Anda di halaman 1dari 56

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM SANKRI

bambang_giyanto07@yahoo.com

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


JAKARTA
2016

NAMA

: Dr. Bambang Giyanto, SH, M.Pd

NIP

19610816 1981031 001

TEMPAT, TGL. LAHIR

PURBALINGGA, 16 Agustus 1961

PANGKAT/GOL. RUANG

PEMBINA Tk. I IV/b

JABATAN SEKARANG

DOSEN STIA LAN JAKARTA

ALAMAT

KANTOR

JL.

ADMINISTRASI

II

PEJOMPONGAN

JAKARTA PUSAT
e-mail

bambang_giyanto07@yahoo.com
ALAMAT RUMAH

Perum Dasana Indah Blok TC VI, Rt.

02/22,

Bojong

Tangerang 15820

Nangka,

Kelapa

Dua,

Batasan Hukum
1.

2.

3.

4.

E.
Utrech
:
Hukum
adalah
Himpunan
peraturanperaturan/larangan-larangan)
yang dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu mengurus tata tertib suatu
masyarakat.
E.M. Meyers (De Algemene Begrippen van het Burgelijk
Recht)
:
Hukum
semua
aturan
yang
mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku
manusia Dalam
masyarakat, dan menjadi pedoman bagi
Penguasa Negara Dalam melakukan tugasnya.
Leon Duguit : Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat
tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat. sebagai jaminan
dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar
menimbulkan
reaksi
bersama
terhadap
orang
yang
melakukan pelanggaran itu.
Immanuel Kant : Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat
yang dg ini kehendak bebas dari orang yang satu dpt
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain,
menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

S.M Amin (Bertamasya ke Alam Hukum) : Hukum


adalah kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi, tujuan
hukum adalah mengadakan ketatatertiban Dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

5.

6.

7.

JCT Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto


(Pelajaran
Hukum
Indonesia)
Hukum
ialah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia Dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh Badanbadan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu dg hukuman tertentu.
M.H
Tirtaatmidjaja
(Pokok-pokok
Hukum
Perniagaan) : Hukum ialah semua aturan (norma)
yang harus ditu-rut Dalam tingkah laku tindakantindakan Dalam
pergaulan hidup dg ancaman
mesti mengganti kerugian jika melanggar aturanaturan itu akan membahayakan diri sendiri/ harta .

NEGARA HUKUM
1.

Negara berdasarkan atas hukum yaitu segala


perbuatan / tindakan pemerintah diDalam
menjalankan tugas dan fungsinya harus
didasarkan kepada hukum dan peraturan
perundang-un-dangan yang berlaku.

2.

Konsep negara hukum berkembang pada akhir


abad 18 dan awal 19, di Eropa Kontinental
dikembangkan oleh Immanuel Kant dan
Frederich Julius Stahl yang lebih dikenal dengan RECHTS STAATS, sedangkan di negaranegara Anglo Saxon dikembang oleh A.V Dicey
yang lebih di-kenal dg RULE OF LAW.

Adapun unsur-unsur Rechtsstaats (Eropa) dan Rule of


Law (Anglo Saxon).
Rechtsstaat

Rule of Law

Perlindungan terhadap
HAM.

Supremasi aturan hukum

Pemisahan/pembagian
kekuasaan negara utk
menjamin HAM.

Kedudukan yang sama


dihadapan hukum.

Pemerintah berdasarkan
PUU.

Adanya jaminan terhadap


HAM.

Adanya Peradilan
Administrasi.

INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM


a.

Penjelasan UUD 1945 mengenai Sistem Pemerintahan


Negara RI:
1.
Indonesia Ialah negara berdasarkan atas hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasarkan pada kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
2.
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi (hukum
dasar) tidak bersifat absolutisme (Kekuasaan yang
tidak terbatas).
b. Pasal 1 ayat (3) Amandemen Ketiga UUD 1945:
Negara Indonesia adalah negara hukum.

