Bab 4 Akunt Sem Keungn
Bab 4 Akunt Sem Keungn
Sejarah Awal
Sejarah industri telekomunikasi di Indonesia bermula ketika pada
28
29
telah
menghambat
investasi,
inovasi,
dan
wirausaha
dalam
bisnis
telekomunikasi.
4.1.2.
30
4.1.3.
Regulator
4.1.3.1.
31
4.1.3.2.
32
4.1.4.
Struktur Pasar
Hingga
akhir
tahun
2007,
terdapat
perusahaan
yang
33
34
baru atau merebut pelanggan lama dari operator lainnya. Secara bertahap persaingan
ini bergerak dengan memberikan beberapa cara untuk lebih agresif seperti
pemotongan harga, menyediakan tarif flat untuk panggilan nasional bahkan dengan
membebaskan biaya abonemen pelanggan pascabayar (price driven). Setelah melalui
tahap price driven maka industri seluler akan menghadapi service quality driven,
masyarakat Indonesia saat ini yang sebagai pemakai layanan jasa telekomunikasi
seluler sangat memperhatikan kualitas dari perangkat telekomunikasi telepon seluler
yang diberikan oleh operator. Persaingan harga yang terjadi membuat masyarakat
dapat dengan mudah beralih ke operator lainnya jika pelayanan servis dan kualitas
operator tersebut dianggap buruk oleh masyarakat seperti; sms yang datang terlambat,
sinyal yang tidak stabil, suara yang terputus-putus ketika sedang menelpon membuat
citra yang tidak baik bagi operator seluler tersebut dimata pelanggan.
Pada pertengahan tahun 2007 mulai kembali bergerak menuju persaingan tarif
atau kembali menuju penggunaan business model price driven, dimana penurunan
tarif yang agresif dalam bentuk permainan iklan dipelopori oleh XL dan operator lain
mulai mengikuti termasuk operator-operator baru (attackers). Kembalinya kepada
persaingan tarif membuat operator lupa akan pentingnya coverage sebagai pendukung
kualitas dari layanan seluler.
Setelah melewati persaingan coverage driven, price driven dan service quality
driven industri telekomunikasi seluler mulai memasuki persaingan value-adedd
services driven. Dalam industri telekomunikasi seluler global telah melewati
beberapa fase perubahan teknologi dan upaya untuk adaptasi dengan teknologi
tersebut. Perkembangan industri telekomunikasi seluler Indonesia dalam teknologi
35
seluler itu berawal dari SMS, MMS, EDGE hingga ke teknologi 3G yang pertama
kali diluncurkan oleh Telkomsel dan inovasi-inovasi Value-Added Service (VAS)
yang terus dilakukan pula oleh operator-operator lain di tahun 2007. VAS ini juga
merupakan cara untuk menghindari persaingan dalam harga, karena pelanggan dalam
memilih produk telekomunikasi seluler GSM akan mempertimbangkan harga serta
fitur-fitur baru yang ditawarkan, hal ini juga termasuk strategi diferensiasi untuk
menghindari persaingan harga, karena diferensiasi menciptakan sesuatu yang
baruyang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik dan diferensiasi
memberikan penyekat terhadapt persaingan karena adanya loyalitas merek dari
pelanggan yang mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga.
PT. Telkomsel
Telkomsel didirikan pada tanggal 26 Mei 1995, dimana Telkomsel
merupakan usaha patungan antara PT Telkom dan PT Indosat (yang kala itu
belum menjadi perusahaan publik), dengan komposisi saham 51% milik PT
Telkom dan 49% milik Indosat. Meski sudah memiliki izin sebagai operator
GSM nasional bersama Satelindo, Telkomsel ternyata tidak diizinkan untuk
beroperasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena
pemerintah telah menunjuk Satelindo sebagai operator GSM pertama di
wilayah Jakarta dan kawasan ibukota lainnya.
36
Sumber: www.telkomsel.com.
Gambar 4.1 Komposisi Pemegang Saham PT. Telkomsel
Telkomsel memiliki 2 jenis kartu, yaitu prabayar (Simpati dan Kartu As) dan
pascabayar (HALO). Telkomsel merupakan operator seluler pertama yang
memperkenalkan jenis kartu prabayar GSM melalui produknya, Kartu
Simpati.
Jumlah Pelanggan
Pada akhir tahun 2007, Telkomsel tercatat sebagai pemain utama yang
menguasai pangsa pasar penyedia jaringan seluler GSM di Indonesia dengan
jumlah pelanggan 47,8 juta orang (Grafik 4.1), melebihi dua pemain besar
lainnnya, yaitu PT Indosat Tbk. Dan PT Excelcomindo Pratama Tbk.
37
50000
45000
35597
40000
35000
30000
24269
25000
20000
16291
15000
10000
5000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
Pendapatan
Meskipun Telkomsel melakukan penurunan tarif, pendapatan operasional
telkomsel tumbuh dengan kuat tahun 2007. Pendapatan operasional
Telkomsel tumbuh 26% menjadi Rp. 36,67 triliun di tahun 2007. Produk
prabayar Telkomsel yang dicatat dari 96% dari total pelanggan 2007
38
Sumber: www.telkomsel.com.
Grafik 4.2 Kinerja Telkomsel
Jangkauan Area
Pada awalnya Telkomsel dilarang beroperasi di Jakarta akhirnya harus
memulai layanannya di Batam, Bintan, Pekanbaru, dan Medan terlebih dahulu
sebelum masuk ke Pulau Jawa. Hal ini telah menciptakan keunggulan
kompetitif yang sulit ditandingi oleh 2 kompetitor utamanya (Indosat dan
XL), di mana pada tahun 1997 Telkomsel merupakan perusahaan operator
seluler pertama di Indonesia yang berhasil menjangkau seluruh 27 propinsi
Indonesia. Hal ini terlihat pada Gambar 4.3 dengan meningkatnya jumlah
BTS Telkomsel setiap tahunnya dan mencapai 20.858 BTS pada akhir tahun
2007 di seluruh Indonesia.
39
25000
20858
Jumlah BTS
20000
16057
15000
9895
10000
6205
5000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
4.3.2.
terbesar kedua setelah Telkomsel. Sejak didirikan pada tahun 1967, Indosat
merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang
penyelenggaraan jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. Pada tahun
1980, pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh saham Indosat, sehingga
sejak saat itu Indosat beroperasi sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada tahun 1993, Indosat mulai mengembangkan bisnis di sektor jasa telepon
seluler GSM melalui kepemilikan di PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).
Dengan pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat, maka Indosat
40
25000
20000
16703
14512
15000
9755
10000
5000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
41
Pendapatan
Bisnis telekomunikasi seluler merupakan sumber pendapatan terbesar bagi PT
Indosat, sumber pendapatan yang memberikan kontribusi terbesar dalam
bisnis telekomunikasi Indosat adalah pendapatan pemakaian (usage charge).
Pada tahun 2005, proporsi pendapatan dari usage charge terhadap total
pendapatan adalah 55%, menurun sedikit dari tahun sebelumnya. Sebaliknya,
proporsi pendapatan dari Value Added Features terhadap total pendapatan
justru naik cukup tinggi. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan penggunaan
fitur nilai tambah, khususnya SMS, dan SMS nilai tambah yang
memungkinkan akses terhadap berbagai informasi, seperti: ramalan bintang
serta berita olahraga dan bisnis. Belum lagi perusahaan juga mengembangkan
fitur nilai tambah lainnya bagi pelanggan, seperti voice mail, GPRS, dan
MMS.
42
Grafik 4.5 menunjukan pendapatan usaha Indosat meningkat dari tahun 2003
sampai dengan 2007, tetapi pertumbuhan pendapatan terbesar terjadi antara
tahun 2006 ke 2007 dimana meningkat sejumlah Rp. 4,3 triliun.
Jangkauan Area
Selama tahun 2005, Indosat telah berhasil memperluas pelayanan jasa
telekomunikasi seluler sehingga mampu menjangkau seluruh di Indonesia dan
mencakup 410 kabupaten. Selain itu, Indosat juga melakukan langkah
akselerasi dengan membangun jaringan secara berkelanjutan sehingga berhasil
meningkatkan jumlah BTS menjadi 5.702 atau meningkat 25 % dibandingkan
tahun 2004. Dan jumlah BTS Indosat pada akhir tahun 2007 mencapai 10.760
unit atas suksesnya Indosat dalam pembangunan 3.539 BTS dari tahun 2006
(Grafik 4.6). Jangkauan area Indosat terbagi atas 5 wilayah, yaitu Sumatera,
Jakarta dan Banten, Jawa Tengah dan Barat, Jawa Timur dan Kalimantan,
serta Bali Nusra dan Sumalpapua.
43
10760
12000
10000
Jumlah BTS
7221
8000
5702
6000
4565
4000
2000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
4.3.3.
beberapa
investor
asing
(Nynex,
AIF
dan
Mitsui),
PT
44
45
16000
14000
12000
9582
10000
6978
8000
6000
3791
4000
2000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
46
Pendapatan Usaha XL
8365
9000
Jumlah (dalam miliar Rupiah)
8000
6466
7000
6000
4302
5000
4000
3323
3000
2000
1000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
Jangkauan Area
Pada awalnya, XL memfokuskan perhatian pada pembangunan infrastruktur
dan cakupan jaringan di are Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Sejak tahun 2002,
XL mulai memperluas jaringannya ke Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi,
dan Batam. Jangkauan area XL semakin luas dapat dilihat dari peningkatan
jumlah BTS di Indonesia dari 2.357 unit pada tahun 2004 sampai dengan
tahun 2007 meningkat menjadi 11.157 unit (Grafik 4.9).
47
11157
12000
Jumlah BTS
10000
7260
8000
6000
4324
4000
2357
2000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
4.3.4.
CP
Telecommunications
(HCPT)
Indonesia
International
Indonesia
dulu
Limited.
bernama
Hutchinson
PT
Cyber
CP
Access
48
Jumlah Pelanggan
Operasi HCPT di Indonesia diluncurkan pada semester pertama tahun 2007
dibawah merek dagang 3, sehingga jumlah pelanggan pada kuartal I dan
kuartal II tahun 2007 belum dapat dilihat perkembangan jumlahnya, sejak
kuartal III tahun 2007 terdapat 1,6 juta pelanggan yang terus meningkat
menjadi 2 juta pelanggan di akhir kuartal IV tahun 2007 (Grafik 4.10).
Jumlah Pelanggan 3, 2007
2500
2039
2000
1627
1500
1000
500
0
0
Q1 2007
Q2 2007
Q3 2007
Q4 2007
Tahun
Jangkauan Area
Selama tahun 2007, jangkauan jaringan terus diperluas dengan cakupan Jawa,
Bali, Lombok dan Batam serta pada bula Oktober wilayah Sumatera
diluncurkan, memperluas jangkauan ke seluruh kota-kota besar. Pada
49
Sumber: www.three.co.id.
Gambar 4.2 Coverage Jaringan 3 di Indonesia
4.3.5.
50
bernama Lippo Telecom yang fokus awal operasi pada tahun 2001 di wilayah
Jawa Timur. NTS di dukung oleh dua operator terkemuka di Asia yaitu Saudi
Telecom Company (STC), penyedia layanan telekomunikasi nasional
terdepan di Kerajaan Arab Saudi. Dan Maxis Communication Berhad (Maxis)
penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Malaysia. Kedua investor utama
tersebut bertekad memberikan kontribusi penuh bagi pengembangan industri
telekomunikasi di Indonesia.
Jumlah Pelanggan
Jumlah Pelanggan NTS, 2007
12715
14000
12150
Jumlah Pelanggan
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
Berdasarkan Grafik 4.11 diatas terlihat operasional NTS dimulai tahun 2006
dengan jumlah pelanggan seluler sebesar 12.715 tetapi karena NTS
51
4.4. Analisis
4.4.1.
52
nepotisme),
desentralisasi,
internasionalis,
53
selama
tahun
2007
sehingga
mempengaruhi
54
dengan
diharapkan
pertumbuhan
akan
ekonomi
meningkatkan
Indonesia
permintaan
yang
layanan
telekomunikasi.
3. Faktor Sosial (Sociocultural Factors)
Masyarakat semakin menuntut mobilitas dan fleksibilitas dari
alat komunikasinya, telepon rumah tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dan telepon seluler yang sebelumnya
merupakan barang mewah, sehingga hanya kelompok tertentu
yang bisa memilikinya, sekarang dengan mudah dan relatif
lebih
murah
untuk
mendapatkannya.
