Anda di halaman 1dari 29

TRAUMA KEPALA

Fritz Sumantri Usman SpS,


FINS
Neurologist & Interventional Neurologist

Trauma Kepala

Trauma
pada
kepala
dapat
menyebabkan
fraktur
pada
tengkorak dan trauma jaringan lunak
/ otak atau kulit seperti kontusio /
memar
otak,
edema
otak,
perdarahan atau laserasi, dengan
derajat yang bervariasi tergantung
pada luas daerah trauma.

Tipe trauma kepala

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala tertutup (Komusio


serebri/Gegar otak, Kontusio serebri
/Memar otak, Perdarahan sub dural,
Perdarahan Intraserebral )

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang


tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan
otak dapat terjadi bila tulang tengkorak
menusuk otak

Fraktur
longitudinal
sering
menyebabkan
kerusakan pada meatus akustikus interna,
foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah
2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru
dibelakang telinga diatas os mastoid) dan
otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan
dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu
disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak.

Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat


dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi
sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang
dapat membantu mendiagnosa adalah :

Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang


telinga di atas os mastoid )
Hemotipanum ( perdarahan di daerah
gendang telinga )
Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam
tanpa trauma langsung )
Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)

Komplikasi

Komplikasi pada trauma kepala


terbuka adalah infeksi, meningitis
dan perdarahan / serosanguinis.

Trauma kepala tertutup

Komosio serebri ( Gegar otak )


Merupakan bentuk trauma kapitis
ringan,
dimana
terjadi
pingsan
(kurang dari 10 menit ). Gejala lain
mungkin termasuk pusing, nodanoda didepan mata dan linglung

Kontusio serebri (Memar otak )

Merupakan
perdarahan
kecil
/
ptechie pada jaringan otak akibat
pecahnya pembuluh darah kapiler.
Hal
ini
bersama-sama
dengan
rusaknya jaringan saraf atau otak
yang akan menimbulkan edema
jaringan otak di daerah sekitarnya

Berdasarkan atas lokasi benturan,


lesi dibedakan atas koup kontusio
dimana
lesi
terjadi
pada
sisi
benturan, dan tempat benturan.
Pada kepala yang relatif diam
biasanya terjadi lesi koup, sedang
bila kepala dalam keadaan bebas
bergerak akan terjadi kontra koup.

Perdarahan Epidural
Gejala perdarahan epidural yang
klasik
atau
temporal
berupa
kesadaran yang makin menurun,
disertai oleh anisokoria pada mata ke
sisi dan mungkin terjadi hemiparese
kontralateral. SEdangkan perdarahan
epidural di daerah frontal dan
parietal atas tidak memberikan gejala
khas selain penurunan kesadaran
(biasanya somnolen) yang tidak
membaik setelah beberapa hari.

Perdarahan sub dural


Merupakan
perdarahan
antara
duramater dan arakhnoid, yang
biasanya meliputi perdarahan vena.
Perdarahan subdural dibedakan atas
akut, subakut, dan kronis

Perdarahan subdural akut sering


dihubungkan dengan
cedera otak
besar dan cedera batang otak.
Tanda-tanda
akan
gejala
klinis
berupa
sakit
kepala,
perasaan
kantuk, dan kebingungan, respon
yang lambat, dan gelisah. Keadaan
kritis
terlihat
dengan
adanya
perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

Perdarahan
subdural
subakut,
biasanya berkembang 7 sampai 10
hari setelah cedera dan dihubungkan
dengan kontusio serebri yang agak
berat. Tekanan serebral yang terusmenerus menyuebabkan penurunan
tingkat kesadaran yang dalam

Perdarahan subdural kronik, terjadi


karena
luka
ringan.
Mulanya
perdarahan kecil memasuki ruang
subdural. Beberapa minggu kemudian
menumpuk
di
sekitar
membran
vaskuler dan pelan-pelan meluas.
Gejala mungkin tidak terjadi dalam
beberapa
mingggu
atau
bulan.
Keadaan ini pada proses yang lama
akan terjadi penurunan reaksi pupil
dan motorik.

Perdarahan Intraserebral
Merupakan penumpukan darah pada
jaringan otak. Perdarahan mungkin
menyertai contra coup phenomenon.
Kebanvalan
dihubungkan
dengan
kontusio dan terjadi dalam area
frontal dan temporal. Akibat adanya
substansi darah dalam jaringan otak
akan menimbulkan edema otak.
Gejala neurologik tergantung dari
ukuran dan lokasi perdarahan.

Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan


oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula
dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg
%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70% akan terjadi gejalagejala permulaan disfungsi serebral.

Hubungan antar sistem

Faktor kardiovaskuler
Trauma
kepala menyebabkan perubahan
fungsi jantung mencakup aktivitas atipikal
miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan
edema paru.
Tidak adanya stimulus endogen saraf
simpatis mempengaruhi penurunan
kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan
penurunan curah jantung dan meningkatkan
tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh
berkompensasi dengan meningkatkan
tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya
peningkatan tekanan atrium kiri adalah
terjadinya edema paru.

Faktor Respiratori
Adanya edema paru pada trauma kepala
dan vasokonstriksi paru atau hipertensi
paru menyebabkan hiperpnoe dan
bronkokonstriksi
Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida
mempengaruhi aliran darah. Bila PO2
rendah, aliran darah bertambah karena
terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan
terjadi
alkalosis
yang
menyebabkan
vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan
CBF (cerebral blood fluid).
Edema otak ini menyebabkan kematian
otak (iskemik) dan tingginya tekanan intra
kranial (TIK) yang dapat menyebabkan
herniasi dan penekanan batang otak atau
medulla oblongata.

Faktor metabolisme
Pada trauma kepala terjadi
perubahan metabolisme seperti
trauma tubuh lainnya yaitu
kecenderungan retensi natrium dan
air dan hilangnya sejumlah nitrogen
Retensi natrium juga disebabkan
karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus, yang menyebabkan
pelepasan ACTH dan sekresi
aldosteron.

Faktor gastrointestinal
Trauma kepala juga mempengaruhi
sistem gastrointestinal. Setelah
trauma kepala (3 hari) terdapat
respon tubuh dengan merangsang
aktivitas hipotalamus dan stimulus
vagal. Hal ini akan merangsang
lambung menjadi hiperasiditas.

Faktor psikologis
Selain dampak masalah yang
mempengaruhi fisik pasien, trauma
kepala pada pasien adalah suatu
pengalaman yang menakutkan. Gejala
sisa yang timbul pascatrauma akan
mempengaruhi psikis pasien. Demikian
pula pada trauma berat yang
menyebabkan penurunan kesadaran
dan penurunan fungsi neurologis akan
mempengaruhi psikososial pasien dan
keluarga.

Pemeriksaan diagnostik

X-Ray tengkorak
CT-Scan
Angiografi otak

Penatalaksanaan medis
pada trauma kepala

Dexamethason/kalmethason tetap
kontroversi
Therapi hiperventilasi (trauma kepala
berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
Pemberian analgetika.
Pengobatan anti edema dengan larutan
hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barrier
darah otak (penisilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole

Makanan atau cairan. Pada trauma


ringan bila muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya
cairan infus dextrosa 5%,
aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya
kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.
Pembedahan.

Pada trauma berat, hari-hari


pertama (2-3 hari), tidak terlalu
banyak cairan. Dekstrosa 5% 8 jam
pertama, ringer dekstrose 8 jam
kedua dan dekstrosa 5% 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah, makanan
diberikan melalui nasogastric tube
(2500-3000 TKTP). Pemberian
protein tergantung nilai urea N.

Thanks

Anda mungkin juga menyukai