Anda di halaman 1dari 4

Konsep Prevensi

Prevensi adalah upaya untuk mencegah timbulnya masalah. Prevensi merupakan sebuah
konsep yang berasal dari bahasa latin yang memiliki arti mengantisipasi sesuatu sebelum hal
tersebut terjadi. Prevensi menitikberatkan pada faktor-faktor yang dapat diubah sebelum
keadaan yang tidak diinginkan berkembang lebih jauh.
Psikologi komunitas lebih menekankan pada upaya pencegahan, bukan pada praktik
perawatan perawatan (treatment) yang merupakan ranah dari psikologi klinis. Setelah ada
masalah, treatment biasanya baru dimulai dan kadang-kadang bisa dikatakan terlambat sehingga
kurang efektif. Kita biasanya menyadari beratnya kerusakan dan penderitaan psikologis yang
dialami setelah berbagai usaha serta kagagalan mengatasi dilakukakan dan untuk memulihkan
kembali kekadaan memerlukan biaya perbaikan yang mahal diseertai kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan masyarakat luas. Pencegahan dapat menolong sebelum mamsaah
terjadi.
Psikologi komunitas lebih menekankan pada tindakan proaktif mencegah ketimbang
tindakan reaktif. Tindakan reaktif sering muncul ketika menghadapi kejadian maisalnya seorang
tertangkap dipukuli ramai-ramai karena dikira pencuri, atau di jalan raya banyak
orang/pengendara bertindak sesuai kepentingannya sendiri merupakan tindakan reaktif yang
menimbulkan kemacetan. Sebaliknya tiindakan pencegahan sebagai contoh: polisi berpatroli
secara rutin untuk mencegah adanya kemacetan lalu lintas dan kejahatan. Pemerintah
mengeluarkan peraturan tertulis menetapkan perilaku yang diinginkan guna mencegah perilaku
yang tidak diharapkan. Penjelasan tentang seks sebaiknya diberikan sebelum memasuki usia
dewasa sehingga kehamian yang tidak dikehendaki dapat dicegah karena remaja sudah
mengetahi akibat dar tindaknyang dilakukan.
Psikologi komunitas memberi penekanan untuk memperkembangkan kompetensi sosial,
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekuatan positif yang dimiliki bersama. Kompetensi
pada hakikatnya adalah kemampuan seseorang dalam menguasai sesuatu; kompetensi adalah
kemauan mendasar untuk merasa mampu mengerjakan sesuatu. Ketika berinteraksi dengan orang
laintidak ada seorangpun yang mau dikatakan bahwa dirinya tidak kompeten. Menyadari adanya
kemampuan pada setiap orang merupakan suatu kekuatan yang berguna untuk kepentingan
bersama atau dalam mengupayakan suatu keinginan bersama.
Sampai saat ini prevensi dan promosi utama tersebut masih dipertentangkan yaitu apakah
menggunakan pendekatan pencegahan terhadap gangguan (proponent of disorder prevention)

atau pendekatan prevensi untuk peningkatan kesejahteraan dan kompetensi sosial (promotion of
wellness and socil competence).
Pendukung konsep prevensi terhadap suatu gangguan menganggap bahwa mencegah
gangguan kelainan seperti depresi, schizophrenia, bunuh diri atau kelainan lainnya merupakan
suatu hal yang penting unutk dipelajari. Penelitian dalam hal ini harus ditujukan untuk
menghambat dan mengurangi faktor-faktor risiko yang muncul dari adanya kelaianan tersebut.
Sudut pandang ini lebih mengutamakan pilihan intervensi yang sifatnya khusus da nada indicator
yang jelas.
Adapun pendukung dari pendekatan peningkatan kesejahteraan dan kompetensi sosial
(promotion of wellness and socil competence) percaya bahwa banyak manusia yang tidak berada
dalam kondisi psikologis bahagia dan sejahtera (psychological well-being). Kita perlu menolong
orang lebih dari sekedar menolong dan mengeluarkan mereka dari penderitaan, melainkan
menolong agar dapat membuat mereka merasa bahagia-sejahtera.penelitian dari sudut pandang
konsep ini harus ditujukan untuk mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang berpotensi
meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan ketahanan mental untuk menjalani kehidupan
sehari-hari.
Peran para psikolog komunitas dalam hal ini adalah mempertahankan kedua pespektif
trsebut untuk saling mengisi dan menjembatani fungsi keduanya.
Melaksanakan program pencegahan dan pengembangan kompetensi sosial di lapangan
perlu mempertimbangakan banyak hal.
Model prevensi dalam psikologi kmunitas dikemukakan oleh bower (dalam wibowo
dkk:2013) menekankan pada kompetensi sosial, kesejahteraan, kesehatan, dan permasalahn
perilaku.
Macam Upaya Pencegahan
Dalam kehidupan ada tiga macam upaya pencegahan, yaitu: (1) key integrated social
system (kiss), (2) ailing-in difficulty (AID), dan (3) Illness Correctional Endeavor (ICE).
1) KISS
key integrated social system (KISS) merupakan setting formal maupun informal dimulai sejak
dalam kandungan ibu sampai pada masa kanak-kanak. Sistem yang pertama adalah sistem
perawatan kesehatan anak yang dimulai dari masa prenatal, proses kelahiran, dan perawatan
pasca kelahiran. Sistem yang kedua adalah keluarga yang dapat membentuk nilai dan harapan
hidup serta memberikan kesempatan bagi perkembanngan kognitif, afektif, kemampuan
interpersonal dan keterampilan akademik anak. Sistem yang ketiga adalah sekolah sebagai