PRINSIP NEGARA HUKUM


Negara berdasarkan atas hukum harus
didasarkan atas hukum yang baik dan adil.
Hukum yang baik adalah
hukum yang demokratis yang didasarkan atas
kehendak rakyat, sedangkan hukum yang adil
adalah hukum yang sesuai dan memenuhi
Maksud dan tujuan setiap hukum,
yakni keadilan.

PENGERTIAN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
1)

E. Utrecht mengetengahkan HAN (hukum


pemerintahan) adalah menguji hubungan hukum
istimewa yang diadakan akan memungkinkan
para pejabat (Ambsdrager) administrasi negara
melakukan
tugas
mereka
yang
khusus.
Selanjutnya E, Utrecht menjelaskan bahwa HAN
adalah
yang
mengatur
sebagian
lapagan
pekerjaan administrasi negara.

2)

Cornelis Van Vollenhouven : HAN ialah kesemua


kaidah-kaidah hukum yang bukan hukum tata
negara mate-riil, bukan hukum perdata materiil
dan bukan hukum pidana materiil (Teori residu).

3)

4)

5)

J.M Baron de Gerando : hukum administrasi adalah


peraturan-peraturan yang mengatur hubungan timbal
balik antara pemerintah dan rakyat (Le droit
administratif a pour object le regles qui regissent les
rapports reciproques de Iadministration avec les
administres).
Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum administrasi negara
adalah keseluruhan aturan-aturan hukum yang harus
menjalankan kekuasaannya. Jadi pada asasnya
mengatur negara Dalam keadaan bergerak (staat in
beweging).
Dr.Mr.H.J Romijn : Hukum administrasi negara
adalah keseluruhan aturan-aturan hukum yang
mengatur negara Dalam keadaan bergerak.

6)

Prajudi Atmosudirdjo : HAN adalah hukum


mengenai seluk beluk administrasi negara
(HAN heteronom) dan hukum yang dicipta
atau merupakan hasil buatan administrasi
negara (HAN otonom).

HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN


Hakekat HAN mengatur hubungan hukum
antara Pemerintah dengan warganya serta
memberikan
perlindungan
hukum
kepada
masyarakat atau warga negaranya dari tindakan
sewenang-wewenang aparatur Pemerintah.
Cakupan HAN (Prajudi Atmo-sudirdjo) : adalah
HAN mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan
tingkah laku para Pejabat Administrasi Negara.

Van Wijk-Konjnenbelt dan


Mengatakan HAN meliputi :
a)
b)

c)
d)

P.

de

Haan

Cs.

Mengatur sarana bagi penguasa utk


mengatur dan mengendalikan masyarakat;
Mengatur cara - cara partisipasi warga
negara Dalam
proses pengaturan dan
pengendalian tersebut;
Perlindungan hukum (rechtsbe-sherming);
Menetapkan
norma-norma
fundamental
bagi penguasa untuk pemerintahan yang
baik (algemene beginselen van behoorlijk
bestuur).

TUJUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:


1. Memberikan batasan dan ke-wenangan terhadap
Pejabat Administrasi Negara;
2. Memberikan perlindungan terhadap rakyat atau
badan hukum perdata dari tindakan sewenangwenang Pejabat Administrasi Negara.
TUJUAN PERADILAN ADMINIS-TRASI NEGARA :
1. Prayudi : Tujuan Peradilan Administrasi adalah
mengembangkan dan memelihara ad-ministrasi
negara yang menurut hukum (rechtmatig) atau
tepat menurut UU ( wetmatig) atau tepat
secara fungsional (efektif) dan atau berfungsi
secara efisien.

2. Sachran Basah: Tujuan Peradilan Administrasi


adalah
untuk
memberikan
pengayoman
hukum dan kepastian hukum, baik bagi rakyat
maupun bagi administrasi negara Dalam arti
terjaganya
keseimbangan
kepentingan
masyarakat dengan kepentingan individu.
3. S.F Marbun: Tujuan Peradilan Administrasi
dapat dirumuskan secara preventif utk
mencegah
tindakan-tindakan
administrasi
negara yang melawan hukum dan merugikan,
sedangkan secara represif ditujukan terhadap
tindakan-tindakan administrasi negara yang
melawan hukum dan merugikan rakyat perlu
dan harus dijatuhi sanksi.

PENGERTIAN HUKUM TATA NEGARA


1.

2.

3.

Prof. Mr.J. Oppenheim :


Hukum Tata Negara ialah keseluruhan aturanaturan hukum yang mengadakan alat-alat
perlengkapan dan mengatur kekuasaannya.
Fritz Flener :
Hukum Tata Negara mengatur negara Dalam
keadaan pasif, sedangkan HAN mengatur
negara Dalam keada-an aktif.
Dr.Mr.H.J.Romijn:
Hukum Tata Negara ialah keseluruhan aturan aturan hukum yang mengatur negara Dalam
keadaan tidak bergerak (statis) sedangkan
Hukum Administrasi negara ialah aturan-aturan
hukum yang mengatur negara Dalam keadaan
dinamis.

4.

Van Vollenhouven : Hukum Tata Negara


adalah sekumpulan peraturan - peraturan
hukum
yang
menentukan
badan-badan
kenegaraan serta mem-beri wewenang itu
kepada badan - badan tersebut dari yang
tertinggi
sampai
yang
terendah
kedudukannya.

5.

Djokosutono : Hukun Tata Negara sebagai


hukum mengenai organisasi jabatan-jabatan
di Dalam
rangka pandangan mereka
terhadap Negara se-0bagai organisasi.

BENTUK PERBUATAN PEMERINTAH


a.

b.

Jenis-jenis perbuatan pemerintah


1) Perbuatan non yuridis
2) Perbuatan yuridis (rechtshandeling)

Perbuatan pemerintah yang


bersifat hukum publik
1)
2)

c.

Perbuatan hukum publik yang bersegi


dua, dan
Perbuatan hukum publik yang bersegi
satu.

Perbuatan Pemerintah yang


bersifat hukum privat.

PERBUATAN PEMERINTAH
(Perbuatan yang Dilaksanakan Pejabat
Administrasi
a.

PERBUATAN
PEMERINTAH
DILAKSANAKAN
BERDASARKAN:
1. Peraturan Perundang-undangan yang ada;
2. Belum
ada Peraturan Perundangannya
(Freies Ermessen / Discretion).

b.

Freies Ermessen / Discretion /Kebijakan:


1. Sjachran Basah : Freies Ermessen adalah
keleluasan dalam menentukan kebijakankebijakan melalui sikap tindak administrasi
negara yang harus dapat dipertanggungjawabkan.

2.

AV. DICEY (Bagir Manan) discreationary


power adalah berisi kebebasan Mahkota
atau aparatnya untuk melaksanakan
suatu tindakan tanpa terlebih dahulu
harus
meminta
persetujuan/pengatur
oleh parlemen.

3.

S.F Marbun Freies Ermessen adalah


kebebasan utk bertindak atas inisiatif
sendiri
menyelesaikan
persoalanpersoalan penting dan mendesak yang
muncul secara tiba-tiba, dimana hukum
tidak mengaturnya.

c.

TOLAK UKUR PENGGUNAAN FREIES


ERMESSEN / DISCRETION/ KEBIJAKAN:
1. Adanya kebebasan yang dimungkinkan
oleh
hukum
kepada
administrasi
negara untuk bertindak atas inisiatif
sendiri;
2. Terdapat persoalan yang penting dan
segera
mendesak
untuk
segera
diselesaikan;
3. Harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral dan hukum.

PERSOALAN yang PENTING DAN MENDESAK


(Marcus Lukman) adalah :
1.
2.
3.

4.
5.

Persoalan yang muncul harus menyngkut


kepentingan umum;
Munculnya secara tiba-tiba dan berada diluar
rencana;
Untuk mengatasi hal tersebut peraturan
perundang-undangannya
secara
khusus
belum ada;
Penyelesaiannya tidak bisa memakai prosedur
Administrasi biasa (Normal);
Jika tidak cepat diselesaikan persoalan
tersebut.
menimbulkan
kerugian
bagi
kepentingan umum.

HARUS dpt DIPERTANGGUNGJAWABKAN SECARA


MORAL DAN HUKUM
1.
2.

Secara moral : berdasarkan Pancasila dan


Sumpah/Janji;
Secara Hukum:
a. Batas atas: wajib taat asas terhadap tata
urutan
peraturan
perundang-undangan
Indonesia, baik secara vertikal maupun
secara horizontal dan tidak melanggar
hukum;
b. Batas bawah: tidak boleh melanggar hak
warga
negara
atas
pekerjaan
dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

KEWENANGAN
1.

Kewenangan (authority/gezag) adalah apa yang disebut dg


kekuasaan formal, yaitu kekuasaan yang berasal dari
legislatif (diberi oleh UU) atau dari Kekuasaan Eksekutif.

2.

Kekuasaan adalah hak utk berbuat atau tidak berbuat,


sedangkan diDalam wewenang berarti hak dan kewajiban.
Wewenang (competence, bevoegdheid) adalah kekuasaan
utk melakukan tindakan hukum publik. DiDalam
kewenangan terdpt beberapa wewenang.

3.

Cara memperoleh kewenangan melalui tiga cara, yaitu


atribusi, delegasi dan mandat.

ATRIBUSI
1.
Atribusi adalah pemberian wewenang oleh pembuat undangundang kepada organ pemerintahan.
2.
Dalam atribusi wewenang dikemukakan bila undang-undang
menyerahkan wewenang tertentu kepada organ tertentu.
3.
Tanggungjawab
melekat
pada
organ
yang
diserahi
wewenang.
4.
Dalam
atribusi akan terjadi, penerima wewenang dpt
menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang
yang sudah ada;

DELEGASI
1.

2.
3.
4.

Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari


suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan
lainnya;
Dalam delegasi kewenangan yang telah dilimpahkan menjadi
milik organ yang telah diserahi kewenangan.
Kewenangan
yang
telah
dilimpahkan
menjadi
Tanggungjawabnya organ yang menerima delegasi.
Dalam hal pelimpahan wewenang oleh pemerintahan melalui
delegasi terdapat syarat-syarat :
a.
b.

c.
d.

e.

Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi tidak boleh lagi


menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan;
Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada
ketentuan untuk itu Dalam peraturan perundang-undangan;
Delegasi tidak kepada bawahan, artinya Dalam
hubungan
khierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi;
Kewajiban memberikan keterangan, artinya delegans berwenang
untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang
tersebut;
Peraturan kebijakan, artinya delegans memberikan instruksi tentang
penggunaan wewenang.

MANDAT
1. Mandat adalah pemberian kewenangan oleh
organ pemerintahan kepada organ lainnya utk
mengambil Keputusan atas namanya;
2. Dalam mandat, penerima mandat (mandataris)
hanya bertindak utk dan atas nama pemberi
mandat (mandans), tanggungjawab akhir
Keputusan yang diambil mandataris tetap
berada pada pemberi mandat (mandans).

PERBEDAAN DELEGASI DAN MANDAT


DELEGASI:
1. Pelimpahan wewenang;
2. Kewenangan tidak dpt dijalankan secara insidental
oleh organ yang memiliki wewenang asli;
3. Terjadi peralihan tanggungjawab;
4. Harus berdasarkan UU;
5. Harus tertulis.
MANDAT:
1. Perintah untuk melaksanakan;
2. Kewenangan dapat dilaksanakan sewaktu-waktu
oleh Mandans (pemberi);
3. Tidak terjadi peralihan tanggungjawab;
4. Tidak harus berdasarkan UU;
5. dapat tertulis, dapat juga secara lisan.
(Sumber: RJHM Huisman, Algemeen Bestuurecht, h. 8
diadop dari HR. Ridwan: 109)

Menurut Philipus H. Hadjon


DELEGASI
Prosedur pelimpahan

Tanggungjawab
tanggung gugat

Dari
suatu
organ
pemerintahan
kepada
organ lain: dengan PUU

MANDAT
Dalam hubungan rutin
atasan-bawahan:
hal
biasa kecuali dilarang
tegas.

dan Tanggungjawab
dan Tetap
pada
tanggung gugat beralih mandat
kepada delegataris

Kemungkinan si pemberi Tidak dpt menggunakan


menggunakan
wewenang
itu
lagi
wewenang itu lagi
kecuali
setelah
ada
pencabutan
dg
berpegang pada asas
contrarius actus).

pemberi

Setiap
saat
dpt
menggunakan
sendiri
wewenang itu yang telah
dilimpahkan.

SUMBER HUKUM ADMINISTRASI HEGARA


Dalam penjelasan UUD 1945 perihal sistem
Pemerintahan Negara ditegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang berdasar atas hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machtsstaat).
Sumber hukum formal yang dijadikan sebagai dasar
hukum nasional adalah sebagai berikut :
1.
Pancasila;
2.
UUD 1945;
3.
Ketetapan MPR;
4.
Undang-Undang;
5.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(PERPU);

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Peraturan Pemerintah;
Keputusan (Peraturan) Presiden;
PERMEN/KEPMEN
Peraturan Daerah (PERDA);
Yurisprudensi;
Hukum Tidak Tertulis;
Hukum Internasional;
Keputusan TUN;
Doktrin.

TATA URUTAN DAN SUMBER PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN
1.

TAP MPRS NO.XX/MPRS/1966 TENTANG TATA


URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
a.
UUD 1945;
b.
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (PERPU);
c.
Peraturan Pemerintah;
d.
Keputusan Presiden;
e.
Peraturan Pelaksana lainnya, seperti:
1)
Peraturan Menteri
2)
Instruksi Menteri
3)
Dan lain-lainnya

2. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000


a) UUD 1945;
b) TAP MPR;
c) Undang-undang;
d) Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti Undang-Undang (PERPU);
e) Peraturan Pemerintah;
f) Keputusan Presiden;
g) Peraturan Daerah.

3. UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 2004


1.
2.
3.
4.
5.

TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN
UUD Negara RI Tahun 1945;
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (PERPU);
Peraturan Pemerintah;
Peraturan Presiden;
Peraturan Daerah.
a. Perda Propvinsi/Kabupaten/Kota;
b. Perdes/Peraturan yang setingkat.

Peraturan lain yang diakui keberadaannya dan


mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
sepanjang
diperintahkan
oleh
Perturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu
Peraturan yang dikeluarkan oleh MPR dan DPR,
DPD, MA, MK, BPK, BI, Menteri, kepala badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk oleh undang-undang atau pemerintah
atas
perintah
undang-undang,
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Gubernur,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/
Kota, Bupati/ Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.

1.
2.
3.
4.
5.

6.

Dengan diberlakukannya UU No. 10 Tahun 2004,


apakah Tap MPR No. III Tahun 2000 dinyatakan
tetap berlaku ?
Berdasarkan TAP MPR RI No. I Tahun 2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dam MPR RI Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, dinyatakan :
8 Ketetapan MPRS/MPR Dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku (Ps. 1);
3 Ketetapan MPRS/MPR dinyatakan tetap berlaku
(Ps. 2);
8 Ketatapan MPR
dinyatakan
masih berlaku
sampai dengan hasil PEMILU Tahun 2004 (Ps. 3);
11 Ketetapan MPR
dinyatakan
masih berlaku
sampai dengan terbentuknya UU (Ps. 4);
5 Ketetapan MPR
dinyatakan
masih berlaku
sampai dengan ditetapkannya Peraturan Tatib yang
baru oleh MPR hasil PEMILU Tahun 2004 (Ps. 5);
104 Ketetapan MPRS/MPR
dinyatakan
tidak
perlu dilakukan dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat einmalig (final) , telah
dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan. (Ps. 6);

4.

UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2011


TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
a.
UUD Negara RI Tahun 1945;
b.
Tap MPR
c.
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (PERPU);
d.
Peraturan Pemerintah;
e.
Peraturan Presiden;
f.
Peraturan Daerah Propinsi;
g.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

1.

Jenis
Peraturan
Perundang-undangan
selain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh MPR, DPR,
DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU
atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD Provinsi,
Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat. (Pasal 8 ayat (1)).

2.

Peraturan
Perundang-undangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.

PERADILAN TUN
(UU NO. 5 TAHUN 1986 Jo UU NO. 9 TAHUN 2004)

1.

ALASAN PENDIRIAN PTUN


a. Landasan Filosofis :
1) Mencapai suatu masyarakat adil dan
makmur;
2) Negara Indonesia adalah Negara Hukum;
3) Menghindari adanya kese-wenangwenangan aparatur pemerintah terhadap
rakyat;
4) Menciptakan aparatur pemerin-tah yang
efisien, efektif, bersih dan berwibawa.
b.

Landasan Yuridis:
1)

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok


Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dg UU No. 4 Th. 2004;
2) UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung sebagaimana telah diubah dg UU No.
5 Th 2004.
Landasan Sosiologis :
Memberikan Perlindungan dan ke-pastian hukum
terhadap masyarakat.
1)

c.

2.

TUJUAN:
utk menyelesaikan sengketa antara pemerintah
dg negaranya yang ditimbulkan akibat Keputusan
TUN yang diambil oleh Penjabat Administrasi
Negara.

BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG PTUN


1.

2.

3.

TUN
adalah
Administrasi
Negara
yang
melaksanakan fungsi utk menyelenggarakan
urus-an pemerintah baik di pusat maupun
daerah.
Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau
Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintah
ber-dasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata
Usaha yang berisi tindakan hukum TUN yang
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku,yang bersifat konkret , individual
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

4.

5.

Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul


Dalam bidang TUN antara orang atau badan
hukum perdata dg Badan atau Pejabat
TUN,baik di pusat maupun di daerah sebagai
akibat
dikeluarkannya
Keputusan
TUN,
TERMASUK
SENGKETA
KEPEGAWAIAN
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Gugatan adalah permohonan yang berisi
tuntutan terhadap Badan / Pejabat TUN dan
diajukan ke Pengadilan utk mendptkan
Keputusan.

6.

Tergugat adalah Badan / Pejabat TUN yang


mengeluarkan Keputusan berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau yang
dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh
orang atau badan hukum perdata.

HUKUM ACARA
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
a.

GUGATAN (Ps 53 ayat (1) ) Seorang/badan hukum perdata


yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Kep.
dpt mengajukan gugatan tertulis ke Pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar Kep. TUN yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dg
/tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi.

b.

ALASAN GUGATAN (Ps.53 ayat (2) UU No. 5/1986)


1.
Kep. TUN yang digugat bertentangan dg PUU yang
berlaku;
2.

Badan/Pejabat
TUN
pada
waktu
mengeluarkan
Keputusan telah menggunakan wewenangnya utk
tujuan lain dari maksud yang diberikan wewenangnya;

3.

Badan/Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan/ tidak


mengeluarkan Keputusan, setelah mempertimbangkan
semua kepentingan yang tersangkut dg Keputusan itu
seharusnya tidak sampai pada Pengadilan atau tidak
pengambilan Keputusan tsb..

