1.
2.
3.
4.
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami mengenai sistim kristal
Mahasiswa mampu memahami sistem kristal Hexagonal
Mahasiswa mampu memahami sistem kristal Trigonal
Mahasiswa mampu memahami sistem kristal Orthorombik
B. DASAR TEORI
1. Kristalografi Sistem Kristal
Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang
terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
1. bidang simetri
2. sumbu simetri
3. pusat simetri
2. Kristal dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok besar, yang disebut system kristal. Ke-7
kelompok sistem kristal itu yaitu :
sistem kubik
sistem hexagonal
sistem trigonal
sistem tetragonal
sistem orthorombik
sistem monoklin
sistem triklin
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu
sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya,
sistem kristal Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a = b = d c. Dan juga memiliki
sudut kristalografi = = 90 ; = 120.
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline
dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu
a b c . Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90.
6. LANGKAH KERJA
A. Hexagonal
1. Buatlah garis sumbu C dengan panjang 12 cm (pada praktikum ini Hexagonal dengan
perbandingan 4 : 12 : 24 atau di skalakan 1:4)
2. Buatlah garis sumbu B dengan panjang 6 cm, dengan lintasan garis yang memotong sama sisi
secara siku-siku terhadap sumbu C. Kemudian buat garis persegi yang mengelilingi sumbu
tersebut
3. Buatlah garis sumbu A dengan cara memotong sumbu C dan B, dengan besaran 40 dari sumbu
C dengan panjang 4 cm.
4.
Kemudian buat juga sumbu yang memotong miring sebesar 40 di kedua ujung sumbu B.
Panjang 2 cm di sisi atas untuk di sebelah kanan sumbu B, dan 2 cm di sisi bawah untuk di
5.
C. Orthorombik
1. Buatlah garis sumbu c dengan panjang 24 cm, disini saya mengunakan perbandigan 1:4 atau
yang sebenarnya a:b:c = 4:12:24.
2. Buatlah garis sumbu b dengan panjang 12 cm memotong sumbu c secara lurus.
3. kemudian buatlah garis sumbu a dengan panjang 4 cm memotong diantara sumbu b dan c
dengan besaran sudut 30 drajat dari sumbu b.
4. ulangi langkah no 4 untuk di setiap ujung gasri sumbu c dan b.
5. tarik garis terluar dari semuanya, maka terbentuklah gambar sistem kristal Orthorombik
7. HASIL PRAKTIKUM
Hasil praktikum terlampir.
8. PEMBAHASAN
A. Hexagonal.
Pada praktikum ini yaitu mengembar bentuk sistem kristal Hexagonal dengan ketentuan
axial ratio a = b = d c yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ;
= 120. Hal ini berarti, pada sumbu ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut
120 terhadap sumbu .
Dengan perbandingan sumbu Hexagonal a : b : c = 1 : 3 : 6, dan di perbesar
perbandinganya 4 kali, sehingga menjadi 4 : 12 : 24. hal ini agar dapat mempermudah
pengambarannya, Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut
40 terhadap sumbu b+.
Ada beberapa bentuk sudut gambar kristal Hexagonal yang di bagi menjadi 4 ordo,
yaitu ordo 1, 2, 3 dan 4, hal inilah yang menyebabkan beberapa gambar kristal hexagonal terlihat
berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya sama saja berbentuk hexagonal. pada sistem ini,
bidang belah kristal ada 4 bidang belah, yang membelah bentuk 6 sisi atau hexagonal kristal
menjadi 3 bagian sama, potongan tersebut berada di tengah-tengah sisi. dan yang lainya
memotong pada sumbu B menjadi 2 potongan yang sama. Beberapa contoh mineral dengan
sumbu kristal Hexagonal ini adalah calcite, alunite, dolomite, siderite, smithsonite, Quarst (SiO2)
dan Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
B. Trigonal
Beberapa ahli memasukkan ancer ini kedalam system Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada ancer Trigonal setelah terbentuk bidang
dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Trigonal memiliki axial ratio a = b = d c , yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada ancer
ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. dan pada praktimum ini, di buat dengan perbandingan
1:4 atau 4:12:24, Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 4, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 12, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 24. Dan sudut antar sumbunya a+^b =
20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu
b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+. Beberapa contoh mineral dengan
ancer kristal Trigonal ini adalah quartz, brulite, bentonite, gratonite, dan tourmaline.
C. Orthorombik
Sistem ini disebut juga ancer Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda. Pada kondisi sebenarnya, ancer Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti,
pada ancer ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).