Pembimbing :
dr. Ketut Ridana W, Sp. PD
Penyusun :
dr. Cahyarani Wulansari
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Tuhan YME karena berkat petunjuk,
karunia, dan rahmat-Nya sehingga tugas laporan kasus yang berjudul bisitopenia ec suspek
subleukemic leukemia ini dapat terselesaikan.
Penulisan laporan kasus ini dibuat guna melengkapi tugas Program Dokter Internsip di
RSUD dr Abdul Rivai. Penulis berharap pembuatan laporan kasus ini berfungsi sebagai apa
yang telah disebut di atas. Dalam penulisan laporan kasus akan sulit terselesaikan tanpa
dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Ketut Ridana W, Sp. PD selaku pembimbing dalam penyusunan tugas laporan
kasus ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan
moril dan materil selama mengikuti Program Dokter Internsip.
3. Teman-teman yang mengikuti Program Dokter Internsip di RSUD dr Abdul Rivai
atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan tugas laporan kasus ini.
Semoga semua pihak yang telah disebutkan tadi mendapat anugerah yang berlimpah
dari Tuhan YME atas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta bermanfaat
untuk perkembangan ilmu penyakit dalam.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bisitopenia adalah penurunan jumlah pada dua jenis komponen sel darah. Gejala
bisitopenia dapat beragam misalnya berupa gejala anemia seperti lemas, pucat, berdebardebar atau gejala trombositopenia dan leukopenia seperti perdarahan sulit berhenti, mudah
memar dan mudah terkena infeksi.1
Anemia adalah suatu keadaan atau kelainan hematologi yang paling sering dijumpai di
klinik atau lapangan, ditandai dengan adanya massa eritrosit atau massa hemoglobin yang
beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Menurut bentuk eritrositnya anemia aplastik merupakan anemia normokromik normositer dan
berdasarkan etiopatogenesisnya anemia aplastik termasuk anemia karena kerusakan jaringan
sumsum tulang yang terjadi pergantian oleh jaringan lemak.2
Anemia aplastik adalah anemia kegagalan sumsum tulang ditandai adanya pansitopenia
dengan sebagian besar kasus terjadi kelainan sumsum tulang hypoplasia. Insidennya adalah 36 kasus per 1 juta penduduk pertahun. Gejala klinik yang timbul akibat anemia aplastik adalah
sindrom anemia, leukopenia yang akan menyebabkan infeksi dan trombositopenia yang akan
menyebabkan pendarahan.
Diagnosis anemia aplastik dibuat berdasarkan adanya bisitopenia atau pansitopenia
tanpa adanya keganasan, infiltrasi, dan supresi pada sumsum tulang. Penatalaksanaan anemia
aplastik terdiri dari terapi utama, terapi suportif, dan terapi jangka panjang. Terapi utama
adalah hindari pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab. Terapi suportif diberikan
sesuai gejalanya yaitu anemia dan trombositopenia. Terapi jangka panjang terdiri dari terapi
imunosupresif dan terapi transplantasi sumsum tulang.
Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam,
ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Berdasarkan jumlah leukositnya, leukemia
terbagi atas leukemia leukemik, leukemia subleukemik, dan leukemia aleukemik.
Leukemia subleukemik terjadi jika jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal,
serta terdapat sel-sel abnormal dalam darah tepi.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
1. Identitas pasien
Nama
: Tn. H
Usia
: 28 tahun
: Belum Menikah
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
: Tukang Bangunan
Agama
: Islam
Alamat
: Sukan
No. RM
: 132630
Ruang
: Dahlia
matanya berkunang-kunang dan sempat merasa penglihatannya gelap sesaat. Saat dibuat
duduk atau tiduran pasien merasa penglihatan lebih baik walaupun masih lemas.
Pasien juga mengeluhkan sendi-sendi kakinya terasa ngilu. Apabila ditekan rasa
nyerinya bertambah. Ngilu terasa pada kedua lutut dan kedua ankle. Muncul semenjak 1
minggu SMRS bersamaan dengan demam. Apabila istirahat, nyeri sendi tidak
berkurang.