tempat mengenal dan pembentukan nilai-nilai dalam masyarakat pada anak. Sistem informal
dalam KISS lebih menitikberatkan pada hubungan anak dengan lingkungan sosialnya, seperti
lingkungan teman-teman dekat (peers). KISS merupakan integrasi dari sitem-sistem sosial yang
hidup dalam masyarakat yang berinteraksi secara langsung dan intens untuk menanamkan nilainilai masyarakat itu sendiri.
2) AID Institution
Orang-orang yang kurang memiliki kesempatan untuk memfungsikan dirinya berinteraksi secara
langsung dan intens seperti dalam model KISS dapat mengambil alternative prevensi dalam
institusi AID atau Ailing in Difficulty. Sebagai contoh, dapat berupa pelayanan, pengarahan dan
konseling di sekolah, pemberian fasilitas perawatan kesehatan mental bagi gawat darurat di
rumah sakit.para pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, dan pelayanan perawatan bagi pasien
yang berada dalam ruangan gawat darurat rumah sakit.
3) ICE
ICE atau Illness Correctional Endeavors merupakan usaha-usaha untuk memperbaiki keadaan
orang yang sakit atau yang membutuhkan dukungan mental. Biasanya sitem ICE ini terdapat di
rumah sakit (psikiater), penjara dan fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang lainnya.
Jenis Prevensi
Caplan (dalam Wibowo, 2013) membedakan prevensi ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Prevensi primer (Primary intervention)
Prevensi ini diberikan untuk semua populasi, tidak hanya pada populasi yang diketahui sedang
membutuhkan pertolongan, tetapi juga yang berada dalam kondisi sukar (distress). Intervensi
pencegahan awal yang dilakukan adalah dengan mengurangi kemungkinan munculnya dampak
yang membahayakan dari lingkungan sebelum hal tersebut berkembang menjadi masalah.
contohnya seperti memberi vaksinasi, memberikan program pelatihan pengambilan keputusan
dan pelatihan keterampilan memecahkan masalah.
2. Prevensi sekunder (secondary prevention)
Prevensi ini disebut juga prevensi dini karena masyarakat mulai melihat tanda-tanda munculnya
gangguan atau kesulitan yang berarti. Dalam prevensi ini intervensi diberikan pada mereka yang
sudah memperlihatkan gejala awal munculnya gangguan atau penyakit. Contohnya adalah
program yang ditargetkan untuk anak yang pemalu dan suka menarik diri.
3. Prevensi tersier (tertiary prevention)

Prevensi ini diberikan kepada anggota masyarakat yang telah mengalami gangguan (disfungsi)
dengan maksud untuk membatasi

perkembangan gangguan tersebut, misalnya dengan

menurunkan intensitas dan durasi gangguan serta mencegah timbul kembali gejala atau
komplikasi tambahan di masa yang akan datang.
Mrazek dan Hargerty mengenalkan bentuk ukuran pencegahan yang digunakan dalam
institute of medicine (IOM) report. Kontribusi utama mereka berkaitan dengan hal-hak yang
a.

bersifat umum/universal, pilihan / selektif, mengukur indicator, dan metode pencegahan.


Pengukuran prevensi umum
langkah-langkah prevensi umum intervensi diberikan untuk setiap orang yang berada dalam
kelompok populasi, yang sudah terdaftar dalam populasi yang dimaksud adalah semua orang
walaupun mereka yang tidak berada dalam kondisi sulit (distress). Pencegahan ini hamper sama

dengan tahapan primary prevention caplan


b. Pengukuran prevensi selektif
Langkah-langkah ini diberikan kepada individu yang berisiko mendapat gangguan mental di atas
rata-rata. Risiko yang muncul dapat berasal dari lingkungan seperti berikut: rendahnya
penghasillan, konlik keluarga, harga diri yang rendah, dan faktor-faktor individu lainnya.
c. Pengukuran indikasi-prevensi
Langkah-langkah prevensi ini digunakan untuk individu berisiko tinngi untuk mengalami
gangguan mental yang ebih parah di masa yang akan datang, terutama mereka yang telah
menunjukkan symptom awal dari gangguan. Difinisi yang dipakai IOM lebih mengacu pada
pendekatan prevensi gangguan spesifik dan bukan pada pengembangan kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai