PENDAHULUAN
pengangkutan
makanan,
untuk
menghasilkan
atau
diharapkan
1.4 Hipotesis
Hipotesis pada identifikasi ini yaitu pada sampel nugget ampas tahu maupun
sari kedelai mengandung MSG dan benzoat namun memiliki kandungan
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
benzoat yang sangat kecil dan cenderung tidak muncul dalam pengujian
kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nugget
Nugget ayam adalah salah satu pangan hasil pengolahan daging ayam
yang memiliki cita rasa tertentu, biasanya berwarna kuning keemasan. Saat
ini, nugget ayam menjadi salah satu produk olahan daging ayam yang
berkembang pesat. Bahan baku nugget adalah potongan daging ayam,
tepung-tepungan, dan bumbu-bumbuan. Dalam pengolahan di industri,
nugget ayam melalui beberapa tahapan. Pertama-tama, daging ayam digiling
hingga halus. Kemudian, gilingan tersebut dicampur dengan pengemulsi,
tepung, bumbu, dan air sehingga menjadi emulsi. Selanjutnya, emulsi
tersebut diberikan pelapis basah dan pelapis kering. Berikutnya, emulsi yang
telah diberikan pelapis ini digoreng, hingga matang (Wikipedia : 2014).
Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang
disertai oleh pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan, pengukusan dan
pencetakan, pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung roti,
penggorengan awal (pre-frying) dan pembekuan. Tahapan pembuatan
nugget adalah sebagai berikut :
1. Penggilingan
Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15C, yaitu
dengan menambahkan es pada saat penggilingan daging. Pendinginan ini
bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada
proses penggilingan daging terjadi gesekan-gesekan
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
yang dapat
yang
disebut
gelatinisasi.
Gelatinisasi
merupakan
peristiwa
membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat. Nugget termasuk salah
satu produk yang pembuatannya menggunakan batter dan breading. Batter
yang digunakan dalam pembuatan nugget berupa tepung halus dan berwarna
putih, bersih dan tidak mengandung bendabenda asing. Tepung roti harus
segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang,
serpihan rata, tidak berjamur dan tidak mengandung benda-benda asing
(BSN, 2002).
4. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang
dengan menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang
digoreng mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna
yang muncul disebabkan karena reaksi pencoklatan. Reaksi Maillard terjadi
antara protein, asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang
merupakan penyebab terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau
penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan berprotein.
Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang terpenting dalam
proses aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan awal adalah untuk
menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih
lanjut dengan pembekuan selanjutnya didistribusikan kepada konsumen.
Penggorengan awal akan memberikan warna pada produk, membentuk
kerak pada produk setelah digoreng, memberikan penampakan goreng pada
produk serta berkontribusi terhadap rasa produk. Penggorengan awal
dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih (180-195C) sampai
setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan
berwarna gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan awal adalah sekitar
30 detik. Penggorengan awal dilakukan karena penggorengan pada produk
akhir hanya berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung pada ketebalan dan
ukuran produk. Selama proses penggorengan terjadi secara simultan
perpindahan panas dan massa.
5. Bahan Pengikat
Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan
dapat meningkatkan emulsifikasi lemak dibandingkan dengan bahan
pengisi. Bahan pengikat dalam adonan emulsi dapat berfungsi sebagai
bahan pengemulsi. Bahan pengikat juga berfungsi mengurangi penyusutan
pada waktu pengolahan dan meningkatkan daya ikat air. Protein dalam
bentuk tepung dipercaya dapat memberikan sumbangan terhadap sifat
pengikatan. Pengikat terdiri menurut asalnya bahan dari bahan pengikat
yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan pengikat hewani antara lain
susu bubuk skim dan tepung ikan.
6. Bahan Pengisi
Bahan pengisi merupakan sumber pati yang ditambahkan dalam
produk restrukturisasi untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi
sebagian daging sehingga biaya dapat ditekan. Fungsi lain dari bahan
pengisi adalah membantu meningkatkan volume produk. Menurut pati
terdiri atas dua fraksi yang dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa
berperan penting dalam stabilitas gel, karena sifat hidrasi amilosa dalam pati
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
yang dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk massa yang
elastis. Stabilitas ini dapat hilang dengan penambahan air yang berlebihan.
Bahan pengisi yang umum digunakan pada pembuatan nugget adalah
tepung.
7. Bumbu-bumbu
Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna
untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan
keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa produk. Pembuatan
nugget memerlukan bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih dan
merica. Garam merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan
dan digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan
garam tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya
penggumpalan (salting out) dan rasa produk menjadi asin. Konsentrasi
garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3% dari berat daging
yang digunakan.
