Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SOEPRAOEN
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses belajar mengajar pada pokok bahasan ini mahasiswa
mampu: memahami tentang hospitalisasi pada anak dan keluarga
Capaian Pembelajaran :
1.
Konsep hospitalisasi
Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan
stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat ( Supartini,
2004 hal : 188 ).
Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada
pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat
stress ( Brewis ,1995, dalam Supartini hal : 188 ).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung pada
institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah
sakit. ( Stuart, 2007, hal :102 )
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi ini merupakan perawatan yang
dilakukan selama dirumah sakit dimana terdapat rasa penekanan akan sesuatu yang
baru dan belum bisa menerima keadaan dan hospitalisasi juga dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman serta stress yang bisa dialami oleh klien maupun keluarga.
2. Macam macam hospitalisasi
Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh Supartini
2004, hal 189),, Sebagai berikut :
a. Hospitalisasi Informal
Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien dapat
meninggalkan tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang dengan nasehat
medis. Sebagian besar pasien medis dan bedah dirawat secara informal.
b.
Hospitalisasi Volunter
Hospitalisasi volunter memerlukan permintaan tertulis untuk perawatan dan
Hospitalisasi Involunter
Hospitalisasi Involunter adalah sangat membatasi otonomi dan hak pasien.
Keadaan ini tidak memerlukan persetujuan pasien dan seringkali digunakan untuk
pasien yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan orag lain. Hospitalisasi Involunter
memerlukan pengesahan (sertifikasi) oleh sekurang-kurangya dua dokter; pengesahan
dapat berlaku sampai 60 hari dan dapat diperbaharui. Keadaan ini mungkin diminta
oleh pegadilan sebagai jawaban atas permohonan dari rumah sakit atau anggota
keluarga.
d.
adalah bentuk yang mirip dengan komitmen involunter yang memrluka pengesahan
atau sertifikasi hanya oleh satu orang dokter; pengesahan berlaku selama 15 hari.
Pasien harus diperiksa oleh dokter kedua dalam 48 jam untuk menegakkan perluya
perawatan gawat darurat. Setelah 15 hari, pasien harus dipulangkan, diubah menjadi
status involunter, atau diubah menjadi status volunter.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
a. Berpisah dengan orang tua dan sparing.
b. Fantasi-fantasi
dan
unrealistic
anxieties
tentang
kegelapan,
monster,
nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisai sesuai dengan tahapan
perkambangannya .
1)
2)
demikian
anak
tetap
membutuhkan
perlindungan
dari
telah
dapat
mengekpresikan
perasaannya
dan
mampu
Anak tidak merasa takut berpisah dengan orang tua akan tetapi takut
kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok. Kecemasan lain
disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan oleh akibat penyakit fisik,
kecacatan serta kurangnya privacy.
Sakit dandirawat merupakan ancaman terhadap identitas diri,
perkembangan dan kemampuan anak. Reaksi yang timbul bila anak
remaja dirawat, ia akan merasa kebebasannya terancam sehingga anak
tidak kooperatif, menarik diri, marah atau frustasi.
Remaja sangat cepat mengalami perubahan body image selama
perkembangannya. Adanya perubahan dalam body image akibat penyakit
atau pembedahan dapat menimbulkan stress atau perasaan tidak aman.
Remaja akan berespon dengan banyak bertanya, menarik diri dan menolak
orang lain.
b.
2)
Perasaan sedih
Perasaan sedih yang dialami keluarga menurut Supartini (2000, dikutip
oleh Supartini, 2004 hal.193), adalah sebagai berikut :
Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004, hal. 193-194),
adalah sebagai berikut :
a) Pada kondisi pasien yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang diterima keluarga, baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi.
b) Sering kali keluarga menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus
asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.
(Supartini, 2004).
Seriusnya penyakit baik akut atau kronis mempengaruhi tiap anggota dalam
keluarga :
1.
2. Reaksi Sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah
marah, cemburu, benci dan bersalah. Orang tua seringkali mencurahkan
perhatiannya lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan anak
yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang
sehat dan anak merasa ditolak.
6. MANFAAT HOSPITALISASI
Menurut Supartini (2004, hal : 198) manfaat hospitalisasi, sebagai berikut :
a) Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi
kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang
dihadapi selama perawatan di Rumah sakit
b) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu perawatan
dapat memberi kesempatan pada keluarga untuk belajar tentang
penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.
c) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan pada pasien mengambil keputusan, tidak terlalu
bergantung pada orang lain dan percaya diri. Berikan juga penguatan yang
positif dengan selalu memberikan pujian atas kemampuan klien dan
keluarga dan dorong terus untuk meningkatkannya
d) Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesame klien yang
ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya
untuk saling kenal dan membagi pengalamannya. Demikian juga interaksi
dengan petugas kesehatan dan keluarga harus difasilitasi oleh perawat
karena selama dirumah sakit klien dan keluarga mempunyai kelompok
yang baru
7. DAMPAK HOSPITALISASI
Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitaisasi menimbulkan dampak
pada lima aspek,yaitu privasi,gaya hidup,otonomi diri,peran,dan ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartika sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan
bersifat pribadi. Bisa dikatakan,privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi.
Sewaktu dirawat di rumah sakit klien kehilangan sebagian privasinya.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pola gaya
hidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah
tempat tinggal klien. Juga oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup
yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah
sakit. Apalagi jika yang dirawat adalah seorang pejabat.
c. Otonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,individu yang sakit dan dirawat di rumah
sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan pasrah terhadap
tindakan apa pun,yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai
keadaan sehat. Ini menunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit,akan
mengalami peruahan otonomi.
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
individu sesuai dengan status sosialnya. Jika ia seorang perawat,peran yang
diharapkannya adalah peran sebagai perawat,bukan sebagai dokter. Perubahan
terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu,tetapi juga
pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
1) Perubahan peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit,akan terjadi perubahan peran
dalam keluarga.
2) Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi,keuangan yang
sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untuk keperluan klien yang dirawat.
3) Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga
dirawat.
Keseharian
keluarga
yang
biasanya
dihiasi
dengan
atau rasa nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu
perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi :
1.
Rooming In
Yaitu orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak bisa, sebaiknya orang
tua dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak tau
komunikasi antar orang tua dan anak.
Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan kegiatan seharihari yaitu dengan Time Structuring.
Pendekatan ini sesuai untuk anak usia sekolah dan remaja yang telah
mempunyai konsep waktu. Hal ini meliputi pembuatan jadual kegiatan
penting bagi perawat dan anak, misal : prosedur pengobatan, latihan,
nonton TV, waktu bermain, dll. Jadual tersebut dibuat dengan kesepakatan
antara perawat, orang tua dan anak.
3. Meminimalkan rasa takut terhadap perlakuan tubuh dan rasa nyeri
Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah
penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat menjelaskan apa yang akan
dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh anak jika dia merasa takut, dll.
Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat perlukaan
tubuh, misal : jika anak takut diukur temperaturnya melalui anus, maka dapat
dilakukan melalui ketiak atau axilla.
4. Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
Walaupun hospitalisasi merupakan stressfull bagi anak dan keluarga, tapi juga
membantu memfasilitasi perubahan kearah positif antara anak dan anggota
keluarga :
Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya maka akan
membantu anak untuk belajar tentang diri mereka. Sosialisasi juga dapat
dilakukan dengan team kesehatan se3lain itu orang tua juga memperoleh
kelompok social baru dengan orang tua anak yang punya masalah yang
sama.
5. Memberi support pada anggota keluarga
Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan anak,
membantu orang tua. Mengidentifikasi alas an spesifik dari
perasaan dan
Memberi Informasi
Salah satu intervensi keperawatan yang penting adalah memberikan
informasi sehubungan dengan penyakit, pengobatan, serta prognosa, reaksi
emosional anak terhadap sakit dan dirawat, serta reaksi emosional anggota
keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat.
Melibatkan Sibling
Keterlibatan sibling sangat penting untuk mengurangi stress pada anak.
Misalnya keterlibatan dalam program rumah sakit (kelompok bermain),
mengunjungi saudara yang sakit secara teratur, dll.
PENGKAJIAN
a. Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji meliputi: Nama,
Umur, Jenis kelamin (L/P), Nomor CM, Ruang rawat, Tanggal masuk MRS.
b. Penanggung Jawab klien meliputi: Orag tua, Wali, atau,Orang lain
c. Faktor predisposisi
1) Tanyakan riwayat penyakit masa lalu klien yang pernah diderita dan
trauma yang pernah dialami seperti aniaya fisik, aniaya sexual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal, dan lain-lain,
sehingga menyebabkan dia harus masuk rumah sakit atau hospitalisasi
dan juga tanyakan pengobatan seperti apa yang pernah dilakukan
klien.
2) Kemudian tanyakan pada klien apakah didalam anggota keluarganya
ada yang mengalami gangguan jiwa.
j.
Koping keluarga
Bertujuan
untuk
menggambarkan
kemampuan
keluarga
apakah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
berhubungan
dengan
lingkungan
rumah
sakit
yang
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Perry & Potter
(2002, hal. 670), adalah sebagai berikut :
a. Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan
perpisahan dengan keluarga.
1) Tujuan :
Pasien akan mengatasi secara efektif rasa takut yang dihubungkan dengan
hospitalisasi.
2) Kriteria Hasil :
a) Salah satu dari keluarga tetap tinggal bersama pasien
b) Keluarga ikut berpartisipasi dalam pemberian makan, kebersihan
dan kegiatan pasien sehari-hari.
3) Intervensi & Rasional :
a) Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam ruangan
dengan pasien atau meminta anggota keluarga lain untuk bersama
pasien.
Rasional : Keluarga dapat memberikan rasa aman dan mencegah
dari perkembangan dari ketidakpercayaan.
b) Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka berharap untuk
berpartisipasi dalam perawatan pasien
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan keluarga
maupun pasien
c) Orientasikan
keluarga
pada
divisi,
suplai
dan
lingkungan
keperawatan
Rasional : Lingkungan yang asing akan mengancam kepercayaan
keluarga
dan
menimbulkan
kelemahan
terhadap
layanan
berkenan,
berikan
aktivitas
yang
dapat
mengurangi
ketegangan.
d. Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam waktu
lama.
1) Tujuan dan Kriteria Hasil
a) Menceritakan perasaan bosan dan mendiskusikan metode tentang
cara menemukan aktivitas yang dapat menghibur
b) Menceritakan metode koping dengan perasaan marah atau defresi
yang disebabkan oleh kebosanan
c) Melaporkan adanya suatu peningkatan dalam aktivitas yang
menyenangkan
2) Intervensi dan Rasional
a) Rangsang motivasi dengan memperlihatkan minat dan mendorong
untuk dapat saling berbagi perasaan-perasaan dan pengalamanpengalaman
b) Bantu individu untuk mengatasi perasaan-perasaan marah dan
berduka
c) Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
d) Rencanakan waktu untuk para pengunjung.
KESIMPULAN
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap orang.
Khususnya hospitalisasi pada anak merupakan stressor baik terhadap anak itu sendiri
maupun terhadap keluarga. Stres pada anak disebabkan karena mereka tidak
mengerti mengapa mereka dirawat atau mengapa mereka terluka. Lingkungan yang
asing, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan
pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Oleh karena itu anak
dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk meminimalkan efek
negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan adalah meminimalkan
stressor perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada
anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu perkembangan
2. Proses administrasi di RS
3. Masuknya seorang penderita ke dalam Rumah Sakit
stranger anxiety
B.
separation anxiety
C.
analitic depresion
D.
temper tantrum
E.
sibling rivalry
4. Respon perilaku yang dimanifestasikan menangis kuat, menjerit memanggil ortu dan
bertingkah laku agresif berada dalam tahap
A. protes
B. putus asa
C. denial
D. anxiety
E. analitic depression
5. Reaksi anak usia pra sekolah terhadap hospitalisasi diantaranya
1. Cemas karena perpisahan
2. Kehilangan control
3. dirawat merupakan suatu hukuman
4. Perpisahan dengan teman sebaya
1. usia anak
2. Pengalaman sakit dan dirawat sebelumnya
3. Support sistem
4. keseriusan penyakit anak
7. Pada tahap menolak ( Detachment ) karena perpisahan, yang terjadi adalah :
1. Anak mulai menerima perpisahan
2. Anak mengalami penurunan kemauan
3. Membina hubungan dekat dengan orang lain
4. Kondisi anak sangat memprihatinkan
8. Reaksi orang tua terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah :
1. Denial / disbelief
2. Marah / merasa bersalah
3. Ketakutan , cemas dan frustasi
4. Depresi
9. Salah satu reaksi keluarga terhadap anak sakit dan dirawat di rumah sakit adalah dengan
lebih mencurahkan perhatian pada anak yang sakit, sehingga anak yang sehat merasa
cemburu , hal ini disebut dengan :
a. Angri
d. Denial
b. Regresi
e. Disbelief
c. Reaksi sibling
10. Pada pengkajian askep dengan hospitalisasi yang harus diperhatikan adalah :
1. Meliputi pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Kebutuhan psikososial
3. Kebutuhan pendidikan
4. Efek hospitalisasi pada anak
11.
12.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2012). E-Book Konsep Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 27 September 2012
dari http://ebookbrowse.com/dia-122-slide-konsep-hospitalisasi-pdf-d337836072
Anonim.(2011). Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/56601675/Hospitalisasi
Dachi, J. (2007). Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari
http://jovandc.multiply.com/reviews/item/3?&show_interstitial=1&u=%
Perry & Potter.(2009). Fundamental Keperawatan Ed 4.Jakarta : EGC
Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC