Anda di halaman 1dari 60

SISTEM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN
NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA

MAKALAH BAHAN AJAR


Untuk Diklat Prajabatan Golongan II dan III
Di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Tahun 2008

Disusun Oleh :

DJUNAEDI SAJIDIMAN
Widyaiswara Kab. Cianjur

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT


-2008-

KATA PENGANTAR

Untuk keperluan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

khususnya Diklat Prajabatan Tingkat II dan III serta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dan
III, penulis berupaya membuat rangkuman materi bahan ajar dari berbagai sumber termasuk
modul dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) mengenai Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Hal ini penulis
lakukan di samping untuk memudahkan dalam penyampaiannya, juga untuk memenuhi
keinginan para peserta diklat, oleh karena modul pembelajaran yang seharusnya diterima oleh
mereka, ternyata tidak, berhubung terbatasnya anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten
Cianjur untuk pengadaannya. Lain daripada itu juga untuk kelengkapan dari GBPP dan SAP
sebagai salah satu persyaratan dalam proses pembelajaran diklat.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran umum, maka setelah mengikuti diklat, peserta
diharapkan mampu memahami berbagai hal berkaitan dengan sistem penyelenggaraan
pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia di mana para CPNS/PNS berkiprah
sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat, yang notabene adalah
sebagai perencana, pelaksana, sekaligus pengawas dan pengendali penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pemba-ngunan. Karenanya kiprah mereka diharapkan akan
berhasil dengan gemilang dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, yaitu masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.
Semoga kiranya upaya ini ada manfaatnya.

Cianjur, Pebruari 2008.


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

ii

BAB

I. SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA ........


A. Pendahuluan ..........................................................................................
B. Deskripsi Singkat ...................................................................................
C. Tujuan Pembelajaran ..............................................................................
D. Pengertian Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara ....................
E. Asas-asas Sistem Pemerintahan Negara .................................................

BAB II. PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BAIK DAN BEBAS DARI


KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME ................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

1
1
1
2
2

Pemerintahan yang Baik .........................................................................


Tiga Domein Governance .......................................................................
Ciri Kepemerintahan yang Baik ..............................................................
Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara ............................................
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ..............................................
Perencanaan Strategik ..............................................................................
Pengukuran Kinerja .................................................................................
Evaluasi Kinerja ......................................................................................
Pelaporan ..................................................................................................
Peradilan Tata Usaha Negara ...................................................................

BAB III. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN .........................................


A. Maksud ....................................................................................................
B. Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan ..........................................
C. Tatacara Pengajuan RUU dari Pemerintah, dan RPP serta
Teknik Penyusunannya ...........................................................................
BAB IV. URUSAN PEMERINTAHAN ....................................................................
A.
B.
C.
D.

Pengertian ................................................................................................
Pembagian Urusan Pemerintahan ............................................................
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan ..................................................
Pembinaan Urusan Pemerintahan ............................................................

BAB V. LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH .................................................


A. Fungsi-fungsi Penyelenggara Pemerintahan ...........................................
B. Lembaga Penyelenggara Pemerintahan ...................................................
BAB VI. HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA LAINNYA DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA ...............................................................................
A. Lembaga-lembaga Negara ......................................................................
ii

3
3
4
4
5
6
7
7
7
8
9
9
9
10
12
12
12
15
16
17
17
21

37
37

B. Penjelasan tentang Lembaga-lembaga Negara ......................................


C. Hubungan Presiden dengan Lembaga-lembaga Negara .........................
BAB VII. PROSES MANAJEMEN PEMERINTAHAN .........................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Perencanaan ...........................................................................................
Beberapa Pengertian ..............................................................................
Proses Perencanaan Pembangunan ........................................................
Pengorganisasian ...................................................................................
Pelaksanaan ............................................................................................
Pengawasan ............................................................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................................

iii

38
46
50
50
50
52
54
56
57
62

BAB I
SISTEM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA
A. Pendahuluan
Kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan
abdi masyarakat yang berperan dalam proses perencanaan, pelak-sanaan, dan
pengawasan/pengendalian penyelenggaraan pemerintahan, pelak-sanaan pembangunan,
dan pembinaan kemasyarakatan, tentu harus memiliki pengetahuan mengenai sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara dan budaya organisasinya agar mampu
melaksanakan tugas dan perannya itu.

B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membahas pengertian tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara RI, asas-asas pemerintahan (tujuh kunci pokok), asas-asas umum penyelenggaraan
negara yang bersih dari KKN, lembaga-lembaga pemerintah, serta hubungan Presiden
dengan lembaga-lembaga negara dalam rangka penyelenggaraan negara dan proses
manajemen pemerintahan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami hal ihwal
tentang penyelenggaraan pemerintahan negara RI.
2. Indikator Keberhasilan :
Setelah selesai pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara RI;
b. Menjelaskan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN;
c. Menjelaskan tata urut peraturan perundang-undangan, rancangan per-aturan
perundang-undangan serta teknik penyusunannya;
d. Menjelaskan lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan;
e. Menjelaskan hubungan Presiden (eksekutif) dengan lembaga-lembaga negara
lainnya (legislatif dan yudikatif).
D. Pengertian Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

1.

Sistem pemerintahan negara RI adalah uraian tentang mekanisme pemerin-tahan


negara yang dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan menurut Undangundang Dasar 1945 {Ps. 4 Ayat (1)}.

2. Jadi sistem bekerjanya pemerintah sebagai fungsi yang ada pada Presiden (eksekutif).
Di sini tidak dibicarakan sistem penyelenggaraan negara oleh lembaga-lembaga
negara lain (legislatif dan yudikatif) secara keseluruhan.
3. Disinggungnya fungsi lembaga-lembaga negara lain (MPR, DPR, DPD, BPK, MA,
MK, KY) adalah untuk memberi keterangan yang lebih jelas tentang fungsi-fungsi
Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan negara.

E. Asas-asas Sistem Pemerintahan Negara


Sistem pemerintahan negara tercantum dalam Penjelasan UUD 1945 sebagai Tujuh
Kunci Pokok dan setelah mengalami perubahan (amandemen) empat kali, tercantum
juga dalam batang tubuh UUD 1945.

Sistem dimaksud adalah :

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum {Ps.1 Ayat (3)}.
2. Sistem konstitusional {Ps. 4 Ayat (11)}.
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan rakyat {Ps. 1 Ayat(2)}.
4. Presiden ialah pemegang kekuasaan tertinggi pemerintahan negara {Ps. 4 Ayat (1)}.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas (Ps. 7, 7A).

BAB II
PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BAIK DAN BEBAS
DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

A. Pemerintahan yang Baik


1. Ide Negara :

a. Negara Kesejahteraan (Welfare State);


b. Negara Kepolisian (Police State);
c. Negara Administratif (Administrative State).
2. Istilah Governance ada tiga terjemahan :
a. Kepemerintahan;
b. Pengelolaan;
c. Penyelenggaraan.
3. Pengertian Pemerintahan atau Kepemerintahan yang Baik (Governance) :
a. Merupakan paradigma baru dalam administrasi negara, sebagai peng-ganti istilah
surrogate atau companion.
b. ESCAP : Proses pengambilan keputusan dan proses dilaksanakan atau tidak
dilaksanakannya keputusan. (The process of decision making and the process by
which the decision are implemented or not implemen-ted). Menurut ESCAP
istilah governance dapat dipergunakan dalam beberapa konteks seperti corporate
governance, international governance, national governance, atau local
governance.
c. David Osborne & Ted Gaebler (1992 : 24) : Proses di mana kita memecahkan
masalah kita bersama dan memenuhi kebutuhan masyarakat. (The process in
which we solve our problem collectivity and meet the society needs);
d. Meuthia Gani & Rahman : Pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang
melibatkan negara dan sektor non pemerintah dalam suatu usaha kolektif.

B. Tiga Domein Governance


1. Pemerintah.
2. Swasta (dunia usaha).
3. Masyarakat.

C. Ciri Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)


Menurut UNDP (1999) ciri-ciri kepemerintahan yang baik adalah :
1. Partisipasi masyarakat (warga negara).
2. Aturan hukum (rule of law).
3. Transparansi.
4. Ketanggapan (responsiveness).
5. Orientasi pada konsensus.

6. Kesetaraan (equity).
7. Efektifitas dan efisiensi.

D. Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara


1. Asas Kepastian Hukum.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara.
3. Asas Kepentingan Umum.
4. Asas Keterbukaan.
5. Asas Proporsionalitas.
6. Asas Profesionalitas.
7. Asas Akuntabilitas. (UU No. 28 Tahun1999 jo. Tap. MPR No. XI/ MPR/1998).
Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN, dengan Kepres
No. 27 Tahun 1999 dibentuk Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara
(KPKPN) dan Setjen KPKPN. Ada 4 (empat) Sub Komisi :
1. Sub Komisi Eksekutif.
2. Sub Komisi Legislatif.
3. Sub Komisi Yudikatif.
4. Sub Komisi BUMN/BUMD.
Tugas wewenang KPKPN :
1. Melakukan pemantauan dan klarifikasi atas harta kekayaan penyelenggara negara.
2. Meneliti laporan atau pengaduan masyarakat, LSM, atau instansi peme-rintah tentang
dugaanadanya KKN dari penyelenggara negara.
3. Melakukan penyelidikan atas inisiatif sendiri mengenai harta kekayaan penyelenggara
negara berdasarkan petunjuk adanya KKN terhadap penye-lenggara bersangkutan.
4. Mencari dan memperoleh bukti-bukti, menghadirkan saksi-saksi untuk penyelidikan
penyelenggara negara yang diduga melakukan KKN, atau meminta dokumendokumen dari pihak-pihak yang terkait dari penyeli-dikan harta kekayaan
penyelenggara negara bersangkutan.
5. Jika dianggap perlu, selain meminta bukti kepemilikan sebagian atau seluruh harta
kekayaan penyelenggara negara yang diduga diperoleh dari KKN selama menjabat,
juga meminta pejabat berwenang membuktikan dugaan tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekretariat Jenderal Komisi bertugas membantu di bidang pelayanan adminis-trasi untuk
kelancaran pelaksanaan tugas komisi pemeriksa.

E. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) berdasarkan Instruksi Presiden No. 7
Tahun

1999

adalah

perwujudan

kewajiban

suatu

instansi

pemerintah

untuk

mempertanggung jawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksa-naan misi organisasi dalam


mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertang-gung jawaban
secara periodik.
1. Pengertian Akuntabilitas :
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban, atau
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenang-an untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Dalam hal ini semua instansi

pemerintah di pusat dan daerah sesuai dengan tupoksinya masing-masing harus


memahami lingkup akunta-bilitasnya.

2. Prinsip-prinsip Akuntabilitas :
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel;
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumbersumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c.

Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan;

d. Harus berorientasi pasa pencapaian visi dan misi serta hasil dan mafaat yang
diperoleh;
e. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode serta teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAKIP).

F. Perencanaan Strategik
Perencanaan strategik memerlukan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dengan
sumber-sumber daya lain agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan
strategis, nasional, dan global. Analisis terhadap lingkungan organisasi baik internal
maupun eksternal merupakan langkah penting dalam memperhitungkan kekuatan

(strengths), kelemahan (weak-nesses), peluang (opportunities), dan tantangan/kendala


(threats) yang ada. Perencanaan strategis yang disusun harus mencakup :
1. Pernyataan visi, misi, strategi, dan faktor-faktor keberhasilan organisasi.
2. Rumusan tujuan, sasaran dan uraian aktivitas organisasi.
3. Uraian cara mencapai tujuan dan sasaran.
Dengan visi, misi, dan strategi yang jelas, instansi pemerintah

diharapkan dapat

menyelaraskan dengan potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi.

Perencanaan

strategis, pengukuran kinerja, dan evaluasinya merupakan rangkaian sistem akuntabilitas


kinerja yang penting.

G. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja sendiri, dan
evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis
dengan akuntabilitas. Dalam pengukuran kinerja perlu adanya :
1. Penetapan Indikator Kinerja untuk proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja
melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data/ informasi untuk menentukan
capaian tingkat kinerja kegiatan/program.
2. Penetapan Capaian Kinerja untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja
pelaksanaan kegiatan/program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh instansi
pemerintah.

H. Evaluasi Kinerja
Dimulai dengan menghitung nilai capaian dari pelaksanaan per kegiatan, kemudian
dilanjutkan dengan menghitung capaian kinerja dari pelaksanaan program yang
didasarkan pembobotan dari setiap kegiatan yang ada dalam suatu program.

I. Pelaporan
LAKIP harus disampaikan oleh instansi baik dari Pemerintah Pusat, Pemda Provinsi,
maupun Pemda Kabupaten/Kota.

Laporan harus disusun secara jujur, obyektif, dan

transparan. Perlu memperhatikan prinsip-prinsip :


1. Pertanggungjawaban  harus jelas hal-hal yang dikelola/dikendalikan yang tidak
oleh pihak yang melaporkan.

2. Pengecualian  yang dilaporkan adalah yang penting dan terdepan bagi pengambilan
keputusan dan pertanggungjawaban seperti keberhasilan dan kegagalan, serta
perbedaan antara target dengan realisasi.
3. Manfaat  manfaat harus lebih besar daripada biaya penyusunan.
Ciri laporan yang baik adalah :
1. Relevan.
2. Tepat waktu.
3. Dapat dipercaya/diandalkan.
4. Jelas dan cermat sehingga mudah difahami.
5. Tegas dan konsisten, tidak kontradiktif.
6. Berdaya banding tinggi, lengkap, netral, padat dan terstandarisasi.
7. Berdaya saing.
Format LAKIP memang diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan masing-masing. Hal
ini untuk mengurangi perbedaan dalam cara pengkajian saja. LAKIP tergolong laporan
rutin (yang dibuat tahunan).

J. Peradilan Tata Usaha Negara


1. NKRI adalah negara hukum yang dinamis, bertujuan mewujudkan tata kehidupan
negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, dan tertib.
2. Untuk itu perlu jaminan persamaan kedudukan warga negara dalam hukum.

Dalam

hal ini pemerintah harus berperan aktif dan positif.


3. Peran aktif dan positif dimaksud adalah penyiapan langkah-langkah untuk menghadapi
timbulnya benturan kepentingan, perselisihan, atau sengketa antara Badan/Pejabat
Tata Usaha Negara dengan warga negara (sengketa TUN).
4. Dalam rangka penyelesaian sengketa TUN, dibentuk Peradilan TUN berdasarkan UU
No. 5 Tahun1986.
Jadi PTUN diadakan dalam rangka memberi perlindungan kepada masyarakat sebagai
akibat tindakan-tindakan pemerintah yang melanggar hak-hak warga negara.

BAB III
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Maksud
1. Menjamin kepastian hukum karena Indonesia adalah negara hukum.
2. Melindungi masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang.
3. Melindungi aparatur dari tindakan masyarakat yang melawan hukum.

B. Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan


Berdasarkan Tap. MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Perundang-undangan, tata urutannya adalah:
1. UUD 1945  Hukum dasar tertulis negara RI yang memuat dasar dan garis besar
hukum dalam penyelenggaraan negara.
2. Ketetapan MPR (sebelum amandemen UUD 1945)  pengemban kedaulatan rakyat.
3. Undang-undang  Dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk melak-sanakan UUD
1945 dan Tap. MPR.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)  Dibuat oleh Presiden
dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan :
a. Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan berikutnya;
b. DPR dapat menerima atau menolak dengan tidak melakukan per-ubahan;
c. Jika ditolak DPR, Perpu tsb. harus dicabut.
5. Peraturan Pemerintah (PP)  Dibuat pemerintah untuk melaksanakan perintah UU.
6. Peraturan/Keputusan Presiden (Perpres/Kepres)  Bersifat mengatur/ melaksanakan
tugas dan fungsi di bidang administrasi negara dan adminis-trasi pemerintahan.
7. Peraturan Daerah (Perda)  Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa (Perdes)..
C. Tatacara Pengajuan RUU dari Pemerintah, dan RPP serta Teknik Penyu-sunannya
Prakarsa pembentukan UU dapat berasal dari DPR, pemerintah, maupun masyarakat.
Tatacaranya diatur dengan UU. Prakarsa yang berasal dari pemerintah prosesnya adalah :

1. Pidato Presiden dalam penyampaian Rancangan Undang-undang (RUU) kepada DPR


pada prinsipnya menegaskan :
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. Sasaran yang ingin diwujudkan;
c. Pokok-pokok pikiran, lingkup, atau obyek yang akan diatur;
d. Jangkauan dan arah pengaturan.
2.

Draft/konsep RUU dikonsultasikan dulu kepada Menteri Hukum & HAM dan
Menteri/LPND terkait kemudian disampaikan kepada Presiden melalui Sekretaris
Negara.

3. Persetujuan Presiden disampaikan tertulis oleh Sekneg kepada Menteri/ LPND dengan
tembusan ke Menhukham.
4. Menteri/LPND pemrakarsa membentuk Panitia antar Departemen dan Lembaga. RUU
hasil kerja Panitia dikonsultasikan lebih lanjut kepada Menhuk-ham dan
Menteri/LPND terkait.
5. Jika RUU sudah disepakati, disampaikan kepada Sekneg. Kemudian dila-porkan
kepada Presiden sambil mempersiapkan pidato Presiden bagi penyampaian RUU
kepada pimpinan DPR.
6. Pidato Presiden dalam penyampaian RUU kepada DPR pada prinsipnya menegaskan :
a. Sifat penyelesaian RUU yang dikehendaki;
b. Cara penanganan dan pembahasannya, dalam hal RUU lebih dari satu;
c. Menteri yang ditugasi mewakili Presiden dalam pembahasan di DPR. Jika dalam
pembahasan ternyata harus mengubah isi atau arah RUU, maka Menteri yang
mewakili melaporkan kepada Presiden disertai saran pemecahannya.
7. Draft RUU yang sudah disetujui DPR disampaikan kepada Presiden melalui Sekneg
untuk

memperoleh

pengesahan.

Setelah

ditandatangani

Presiden

kemudian

diundangkan dalam Lembaran Negara.


8. Teknik Penyusunan RUU dan RPP :
a. Judul :
- Memuat tentang jenis, tahun penetapan/pengundangan, dan nama peraturan perUU-an;
- Nama harus singkat yang mencerminkan per-UU-an;
- Judul ditulis dengan huruf kapital.
b. Pembukaan, memuat :
- Jabatan pembentuk peraturan per-UU-an;

- Konsideran;
- Dasar hukum;
- Memutuskan;
- Menetapkan;
- Nama peraturan per-UU-an.
c. Batang Tubuh :
- Ketetapan umum;
- Materi pokok yang diatur;
- Ketentuan pidana (jika diperlukan);
- Ketentuan peralihan (jika diperlukan);
- Ketentuan penutup.
d. Penutup :
- Rumusan perintah perundangan dan penempatannya dalam Lembaran Negara
atau Berita Negara RI;
- Penandatangan pengesahan atau penetapan peraturan per-UU-an;
- Pengundangan atau pengumuman;
- Bagian akhir penutup.

BAB IV
URUSAN PEMERINTAHAN *)

A. Pengertian
1.

Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan


kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewe-nangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.

2. Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi


kewenangan Pemerintah (pusat), dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar
tingkatan dan/atau susunan pemerintahan (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

B. Pembagian Urusan Pemerintahan

1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah meliputi :

a.

Politik luar negeri;


b. Pertahanan keamanan;
c. Yustisi;
d. Moneter dan fiskal nasional;
e. Agama.
2. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan tersebut di atas,
terdiri atas 31 bidang urusan, meliputi :
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan Umum;
d. Perumahan;
e. Penataan ruang;
f. Perencanaan pembangunan;
g. Perhubungan;
h. Lingkungan hidup;
i. Pertanahan;
j. Kependudukan dan catatan sipil;
k. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
l. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. Sosial;
n. Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;
o. Koperasi, usaha kecil dan menengah;
p. Penanaman modal;
q. Kebudayaan dan pariwisata;
r. Kepemudaan dan olah raga;
s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian, dan persandian;
u. Pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. Statistik;
w. Kearsipan;
x. Perpustakaan;

y. Komunikasi dan informatika;


z. Pertanian dan ketahanan pangan;
aa. Kehutanan;
bb. Energi dan sumber daya mineral;
cc. Kelautandanperikanan;
dd. Perdagangan;
ee. Perindustrian;
3. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Pro-vinsi dan
Kabupaten/Kota terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
a. Urusan wajib, adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar,
yaitu :
- Pendidikan;
- Kesehatan;
- Lingkungan hidup;
- Pekerjaan umum;
- Penataan ruang;
- Perencanaan.pembangunan;
- Pemberdayaan.masyarakat.dan.desa;
- Sosial;
- Kebudayaan;
- Statistik;
- Kearsipan;
- Perpustakaan.
b. Urusan pilihan, adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan,
dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan, meliputi:
- Kelautan dan perikanan;
- Pertanian;
- Kehutanan;
- Energi dan sumber daya mineral;
- Pariwisata;
- Industri;
- Perdagangan;
- Ketransmigrasian.

4. Pengelolaan Urusan Pemerintahan Lintas Daerah :


Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola
bersama oleh daerah terkait (Provinsi dan Kabupaten/ Kota).
5. Urusan Pemerintahan Sisa, yaitu

urusan pemerintahan yang tidak termasuk dalam

kewenangan Pemerintah Pusat maupun Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam


hal Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota akan menyelenggarakan urusan
pemerintahan sisa, terlebih dulu harus mengusulkan kepada Pemerintah Pusat melalui
Menteri Dalam Negeri untuk mendapat penetapan.

Menteri/Kepala LPND

menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan sisa.

C. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan


1. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat :
a. Menyelenggarakan sendiri;
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Kepala Instansi Vertikal atau
kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat di daerah dalam rangka
dekonsentrasi;
c. Menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada Peme-rintah Daerah
dan/atau Pemerintah Desa berdasarkan asas tugas pem-bantuan.
2. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Provinsi :
a. Menyelenggarakan sendiri;
b. Menugaskan sebagai urusan pemerintahan kepada Pemerintah Kabu-paten/Kota
dan/atau Pemerintah Desa berdasarkan asas tugas pem-bantuan.
3. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Kabupaten/Kota :
a. Menyelenggarakan sendiri;
b. Menugaskan dan/atau menyerahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
Pemerintah Desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
4.

Urusan pemerintahan yang penyelenggaraannya ditugaskan kepada Peme-rintah


Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan (dari Pusat ke Provinsi, dari Provinsi ke
Kabupaten/Kota, dan dari Kabupaten/Kota ke Desa), secara bertahap dapat diserahkan
kepada daerah bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah menunjukkan

kemampuan untuk memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang


dipersyaratkan.
5. Penyerahan urusan pemerintahan dimaksud yang berdampak lokal atau akan lebih
berdayaguna dan berhasil guna apabila diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
6.

Penyerahan urusan pemerintahan dimaksud disertai dengan perangkat daerah,


pembiayaan, dan sarana atau prasarana yang diperlukan.

D. Pembinaan Urusan Pemerintahan


1. Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan kepada Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewe-nangannya.
2. Apabila setelah dilakukan pembinaan ternyata Pemerintah Daerah belum mampu,
maka untuk sementara penyelengaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, dan
diserahkan kembali apabila sudah mampu.

*) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang menggantikan PP No. 25
Tahun 2000.

BAB V
LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH

A. Fungsi-fungsi Penyelenggara Pemerintahan


Dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, Presiden dibantu oleh Wakil Presiden
dan para Menteri/LPND yang merupakan aparatur pemerintah atau birokrasi. Presiden
menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pem-bangunan dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional.
Tugas umum pemerintahan adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepen-tingan
masyarakat seperti :
1. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban.
2. Penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, perekonomian, dll.
Tugas pembangunan adalah tugas-tugas dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan, yaitu :
1. Melayani masyarakat.
2. Mengayomi masyarakat.
3. Menumbuhkembangkan prakarsa dan peranserta masyarakat dalam pem-bangunan.
Aparatur pemerintah terdiri atas aparatur pemerintahan dan aparatur pereko-nomian
negara.

Adapun prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik menurut

David

Osborne dan T. Gaebler (Reinventing Government, 1992) adalah :


1. Pemerintah berperan sebagai pengendali (steering) dan bukan sebagai pendayung
(rowing).
2. Pemerintah lebih berperan dalam memberdayakan masyarakat daripada melayani.
3. Pemerintah menciptakan iklim persaingan yang sehat terutama dalam pelaksanaannya
kepada masyarakat.
4.

Pemerintah lebih berorientasi kepada misi dan bukan kepada aturan pelaksana-an
tugas yang kaku.

5. Pemerintah lebih berorientasi pada hasil.


6. Pemerintah lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat bukan pada
kepentingan birokrasi.

7.

Pemerintah

menerapkan

prinsip

perusahaan,

yaitu

memperoleh

tinimbang

mengeluarkan biaya.
8. Pemerintah memiliki daya tanggap dan mampu mengantisipasi semua tantangan yang
terjadi.
9. Pemerintah yang di desentralisasikan dalam rangka meningkatkan parti-sipasi dan
kerjasama.
10. Pemerintah harus berorientasi pada pasar/pelayanan dalam memenuhi tuntutan
permintaan/kebutuhan masyarakat.
Di samping kewenangan atas urusan-urusan tersebut di atas, Pemerintah Pusat juga
mempunyai kewenangan untuk :
1. Menetapkan kebijakan untuk mendukung pembangunan secara makro.
2.

Menetapkan pedoman standar pelayanan minimal dalam urusan yang wajib


dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.

3. Menetapkan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan dalam


rangka penyusunan tataruang.
4. Menyusun rencana nasional secara makro.
5. Menetapkan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan.
6. Membina dan mengawasi penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian
pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi.
7. Menetapkan pedoman pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam.
8. Mengelola dan menyelenggarakan perlindungan sumber daya alam di wilayah laut
diluar 12 mil.
9. Mengatur penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang di sahkan atas
nama negara.
10. Menetapkan standar pemberian izin oleh daerah.
11. Mengatur ekspor impor dan melaksanakan perkarantinaan.
12. Menanggulangi wabah dan bencana yang berskala nasional.
13. Menetapkan arah dan prioritas kegiatan riset dan teknologi termasuk penelitian dan
pengembangan teknologi strategis dan berisiko tinggi.
14. Menetapkan kebijakan sistem informasi nasional.
15. Menetapkan persyaratan kualifiksi usaha jasa.
16. Mengatur sistem lembaga perekonomian negara.

Dalam rangka penguatan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan, kewe-nangan


Pemerintah Pusat porsinya lebih besar pada penetapan kebijakan yang bersifat
norma/aturan, standar, kriteria, dan prosedur. Sedangkan kewenangan pelaksanaan hanya
terbatas pada yang bertujuan :
1. Mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan negara.
2. Menjamin kualitas pelayanan umum yang setara bagi semua WNI.
3. Menjamin efisiensi pelayanan umum yang jenisnya berskala nasional.
4. Menjamin keselamatan fisik dan non fisik secara setara bagi semua WNI.
5. Menjamin pengadaan teknologi keras dan lunak yang langka, canggih, ma-hal, dan
berisiko tinggi serta sumber daya manusia yang berkualifikasi tinggi tetapi sangat
diperlukan oleh bangsa dan negara, seperti tenaga nuklir, teknologi peluncuran satelit,
teknologi penerbangan dan sejenisnya.
6. Menjamin supremasi hukum nasional.
7. Menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat.
Di bawah ini adalah bagan mengenai kewenangan urusan pemerintahan.
URUSAN PEMERINTAHAN
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi wewenang Pemerintah (UU 32/04
Ps.10 (1),(3).

Urusan Pemerintahan di luar


Ps. 10(3) dpt dikelola bersama (Pem, Prov,
Kab/Kota). Dibagi dg kriteria Ps.11(1)

Pol. LN, Han, Kam, Yustisi, Moneter & Fiskal


Nasional, Agama.

Eksternalitas, Akuntabilitas, Efisiensi.

Menyelenggarakan sendiri atau dapat


melimpahkan sebagian urusan kpd
perangkat Pemerintah atau Wakil Pem di
Daerah atau dapat menugaskan kepada
Pemda dan/atau Pemdes {Ps.10 (4)}

Urusan
Pemerintahan
Daerah

WAJIB

Standar Pelayanan
Minimal {Psl.11(4)}

Yan Dasar
(Ps.11(3)

PILIHAN

Sektor
Unggulan
(Ps.11(3)

Diselenggarakan berdsrkn asas


otonomi & tugas pembantuan
(Ps.10(2)

Kewenangan Urusan Pemerintah Provinsi :

Urusan
Pemerintah

Ps.10(5)
-Selenggarakan
sendiri
-Limpahkan sbgn
urusan kpd Gub.
-Tugaskan sbgn
urusan kpd
Pemda dan/atau
Pemdes.

DEKONSENTRASI

(Wakil Pemerintah Pusat)

Urusan Wajib
KEWENANGAN
PEMERINTAHAN

OTONOMI

Urusan Pilihan

T. PEMBANTUAN

Kewenangan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota :

OTONOMI

Urusan Wajib
KEWENANGAN
PEMERINTAHAN

Urusan Pilihan

T. PEMBANTUAN

Kewenangan Urusan Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota :

Seluruh
Urusan

KEWENANGAN
PEMERINTAHAN

- Kecuali kewenangan Pusat.


- Kecuali kewenangan Provinsi.

Urusan
Wajib

Berkaitan dengan
pelayanan dasar

Urusan
Pilihan

Yang secara nyata ada dan


berpotensi tingkatkan kesra sesuai
kondisi, kekhasan, potensi, dan
unggulan.

B. Lembaga Penyelenggara Pemerintahan


1. Tingkat Pusat :
Lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan tingkat pusat adalah : Menteri
Koordinator (Menko), Menteri Departemen (Mendep), Menteri Negara (Meneg),
Sekretaris Negara, Jaksa Agung, Sekretaris Kabinet, TNI, POLRI, Badan Ekstra
Struktural dan Badan Independen, serta Perwakilan RI di Luar Negeri.
a. Menteri Koordinator.
Bidang Tugas :
- Polhukam;
- Perekonomian;
- Kesra.
Fungsi :
- Pengkoordinasian para Meneg dan LPND;
- Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan

penyiapan dan perumusan

kebijakan pemerintah, penyusunan rencana, program dan kegiatan di bidang


yang bersangkutan;
- Pengendalian penyelenggaraan kebijakan, program, dan kegiatan;
- Penyusunan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan kepada Presiden di bidang
tugas dan fungsinya.
Kewenangan :

- Penetapan

kebijakan

secara makro untuk keterpaduan dan sinkro-nisasi

kebijakan lembaga pemerintah di bidangnya;


- Penyusunan rencana makro untuk sinkronisasi rencana dan program lembaga
pemerintah di bidangnya;
- Penandatanganan perjanjian/persetujuan internasional berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Presiden di bidangnya;
- Perumusan prioritas kebijakan secara makro di bidangnya.
Menko dibantu oleh :
- Setmenko selaku unsur pembantu Menko;
- Deputy Menko selaku pelaksana sebagian tugas dan fungsi Menko;
- Staf Ahli Menko selaku unsur pembantu di bidang tugas tertentu;
b. Menteri Negara.
Bidang Tugas :
- Perumahan Rakyat;
- Kebudayaan dan Pariwisata;
- Riset dan Teknologi;
- Koperasi dan UKM;
- Lingkungan Hidup;
- Pemberdayaan Perempuan;
- Pendayagunaan Aparatur Negara;
- Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;
- Perencanaan Pembangunan Nasional;
- Badan Usaha Milik Negara;
- Komunikasi dan Informasi;
- Pemuda dan Olah raga.
Fungsi :
- Perumusan kebijakan pemerintah dalam bidangnya;
- Pengkoordinasian

dan peningkatan keterpaduan penyusunan

renca-na,

pemantauan dan evaluasi terhadap program dan kegiatan serta dalam rangka
penyelesaian masalah;
- Peningkatan peran serta masyarakat di bidangnya;
- Pengkoordinasian kegiatan di bidangnya;
- Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan;
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Presiden.

Kewenangan :
- Penetepan kebijakan sistem informasi secara nasional di bidangnya;
- Pengaturan penerapan perjanjian/persetujuan internasional yang disah-kan atas
nama negara di bidangnya;
- Kewenangan lain yang ditetapkan dengan per-UU-an.
Menneg dibantu oleh :
- Setmeneg selaku unsur Pembantu Setmeneg;
- Deputy selaku unsur Pelaksana;
- Staf Ahli selaku Pembantu bidang tertentu yang diperlukan.
c. Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).
BidangTugas:
- LAN;
- ANRI;
- BKN;
- PERPUSNAS;
- BAPPENAS;
- BPS;
- BSN;
- BAPETEN;
- BATAN;
- BIN;
- LEMSANEG;

- PERUM BULOG;
- BKKBN;
- LAPAN;
- BAKOSURTANAL;
- BPKP;
- LIPI;
- BPPT;
- BKPM;
- BPN;
- BPOM;
- LIN;

- LEMHANAS;
- BMKG.