Dengan
adanya
55
sarana
telekomunikasi
khususnya
seluler
Populasi
2003
220,355,000
2004
223,225,000
2005
226,063,000
2006
228,864,000
2007
231,627,000
56
Teknologi
dan
Infrastruktur
adalah
faktor
sangat
57
Hal
diatas
diperkuat
lagi
dengan
tidak
memadainya
telekomunikasi
dikembangkan.
seluler
yang
akan
terus
58
telekomunikasi
seluler
seperti
menara
pemerintah
telekomunikasi
sendiri.
akan
Masyarakat
sekitar
mempermasalahkan
menara
radiasi
yang
memberi
dampak
kerugian
kepada
operator
telekomunikasi.
6. Faktor Hukum dan Regulasi (Law and Regulation Factors)
Pemerintah merupakan regulator yang membuat, menerapkan
dan
menegakkan
perkembangan
peraturan
telekomunikasi.
yang
Sejak
relevan
terhadap
diberlakukannya
59
telekomunikasi
liberalisasi
Indonesia
telekomunikasi,
masuk
dimana
pada
dulu
babak
industri
Peraturan
Gubernur
No.
89/2006
dimana
60
4.4.2.
61
18000
16000
12836
14000
12000
8772
10000
6744
8000
6000
4800
4000
2000
0
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
62
63
XL
menyebabkan
adanya
peningkatan
jumlah
3509
4000
3500
2554
3000
2500
2000
1626
1735
1500
1000
500
0
2004
2005
2006
2007
Tahun
3. Fokus
Dalam strategi fokus ini dibangun untuk memenuhi target
tertentu secara baik, dimana dilakukan oleh PT. Indosat Tbk
menerapkan untuk produk IM3 mereka dengan memusatkan
dan mentargetkan kepada segmen anak muda (usia 14 25
64
strategi
fokus
dari
Indosat
ini
yang
hanya
strategi
generik
besar
operator
dalam
65
(KEUNGGULAN STRATEGIS)
Kekhasan yang
Dirasakan pelanggan
DIFERENSIASI
KEUNGGULAN
BIAYA
MENYELURUH
Seluruh industri
(TINGKAT
STRATEGIS)
Hanya
Segmen tertentu
FOKUS
Gambar 4.3 Strategi Generik Operator
4.4.3.
66
67
Jumlah
16057
15000
9895
10000
5000
1411
1995
2000
2001
3483
4820
6205
0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
68
Hasnul Suhaimi yang pada itu menjadi Direktur Utama Indosat menyatakan
Indosat
lambat
dalam
pembangunan
jangkauan/coverage
sehingga
pertumbuhan pendapatan mereka menurun dari tahun 2004 s/d 2006, dimana
sesuai dengan Grafik 4.17 terlihat pertumbuhan pendapatan terbesar terjadi
hanya antara tahun 2006 dan 2007, karena Indosat sudah sadar akan
pentingnya coverage dalam industri ini.
Pendapatan Usaha Indosat
18000
16488
16000
14000
12239
11589
10430
Jumlah
12000
10000
8299
8000
6000
4000
2000
0
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
69
kurang tanggap dalam hal penerapan service quality driven karena dari tahun
1996 2004 XL hanya memiliki jumlah BTS sebanyak 240 unit, dengan
jumlah BTS yang sedikit itu sulit untuk mendapatkan kualitas yang baik.
Kemudian tahun 2005 setelah mendapatkan suntikan dana dari Telekom
Malaysia, XL mulai menyadari bahwa coverage itu meupakan strategi penting
untuk mendapatkan kualitas yang baik sehingga sejak tahun 2005 XL selalu
menambah jumlah BTS mereka lebih dari 2500 unit BTS per tahunnya hingga
tahun 2007. Keterlambatan Indosat dan XL dalam mengembangkan coverage
di Indonesia dibandingkan dengan Telkomsel yang telah melaksanakan
pembangunan coverage dan kapasitas secara total sejak mulai beroperasi
membuat Telkomsel menguasai pangsa pasar operator seluler GSM di
Indonesia hingga tahun 2007 (Gambar 4.4).
Pangsa Pasar Operator Seluler GSM Indonesia, 2007
15%
2%
Telkomsel
Indosat
XL
28%
55%
Lainnya
70