MAKALAH
DI SUSUN OLEH
DARWIN
DEKOSEP
DENI ARBEAT
HERI ADRIANSYAH
TRI DEWI KARTINI
JURUSAN OLAHRAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul (ABK) Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Daksa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
3
ii
2.1.2 Karakteristik dan Permasalahan yang dihadapi anak tuna daksa .................
BAB I
4
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Anak tuna daksa adalah anak yang mempunyai kelainan ortopedik atau salah satu
bentuk berupa gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan persendian yang
mungkin karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau
bergerak atau berjalan memerlukan alat bantu.
Didalam Wikipedia, pengertian Tuna Daksa adalah individu yang memiliki gangguan
gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan
lumpuh. Tingkat gangguan pada tuna daksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat
yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol
gerakan fisik.
2.1.2 Karakteristik dan Permasalahan yang dihadapi Anak Tuna Daksa
Banyak jenis dan variasi anak tuna daksa, sehingga untuk mengidentifikasi
karateristiknya diperlukan pembahasan yang sangat luas. Berdasarkan berbagai sumber
ditemukan beberapa karateristik umum bagi anak tuna daksa, diantara lain sebagai
berikut :
1. Karakteristik Kepribadian.
2. Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah memperoleh pengalaman, yang
demikian ini tidak menimbulkan frustasi.
3. Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan lamanya kelainan fisik
yang diderita.
4. Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi kepribadian atau ketidak mampuan
individu dalam menyesuaikan diri.
5. Anak cerebal-palsy dan polio cenderung memiliki rasa takut dari pada yang
mengalami sakit jantung.
6. Karakteristik emosi-sosial.
7. Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat dijangkau oleh anak tuna daksa dapat
berakibat timbulnya problem emosi, perasaan dan dapat menimbulkan frustasi
yang berat.
8. Keadaan tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka menyingkirkan diri dari
keramaian.
9. Anak tuna daksa cenderung acuh bila dikumpulkan bersama anak-anak normal
dalam suatu permainan.
10. Akibat kecacatannya
mereka
dapat
mengalami
keterbatasan
dalam
pada orang lain. Karena itu dengan modal kemampuan yang dimilikinya perlu
diberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk dapat mengembangkan
lewat latihan ketrampilan dan kerja yang sesuai dengan potensinya, sehingga
setelah selesai masa pendidikan mereka dapat menghidupi dirinya, tidak selalu
mengharapkan pertolongan orang lain. Di lain pihak dianggap perlu sekali adanya
kerja sama yang baik dengan perusahaan baik negeri maupun swasta untuk dapat
menampung mereka.
5. Masalah latihan gerak
Kondisi anak tuna daksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam gerak.
Agar kelainannya itu tidak semakin parah dan dengan harapan supaya kondisi
fungsional dapat pulih keposisi semula, dianggap perlu adanya latihan yang
sistematis dan berlanjut. Misalnya, terapi fisik (fisio-therapy), terapi-tari (dancetherapy), terapi-bermain (play-therapy), dan terapi-okupasional (occupotionaltherapy).
2.1.3 Klasifikasi Anak Tuna Daksa
Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa, pada dasarnya kelainan pada anak tuna
daksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainan pada sistem
serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus
Skeletal System).
1. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders)
Pengolongan anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral)
didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syaraf pusat
mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial karena otak dan sumsum tulang
belakang merupakan pusat dari aktivitas hidup manusia. Didalamnya terdapat pusat
kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain
sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CP).
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
a. Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut derajat kecacatan, cerebral palsy dapat digolongkan atas :
golongan ringan, golongan sedang, golongan berat.
a. Golongan ringan adalah mereka yang
dapat
berjalan
tanpa
ini
memerlukan
alat-alat
khusus
untuk
membantu
Dilihat dari fisiologi, yaitu segi gerak, letak kelainan terdapat di otak dan
fungsi geraknya (motorik), maka anak Cerebral Palsy dibedakan atas :
a. Spastik
Tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau
kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otak. Kekakuan itu timbul
ketika akan bergerak sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan
ketergantungan emosional, kekakuan atau kekejangan itu akan makin
bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi
berkurang. Pada umumnya, anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat
kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Di antara mereka ada yang
normal bahkan ada yang di atas normal.
b. Athetoid
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya
dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem
gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar control dan koordinasi
gerak.
c. Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seperti kehilangan keseimbangan. Kekakuan
hanya dapat terlihat dengan jelas pada saat berdiri atau berjalan.
Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat
keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tipe ini mengalami gangguan
dalam hal koordinasi ruang dan ukuran. Sebagai cintoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah pada saat makan mulut terkatup terlebih
dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
d. Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah gerakan-gerakan
kecil yang terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti getarangetaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
e. Rigid
Pada tipe ini dapat dijumpai kekakuan otot, tidak seperti pada tipe
spastik, dimana gerakannya tampak tidak ada keluwesan.
f. Tipe campuran
Anak pada tipe ini menunjukkan dua ataupun lebih jenis gejala CP,
sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang
hanya memiliki satu tipe CP.
