dengan melibatkan semua sumberdaya atau faktor produksi yang dimiliki. Dalam
dunia bisnis dikenal beberapa strategi yang biasa diterapkan perusahaan yaitu:
Defender: yaitu strategi bisnis yang diarahkan untuk meraih dan mempertahankan
pasar pada segmen sempit dari seluruh pasar potensial yang ada. Prospector:
yaitu strategi bisnis yang diarahkan secara agresif untuk meraih pasar seluasluasnya melalui inovasi produk-produk baru. Analyzer: strategi bisnis yang
dijalankan melalui imitasi, yaitu meniru apa yang dilakukan prospektor. Strategi
bisnis seperti ini bertujuan meraih keuntungan dengan meminimalkan risiko.
Kepemimpinan dalam biaya (cost-leadership strategy): yaitu strategi bisnis yang
diarahkan untuk meraih pasar seluas-luasnya melalui harga produk yang semurahmurahnya. Diferensiasi (differentiation strategy): yaitu: strategi bisnis yang
diarahkan untuk meraih pasar seluas-luasnya melalui keunikan produk yang
dihasilkan. Keunikan tersebut bisa dicirikan oleh kualitas yang tinggi, pelayanan
yang prima, maupun rancangan produk yang inovatif. Fokus (focus strategy):
yaitu strategi bisnis yang diarahkan dalam segmen pasar yang sempit yang
dijalankan melalui fokus dalam kepemimpinan biaya (cost focus) atau fokus
dalam diferensiasi (differentiation focus). Agar unit-unit usaha BUMDes yang
akan dijalankan memiliki anfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat
desa dan pembangunan desa, maka sifat perencanaan usaha BUMDes harus
disusun dengan kaidah-kaidah sebagai berikut : 1. Fokus: artinya perencanaan
usaha BUMDes dibuat berdasarkan visi, misi tertentu serta tujuan yang jelas
untuk mendukung pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dan
pembangunan desa menuju masyarakat yang sejahtera. 2. Rasional dan faktual:
artinya perencanaan usaha BUMDes dibuat berdasarkan pemikiran yang masuk
akal, realistik, berorientasi masa depan serta didukung dengan fakta-fakta usaha
ekonomi produktif dan permasalahan pengembangan ekonomi masyarakat desa,
dan pembanguna desa. 3. Berkesinambungan dan estimasi: artinya perencanaan
usaha BUMDes dibuat dan dipersiapkan untuk tindakan yang berkelanjutan serta
perkiraan-perkiraan tentang kondisi di masa yang akan datang. 4. Preparasi dan
fleksibel: artinya perencanaan usaha BUMDes dibuat sebagai persiapan, yaitu
pedoman untuk tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan yang disesuaikan
dengan lingkungan bisnis yang dihadapi. 5. Operasional, artinya perencanaan
usaha BUMDes dibuat sesederhana mungkin, rinci serta dapat dilaksanakan.
Perencanaan usaha BUMDes harus memiliki sifat-sifat di atas, sehingga
perencanaan usaha BUMDes tersebut bermanfaat bagi pelaksanaan usaha
BUMDes. Manfaat perencanaan usaha BUMDes adalah: a. Pekerjaan atau
aktivitas pengembanga usaha-usaha BUMDes dapat dilakukan secara teratur dan
dengan tujuan yang jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. b.
Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang tidak produktif serta penggunaan
sumberdaya yang lebih efisien untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat
desa dan pembangunan desa. c. Menyediakan alat evaluasi untuk menentukan
profit), yaitu pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi dengan seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha. Dilihat dari aspek finansial, suatu
jenis usaha layak dilakukan apabila jenis usaha tersebut mampu memberikan laba
usaha yang memadai kepada investor dan/atau kepada pengusaha yang
menjalankan usaha tersebut. d. Aspek organisasi dan manajemen Kelayakan usaha
BUMDes dilihat dari aspek organisasi dan manajemen berkenaan dengan struktur
usaha, struktur organisasi, serta tim manajemen yang mengelola jenis usaha yang
direncanakan. Langkah IV Menyusun rencana pengembangan usaha Langkah
terakhir dalam proses perencanaan usaha BUMDes adalah membuat dokumen
rencana usaha secaratertulis. 5.3. Pengembangan Usaha BUMDes Untuk
memberikan manfaat BUMDes bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat desa dan juga kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes),
maka usaha-usaha BUMDes perlu dikembangkan. Pengembangan usaha BUMDes
bisa dilakukan dengan beberapa teknik yaitu: 1. Perluasan skala usaha dari unit
usaha yang sudah ada, 2. Perluasan cakupan usaha dari unit usaha yang sudah ada,
3. Perluasan dengan kerjasama, penggabungan dan ekspansi baru. a.
Pengembangan usaha dengan Perluasan Skala Usaha Pengembangan usaha
BUMDes dengan perluasan skala usaha dapat dilakukan peningkatan skala
produksi unit usaha yang dilakukan dengan cara: Peningkatan kapasitas
produksi, melalui peningkatan jumlah pelaku (masyarakat) yang terlibat dalam
aktivitas usaha tersebut, penambahan tenaga kerja, peningkatan teknologi,
perluasan lokasi usaha, dan perluasan sistem distribusi serta jaringan usaha.
menambah kapasitas mesin dan kapasitas tenaga kerja, serta tambahan jumlah
modal untuk investasi. Dengan kata lain menambah skala produksi dengan
menambah faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, bahan baku dan
kemungkinan pemasaran. menambah jenis-jenis barang atau jasa yang akan
dihasilkan atau diusahakan (diversifikasi usaha). Pengembangan usaha bisa
dilakukan hanya apabila akan menurunkan biaya jangka panjang, sehingga akan
menambah skala ekonomi yang tinggi. Sebaliknya, jika peningkatan skala usaha
hanya akan meningkatkan biaya, maka pengembangan skala usaha tidak baik
untuk dilakukan. Jadi, peningkatan skala usaha hanya bisa dilakukan dengan cara
peningkatan output menurunkan biaya rata-rata jangka panjang. Teknik
pengembangan skala usaha sangat tergantung juga pada produktivitas faktorfaktor produksi seperti produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas modal. Oleh
sebab itu, perluasan skala usaha harus dilihat dari aspek: a. produktivitas modal
dan tenaga kerja, b. biaya tetap dan biaya variable, c. biaya rata, dan d. skala
produksi yang paling menguntungkan. b. Pengembangan Usaha dengan Perluasan
Cakupan Usaha Pengembangan usaha dengan menambah cakupan usaha bias
dilakukan dengan mengembangkan jenis usaha baru dan wilayah usaha baru, serta
jenis produk barang dan jasa baru yang bervariasi jenisnya. Pengembangan
cakupan usaha baru sering juga dinamakan diversifikasi usaha. Diversifikasi
usaha dapat dilakukan pada suatu bidang usaha saja, misalnya dengan melakukan
diversifikasi vertical (downstream dan upstream business) dengan melakukan
usaha-usaha agroindustri (pengolahan hasil), agrowisata, pemasaran, dan
macammacam diversifikasi lainnya. Perluasan cakupan usaha yang dilakukan
BUMDes pada prinsipnya merupakan pengembangan unit-unit usaha yang