Secara organisatoris LPND berada di bawah dan bertanggung jawab lang-sung


kepada Presiden, tetapi dalam pelaksanaan tugas operasio-nalnya dikoordinasikan
oleh atau mendapat pembinaan teknis dari Menteri tertentu.
SOTK LPND :
- Kepala;
- Wakil Kepala (bila dipandang perlu);
- Sekretaris Utama;
- Deputy yang membawahkan Direktorat dan/atau Pusat (Fungsi Di-rektorat
adalah pembinaan sementara Pusat adalah pelaksanaan).
- Unit Pengawasan, dapat berbentuk Inspektorat Utama atau Inspektur, yang
bertugas melaksanakan pengawasan fungsional.
d. Kesekretariatan yang Membantu Presiden.
Sekretariat Negara :

Merupakan lembaga pemerintahan yang berada di bawah dan ber-tanggung


jawab langsung kepada Presiden, dipimpin oleh Sekre-taris Negara;

Bertugas memberi dukungan staf dan pelayanan administratif kepa-da Presiden


selaku Kepala Negara dalam menyelenggarakan ke-kuasaan pemerintahan
negara.

Sekretariat Kabinet :
- Merupakan lembaga pemerintahan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Presiden, dipimpin oleh Sekretaris Kabinet.
- Bertugas memberi dukungan staf dan pelayanan administratif ke-pada Presiden
selaku

Kepala

Pemerintahan

dalam

menyeleng-garakan

kekuasaan

pemerintahan negara.
e. Kejaksaan Agung :
-

Merupakan lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di


bidang penuntutan dalam tata susunan kekuasaan badan-badan peradilan dan
keadilan, dipimpin oleh Jaksa Agung.

Terdiri atas Kejaksaan Agung di tingkat pusat, Kejaksaan Tinggi di tingkat


provinsi, dan Kejaksaan Negeri di tingkat kabupaten/kota.

Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa dapat
bertindak atas nama negara atau pemerintah baik didalam maupun di luar
Pengadilan.

Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada


instansi pemerintah lainnya;

Jaksa Agung dibantu oleh seorang Wakil Jaksa Agung dan beberapa orang
Jaksa Agung Muda.

f. Tentara Nasional Indonesia (TNI) :


Kedudukan :
-

Dalam pengerahan dan penggunaan kekuatan militer, TNI berke-dudukan


dibawah Presiden.

Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan adminis-trasi, TNI


berkedudukan di bawah koordinasi Departemen Per-tahanan.

TNI terdiri dari AD, AL, dan AU yang melaksanakan tugas matra atau
gabungan di bawah pimpinan Panglima.

Peran :
- Sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara;
Fungsi :
-

Sebagai penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman


bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedau-latan, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa;

Sebagai penindak terhadap setiap bentuk ancaman terhadap kedau-latan,


keutuhan wilayah, dan keselamatanbangsa;

Sebagai pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat


kekacauan keamanan;

- Dalam menjalankan fungsi-fungsi tsb. di atas, TNI merupakan komponen utama


sistem pertahanan negara.
Tugas :
-

Menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wila-yah NKRI


yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara;

- Tugas dimaksud dilakukan dengan operasi militer untuk perang, dan operasi
militer selain perang;
- Khusus operasi militer selain perang, yaitu untuk :
. Mengatasi gerakan separatis bersenjata;
. Mengatasi pemberontakan bersenjata;
. Mengatasi aksi terorisme;
. Mengamankan wilayah perbatasan;
. Mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis;
. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai kebijakan politik luar negeri;
. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;
. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukung-nya secara
dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta;
. Membantu tugas pemerintahan di daerah;
. Membantu POLRI dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat
yang diatur dalam UU;

Membantu mengamankan tamu negara setingkat Kepala Negara dan


perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.

. Membantu menaggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian


bantuan kemanusiaan;
. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR);
. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan pener-bangan
terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Kepemimpinan :
- TNI dipimpin oleh Panglima;
- Panglima TNI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas persetu-juan
DPR.
g. Kepolisian RI (POLRI) :
Kedudukan :
- POLRI berada di bawah Presiden.

Tugas pokok :
- Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
- Menegakkan hukum;
- Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas bantuan :
- Dalam keadaan darurat membantu TNI yang diatur dengan UU;
- Turut aktif dalam tugas penanggulangan kejahatan internasional sebagai
anggota Criminal Police Organization (Interpol);
- Membantu tugas pemeliharaan perdamaian dunia (peace keeping operation) di
bawah bendera PBB.
Lain-lain :
- POLRI dipimpin oleh Kapolri yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas persetujuan DPR;
- Anggota POLRI tunduk pada kekuasaan peradilan umum;
- POLRI bersikap netral dalam politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan
politik praktis;
- Komisi Kepolisian Nasional dibentuk dengan Kepres, dan bertu- gas :
. Membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan kepolisian negara;

Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan


pemberhentian Kapolri.

h. Badan Ekstra Struktural dan Badan Independen.


Untuk memberi pertimbangan kepada Presiden atau Menteri Kabinet, atau dalam
rangka koordinasi dan pelaksanaan kegiatan tertentu dibentuk badan/lembaga
yang bersifat ekstra struktural. Badan/ lembaga ini tidak termasuk dalam struktur
organisasi Menko, Mendep, atau Meneg dan LPND.

Lomenklatur yang

digunakan adalah Dewan, Badan, Lembaga, Tim, dll. Contoh :


- Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden), berdasar UU No. 19 Tahun 2006.
- DEN (Dewan Ekonomi Nasional);
- DPUN (Dewan Pemulihan Usaha Nasional);
- DPOD (Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah);
- BAPEK (Badan Pertimbangan Kepegawaian);
- Badan Pelaksana APEC;
- BAPERJANAS (Badan Pertimbangan Jabatan Nasional);
- LSF (Lembaga Sensor Film);
- Badan Koordinasi Pelaksana (Bakolak) Inpres 6;
- Tim Pengembangan Industri;
- KONI (Komite Olahraga Nasional);
- Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia);
- KON (Komisi Ombudsman);
- KPU (Komisi Pemilihan Umum);
- KPKPN (Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara);
- KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Untuk lembaga-lembaga independen walaupun dibiayai pemerintah,

tetapi

bekerja secara independen, artinya bebas dari campur tangan Pemerintah dan
pihak mana pun.
i. Perwakilan RI di Luar Negeri.
Perwakilan RI di luar negeri mewakili kepentingan negara RI secara keseluruhan
di negara lain atau pada organisasi internasional. Perwa-kilan tersebut dapat
berupa :
- Kedutaan Besar (KBRI);
- Konsulat Jenderal (Konjen RI);
- Konsulat RI;

- Perutusan Tetap RI di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB);


- Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara;
Perwakilan RI terdiri dari Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsulat.
Perwakilan Diplomatik :
Cakupan kegiatannya menyangkut semua kepentingan negara RI dan wilayah
kerjanya meliputi seluruh wilayah negara penerima atau yang
bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu organisasi internasional.
Perwakilan diplomatik terdiri atas Kedutaan Besar RI dan Perwakilan Tetap RI
yang dipimpin oleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.
Tugas pokok perwakilan diplomatik adalah mewakili negara RI dalam
melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara penerima atau organisasi
internasional, serta melindungi segenap kepentingan negara dan WNI di negara ybs.
sesuai dengan kebijakan pemerintah dan berdasarkan peraturan per-UU-an yang
berlaku termasuk hukum dan tatacara hubungan internasional.
Perwakilan Konsuler :
Kegiatan perwakilan konsuler meliputi semua kepentingan negara RI di bidang
konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu dalam wilayah negara penerima.
Perwakilan konsuler terdiri atas Konsul Jenderal dan Konsul, dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.
Konjen dan Konsul yang tidak ber-ada di bawah tanggung jawab DBLBBP,
bertanggung jawab kepada Menteri Luar Negeri (Menlu). Tugas pokok perwakilan
konsuler adalah mewakili negara RI dalam melaksanakan hubungan konsuler
dengan negara penrima di bidang perekonomian, perdagangan, perhubungan,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku dan tata cara hubungan
internasional.

2. Tingkat Daerah :
Pemerintah Daerah

didasarkan

pada 3 (tiga) asas, yaitu : Desentralisasi,

Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Di bawah ini beberapa penjelas- an :


a. Asas Desentralisasi : Penyerahan wewenang Pemerintah pusat kepada Daerah
otonom dalam kerangka NKRI;
b. Asas Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang dari Pemerintah pusat kepada Gubernur
sebagai Wakil Pemerintan pusat dan/atau perangkat pusat di daerah;

c. Tugas Pembantuan : Penugasan dari Pemerintan pusat kepada Daerah dan Desa, dan
dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan,
sarpras, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya
dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan;
d. Daerah Otonom atau Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas daerah tertentu yang berwenang mengatur dan meng-urus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berda-sarkan aspirasi masyarakat
dalam ikatan NKRI. Daerah otonom terdiri dari Provinsi, dan Kabupaten/Kota;
e. Pemerintah Daerah terdiri dari unsur-unsur :
- DPRD sebagai badan legislatif daerah;
- Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai badan eksekutif;
- Pemerintah Desa.
f. Perangkat Daerah terdiri dari :
- Sekretariat Daerah (Setda);
- Dinas Daerah (Disda);
- Lembaga Teknis Daerah (Lemtekda);
- Kecamatan;
- Kelurahan.
g. Sekretariat Daerah

Unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh

Sekretaris Daerah (Sekda), mempunyai tugas dan kewajiban mem-bantu


Gubernur/Bupati/Walikota dalam menyusun kebijakan dan meng-koordinasikan
Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.
- Sekda Provinsi membawahkan Asisten dan Birobiro, Sekda Kabupaten/ Kota
membawahkan Asisten dan Bagian-bagian.
- Sekretariat DPRD (Setwan) : Unsur pelayanan terhadap DPRD, dipim-pin oleh
Sekretaris DPRD (Sekwan), mempunyai tugas menyeleng-garakan administrasi
kesekretariatan, administrasi keuangan, mendu-kung pelaksanaan tugas dan fungsi
DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan
oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
- Dinas Daerah : Unsur pelaksana otonomi Daerah yang di pimpin oleh Kepala
Dinas, mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
asas desentralisasi dan tugas pembantuan.
- Lembaga Teknis Daerah : Unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh
Kepala Badan/Kantor/Direktur, mempunyai tugas me-laksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah yang ber-sifat spesifik. Lemtekda dapat berbentuk


Badan, Kantor, dan Rumah Sakit.
- Kecamatan :

Merupakan wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah

Kabupaten/Kota.

Camat

mempunyai

tugas

melaksanakan

kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota untuk menangani sebagian


urusan otonomi daerah.
- Kelurahan :
perangkat

Merupakan wilayah kerja Kepala Kelurahan (Lurah) sebagai

daerah

Kabupaten/Kota

dalam

wilayah

kecamatan.

Lurah

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui


Camat.
- Desa atau disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
- Wilayah Administrasi : Wilayah kerja Gubernur selaku Wakil Peme-rintah pusat.
Daerah provinsi karenanya berkedudukan pula sebagai wilayah administrasi. Jadi,
pada satu sisi Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi, dan pada sisi lain adalah
wakil pemerintah pusat.
- Instansi Vertikal : Perangkat Departemen dan/atau LPND di daerah.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAH DAERAH


SEJAK 1945 SAMPAI DENGAN SEKARANG
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1945.
2. Undang-undang No. 22 Tahun 1948.
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1957.
4. Undang-undang No. 6 Tahun 1959.
5. Undang-undang No. 18 Tahun 1965.
6. Undang-undang No. 5 Tahun 1974.
7. Undang-undang No. 22 Tahun 1999.
8. Undang-undang No. 32 Tahun 2004.

3. Aparatur Perekonomian Negara.


Aparatur pemerintah mencakup juga perusahaan milik negara dan milik daerah selaku
aparatur perekonomian negara. Fungsinya di satu sisi sebagai institusi yang mampu
menyediakan pelayanan masyarakat, dan pada sisi lain sebagai perusahaan yang
memiliki kewajiban memaksi-malkan keuntungan. Aparatur perekonomian negara
mencakup :
a. Perusahaan Negara (PN) atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
b. Perusahaan Daerah (PD) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMN disebut
juga Badan Usaha Negara (BUN).
c. Maksud dan tujuan pendirian BUMN/BUN :
-

Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada


umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

- Mengejar keuntungan;
- Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/ jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
- Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksa-nakan oleh
sektor swasta dan koperasi;
- Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah (golekmah), koperasi, dan masyarakat.
- Permodalannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan yang bersumber
dari :
. APBN;
. Kapitalisasi cadangan (penambahan modal disetor dari cadangan);
. Sumber-sumber lain yang sah.
- Pengurusan dan Pengawasan :
. Pengurusan dilakukan oleh Direksi;
. Pengawasan dilakukan oleh Komisaris (Persero) dan Dewan

Peng-awas

(Perum);
. Anggota Direksi, Komisaris, dan Dewan Pengawas dilarang mengambil
keuntungan pribadi, langsung ataupun tidak langsung, selain penghasilan yang
sah.
- Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pembubaran :
.

Dapat dilakukan dengan BUMN lain yang ada.


mengambil alih BUMN atau PT lainnya;

Suatu BUMN dapat

. Ditetapkan dengan PP;


. Sisa hasil likuidasi atau pembubaran (jika ditetapkan lain dalam PP tersebut)
disetorkan langsung ke Kas Negara.
- Kewajiban Pelayanan Umum :
Pemerintah dapat menugaskan khusus kepada BUMN untuk menye-lenggarakan
fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan
BUMN.

Setiap penugasan harus mendapat persetujuan lebih

dulu

RUPS/Menteri.
- Susunan Pengawasann Intern :
Pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawas Intern (SPI) yang di-pimpin oleh
seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Dirut.
- Komite Audit dan Komite lain :
. Komisaris atau Dewan Pengawas wajib membentuk komite audit yang bekerja
secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris/ Dewan Pengawas dalam
melaksanakan tugasnya.
. Komisaris/Dewan Pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan
oleh Menteri, seperti komite remunerasi dan komite nominasi.
- Pemeriksaan Eksternal :
. Pemeriksaan laporan keuangan dilakukan oleh auditor eksternal yang
ditetapkan oleh RUPS untuk persero, dan oleh Menteri untuk Perum;
. BPK berwenang melakukan pemeriksaan terhadap BUMN sesuai dengan
ketentuan peraturan per-UU-an yang berlaku.
- Persero :
. Persero adalah BUMN yang berbentuk PT yang modalnya terbagi saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 %

dimiliki oleh negara RI, yang tujuan

utamanya adalah mengejar keuntungan;


. Pendirian PT diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dasar
pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri teknis BUMN dan
Menteri Keuangan.
- Maksud dan Tujuan Pendirian Persero :
. Menyediakan barang/jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
. Mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
- Organ Persero adalah RUPS, Direksi dan Komisaris :

kuat;

. Menteri bertindak sebagai Ketua RUPS dalam hal seluruh saham dimiliki
negara, dan bertindak sebagai pemagang saham persero atau PT dalam hal
tidak seluruh sahamnya dimiliki negara;
. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS de-ngan masa
jabatan 5 tahun dan dapat diangkat lagi untuk satu kali masa jabatan. Direksi
sewaktu-waktu dapat diberhentikan dengan alasan yang jelas;
. Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dilakukan oleh RUPS dengan
masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat lagi untuk satu kali masa jabatan.
Kominsaris sewaktu-waktu dapat diberhentikan dengan alasan yang jelas;
. Pengangkatan Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan peng-angkatan
Direksi, kecuali pada pengangkatan pertama. Dalam hal Komisaris lebih dari
satu orang, salah satunya diangkat sebagai Komisaris Utama.
-

Persero Terbuka (Tbk) adalah persero yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu, atau persero yang melakukan
penawaran umum sahamnya sesuai dengan peraturan per-UU-an di bidang
pasar modal.

- Perusahaan Umum (Perum) :


. Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya milik negara dan tidak terbagi
atas saham, bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang/jasa yang bermutu tinggi sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan;
. Pendiriannya diusulkan oleh Menteri kepada Presiden.
. Organ Perum adalah Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas;
. Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum
yang diusulkan oleh Direksi setelah mendapatkan persetujuan Dewan
Pengurus;
. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh Menteri untuk 5
tahun, dan dapat diangkat lagi untuk satu kali masa jabatan. Direksi sewaktuwaktu dapat diberhentikan dengan alasan yang jelas;
. Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas ditetapkan oleh Menteri
untuk 5 tahun, dan dapat diangkat lagi untuk satu kali masa jabatan. Anggota
DP sewaktu-waktu dapat diberhentikan dengan alasan yang jelas.
- Lain-lain :

. BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk pembi-naan


koperasi/UKM serta masyarakat di sekitarnya;
. Karyawan BUMN adalah pekerja BUMN ybs. yang pengangkatan,
pemberhentian, kedudukan, hak dan kewajibannya ditetapkan berdasarkan
perjanjian kerja bersama sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an yang
berlaku.
d. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) :
- Perusahaan Daerah dibentuk berdasarkan UU No. 5/1962 (kemu-dian UU ini
berikut berbagai UU dan Perppu dinyatakan tidak ber-laku dengan UU No.
6/1969);
- Modal seluruh atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan,
kecuali ditentukan lain berdasarkan UU;
- Didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda);
- Pembinaan umum terhadap PD dilakukan oleh Mendagri;
- Berdasarkan Inmendagri No. 5/1990 BUMD diubah ke dalam dua bentuk,
yaitu Perumda dan Perseroda.
- Perumda didirikan dengan maksud, tujuan, dan sifat usahanya mengutamakan
penyelenggaraan pelayanan umum (public service) di sam-ping mencari
keuntungan sebagai sumber PAD dengan tetap berpegang teguh pada :
Syarat-syarat efisiensi dan efekti-vitas, prinsip-prinsip ekonomi perusahaan,
dan pelayanan yang baik kepada masyarakat;
- Perseroda (Perusahaan Perseroan Daerah) didirikan dengan maksud dan
tujuan untuk memupuk keuntungan dalam arti, baik pelayanan maupun
pembinaan organisasinya harus secara efektif dan efisien dengan orientasi
bisnis.

BAB VI
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA LAINNYA
DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
NEGARA
A. Lembaga-lembaga Negara
1. Bagan Struktur Ketatanegaraan RI sebelum Perubahan UUD 1945 :

UUD 1945

MPR

BPK

DPR

PRESIDEN

DPA

MA

2. Bagan Struktur Ketatanegaraan RI setelah Perubahan UUD 1945 :

UUD 1945

MPR

PRESIDEN

KEKUASAAN KEHAKIMAN

BPK

DPR

DPD

LEGISLATIF

WAPRES

EKSEKUTIF

B. Penjelasan tentang Lembaga-lembaga Negara

MK

MA

KY

YUDIKATIF

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) :


Berdasarkan UUD 1945 yang telah empat kali diamandemen, MPR sekarang bukan
lagi lembaga tertinggi negara, tetapi sejajar dengan lembaga-lembaga kenegaraan lain
atas dasar pembagian (distribusi) kekuasaan. Tugas MPR sekarang hanya tiga macam
:
a. Mengubah UUD;
b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden;
c. Impeachment (memberhentikan Presiden/Wakil Presiden).
MPR menjalankan sistem majelis perundang-undangan kembar (bika-meral) yang
keanggotaannya terdiri dari seluruh anggota DPR dan DPD hasil Pemilu. Alasan
menjadi lembaga bikameral :
a. Utusan daerah dan golongan pada masa MPR sebelumnya tidak jelas orientasi
keterwakilannya;
b. Kebutuhan mengakomodasi kepentingan masyarakat daerah secara struktural
melalui lembaga formal di tingkat nasional;
c.

Kebutuhan menerapkan sistem checks and balances

untuk mendo-rong

demokratisasi ketatanegaraan Indonesia.


Anggota MPR berjumlah 678 orang, terdiri dari 550 anggota DPR dan 128 anggota
DPD.

Perbedaan MPR Sebelum dan Setelah Amandemen UUD 1945 :


PERBEDAAN
Komposisi
Rekrutmen

SEBELUM PERUBAHAN
UUD 1945
DPR, utusan daerah, dan golongan.
DPR (lewat Pemilu dan diangkat), utusan daerah dan golongan yang diangkat.

Legalisasi

Oleh DPR.

Kewenangan

Tak terbatas

SESUDAH PERUBAHAN
UUD 1945
Anggota DPR dan DPD.
Seluruh anggota DPR dan
DPD dipilih lewat Pemilu.
Kekuasaan legislasi ada di
DPR. DPD juga dapat
mengajukan dan membahas RUU berkaitan dengan
otonomi daerah.
Terbatas tiga, yaitu mengubah UUD, melantik Presiden/Wakil Presiden, dan
impeachment.

Sumber : S. Syarbaini, 2004.

2. Presiden :
a. Kekuasaan sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) :

Dalam menjalankan kewajibannya Presiden dibantu oleh seorang Wakil


Presiden. Hubungan kerja antara Presiden dengan Wakil Presiden ditentukan
oleh Presiden setelah mereka mengadakan pem-bicaraan;

- Presiden berhak mengajukan UU kepada DPR dan dalam keadaan kegentingan


yang memaksa (noodverordeningsrecht) berhak mene-tapkan PERPPU;
-

Untuk menjalankan pemerintahan berhak menetapkan peraturan un-tuk


menjalankan UU (pouvoir reglementair);

- Presiden dan Wakil Presiden (merupakan satu pasangan) dipilih langsung oleh
rakyat melalui Pemilu.
b. Kekuasaan sebagai Kepala Negara :
-

Dengan persetujuan DPR mengangkat dan memberhentikan pim-pinan


(Panglima) TNI, pimpinan (Kepala) POLRI, dan Gubernur Bank Indonesia);

Dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan


perjanjian dengan negara lain;

- Menyatakan negara dalam keadaan bahaya;


- Dengan persetujuan DPR mengangkat duta dan menerima duta ne-gara lain;
- Dengan persetujuan DPR membuat perjanjian internasional;
- Dengan memperhatikan pertimbangan MA memberi grasi dan reha-bilitasi, dan
dengan memperhatikan pertimbangan DPR memberi amnesti dan abolisi.
- Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.
Karena tugas Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan demikian
banyak dan kompleks, di luar struktur lembaga pemerintahan dipandang perlu ada
dewan penasihat/pertimbangan, selain staf ahli dan juru bicara kepresidenan.
Sementara itu DPA sudah tidak ada lagi, maka berdasarkan UU No. 19 Tahun 2006
jo. Perpres No. 10 Tahun 2006, Presiden dapat membentuk Dewan Pertimbangan
Presiden (DPP/Wantim-pres) yang anggota-anggotanya independen (steril dari
kepentingan Par-pol).

Karena itu pembentukan lembaga lain (UKP-PPR) oleh

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk maksud yang sama tidak tepat, sebab
akan tumpang tindih dengan lembaga pemerintahan lain (contoh dengan tugas-tugas
kabinet).
c. Prosedur pemilihan Presiden secara langsung :
- Pasangan Capres/Cawapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta
Pemilu;

- Pasangan yang mendapat suara 50% dan sedikitnya 20% di setiap pro-vinsi yang
tersebar di lebih setengah provinsi seluruh Indonesia;
- Apabila ketentuan di atas tidak terpenuhi, dua pasang calon suara ter-banyak dipilih
kembali secara langsung oleh rakyat, dan yang mendapat suara terbanyak dilantik
oleh MPR menjadi pasangan Presiden/Wakil Presiden;
- Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaku-kan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wapres;
- Dalam hal terjadi kekosongan Wapres, selambat-lambatnya 60 hari, MPR
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wapres dari dua calon yang diusulkan
Presiden;
- Jika Presiden dan Wapres kosong, maka pelaksana tugas kepresidenan adalah
Menlu, Mendagri, dan Menhan secara bersama. Selambat-lambatnya 30 hari setelah
itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk me-milih Presiden dan Wapres dari dua
pasangan calon Presiden dan Wapres yang diusulkan Parpol/Gabungan Parpol yang
pasangan Pre-siden dan Wapresnya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam Pemilu sebelumnya.
e. Impeachment Presiden/Wakil Presiden :
- Apabila menghianati Pancasila dan UUD 1945, melanggar hukum, dan amoral
(diputuskan oleh MK atas ajuan DPR);
- Putusan/vonis MK disampaikan ke DPR dan oleh DPR diusulkan kepada MPR;
- Pemberhentian diambil dalam Sidang Paripurna MPR yang dihadiri 3/4 dan disetujui
2/3 dari anggota yang hadir.

3. Kementerian Negara :
a. Presiden dibantu oleh

Menteri-menteri yang diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden;
b. Menteri-menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan;
c. Menteri-menteri bertanggung jawab kepada Presiden, tidak bergantung ke-pada DPR.
Dalam pengertian ini yang dianut adalah sistem Kabinet Presidensial;
d. Pembentukan, perubahan, dan pembubaran kementerian diatur dalam UU.

4. Pemerintah Daerah :
a. Negara RI dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi dibagi atas
kabupaten dan kota;

b. Penyelenggaraan pemerintahan daerah didasarkan atas asas otonomi

dan tugas

pembantuan;
c. Kepala Daerah Provinsi adalah Gubernur, Kabupaten adalah Bupati, dan Kota adalah
Walikota, yang diproses melalui pemilihan rakyat secara langsung;
d. Terdapat juga Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta
Daerah-daerah lain dengan otonomi khusus.
e. Untuk mendukung keberhasilan otonomi daerah, terdapat dana sebagai sumber
penerimaan pelaksanaan desentralisasi berupa perimbangan keu-angan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Untuk mencukupi sumber penerimaan dalam rangka pelaksanaan otda,

ter-dapat

alokasi dana perimbangan :


PENERIMAAN DARI

No.

BAGIAN DANA
PUSAT

DAERAH

10 %

90 %

20 %

80 %

20 %

80 %

4.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Biaya Peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Sumber Daya Alam (Kehutanan,
Pertambang-an Umum, Perikanan)
Minyak Bumi (setelah dikurangi pajak)

85 %

15 %

5.

Gas Alam

75 %

25 %

1.
2.
3.

Sementara itu Daerah sendiri harus mengupayakan pendapatan asli dae-rah (pajak
daerah, retribusi daerah, dan pendapatan lain-lain).

5. Dewan Perwakilan Rakyat :


a. Keanggotaan DPR merangkap keanggotaan MPR sehingga kedudukan-nya kuat,
karena itu tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Jumlah anggota DPR sekarang ada
550 orang;
b. DPR mempunyai kekuasaan atau fungsi legislasi, anggaran, dan peng-awasan;
c. Tugas dan wewenang DPR meliputi :
- Bersama-sama Presiden membentuk UU;
- Bersama-sama Presiden menetapkan UU-APBN;
- Meratifikasi dan/atau memberikan persetujuan pernyataan perang,

pembuatan

perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh Presiden;

- Membahas hasil pemeriksaan keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;


- Melakukan hal-hal yang ditugaskan oleh Tap MPR kepada DPR.
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut di atas, DPR dan

anggota-

anggotanya mempunyai hak :


- Meminta keterangan (interpelasi);
- Mengadakan penyelidikan (angket);
- Mengadakan perubahan (amandemen);
- Mengajukan pernyataan pendapat.
- Mengajukan rancangan UU (inisiatif);
- Mengajukan pertanyaan, protokoler, dan keuangan/administratif;
-

Mengajukan/menganjurkan seseorang, jika ditentukan oleh suatu per-aturan


perundang-undangan.

Dengan amandemen UUD 1945 (sudah empat kali), terjadi pengurangan kekuasaan
Presiden, sementara kekuasaan DPR bertambah, yaitu :
-

Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR

dalam mengangkat dan

menerima duta, serta dalam pemberian amnesti dan abolisi;


- Presiden harus mendapat persetujuan DPR dalam mengangkat Pang-lima TNI,
Kapolri, dan Gubernur BI;
- DPR memilih anggota dan calon pimpinan lembaga

negara (MA berikut Hakim

Agung, dan BPK) untuk diangkat oleh Presiden. Demikian juga untuk anggota
KPU, KY, dan KPK.
Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD (Provinsi dan Kabupaten/ Kota)
dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka, agar rakyat
mengetahui benar kredibilitas, kapabilitas, serta integritas moral calon yang akan
dipilih.

5. Dewan Perwakilan Daerah :


DPD adalah lembaga negara yang seluruh anggotanya juga anggota MPR. Mereka
merupakan wakil-wakil dari Provinsi.
a. Keanggotaannya dipilih melalui Pemilu (perseorangan);
b. Persidangan sedikitnya sekali dalam satu tahun;
c. Kewenangannya mengajukan rancangan UU kepada DPR yang ber-kaitan dengan
otonomi daerah (ikut membahas), serta memberikan per-timbangan kepada DPR

atas rancangan UU APBN, rancangan UU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,


dan agama (tidak ikut membahas).
d. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
yang hasilnya disampaikan kepada DPR.
e. Yang berkaitan dengan otonomi daerah, antara lain :
- Hubungan Pusat dan Daerah;
- Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
- Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya;
- Masalah perimbangan keuangan Pusat dan Daerah.
Keanggotaan DPD mirip Senat di Amerika Serikat (wakil negara bagian) karena
mewakili Daerah (Provinsi) dengan jumlah tiap provinsi empat orang, dan jumlah
seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR (128 orang). Sekarang
ini DPD sedang gencar memperjuangkan agar fungsinya dalam pembahasan peraturan
perundang-undangan optimal, dan untuk itu mengusulkan amandemen ke lima kali
UUD 1945.

7. Badan Pemeriksa Keuangan :


BPK adalah lembaga negara yang mempunyai tugas memeriksa tanggung jawab
keuangan negara. Badan ini bebas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah.
a.

Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPRD, DPD.

Lembaga

perwakilan ini dan instansi pemerintah harus menindaklanjutinya;


b.

BPK terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua
merangkap anggota, dan lima orang anggota. Keanggotaan ini dipilih melalui fit
and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) oleh DPR dengan memperhatikan
pertim-bangan DPD, kemudian diresmikan oleh Presiden.

c. Ketua BPK dipilih dari dan oleh para anggota;


d. BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di provinsi.

8. Kekuasaan Kehakiman :
1. Mahkamah Konstitusi :
a. Kewajibannya memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran
Presiden menurut UUD;
b. Kewenangannya menguji UU terhadap UUD, memutuskan sengketa kelembagaan
negara, memutuskan pembubaran partai politik, dan perselisihan hasil Pemilu;

c. Keanggotaannya sembilan orang, dan ditetapkan oleh Presiden yang diajukan


masing-masing tiga orang oleh MA, tiga orang oleh DPR, dan tiga orang oleh
Presiden;
d. Ketua dan Wakil Ketua dipilih dari dan oleh anggota.

2. Mahkamah Agung :
a. Kewenangangannya mengadili pada tingkat kasasi dan menguji peraturan
perundang-undangan di bawah UU, serta wewenang lain yang diberikan oleh UU;
b. Ketua dan Wakil Ketua dipilih dari dan oleh para Hakim Agung;
c. Calon Hakim Agung diusulkan oleh KY kepada DPR untuk mendapat persetujuan
(melalui fit and proper test) dan ditetapkan oleh Pre-siden.
d. Badan-badan peradilan yang ada di bawah MA adalah :
- Peradilan Umum;
- Peradilan Militer;
- Peradilan Agama;
- Peradilan Tata Usaha Negara.
3. Komisi Yudisial :
a. Kewenangannya mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPR dan
menjaga kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
b. Keanggotannya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas persetujuan DPR.
Untuk lebih jelasnya mengenai sistem ketatanegaraan RI sebelum dan sesudah perubahan
UUD 1945, berikut ini disajikan matriknya :
SEBELUM PERUBAHAN

SETELAH PERUBAHAN

 Kekuasaan Presiden seolah-olah tidak terbatas.


 Peran DPR dalam membentuk UU
tidak tegas.
 Presiden
mengangkat/menerima
duta tanpa pertimbangan DPR.
 Presiden memberi grasi, amnesti,
abolisi dan rehabilitasi tanpa pertimbangan MA dan DPR.
 Pemerintahan bersifat sentralistik.
 HAM tidak diatur secara lengkap.
 MPR memegang kedaulatan rakyat.
 Presiden/Wapres dipilih MPR.
 Tidak diatur apakah Presiden dapat
membekukan/membubarkan DPR.
 Terdapat DPA.

 Dibatasi hanya dua kali masa jabatan.


 Tugas DPR memegang kekuasaan
membentuk UU.
 Presiden mengangkat/menerima duta
dengan pertimbangan DPR.
 Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan MA,
amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR.
 Desentralisasi pemerintahan dengan
otonomi daerah.
 HAM diatur secara lengkap.
 MPR tidak lagi memegang kedaulatan
rakyat.
 Presiden/Wapres dipilih langsung
oleh rakyat.
 Presiden tidak lagi dapat membeku-

 Tidak ada DPD, MK, dan KY.


 Komposisi MPR terdiri dari DPR,
utusan daerah, dan utusan golongan.

kan/membubarkan DPR.
 DPA dihilangkan, tetapi ada DPD,
MK, dan KY.
 Komposisi MPR terdiri dari DPR dan
DPD.

C. Hubungan Presiden dengan Lembaga-lembaga Negara


1. Presiden dengan MPR :
a. Presiden dan Wakil Presiden dilantik oleh MPR;
b. Dalam hal terjadi kekosongan Wapres, selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari
MPR menyelenggarakan sidang untuk memilih Wapres dari dua calon yang
diusulkan Presiden;
c. Presiden dan Wapres dapat diberhentikan oleh MPR sebelum habis masa jabatannya
(impeachment) atas usul DPR setelah dibuktikan kesalah-annya oleh MK.
2. Presiden dengan DPR :
a. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR dan tidak dapat membubarkan
DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan Presiden;
b. DPR mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan;
c. Sebelum masa jabatan Presiden dan Wapres berakhir, DPR dapat mengajukan usul
pemberhentian Presiden dan Wapres kepada MPR setelah disetujui oleh MK.
d. Sebelum memangku jabatannya Presiden dan Wapres bersumpah menurut agama
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan MPR atau DPR;
e. DPR bersama Presiden menjalankan fungsi legislatif :
- Presiden berhak mengajukan rancangan UU kepada DPR;
- Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama;
- Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama, untuk menjadi UU.
Dalam hal tidak disahkan, maka dalam waktu 30 hari sejak disetujui RUU tsb.
sah menjadi UU dan wajib diundangkan.
f. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain;
g. Presiden mengangkat duta dan menerima penempatan duta dari negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan DPR;
h. Presiden memberi amnesti, abolisi dengan memperhatikan pertimbang-an DPR.
i. DPR bersama Presiden menetapkan UU Propenas;
j. Program tahunan dari Propenas berupa APBN ditetapkan dalam UU;

k. DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pen-dapat.
l. Dalam hal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetap-kan Perppu.
Perppu ini harus mendapat persetujuan DPR dalam persidangan berikutnya, dan
apabila tidak mendapat persetujuan, harus dicabut;
m. Presiden meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR;
n. Presiden meneapkan 9 orang Hakim Konstitusi yang 3 di antaranya diajukan oleh
DPR;
o. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan per-setujuan DPR;
p. Presiden mengangkat Gubernur dan Deputy Gubernur senior BI se-telah mendapat
persetujuan DPR;
q. Presiden menutupi kekurangan modal BI (jika kurang dari dua trilliun) dengan
persetujuan DPR.
3. Presiden dengan DPD :
DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU sepanjang menyangkut
daerah, pengelolaan sumber daya atau ekonomi lainnya, pelak -sanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.
4. Presiden dengan BPK :
a. BPK memeriksa semua pelaksanaan APBN;
b. Presiden meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR.

5. Presiden dengan MA :
a. MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum kepada Pre-siden, baik
diminta maupun tidak;
b. MA memberi nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk
pemberian/penolakan grasi dan rehabilitasi;
c. MA mempunyai wewenang menguji materil terhadap peraturan per-undangundangan di bawah UU;
d. Hakim Agung ditetapkan oleh Presiden dari calon yang diusulkan oleh KY dan
disetujui DPR;
e. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan per-setujuan DPR.
6. Presiden dengan MK :
a. MK memberi putusan atas pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan Wapres menurut UUD;
b. Pengangkatan dan pemberhentian Hakim Konstitusi ditetapkan oleh Pre-siden.

7. Presiden dengan BI :
Menurut UU No. 23/1999 BI berfungsi sebagai bank sentral, adalah lembaga negara
yang independen. Hubungannya dengan Pemerintah :
a. BI sebagai pemegang Kas Pemerintah;
b. Untuk dan atas nama Pemerintah, BI dapat menerima pinjaman luar negeri,
menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah
terhadap pihak luar negeri;
c. Pemerintah wajib meminta pendapat BI atau mengundangnya dalam sidang kabinet
yang membahas masalah ekonomi, keuangan, dan per-bankan yang berkaitan
dengan tugas BI, atau masalah lain yang terma-suk kewenangan BI;
d.

Di samping wajib berkonsultasi dengan DPR, dalam hal Pemerintah akan


menerbitkan surat-surat utang negara, Pemerintah wajib terlebih dulu berkonsultasi
dengan BI;

e. BI dapat membantu penerbitan surat-surat utang negara yang diterbitkan Pemerintah;


f.

BI dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang negara, kecuali di pasar
sekunder. Apabila hal ini dilanggar, maka perubahan itu dinya-takan batal demi
hukum;

g. BI dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.

Dalam hal BI melanggar

ketentuan tsb. perjanjian kredit itu batal demi hukum;


h. Informasi kepada masyarakat yang disampaikan setiap awal tahun secara terbuka
oleh BI tentang evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter dan rencana-rencana
kebijakan dan penatapan sasaran moneter, disampaikan pula secara tertulis kepada
Presiden;
i. Rapat Dewan Gubernur untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter dapat
dihadiri oleh seorang Menteri atau lebih yang mewakili Pemerintah dengan hak
bicara tanpa hak suara.
j. Gubernur dan Deputy Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Pre-siden
dengan persetujuan DPR. Sedangkan Deputy Gubernur diusulkan oleh Gubernur
dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR;
k. Selambat-lambatnya 15

hari sebelum tahun

anggaran, Dewan

Gubernur

menyampaikan anggaran BI yang telah ditetapkan kepada Pemerintah dan DPR;


l. Sisa surplus hasil kegiatan BI diserahkan kepada Pemerintah. Di pihak lain apabila
modal BI menjadi kurang dari dua trilliun, Pemerintah wajib menutupi
kekurangannya setelah mendapat persetujuan DPR.

BAB VII
PROSES MANAJEMEN PEMERINTAHAN

A. Perencanaan
Proses

manajemen

pemerintahan mencakup empat aspek, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Kesemuanya tidak terlepas dari proses


pembangunan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, yaitu masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila (Mas Adam Berdasi). Dengan demikian perencanaan
pemerintahan adalah juga perencanaan pembangunan.

UUD 1945 telah mengalami

empat kali perubahan (aman-demen). Dengan berlakunya amandemen tersebut, telah


terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu :
1. Penguatan kedudukan lembaga legislatif (DPR) dalam penyusunan APBN.
2. Ditiadakannya GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional.
3. Diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam NKRI.

B. Beberapa Pengertian
1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2.

Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua kom-ponen


bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tatacara perencanaan


pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pem-bangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah dokumen peren-canaan untuk


periode 20 (dua puluh) tahun.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah

dokumen perencanaan

untuk periode 5 (lima) tahun.


6. RPJM-KL selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL)
adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
7. RPJM-SKPD selanjutnya disebut Renstra SKPD adalah dokumen peren-canaan SKPD
untuk periode 5 (lima) tahu.
8. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah/Daerah (RKP/RKPD) adalah dokumen peren-canaan Pemerintah/Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun.
9. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
10. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksa-nakan untuk
mewujudkan visi.
11. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif

untuk

mewujudkan visi dan misi.


12. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/ Daerah untuk
mencapai tujuan.
13. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan

yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan


serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.
14. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku
dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan
daerah.
15. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan asas umum
penyelenggaraan negara.
16. Asas Umum Penyelenggaraan Negara dimaksud adalah :
a.

Asas Kepastian Hukum,

yaitu asas yang mengutamakan landasan peraturan

perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara;

b.

Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi lan-dasan


keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan
negara;

c.

Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum


dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

d. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masya-rakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak dis-kriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memper-hatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara;
e. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban penyelenggara negara;
f. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat di-pertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai peme-gang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Proses Perencanaan Pembangunan


1. Pendekatan Perencanaan :
Menurut UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pemba-ngunan
Nasional, terdapat lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu :
a. Politik, yang memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah proses
penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan
program-program

pembangunan

yang

ditawar-kan

masing-masing

calon

Presiden/Kepala Daerah (pada saat kam-panye);


b. Teknokratik, dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir
ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu;
c. Partisipatif, dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berke-pentingan
(stakeholders) terhadap pembangunan;
d. Atas-bawah (top-down), dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan, diselaraskan
melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa;
e. Bawah-atas (bottom-up), idem.

2. Tahapan Perencanaan :
a. Penyusunan rencana :
-

Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat tekno-kratik,


menyeluruh, dan terukur;

Instansi-instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan


berpedoman pada rancangan yang telah disiapkan;

b. Pelibatan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pem-bangunan


yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan mela-lui musyawarah
perencanaan pembangunan;
c. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan;
3. Penetapan Rencana :
Menjadikan produk hukum, yaitu :
a.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah (RPJPN/D) dengan


Undang-undang/Peraturan Daerah;

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah (RPJMN/ D) dengan


Peraturan Presiden/Kepala Daerah;
c. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah/Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP/RKPD)
dengan Peraturan Presiden/Kepala Daerah.
4. Pengendalian Pelaksanaan Rencana :
Melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana oleh
pimpinan Kementrian/Lembaga/SKPD. Sesuai dengan tugas kewenangannya, masingmasing menghimpun dan menganalisisnya.
5. Evaluasi Pelaksanaan Rencana :
Berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana
pembangunan yang mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result),
manfaat (benefit), dan dampak (impact).

D. Pengorganisasian
1. Pengertian :
Keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung
jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu orga-nisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. (S.P. Siagian).

Fungsi pengorganisasian (organizing) tidak lain adalah pembagian kerja, artinya


penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, menge-lompokan tugas-tugas
dan membagi-bagikannya kepada setiap karyawan, dan menetapkan hierarki serta
hubungan-hubungan.
Hasil daripada pengorganisasian adalah organisasi. Organisasi sebagai alat
administrasi dan manajemen dapat ditinjau dari dua sudut pandangan, yaitu :
Organisasi sebagai wadah, dan organisasi sebagai proses.
a. Organisasi sebagai Wadah :
Sebagai wadah, organisasi adalah tempat di mana kegiatan-kegiatan administrasi
dan manajemen dijalankan, dan karenanya bersifat relatif statis.
b. Organisasi sebagai Proses :
Sebagai proses, organisasi menyoroti interaksi antar orang-orang yang ada dalam
organisasi tersebut, dan karenanya bersifat dinamis.

Dari interaksi ini

menimbulkan dua macam hubungan, yaitu :


-

Hubungan Formal (Formal Organization), yang diatur dalam dasar hukum


pendirian (Perda, Akte, SOTK, hierarki, dll.).

Hubungan Informal (Informal Organization), yang didasarkan pada personal


relations, kesamaan keahlian, kesamaan kepentingan, kesamaan interes, dll.
dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.

2. Prinsip-prinsip atau Asas Organisasi :


Hasil daripada pengorganisasian adalah terciptanya organisasi yang baik yang dapat
digerakkan dalam rangka usaha mencapai tujuan dan menurut rencana yang telah
ditentukan.

Organisasi yang baik adalah yang memiliki ciri-ciri, sifat-sifat, atau

memenuhi prinsip-prinsip/asas :
a. Adanya tujuan yang jelas;
b. Tujuan dimaksud harus difahami oleh setiap orang anggota organisasi;
c. Tujuan juga harus diterima oleh setiap orang anggota organisasi;
d. Adanya kesatuan arah (unity of direction);
e. Adanya kesatuan perintah (unity of command);
f. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab (parity of authority
and responsibility).
g. Adanya pendelegasian wewenang (delegation of authority);
h. Adanya pembagian habis tugas (distribution of work);
i. Struktur organisasi disusun sesederhana mungkin;

j. Pola dasar organisasi relatif permanen (line and staff).


k. Adanya jaminan jabatan (security of tenure);
l. Balas jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal dengan jasa yang
mereka berikan terhadap organisasi.
m. Penempatan orang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place);
n. Rentang kendali (span of control);
o. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi;
p. Efisiensi;
q. Kesinambungan (continuity);
r. Pengelompokan yang homogen;
s. Akordeon, dapat diperluas atau dipersempit sesuai dengan beban kerja.
3. Fungsi-fungsi Organisasi :
a. Menurut Leonard D. White :
- Fungsi Lini;
- Fungsi Auxilliay;
- Fungsi Staf.
b. Menurut James D. Money :
- Fungsi Lini;
- Fungsi Staf.
c. Menurut John Pfiffner :
- Fungsi Lini;
- Fungsi Staf.
Penjelasan :
Fungsi Lini  pelaksanaan tugas pokok organisasi (langsung berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai).
Fungsi Auxilliary  pelayanan, yaitu memberi bantuan kepada Lini (di bidang
kepegawaian, pembiayaan, perlengkapan, dll.).
Fungsi Staf  penasihat bagi pimpinan (menelaah problem administrasi/ manajemen,
menasihati, mengamati, dll.).
Administrative Staff  bidang organisasi dan manajemen.
Substantive Staff  bidang teknis fungsional.
E. Pelaksanaan

Setiap aparatur pemerintah bertugas melaksanakan sebagian dari tugas umum


pemerintahan dan pembangunan. Karena merupakan satu sistem, maka tugas ini
melibatkan berbagai unsur sehingga perlu dilakukan pendekatan multi fungsional.
Dengan demikian perlu keterpaduan, keserasian, dan keselarasan untuk mencegah
timbulnya tumpang tindih, benturan, kesimpangsiuran, dan kekacauan. Di sinilah
perlunya koordinasi. Koordinasi dimulai dari proses perumusan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada pengawasan dan pengendaliannya.
1. Jenis Koordinasi :
a. Koord. Hierarkis (Vertikal).
b. Koord. Fungsional :
- Diagonal;
- Horizontal;
- Teritorial.
2. Pedoman Koordinasi :
a. Tentukan pejabat/satuan kerja yang secara fungsional berwenang dan ber-tanggung
jawab mengkoordinasikan;
b. Perlu kejelasan wewenang, tanggung jawab, dan tugas satuan kerja;
c. Rumuskan program kerja organisasi secara jelas;
d. Tetapkan prosedur dan tata cara kerja koordinasi;
e. Kembangkan komunikasi dan konsultasi;
f. Kemampuan pejabat yang berkewajiban mengkoordinasikan;
g. Sarana koordinasi yang tepat;
h. Pedomani PP No. 6/1988 ttg. Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah.
3. Mekanisme Koordinasi :
a. Kebijakan;
b. Rencana;
c. Prosedur dan Tatakerja;
d. Rapat dan Taklimat (Briefing);
e. Surat Keputusan/Edaran Bersama;
f. Dibuat Tim, Panitia, Pokja, Gugus Tugas;
g. Dewan/Badan.
h. Sistem Pelayanan :
- Satu Atap seperti Samsat;
- Satu Pintu, dll.

4. Pelaksanaan Koordinasi dalam Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan :


a. Sidang Kabinet :
- Lengkap;
- Terbatas;
- Rakor Menko;
- Rakor Departemen/LPND/BUMN, dll. di tingkat pusat.
5. Koordinasi Aparatur Pusat di Luar Negeri.
6. Koordinasi Pemerintah Pusat dengan Daerah dengan Mendagri, dll.
7. Koordinasi di tingkat Daerah : Musrenbang :
a. Provinsi;
b. Kabupaten/Kota.
Hubungan kerja baik formal maupun informal dapat dilakukan dengan konsul-tasi dan
informatif.

F. Pengawasan

1. Pengertian :
Menurut Sondang P. Siagian (1996: 135), pengawasan adalah proses peng-amatan
daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Sedemikian eratnya antara perencanaan dengan pengawasan,
malahan Harold Koontz & Cyrill ODonnel mengatakan bahwa Planning and
controlling are the two sides of the same coin. (Perencanaan dan peng-awasan adalah
dua sisi dari koin yang sama).
Pengawasan menyeluruh terhadap semua aktivitas organisasi disebut administrative
control sedangkan pada bagian-bagian atau unit tertentu disebut managerial
control.
2. Sasaran Pengawasan :
Sasaran terakhir pengawasan adalah efisiensi. Efisiensi adalah perbandingan terbaik
antara output dengan input. Artinya, hasil harus lebih besar daripada sumber, alat,
dan tenaga yang dipergunakan. Lain daripada itu harus terdapat pula sasaran-saran
antara, yaitu :

a. Bahwa melalui pengawasan, pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditentukan sesuai


dengan pola yang telah digariskan dalam rencana;
b. Bahwa struktur dan hierarki organisasi sesuai dengan pola yang telah digariskan
dalam rencana;
c. Bahwa penempatan orang-orang sesuai dengan bakat, keahlian, pendi-dikan, dan
pengalamannya, dan bahwa upaya pengembangan keterampilan bawahan
dilaksanakan secara berencana, kontinyu dan sistematis;
d. Bahwa penggunaan alat-alat diusahakan sehemat-hematnya;
e. Bahwa sistem dan prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis kebijaksanaan
yang ditetapkan dalam rencana;
f.

Bahwa pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab didasarkan pada


pertimbangan-pertimbangan yang obyektif rasional, tidak atas dasar suka tidak
suka (like and dislike);

g. Bahwa tidak terdapat penyimpangan dan penyelewengan dalam meng-gunakan


kedudukan, kekuasaan, maupun dan terutama keuangan;
i. Bahwa tidak terdapat penyimpangan dan penyelewengan dalam meng-gunakan
kedudukan, kekuasaan, maupun dan terutama keuangan.
3. Sifat-sifat atau Ciri-ciri Pengawasan :
a. Pengawasan harus bersifat fact finding atau menemukan fakta-fakta mengenai
bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi, yang dikaitkan pula dengan
biaya, tenaga kerja, sistem dan prosedur kerja, struktur organi-sasi, serta faktorfaktor psikologis, dll.
b. Pengawasan harus bersifat preventif, artinya, dijalankan untuk men-cegah
timbulnya penyimpangan-penyimpangan/penyelewengan dari rencana yang telah
ditetapkan;
c. Pengawasan diarahkan pada masa sekarang, artinya, terhadap kegiatan-kegiatan
yang kini sedang dilaksanakan;
d. Pengawasan hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi, bukan tujuan;
e. Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan;
f. Pelaksanaan pengawasan harus efisien, jangan malah menghambat peningkatan
efisiensi;
g. Pengawasan tidak untuk mencari siapa yang salah jika terjadi ketidak-beresan,
tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar dan bagaimana seharusnya.

h. Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana mening-katkan


kemampuannya untuk melaksanakan tugas sesuai ketentuan baginya.
Secara filosofis pengawasan itu memang perlu, mengingat manusia tidak selamanya
benar, suatu ketika dia keliru, salah, dan paling tidak, khilaf!

4. Teknik-teknik Pengawasan :
a.

Pengawasan langsung, yaitu apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri


pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Bentuk pengawasan ini
biasanya :
- Inspeksi langsung;
- On the spot Observation;
- On the spot Report.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan dari jarak jauh. Hal ini terjadi
karena kompleksnya tugas pimpinan, di

samping organisasinya besar.

Pengawasan ini bisa berbentuk tertulis dan lisan.

Kelemahan pengawasan ini

adalah seringnya bawahan melaporkan hal-hal yang baik saja (asal bapak
senang), lebih-lebih apabila pimpinan suka menghukum bawahan yang
melaporkan hal-hal yang jelek.

Padahal hal-hal negatif pun harus mendapat

perhatian untuk bahan perbaikan-perbaikan. Sebaiknya pengawasan langsung dan


tidak langsung kedua-duanya dilaksanakan dengan baik.
5. Ruang Lingkup Pengawasan :
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pemba- ngunan, maka
ruang lingkup pengawasan meliputi :
a. Kegiatan umum pemerintahan;
b. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh aparatur bawahan;
c. Pelaksanaan rencana pembangunan;
d. Penyelenggaraan penguasaan dan pengelolaan keuangan/kekayaan ne-gara;
e. Kegiatan BUMN dan BUMD;
f.

Kegiatan aparatur pemerintah yang meliputi unsur-unsur kelembagaan,


ketatalaksanaan, dan kepegawaian.

6. Macam/Jenis Pengawasan :
a. Pengawasan Melekat (Waskat);
b. Pengawasan Fungsional (Wasnal);

c. Pengawasan Teknis Fungsional;


d. Pengawasan Legislatif (Politik);
e. Pengawasan Masyarakat (Wasmas);
f. Pengawasan Yudikatif.
Sekarang ini pengawasan, bahkan pengendalian penyelenggaraan pemerin-tahan dan
pelaksanaan pembangunan demikian gencar dilakukan, tetapi peri-laku KKN tetap saja
terjadi di mana-mana.
BPKP,

intern

Aparat pengawasan/pemeriksa sudah cukup banyak {BPK,

Departemen/LPND

(Inspektorat),

Bawasda

Provinsi

dan

Kabupaten/Kota}, bahkan penegak hukum (Polisi, Jaksa, Hakim), bahkan Komisi


Yudisial yang bertugas mengawasi para hakim ternyata bobol. Karena itu dibentuk juga
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan pengadilan tindak pidana korupsinya.
Semoga dengan bertambahnya aparat penegak hukum dimaksud, masalah penegakkan
hukum terutama yang berkaitan dengan penyelamatan keuangan dan harta kekayaan
negara yang pada hakekatnya milik rakyat, aman. Dengan demikian tujuan nasional
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila menjadi
kenyataan, bukan hanya mimpi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

BUKU-BUKU :
Attamimi, A. Hamid S. Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Jakarta.
Bratakusumah, Deddy Supriadi dan Solihin, Dadang. 2002. Otonomi Penyeleng-garaan
Pemerintahan Daerah. Cetakan kedua. Jakarta : P.T. SUN.
Frederickson, W. George. 1997. The Spirit of Public Administration. San Fransisco :
Joosey-Boss Publisher.
LAN. 1996. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jilid I & II. Jakarta :
Gunung Agung.
-----.

2005.
SANKRI : Landasan dan Pedoman Pokok Penyelenggaraan dan
Pengembangan Sistem Administrasi Negara. Edisi Revisi. Buku III. Jakarta : LAN.

----- dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Modul 1-5. Jakarta : LAN.
-----.

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Peme-rintah.


Jakarta : LAN.

MacAndrew, Colin dan Ichlasul Amal. 2003.


Hubungan Pusat-Daerah dalam
Pembangunan. Cetakan keempat. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Osborne, David & Gaebler, Ted. 1999.
Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing
Goverment). Terjemahan Abdul Rosyid. Cetakan ke lima. Jakarta : PPM.
------------------- & Plastrik, Peter. 2000. Memangkas Birokrasi (Banishing Bureaucracy).
Terjemahan Abdul Rosyid. Cetakan pertama. Jakarta : PPM.
Riyadi dan Bratakusumah, Deddy Supriady. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah :
Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Cetakan ke tiga.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik dalam Rangka
Otonomi Daerah. Cetakan ke I. Bandung : Mandar Maju.
Soehino. 2002. Ilmu Negara. Cetakan Ke lima. Yogyakarta : Liberty.
Tjokroamidjono, Bintoro. 2000. Good Governance : Paradigma Baru Manajemen
Pembangunan. Jakarta : UI Press.
Supriatna, Tjahyo. 1996. Admnistrasi Birokrasi Pelayanan Publik.
Multima.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Jakarta : Nimas

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta : Setjen MPR-RI
2002.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Peme-rintah Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Menengah Nasional Tahun 2004-2009.

Rencana Pembangunan Jangka

Anda mungkin juga menyukai