Pasien mengatakan sekitar 1 minggu sebelum masuk RS mengalami demam. Demam
dirasakan naik dan turun tidak menentu. Demam juga diikuti dengan menggigil dan
mengganggu tidur, sehingga pasien memutuskan untuk pergi ke klinik dan
memeriksakan diri. Setelah berobat, pasien mengaku demam selalu turun jika meminum
obat dari dokter, tetapi akan kembali naik jika tidak meminum obat. Setelah
menghabiskan obat selama 3 hari, demam masih muncul dan kali ini disertai BAB
berwarna hitam. BAB Hitam agak lembek.
membaik, pasien kembali pergi berobat ke klinik dekat rumahnya. Saat itu pasien
kembali diberikan obat untuk 3 hari dan setelah dihabiskan, pasien mulai menyadari
bahwa semakin hari wajahnya semakin pucat. Awalnya hanya sekitar mata yang tampak
pucat, kemudian lama-lama sekitar bibir pun tampak pucat.
Selama dirawat, pasien diberikan transfusi darah satu kantung darah per hari. Pasien
merasa lebih baik setelah diberikan transfusi darah. Namun nyeri pada sendi lutut dan
anklenya masih terasa dan mengganggu. Demamnya pun masih naik dan turun setiap
hari. Setiap kali diberikan obat penurun demam, maka demamnya akan turun, namun
perlahan akan naik kembali sampai pemberian obat penurun demam berikutnya.
Terdapat keluhan mual dan nyeri ulu hati yang menurunkan nafsu makannya. Tidak
terdapat muntah, namun lidahnya terasa pahit.
Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan darah tepi dan bone marrow
puncture, namun dikarenakan keterbatasan biaya, maka
Saat itu pasien bekerja di perkebunan keluarganya. Selain demam dan menggigil, juga
diikuti dengan BAB hitam, namun dibiarkan oleh pasien dan tidak pergi berobat.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Penyakit darah tinggi, asma, sakit jantung, kencing manis, alergi, penyakit
paru-paru dan penyakit kelainan darah atau keganasan disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan:
Pasien merupakan tukang bangunan. Tinggal bersama ibu dan seorang adik lakilaki. Pasien belum berkeluarga. Kehidupan pasien sehari-hari sebagai tukang bangunan
dapat menghidupi ibu dan adiknya. Pasien mengaku merupakan perokok aktif. Pasien
tidak pernah meminum alkohol. Pasien juga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
dalam jangka waktu yang lama.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Kepala
Mata
: 110/70 mmHg
: 76 x/menit
: 37,8C
: 18 x/menit
: Normochepali, deformitas (-), rambut hitam, distribusi merata
: Pupil bulat isokor +/+, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+, Konjungtiva pucat +/+, sklera
ikterik -/: dalam batas normal
: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar,
Tiroid tidak teraba membesar, deviasi trakhea (-)
THT
Leher
Thoraks
I.
Paru-paru:
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung:
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi :
II.
- Auskultasi
Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
: Datar
: Bising Usus (+) normal
: Supel diseluruh regio abdomen, nyeri tekan (+) di epigastrium
Hepar dan lien tidak teraba membesar
- Perkusi
Ekstremitas:
1. Superior:
- Inspeksi
a. Hematologi
Gol. Darah
:B
Rhesus
: Positif
Eritrosit
: 1,5 x 106/L ()
Hb
: 3,8 g/dl ()
Leukosit
: 12.200 /L
Trombosit
: 43.000 /L ()
Hematokrit
: 12,7 % ()
MCV
: 84,4 fL
MCH
: 25,3 pg ()
MCHC
: 29,9 g/dL ()
: Negatif
: 1/160
: 1/160
:: 1/80
D. RESUME
Pasien datang dengan keluhan lemas seluruh tubuh sejak SMRS. Pasien juga
mengalami demam yang naik turun tidak menentu sejak 1 minggu SMRS. Demam turun
setelah meminum obat dan kembali naik perlahan. Pasien mengaku sempat BAB
berwarna hitam sebelum masuk rumah sakit. Dan sudah membaik setelah dirawat.
Pasien mengaku ada nyeri sendi lutut dan ankle. Terdapat keluhan mual dan lidah terasa
pahit yang membaik setelah dirawat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 110/70 mmHg, nadi: 76 x/menit, suhu:
37,8C, pernapasan: 18 x/menit. Status generalis didapatkan conjungtiva anemis dan
nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas serta epigastrium serta nyeri sendi lutut
dan ankle. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Eritrosit: 1,5 x 106/L, Hb: 3,8 g/dl,
Trombosit 43.000/mL, Hematokrit: 12,7%, MCH 23,5 pg dan MCHC 29, 9%.