2.1.4. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus scelatel system)
11
Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok sistem otot dan rangka didasarkan
pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu : kaki,
tangan dan sendi, dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otot dan rangka antara
lain meliputi :
a. Poliomyelitis
Penderita polio ini mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan
tenaganya melemah. Peradangan akibat virus polio ini menyerang sumsum tulang
belakang pada anak usia dua tahun sampai enam tahun.
b. Muscle Dystrop
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita
muscle dystrophy sifatnya progresif, semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris, yaitu pada kedua tangan saja atau kedua kaki
saja, atau pada kedua tangan dan kaki. Penyebab terjadinya muscle dystrophy
belum diketahui secara pasti. Gejala anak menderita muscle dystrophy baru
kelihatan ketika anak berusia tiga tahun, yaitu gerakan-gerakan yang lambat,
dimana semakin hari keadaannya semakin mundur. Selain itu, jika berjalan sering
terjatuh. Hal ini kemudian mengakibatkan anak tidak mampu berdiri dengan kedua
kakinya dan harus duduk diatas kursi roda.
2.1.5 Penyebab Tuna Daksa
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga
menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan
sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis
tuna daksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu
terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah
lahir.
1. Sebelum lahir (fase prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi saat masih dalam kandungan disebabkan :
a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga
menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya.
b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar
tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem
syaraf pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya
pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur
12
dengan cukup keras dan secara kebetulan menggangu kepala bayi, maka
dapat merusak sistem syaraf pusat.
bayi
mengalami
kekurangan
oksigen.
Hal
ini
kemudia
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
secara definititif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (Tuna Daksa) adalah ketik
mampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsiny disebabkan olah berkurangnya
kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit
atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu
layanan secara khusus. Seperti juga kondisi ketuntasan yang lain, kondisi kelainan pada
fungsi anggota tubuh atau tuna daksa dapat terjadi pada saat sebelum anak lahir (prenatal),
saat lahir (neonatal), dan setelah anak lahir (postnatal).
Insiden kelainan fungsi anggota tubuh atau ketuna daksaan yang terjadi sebelum bayi
lahir atau ketika dalam kandungan, diantaranya dikarenakan faktor genetic dan kerusakan
pada system syaraf pusat sama seperti bentuk kelainan atau ketuntasan yang lain, kelainan
fungsi anggota tubuh atau tuna daksa yang dialami seseorang memiliki konsekuensi atau
akibat yang hamper serupa, terutama pada aspek kejiwaan penderita, baik berefek langsung
maupun tidak langsung. Dalam konteks perkembangan kognitif menurut Gunarsa (1985)
paling tidak ada empat aspek yang turut mewarnai, yaitu sebagai berikut : Kematangan,
Pengalaman, Transmisi sosial, dan Ekuilibrasi.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dapat menyarankan hal sebagai berikut :
1. Bagi Guru/Pendidik anak berkubutuhan khusus, hendaknya makalah ini dapat menjadi
refrensi dalam mengajar olahraga bagi anak-anak yang menyandang tuna daksa.
2. Bagi Pembaca, hasil dari makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang materi
perkuliahan Olahraga Adaktif khususnya pada materi anak berkubutuhan khusus tuna
daksa.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Soal
1. Jelaskan pengertian dari tremor dan tipe campuran secara terperinci, dan berikan contoh
yang digunakan dokter indonesia?
2. Olahraga apa yang cocok dilakukan oleh penderita tuna daksa?
3. Jelaskan bagaimana cara membina diri bagi penderita tuna daksa, agar tidak bergantung
pada orang lain?
Jawaban
1. Tremor adalah gerakan otot ritmis bolak-balik yang tidak di sengaja pada satu atau lebih
bagian tubuh. Tremor paling banyak terjadi di telapak tangan, meskipun juga dapat
mempengaruhi lengan, kepala, wajah dan dada.
Tipe campuran adalah gabungan dari tipe diskimelik dan tipe alaksik
Contoh yang di gunakan dokter, yaitu:
1. Fisioterapi
2. Penggunaan braces (pengayaan)
3. Pemberian obat (anti kejang) saat kejang berlangsung
2. Olahraga yang cocok untuk penderita tuna daksa, yaitu:
1. Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil
sampai bola yang agak besar.
2. Bemain basket tetapi menggunakan bola yang agak ringan, misalnya bola plastik,
manggunakan ring yang relative rendah sehingga mudah untuk memasukkan bolanya,
dan menggunakan aturan yang simple (tidak standar).
3. Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan
tubuh juga bisa sebagai sarana terapi untuk tangan kirinya.
3. Cara membina diri penderita tuna daksa, yaitu: dengan alat medis, seperti alat bantu
dengar, kaki palsu, atau bantuan untuk mendengarkan informasi yang ada di lingkungan
sekitar, anak-anak dalam keadaan cacat seperti ini akan sangat sensitif perasaannya, ia
akan merasa terasing bahkan akan selalu di ejek oleh teman-teman bermainnya, sehingga
perlu adanya motivasi semangat dan perhatian lebih agar dapat bersaing dengan anakanak normal lainnya.
18