ALASAN GUGATAN (Ps.53 ayat (2) UU


No. 9/2004)

Kep. TUN yang digugat


bertentangan dg peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

Kep. TUN yang digugat


bertentangan dg asas-asas umum
pemerintahan yang baik;

Pasal 55
Gugatan dpt diajukan hanya Dalam tenggang waktu sembilan puluh hari
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan
Badan atau Pejabat TUN.
Pasal 67
(1)

Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya


Keputusan Badan/ Pejabat TUN serta tindakan Badan/Pejabat TUN
yang digugat.

(2) Penggugat dpt mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan


TUN itu ditunda selama pemeriksaan sengketa TUN sedang berjalan,
sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum
tetap.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud Dalam ayat (2) dpt diajukan
sekaligus Dalam gugatan dan dpt diputus terlebih dahulu dari pokok
sengketanya.
(4) Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud Dalam ayat (2) :
a.
Dpt dikabulkan hanya apabila terdpt keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat
dirugikan jika Keputusan TUN yang digugat itu tetap
dilaksanakan;
b.
tidak dpt dikabulkan apabila kepentingan umum Dalam rangka
pembangunan mengharuskan dilaksanakannya Keputusan tsb..

PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN


TATA USAHA NEGARA

a.

Putusan Pengadilan harus diucapkan Dalam


terbuka utk umum (Ps. 108 ayat 1);

sidang

b.

Hanya Putusan Pengadilan yang telah memperoleh


kekuatan hukum tetap yang dpt dilaksanakan (Ps.115);

c.

Salinan putusan Pengadilan yang telah memperoleh


kekuatan hukum tetap, dikirimkan kepada para pihak dg
surat tercatat oleh Panitera Pengadilan setempat atas
perintah Ketua Pengadilan yang mengadili Dalam tingkat
pertama selambat-lambatnya Dalam
waktu 14 hari
(Ps.116 ayat 1);

d.

Dalam , hal 4 (Empat) bulan setelah putusan Pengadilan


yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap telah
dikirimkan, tergugat tidak melaksanakan kewajibannya,
maka Keputusan TUN yang disengketakan itu tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi (Ps.116 ayat 2);

d.

e.

f.

g.

Dalam
hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan
kewajibannya, dan kemudian setelah 3 (tiga) bulan ternyata
kewajiban
tsb.
tidak
dilaksanakannya,
maka
penggugat
mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan, agar
Pengadilan memerintahkan tergugat melaksanakan putusan
Pengadilan tsb. (Ps. 116 ayat 3);
Jika tergugat masih tetap tidak mau melaksanakannya ,
Ketua Pengadilan mengajukan hal ini kepada instansi atasannya
menurut jenjang jabatan (Ps 116 ayat 4) UU No. 5 Tahun 1986;
Instansi atasan Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah menerima
pemberitahuan dari Ketua Pengadilan harus sudah memerintahkan
pejabat utk melaksanakan putusan Pengadilan tsb. (Ps. 116 ayat
5);
Dalam hal instansi atasan, tidak mengindahkan maka Ketua
Pengadilan mengajukan hal ini kepada Presiden sebagai
pemegang kekuasaan pemerintah tertinggi utk memerintahkan
pejabat tsb. melaksanakan putusan Pengadilan tsb. (Ps. 116 ayat
6).

UU No. 9 Tahun 2004


1.

Ps 116 ayat (4) :Dalam hal tergugat tdk mau


melaksanakan Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap
pejabat ybs. dikenakan upaya paksa berupa
pembayaran sejumlah uang dan/atau sanksi
administratif;

2.

Ps 116 ayat (5) :Pejabat yang tidak melaksanakan


Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, akan diumumkan pada media massa
cetak setempat oleh Panitera sejak tidak
terpenuhinya kewajiban pelaksanaan Putusan
Pengadilan.

3.

GANTI RUGI :
a.
Salinan putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan
kepada penggugat dan tergugat Dalam waktu
tiga hari setelah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap (Ps. 120 ayat 1);
b.
Salinan Putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan pula
oleh pengadilan kepada Badan atau Pejabat
TUN yang dibebani kewajiban utk membayar
ganti rugi tsb. Dalam waktu 3 hari setelah
Keputusan pengadilan memperoleh kekuatan
hukum tetap(Ps. 120 ayat 2);
c.
Besarnya ganti rugi beserta tata cara
pelaksanaan diatur lebih lanjut dg Peraturan
Pemerintah (Ps. 120 Ayat 3).

4.

REHABILITASI :
a.
Dalam hal gugatan yang berkaitan Dalam bidang
kepegawaian di-kabulkan sesuai dg ketentuan
sebagaimana dimaksud Dalam ps. 97 ayat (11),
salinan putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban tentang rehabilitasi dikirimkan
kepada penggugat dan tergugat Dalam waktu
tiga hari setelah putusan itu memperoleh
kekuatan hukum tetap (Ps. 121 ayat 2);
b.
Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban
tentang rehabilitasi sebagaimana dimaksud Dalam
ayat (1) dikirmkan pula oleh Pengadilan kepada
Badan atau Pejabat TUN yang dibebani kewajiban
melaksanakan.
c.

Rehabilitasi tsb. Dalam waktu


tiga hari setelah
putusan itu memperoleh kekuatan hukum tetap
(Ps. 121 ayat 2).

UPAYA ADMINISTRATIF :
Upaya Administratif adalah suatu
prosedur yang dpt ditempuh oleh
seorang atau badan hukum perdata
apabila ia tidak puas terhadap suatu
Keputusan TUN.

PENYELESAIAN SENGKETA
KEPEGAWAIAN
a.

b.

UU No.43 Tahun 1999, Pasal 35 :


1)
Sengketa kepegawaian diselesai-kan melalui
Peradilan TUN.
2)
Sengketa Kepegawaian sebagai akibat
pelanggaran terhadap peraturan disiplin PNS
diselesaikan melalui upaya banding
administratif kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
UU No. 5 Tahun 1986 Pasal 1 Butir 4:
Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul Dalam
bidang TUN antara Orang/Badan Hukum Perdata
dg Badan/Pejabat TUN, baik di Pusat maupun
Daerah sebagai akibat di-keluarkanya Keputusan
TUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan PUU yang berlaku.

1.
2.
3.

4.

PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 129 UU ASN
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui
upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan
banding administratif.
Keberatan diajukan secara tertulis kepada
atasan pejabat yang berwenang menghukum
dengan memuat alasan keberatan dan
tembusannya disampaikan kepada pejabat
yang berwenang menghukum.
Banding administratif diajukan kepada badan
pertimbangan ASN.

KESIMPULAN
1.

2.
3.

4.

Kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman,


hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan
(Mochtar Kusuatmadja);
HAN sangat penting Dalam penye-lenggaraan
kekuasaan Negara oleh Administrasi Negara.
HAN Berfungsi dua sisi :
a. HAN berperan mengatur wewe-nang, tugas
dan fungsi Administrasi Negara;
b. HAN membatasi kekuasaan Administrasi
Negara.
HAN mengakibatkan sikap tindak Administrasi
Negara harus sesuai recht-matige dan
wetmatige;

5.

HAN berperan seluruh sikap tindak dan


penggunaan kekuasaan oleh Administrasi
Negara.
KAPAN AKAN DIMULAI PENEGAKKAN HUKUM
DEMI TERCAPAINYA SUPREMASI HUKUM GUNA
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN
MAKMUR.

1. TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA;


2. MOHON MAAF JIKA ADA
KATA-KATA YANG KURANG
BERKENAN;
3. SAMPAI JUMPA LAGI

Dr. Bambang Giyanto, SH,


M.Pd

Anda mungkin juga menyukai