Pemakaian gula dan bumbu dapat memperbaiki rasa dan aroma
produk yang dihasilkan. Pemberian gula dapat mempengaruhi aroma dan
tekstur daging serta mampu menetralisir garam yang berlebihan. Bawang
putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai penambah aroma serta untuk
meningkatkan citarasa produk. Bawang putih merupakan bahan alami yang
ditambahkan ke dalam bahan makanan guna meningkatkan selera makan
serta untuk meningkatkan daya awet bahan makanan (bersifatfungistotik
dan fungisidal). Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak
volatil
yang
mengandung
komponen
sulfur.
Merica
atau
lada
(Paperningrum)
sering
ditambahkan
dalam
bahan
pangan. Tujuan
2.2
Zat Aditif
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan
tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan
memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi
seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah
digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan
aditif makanan alami dan buatan atau sintetis. Bahan tambahan makanan
adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari bahan
makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan
saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan. Agar makanan yang tersaji
tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan
konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan
tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva).
Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandungan gizinya tinggi.
2.3 MSG
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
karena
zat
ini
mampu
menyeimbangkan,
menyatukan,
dan
2.3.1 Penggunaan
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
10
macam
11
1. Setelah bakteri itu tumbuh dan berbiak, maka kemudian bakteri tersebut
diambil untuk digunakan sebagai agen-biologik pada proses fermentasi
membuat MSG (Proses pada Butir 1). Bactosoytone sebagai media
pertumbuhan bakteri, dibuat tersendiri (oleh Difco Company di AS), dengan
cara hidrolisis-enzimatik dari protein kedelai (Soyprotein). Pada bahasa
yang sederhana, protein-kedelai dipecah dengan bantuan enzim sehingga
menghasilkan
peptida
rantai
pendek
(pepton)
yang
dinamakan
Bactosoytone itu. Enzim yang dipakai pada proses hidrolisis inilah yang
disebut Porcine, dan enzim inilah yang diisolasi dari pankreas-babi. Enzim
Porcine yang digunakan dalam proses pembuatan media Bactosoytone,
hanya
berfungsi
sebagai
katalis,
artinya
enzim
tersebut
hanya
Bactosoytone, karena
12
proses yang terpisah sama sekali dengan proses pembuatan MSG. Media
Bactosoytone merupakan suatu media pertumbuhan bakteri, dan dijual di
pasar, tidak saja untuk bakteri pembuat MSG, tetapi juga untuk bakteribakteri lainnya yang digunakan untuk keperluan pembuatan produk biotekindustri lainnya. Setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada Media
bactosoytone, kemudian dipindahkan ke Media Cair Starter. Media ini sama
sekali tidak mengandung bactosoytone. Pada Media Cair Starter ini bakteri
berbiak dan tumbuh secara cepat. Kemudian, bakteri yang telah berbiak ini
dimasukkan ke Media Cair Produksi, dimana bakteri ini mulai memproduksi
asam glutamat; yang kemudian diubah menjadi MSG. Media Cair Produksi
ini juga tidak mengandung bactosoytone. Bakteri penghasil MSG adalah
Brevibacterium lactofermentum atau Corynebacterium glutamicum, adalah
bakteri yang hidup dan berkembang pada media air. Jadi bakteri itu
termasuk aqueous microorganisms.
2.3.2 Dampak MSG
Pengaruh penggunaan penyedap rasa yang berlebihan pada dasarnya
dapat menyebabkan gangguan leper dan kelainan darah. Jika digunakan
secara berlebihan, MSG mempunyai efek negatif terhadap tubuh, yaitu : 12
gram MSG per hari dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur
dan mual-mual bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi
berupa gatal, mual dan panas. Beberapa orang memiliki alergi bila
mengkonsumsi berlebihan yaitu gejala seperti pening, mati rasa yang
menjalar dari rahang sampai belakang leher, sesak nafas dan keringat
dingin. Selain itu, MSG juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker serta
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
13
14
BAB III
ISI
3.1.2 Prosedur
Identifikasi MSG :
1. Pada 5 gram sampel yang mengandung MSG dihaluskan
dengan menggunakan lumpang dan alu.
2. Sampel yang telah halus, dimasukkan ke dalam gelas kimia,
dimasukkan 10 mL aquadest.
3. Disaring.
4. Ditambahkan 5,6 mL HCl 1N.
5. Didiamkan sampai terbentuk endapan kristal putih Asam
glutamate.
6. Kristal putih disaring dengan sedikit dicuci menggunakan
HCl 1N
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
15
16
Tahu yang berbahan dasar dari kedelai, merupakan makanan khas asli
Indonesia, yang dibuat dari proses perebusan kedelai setelah kedelai tersebut
mengalami proses fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain
dengan menggunakan jamur genus Rhizopus. Degradasi komponen-komponen
kedelai pada fermentasi membuat tahu memiliki kandungan protein yang tinggi.
Menurut Astawan (2008) penentuan mutu bahan makanan pada umumnya
ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizinya
serta sifat-sifat mikrobiologisnya.
Massa awal (gram)
Royco
5,0418
31,7411
Ampas tahu 1
5,0096
6,2004
Ampas tahu 2
5,0711
6,4901
Susu kedelai 1
5,0439
6,0331
Susu kedelai 2
5,0102
6,4726
Massa awal
(gram)
Massa Kristal
(gram)
17
Massa MSG
(Gram)
Royco
5,0418
31,7411
5,0418
Ampas tahu 1
5,0096
6,2004
0,984624
Ampas tahu 2
5,0711
6,4901
1,030628
Susu kedelai 1
5,0439
6,0331
0,958056
Susu kedelai 2
5,0102
6,4726
1,027849
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penjelasan diatas disimpulkan bahwa pada sampel
nugget berbahan ampas tahu dan susu terdapat rerata kandungan MSG
sebesar 4,5535 gram MSG dengan kandungan (0,19871 gram MSG/gram
sampel) sehingga sampel nugget dinyatakan melebihi ambang batas
kandungan MSG dan berbahaya untuk dikonsumsi. Menurut (Lufti, ahmad :
2009) kandungan MSG dengan dosis lebih dari 5 g maka gejala alergi (CRS)
akan muncul dengan kemungkinan 30 persen.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada produsen nugget adalah dengan
mengurangi penggunaan MSG yang digunakan sehingga dapat dijual secara
luas.
DAFTAR PUSTAKA
BSN . 2002. SNI 3751:2009 . Tepung terigu sebagai bahan makanan . Badan
Standarisasi Nasional
Tugas Analisis PanganIdentifikasi Zat Aditif Pangan
19
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Luthfi, Ahmad . 12 Maret 2009 . Monosodium glutamat . http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/zat-aditif/monosodium-glutamat/
Mulyono. 2006. Zat Aditif Makanan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Menkes/Per/XII/1976, Tentang Produksi
dan Peredaran Makanan. Edisi II, Jilid II 1976. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Setiawati SN. 2008. Dampak Penggunaan Monosodium Glutamat Terhadap
Kesehatan Lingkungan. Jurnal Orbith 4(3): 453-459.
Trentini, botticelli A. 1990, Effect of Monosidium Glutamate on The endrocine
Glands, and Reproductive Function of The Rat, Fert. Steril, 25, : 478-483.
Walker R and Lupien, JR. 2000. The safety Evalution of Monosodium Glutamate.
J Nutr. 130:1049S-1052S. 2000.
Wikipedia bahasa Indonesia . 22 September 2014 . Nugget Ayam .
http://id.wikipedia.org/wiki/Nugget_ayam . (Akses 27 Oktober 2014)
Wikipedia bahasa Indonesia . 22 September 2014 . Aditif Makanan .
http://id.wikipedia.org/wiki/Aditif_makanan. (Akses 27 Oktober 2014)
Wikipedia bahasa Indonesia . 22 September 2014 . Mononatrium Glutamat .
http://id.wikipedia.org/wiki/Mononatrium_glutamat.(Akses 27 Oktober 2014)
Yuliarti. Nurheti. 2007. Awas Bahaya Dibalik lezatnya Makanan. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
20
LAMPIRAN
No.
A.
Pengidentifikasian
Identifikasi kandungan MSG
Keterangan
Sampel Nugget yang
telah diencerkan
sampel Nugget
berbahan ampas tahu
memiliki endapan
kristal putih Asam
glutamate (+++)
sampel Nugget
berbahan susu
memiliki endapan
kristal putih Asam
glutamate (++)
21
B.
Diasamkan dengan
asam sulfat encer 4 N
Proses pemisahan
lapisan bawah
22
Hasil ekstraksi
Dilakukan pemanasan
pada suhu 180oC
selama 3 menit
Sampel Nugget
berbahan ampas tahu
memiliki warna merah
coklat (++)
23
Sedangkan sampel
Nugget berbahan susu
memiliki warna merah
coklat (+)
24