Parasitologi malaria (-), Serologi Anti Malaria (-) Widal test: Typhi O: 1/160, Typhi H:
1/160, Paratyphi B: 1/80.
E. DIAGNOSIS KERJA
Bisitopenia ec susp subleukemic leukemia, DD/ Anemia Aplastik
F. PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
G. TATALAKSANA
Rencana Diagnosis :
Serologi Anti Malaria
Blood Smear
BMP
Rencana Terapi :
IVFD NS 12 tpm
Transfusi PRC 2 kantong / hari
Asam Traneksamat 3 x 500 mg IV
Omeprazole 1 x 1 vial IV
Sucralfat 3 x CI
Pulmo
Abdomen: Datar, Supel, Bising Usus (+), Nyeri Tekan epigastrium (+)
Ekstremitas: oedem -/-, akral hangat +/+
Hasil Laboratorium: A : Bisitopenia ec susp. Subleukemic leukemia DD/ Anemia aplastik
Dyspepsia
P : Observasi TTV
Diet TKTP
Medikamentosa:
- IVFD NS 12 tpm
Pulmo
Abdomen: Datar, Supel, Bising Usus (+), Nyeri Tekan epigastrium (+)
Ekstremitas: oedem -/-, akral hangat +/+
Hasil Laboratorium: Rectal Toucher (Left Lateral Prone Position):
- Inspeksi
: eritema (-)
- Palpasi
: tonus sfingter ani baik, ampula recti tidak prolaps, mukosa licin, nyeri
tekan (-), massa (-)
- Handscoon
: terdapat bekas feces berwarna coklat kekuningan, darah (-), lendir (-)
- IVFD NS 12 tpm
- Transfusi PRC 2 kantong/ hari
- Asam traneksamat 3 x 500 mg IV
- Cefoperazon sulbactam 3 x 1 Gr
- Omeprazole 1 x 1 vial IV
- Sucralfat 3 x C I
10
S : Demam sejak semalam, nyeri sendi lutut dan ankle (+), Mual, Keringat dingin, BAB
hitam (-)
O : KU/KS: Tampak Sakit Sedang/ Compos Mentis
TD: 120/80, S: 38,7oC, N: 88x/menit, P: 20x/menit
Status Generalis
Mata: Ca +/+, SI -/Thoraks: Cor
Pulmo
- IVFD NS 12 tpm
- Transfusi PRC 2 kantong
- Asam traneksamat 3 x 500 mg IV
- Cefoperazon sulbactam 3 x 1 Gr
- Omeprazole 1 x 1 vial IV
- Sucralfat 3 x C I
11
- IVFD NS 12 tpm
- Transfusi PRC 2 kantong
- Asam traneksamat 3 x 500 mg IV (STOP)
- Cefoperazon sulbactam 3 x 1 Gr
- Omeprazole 1 x 1 vial IV
- Sucralfat 3 x C I
Abdomen: Datar, Supel, Bising Usus >6x/menit (), Nyeri Tekan (-)
Ekstremitas: oedem -/-, akral hangat +/+
Hasil Laboratorium:
WBC 5,2 x 103/L
LYM 1,5 x 103/L
RBC 3,87 x 106 /l
HGB 10,8 g/dL
HCT 32,7 %
MCV 84,4 fl
MCH 27,9 pg
MCHC 33,0 g/dL
PLT
31 x 103 /l
12
P : Diet TKTP
Medikamentosa :
- IVFD NS 12 tpm
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Cefoperazon sulbactam 3 x 1 Gr
- Omeprazole 1 x 1 vial IV
- Sucralfat 3 x C I
Pulmo
- Cefixime 2 x 100
- Paracetamol 3 x 500 mg
BAB III
ANALISIS KASUS
13
sudah membaik setelah dirawat. Pasien mengaku ada nyeri sendi lutut dan ankle. Terdapat
keluhan mual dan lidah terasa pahit yang membaik setelah dirawat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 110/70 mmHg, nadi: 76 x/menit, suhu: 37,8C,
pernapasan: 18 x/menit. Status generalis didapatkan conjungtiva anemis dan nyeri tekan pada
abdomen kuadran kanan atas serta epigastrium serta nyeri sendi lutut dan ankle. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan Eritrosit: 1,5 x 106/L, Hb: 3,8 g/dl, Trombosit
43.000/mL, Hematokrit: 12,7%, MCH 23,5 pg dan MCHC 29, 9%. Parasitologi malaria (-),
Serologi Anti Malaria (-) Widal test: Typhi O: 1/160, Typhi H: 1/160, Paratyphi B: 1/80.
Tabel 1. Perbandingan data pasien dengan penegakan diagnosis bisitopenia ec subleukemic
leukemia dengan DD/ Anemia Aplastik
Pasien
Anamnesis
Lemas, pucat
Demam hilang
timbul dalam satu
Bisitopenia ec
Anemia Aplastik
Subleukemic Leukemia
Pada subleukemic
Anemia aplastik
memiliki gejala
klinik anemis
dengan anemia
Gangguan dalam
pernah terjadi
menimbulkan demam
beberapa bulan
BAB Hitam
lama
Salah satu gejala
Bisa terdapat
demam karena
leukopeni yang
muncul dapat
memudahkan
terjadinya
infeksi
Trombositopeni
trombositopeni yang
dapat
muncul adalah
menimbulkan
manifestasi perdarahan
perdarahan
bawah kulit
ataupun
pencernaan.
dimukosa
termasuk saluran
Pemeriksaan
Konjungtiva anemis
Fisik
Gambaran klinis
pencernaan
Gambaran klinis
anemis
Pada kasus
anemis
Tidak terdapat
14
teraba membesar
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
subleukemic leukemia
pembesaran
terdapat pembesaran
hepar maupun
organ berupa
lien
splenomegali
Pemeriksaan
Pemeriksaan
laboratorium
laboratorium
Bisitopenia pada
Anemia
subleukemic leukemia
normokromik
Trombosit 43.000/mL
menunjukkan penurunan
normositer, kadar
Hematokrit: 12,7%
hb < 7g/dl,
MCH 23,5 pg
leukopenia dengan
MCHC 29, 9%
cenderung mikrositik
relatif limfositosis,
trombositopenia,
normositik normokrom
sumsum tulang
hypoplasia, besi
normal
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
SUBLEUKEMIC LEUKEMIA
Subleukemik leukemia adalah salah satu bentuk penyakit neoplastik yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di
sumsum tulang dan jaringan limfoid dengan jumlah leukosit didalam darah normal dan
terdapat sel-sel abnormal.
Gejala klinis yang timbul akibat subleukemik leukemia adalah anemia dan
trombositopenia yang biasa disebut dengan bisitopenia. Anemia akan menyebabkan gejala
klinis pucat pada penderita, sedangkan trombositopenia akan menyebabkan pendarahan pada
kulit seperti ptekie atau echymosis, perdarahan mukosa ataupun perdarahan saluran cerna.
Terdapat organomegali berupa splenomegali.
15
menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel normal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum
tulang. Jika mengalami kemoterapi, penderita harus dirawat di RS. Sambil menunggu respon
terhadap kemoterapi, dapat diberikan terapi suportif berupa: transfusi sel darah merah untuk
mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan serta antibiotik untuk
mengatasi infeksi.
ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik adalah anemia kegagalan sumsum tulang ditandai adanya pansitopenia
dengan sebagian besar kasus terjadi kelainan sumsum tulang hypoplasia.
Gejala klinis yang timbul akibat anemia aplastik adalah anemia, leukopenia dan
trombositopenia. Leukopenia akan menyebabkan infeksi berupa ulserasi mulut, febris dan
sepsis atau syok septik. Trombositopenia akan menyebabkan pendarahan pada kulit seperti
petechie dan echymosis, perdarahan pada mukosa seperti epistaksis, perdarahan
subkonjungtiva, perdarahan gusi dan lainlain.
Diagnosis anemia aplastik dibuat berdasarkan adanya bisitopenia atau pansitopenia
tanpa adanya keganasan, infiltrasi, dan supresi pada sumsum tulang.
Penatalaksanaan anemia aplastik terdiri dari terapi utama, terapi suportif untuk
menangani gejala yang timbul akibat bisitopenia atau pansitopenia, dan terapi jangka panjang
untuk memberikan kesembuhan pada sumsum tulang. Terapi utama adalah hindari pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab. Terapi suportif diberikan sesuai gejalanya yaitu anemia,
neutropenia, dan trombositopenia. Terapi jangka panjang terdiri dari terapi imunosupresif dan
terapi transplantasi sumsum tulang.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
17