Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Baru-baru ini, meningkatnya kesadaran konsumen telah membuat konsumen
memilih untuk membeli merek yang mereka kenal dan menguntungkan. Oleh karena itu, jika
bisnis ingin mengalahkan pesaing mereka, mereka harus membuat konsumen suka membeli
produk dan merek mereka. Macdonald dan Sharp (2000) menyebutkan bahwa meskipun
konsumen membiasakan dan bersedia untuk membeli produk, Brand Awareness masih
merupakan faktor penting untuk mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen
ingin membeli produk, dan nama merek dapat datang ke pikiran mereka sekaligus, itu
mencerminkan bahwa produk memiliki merek yang lebih tinggi kesadaran.
Hal ini menjelaskan mengapa produk dengan Brand Awareness yang lebih
tinggi akan memiliki pangsa pasar yang lebih tinggi dan evaluasi kualitas yang lebih baik.
Selain itu, sementara konsumen memilih suatu produk, mereka peduli persepsi kualitas dan
Brand Awareness. Selain itu, bisnis harus membangun loyalitas merek.
Walau demikian, suatu produk dapat dikenal luas oleh masyarakat bergantung
dari eksistensi merek tersebut di pasaran. Merek suatu produk haruslah dikomunikasikan
dengan tepat agar bisa masuk ke dalam bentuk konsumen sehingga eksistensi merek dapat
terbentuk. Komunikasi yang tepat dapat membant menumbuhkan kesadaran merek secara
optimal. Salah satu bentk komunikasi tersebut diwujudkan dengan kegiatan periklanan
(advertising). Periklanan (advertising) merupakan sarana untuk membantu pemasaran yang
efektif dalam menjalin komunikasi antara perusahaan dengan konsumen sebagai usaha
pembentukan kesadaran merek (brand awareness).
Pembentukan kesadaran merek dapat dilakukan dengan pembuktian kualitas
produk yang dihasilkan. Kualitas merupakan salah satu syarat dan faktor yang menjadi
pertimbangan konsumen sebelum membeli suatu produk. Menurut Kotler dan Amstrong
1

(2010), kualitas produk adalah karakteristik sebuag produk atau jasa yang memberikan
kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pelanggan.
Merek adalah nama, tanda, simbol, desain atau kombinasinya yang ditunjukkan
untuk mengidentifikasi dan mendefinisi barang atau layanan suatu penjual dari barang dan
layanan penjual lain. (Simamora, 2001).
Kesadaran merek dapat digambarkan dalam pengenalan merek (kemampuan
konsumen untuk mengkonfirmasi paparan sebelum merek ketika merek tersebut diberikan
sebagai isyarat) dan Brand Recall (kemampuan konsumen untuk mengambil merek ketika
diberi kategori produk, kebutuhan dipenuhi oleh kategori, atau beberapa isyarat lainnya).
Penulis lain (Laurent, Kapferer dan Roussel, 1995) menyarankan tiga langkahlangkah klasik Brand Awareness dalam kategori produk tertentu: spontan (tanpa bantuan)
kesadaran (konsumen diminta, tanpa mendorong, untuk nama merek mereka tahu di kategori
produk - dalam hal ini huruf kesadaran tanpa bantuan dari merek adalah persentase responden
menunjukkan mereka tahu merek yang), atas keberatan kesadaran (menggunakan yang sama
pertanyaan, diwawancarai persentase yang nama merek yang pertama adalah dianggap) dan
masing-masing dibantu kesadaran (nama merek disajikan untuk diwawancarai - dalam hal ini
dibantu kesadaran merek adalah diwawancarai persentase yang menunjukkan mereka tahu
merek itu).
Dalam penentuan kesadaran merek memiliki beberapa tingkatan yaitu Top of
Mind, Brand Recall, Brand Recognition dan Brand Unaware. Untuk memperoleh hasil dari
tingkatan Brand Awareness tersebut data dapat diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung maupun menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden baik yang
menggunakan, mengkonsumsi suatu barang atau jasa.
B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah
1. Mengetahui karakteristik responden

2. Mengetahui besarnya kesadaran merek (Brand Awareness) terhadap produk atau


merek kopi di pasaran yang diukur berdasarkan pada tingkatan Top of Mind,
Brand Recall, Brand Recognition, dan Brand Unaware pada konsumen.
3. Mengetahui Pertimbangan atribut dalam pembelian kopi

BAB II
PEMBAHASAN
Praktikum perilaku konsumen dengan tema Brand Awareness yang dilakukan
dengan penyebaran kuesioner. Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui tanggapan dari
konsumen mengenai kesadaran merek suatu produk, dalam praktikum ini yang digunakan
adalah produk kopi. Pada praktikum kali ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang
disebarkan untuk 25 responden. Kuesioner disebarkan pada toko Kopkun.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan kepada responden yang termasuk dalam


populasi survey ini. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dapat digolongkan menjadi 2
katagori yaitu populasi terbatas dan populasi tak terbatas. Populasi terbatas adalah
mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung
jumlahnya. Sedangkan populasi yang tak terbatas yaitu sumber datanya tidak ditentukan
batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Pada
praktikum kali ini populasi yang dimaksud adalah pengunjung dari toko Kopkun.
Dalam melakukan survey, terkadang jumlah populasi dapat terlalu besar
sehingga tidak efisien. Oleh karena itu dikenal istilah sampel. Sampel merupakan sebagian
atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian berhasil diperoleh
dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Dengan meneliti sampel maka diharapkan
waktu yang dibutuhkan dapat lebih efisien, begitu pula biaya yang dikeluarkan. Sampel yang
diambil diharpkan mampu merepresentasikan populasi yang ada. Penarikan sampel
diperlukan jika populasi diambil sangat besar, sehingga memiliki keterbatasan untuk
menjangkau seluruh populasi. Maka perlu didefinisikan populasi target dan populasi
terjangkau baru kemudian menentukan jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.
Berdasarkan hasil praktikum Brand Awareness dengan melakukan penyebaran
kuesioner kepada 25 responden yang ditentukan pada suatu tempat yaitu tempat perbelanjaan
Kopkun diperoleh data diantaranya yaitu karakteristik responden, atribut produk dalam
melakukan pembelian kopi, hasil tingkatan Brand Awareness seperti Top of Mind, Brand
Recall, Brand Recognition dan Brand Unaware serta informasi tambahan. Data yang
diperoleh dari hasil praktikum dengan melakukan penyebaran kuesioner dapat dilakukan

analisis data, dengan cara melakukan analisis diskriptif dari hasil kuesioner dan analisis
dengan Cochran Q Test pada SPSS.
A. Karakteristik Responden
Responden dari praktikum ini adalah masyarakat wilayah kampus. Dimana
jumlah responden yang digunakan dalam praktikum ini adalah 25 orang. Berdasarkan
informasi yang didapatkan dari kuesioner yang telah dibagikan dapat digolongkan
berdasarkan variabel demografi seperti jenis kelamin, usia/umur, pekerjaan, pendidikan
terakhir dan pendapatan. Karakteristik konsumen merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa. Hal ini
penting untuk pemasar supaya dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya (Resmawati,
2013).
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin responden terdapat dua jenis kelamin yaitu pria dan
wanita dalam praktikum ini didapati responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 15
orang dengan presentase sebanyak 60% sedangkan responden yang berjenis kelamin wanita
sebanyak 10 orang dengan presentase sebanyak 40% . Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1
berikut ini :
Tabel 1. Analisis Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase
1
Pria
15
60%
2
Wanita
10
40%
Jumlah
25
100%
Sumber: Data primer diolah
Dari Tabel 1. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengisi
kuesioner ini adalah responden yang berjenis kelamin pria ditandai dengan banyaknya jumlah
responden pria sebanyak 60%. Banyaknya jumlah responden pria ini dikarenakan kopi
memang lebih dikaitkan dengan pria yang lebih sering mengkonsumsi kopi. Sebuah

penelitian menjelaskan bahwa didalam biji kopi terdapat kandungan yang bermanfaat untuk
meransang kesuburan pada pria dan bisa membuat sperma mampu berenang lebih cepat. Pria
yang mengkonsumsi kopi setiap paginya mempunyai sperma yang dapat berenang lebih cepat
dan gesit dibandingkan pria yang kurang mengkonsumsi kopi di pagi hari. Kandungan kafein
pada kopi tidak hanya penting untuk membantu sample sperma di dalam proses IVF (In-Vitro
Fertilisation), yaitu proses pembuahan yang terjadi di luar rahim. Kafein dalam kopi juga
mampu membantu sperma berenang lebih cepat dan lebih baik menuju sel telur, hingga
mempercepat terjadinya pembuahan.
b. Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan usianya, responden yang masuk kelompok usia kurang dari 19
tahun sebanyak 4 orang dengan presentase sebesar 16%, responden yang berusia antara 19
tahun sampai 22 tahun sebanyak 14 orang dengan presentase sebesar 56%, sedangkan
responden yang berusia lebih dari 22 tahun sebanyak 7 orang dengan presentase sebesar
28% . Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Analisis Responden Berdasarkan Usia


N
o
Usia
Frekuensi
1
<19
4
2
19-22
14
3
>22
7
Jumlah
25
Sumber: Data primer diolah

Presentase
16%
56%
28%
100%

Dari Tabel 2. Hasil menunjukkan bahwa tingkatan pertama ditempati oleh


responden dengan usia 19-22 tahun yang menghasilkan presentase untuk konsumsi kopi
sebanyak 14 orang dengan presentase sebesar 56% . Usia >22 tahun sebanyak 7 orang dengan
6

presentase sebesar 28%. Dan usia <19 tahun sebanyak 4 orang dengan presentase sebesar
16%. Dari hasil tersebut kebanyakan responden dari hasil praktikum ini adalah berusia 19-22
tahun yaitu sebanyak 14 responden dengan presentase sebesar 56%.
c. Responden Berdasarkan Pekerjaan
Dilihat

dari

pekerjaan

responden

terdapat

klasifikasi

yaitu

pelajar/mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta. Pengusaha/wiraswasta san lainnya.


Dalam praktikum ini didapati responden yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak
18 responden dengan presentase sebesar 72%, pegawai swasta sebanyak 1 responden dengan
presentase sebesar 4% dan untuk pengusaha/wiraswasta serta pilihan lainnya diperoleh
sebanyak 3 responden dengan presentase sebesar 12%. Responden pada pegawai negeri sipil
tidak diperoleh. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Analisis Responden Berdasarkan Pekerjaan


Frekuens
No
Pekerjaan
Presentase
i
1
Pelajar/Mahasiswa
18
72%
Pegawai Swasta
2
1
4%
3
Pengusaha/Wiraswasta
3
12%
4
Lainnya
3
12%
Jumlah
25
100%
Sumber: data primer diolah
Dari Tabel 3. Hasil menunjukkan bahwa tingkatan mayoritas responden yang
diperoleh sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 18 responden dengan presentase sebesar 72%,
urutan kedua adalah pengusaha/wiraswasta dan lainnya yaitu pilihan selain yang telah

disebutkan seperti pelajar/mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan


pengusaha/wiraswasta sebanyak 3 responden dengan presentase 12%, kemudian pegawai
swasta diperoleh sebanyak 1 responden dengan presentase sebesar 4%. Dari hasil tersebut
kebanyakan responden dari hasil praktikum ini adalah sebagai pelajar/mahasiswa yaitu
sebanyak 18 responden dengan presentase sebesar 72%.
d. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Dilihat dari pendidikan terakhir terdapat 5 klasifikasi yaitu SMP, SMA, S1, S2
dan lainnya. Dalam praktikum ini didapati responden yang mempunyai pendidikan terakhir
SMP sebanyak 2 responden dengan presentase sebesar 8%, SMA sebanyak 20 reponden
dengan presentase sebesar 80%, dan S1 sebanyak 3 responden dengan presentase sebesar
12%. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Analisis Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


No
Pendidikan Terakhir
Frekuensi Presentase
1

SMP

8%

SMA

20

80%

S1

12%

25

100%

Jumlah
Sumber: Data primer diolah.

Dari Tabel 4. Hasil menunjukkan bahwa tingkatan mayoritas responden yang


diperoleh dengan pendidikan terakhir terbanyak yaitu SMA sebanyak 20 responden dengan
presentase sebesar 80%, urutan kedua adalah S1 sebanyak 3 responden dengan presentase
12%, kemudian SMP diperoleh sebanyak 2 responden dengan presentase sebesar 8%. Dari

hasil tersebut kebanyakan responden dari hasil praktikum ini adalah dengan pendidikan
terakhir SMA yaitu sebanyak 20 responden dengan presentase sebesar 80%.
e. Responden Berdasarkan Pendapatan
Dalam klasifikasi ini pendapatan responden dapat dibagi menjadi 4, yaitu : <
Rp. 1.000.000 , Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 dan > Rp.
3.000.000. Jumlah responden sebanyak 25 orang. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 5. berikut
ini :
Tabel 5. Analisis Responden Berdasarkan Pendapatan
Frekuens Presentas
No
Pendapatan
i
e
1
2
3
4

< Rp. 1.000.000


Rp. 1.000.000
2.000.000
Rp. 2.000.000
3.000.000

Rp.

Rp.

> Rp. 3.000.000

Jumlah
Sumber: Data primer diolah

10

40%

11

44%

4%

12%

25

100%

Dari Tabel 5. Hasil menunjukkan bahwa responden yang pendapatannya < Rp.
1.000.000 sebanyak 10 responden dengan presentase sebesar 40%. Untuk responden yang
pendapatannya antara Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 sebanyak 11 responden dengan
presentase sebesar 44%, kemudian untuk responden yang pendapatannya antara Rp.
2.000.000 - Rp. 3.000.000 hanya ada 1 responden dengan presentase sebesar 4% dan untuk
responden yang pendapatannya > Rp. 3.000.000 sebanyak 3 responden dengan presentase
sebesar 12% dari jumlah keseluruhan responden. Dari hasil tersebut kebanyakan responden
dari hasil praktikum ini adalah berpendapatan Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 yaitu sebanyak 11
responden dengan presentase sebesar 44 %.
B.

Analisis Brand Awareness


a. Analisis Top of Mind
9

Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang pertama kali diingat ketika
konsumen ditanya tentang kategori suatu produk yang dapat diingat kembali secara spontan
tanpa bantuan (Aaker, 1997). Top of Mind merupakan single respons question, artinya suatu
responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. Hasilnya ditunjukkan
pada Tabel 6. berikut ini :
Tabel 6. Analisis Top of Mind
Frekuens
No

Merek Kopi

Presentase
i

1
Kapal Api
9
36%
2
Luwak White Coffe
2
8%
Good Day
11
44%
3
4
Kopi ABC
2
8%
5
Lainnya
1
4%
Jumlah
25
100%
Sumber: Data primer diolah
Dari Tabel 6. Hasil menunjukkan beberapa merek kopi yaitu Kapal Api, Luwak
White Cofee, Good Day, Nescafe, Kopi ABC dan kopi lainnya. Diketahui responden yang
memilih kopi Kapal Api sebanyak 9 orang atau 36% dari jumlah keseluruhan, responden
yang memilih kopi Luwak White Cofee sebanyak 2 orang atau 8% dari jumlah keseluruhan,
lalu responden yang memilih kopi good day atau merek yang paling banyak dipilih oleh
responden yaitu 11 orang atau 44% dari jumlah keseluruhan, sedangkan untuk kopi yang
bermerek Nescafe tidak dipilih oleh responden dari jumlah keseluruhan responden dan
responden yang memilih kopi ABC sebanyak 2 orang atau 8% dari jumlah keseluruhan.
Selebihnya 1 orang responden atau 4% dari responden keseluruhan memilih kopi bermerek
lain dari kelima merek yang kami tuliskan.
b. Analisis Brand Recall
Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek
apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand
Recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu

10

(unaided questions). Dalam analisis Brand Recall praktikan meminta responden menjawab
pertanyaan nomor dua dengan menyebutkan merek kopi selain yang telah disebutkan pada
pertanyaan pertama. Dan hasilnya dapat ditunjukkan dalam Tabel 7. berikut ini :
Tabel 7. Analisis Brand Recall
No
Frekuen
.
1

Merek Kopi
si
Kapal Api
4
Luwak
White

2
Coffee
3
Good Day
4
Nescafe
5
Kopi ABC
6
Lainnya
Jumlah
Sumber: Data primer diolah

4
1
8
5
3
25

Presenta
se
16%
16%
4%
32%
20%
12%
100%

Dari Tabel 7. Hasil menunjukkan bahwa merek Nescafe mempunyai tingkat


yang paling tinggi dengan presentase sebesar 32%. Urutan kedua ditempati oleh Kopi ABC
dengan presentase sebesar 20%, urutan ketiga ditempati oleh Kapal Api dan Luwak White
Coffee dengan presentase sebesar 16%, urutan keempat yaitu responden menyebutkan merek
kopi selain yang telah disebutkan seperti Nescafe, Kopi ABC, KapalApi, Luwak White
Coffee dan Good Day, serta sisanya dengan presentase sebesar 4% ditempati oleh Good Day.
Dapat disimpulkan bahwa merek Nescafe menjadi Brand Recall di dalam praktikum ini
ditandai dengan presentase tertinggi yatu 32%.
c. Analisis Brand Recognition
Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran
merek dimana pengenalan merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan dengan bantuan
(Aaker, 1997). Pengenalan merek dimana tingkat kesadaran responden terhadap suatu merek
diukur dengan diberikan bantuan dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk tersebut (aided
questions). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui berapa banyak responden yang perlu
diingatkan tentang keberadaan merek tersebut. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 8. berikut
11

ini :
Tabel 8. Analisis Brand Recognition
No. Merek Kopi
Frekuensi

Presentase

1
2

KapalApi
Luwak White Coffee

3
8

12%
32%

3
4

Good Day
Nescafe

4
1

16%
4%

Kopi ABC

24%

3
25

12%
100%

6
Lainnya
Jumlah
Sumber: Data primer diolah

Dari Tabel 8. Hasil menunjukkan bahwa merek Luwak White Coffee


mempunyai tingkat yang paling tinggi dengan presentase sebesar 32%. Urutan kedua
ditempati oleh Kopi ABC dengan presentase sebesar 24%, urutan ketiga ditempati oleh Good
Day dengan presentase sebesar 16%, urutan keempat ditempati oleh Kapal Api dan responden
menyebutkan merek kopi selain yang telah disebutkan seperti Nescafe, Kopi ABC, Kapal
Api, Luwak White Coffee dan Good Day, serta urutam terakhir ditempati oleh Nescafe
dengan presentase sebesar 4% . Dapat disimpulkan bahwa merek Luwak White Coffee
menjadi Brand Recognition di dalam praktikum ini ditandai dengan presentase tertinggi yatu
32%.
d. Brand Unaware
Brand Unaware (tidak menyadari merek) adalah tingkat terendah dalam
piramida merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek (Aaker, 1997).
Pengenalan merek dimana tingkat kesadaran responden terhadap suatu merek diukur dengan
diberikan bantuan dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk tersebut (aided questions).
Pertanyaan diajukan untuk mengetahui berapa banyak responden yang perlu diingatkan
tentang keberadaan merek tersebut. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 9. berikut ini :
Tabel 9. Analisis Brand Unaware
No
Merek Kopi

Frekuens
12

Presentase

i
1
Kapal Api
2
Luwak White Coffe
Good Day
3
4
Nescafe
5
Kopi ABC
6
Lainnya
Jumlah
Sumber: Data primer diolah

2
8
3
4
6
2
25

8%
32%
12%
16%
24%
8%
100%

Dari Tabel 9. Hasil menunjukkan bahwa merek Luwak White Coffee


mempunyai tingkat yang paling tinggi dengan presentase sebesar 32%. Urutan kedua
ditempati oleh Kopi ABC dengan presentase sebesar 24%, urutan ketiga ditempati oleh
Nescafe dengan presentase sebesar 16%, urutan keempat ditempati oleh Good Day sebesar
12% dan urutan terakhir ditempati oleh kapal api serta merek selain yang telah disebutkan
seperti Nescafe, Kopi ABC, Kapal Api, Luwak White Coffee dan Good Day sebesar 8%.
Dapat disimpulkan bahwa merek Luwak White Coffee menjadi Brand Unaware di dalam
praktikum ini ditandai dengan presentase tertinggi yatu 32%.
C.

Analisis Informasi Tambahan


a. Berdasarkan Merek Kopi dengan Varian Rasa Paling Beragam
Berdasarkan 25 responden yang diambil saat praktikum maka diperoleh
informasi tambahan mengenai merek kopi dengan harga yang terjangkau . Dan hasilnya dapat
ditunjukkan dalam Tabel 10. berikut ini :
Tabel 10. Analisis Merek kopi dengan Varian Beragam
Frekuens
No
Merek Kopi
Presentase
i
1
Kapal Api
2
8%
2
Luwak White Coffe
2
8%
Good Day
3
20
80%
4
Lainnya
1
4%
Jumlah
25
100%
Sumber: Data primer diolah

13

Dari Tabel 10. Hasil menunjukkan bahwa merek Good Day mempunyai tingkat
yang paling tinggi, yaitu 80%, urutan kedua ditempati oleh Kapal Api dan Luwak White
Coffe yaitu

8%, urutan ketiga ditempati oleh pilihan merek lainnya selain yang telah

disebutkan seperti Kapal api, luwak white coffe, good day, nescafe, kopi ABC yaitu 4%.
Dapat disimpulkan pada praktikum ini bahwa merek Good Day menjadi merek
kopi yang memiliki harga terjangkau ditandai dengan presentase tertinggi yaitu (80%).
b. Berdasarkan Merek Kopi dengan Harga yang Terjangkau
Berdasarkan 25 responden yang diambil saat praktikum maka diperoleh
informasi tambahan mengenai merek kopi dengan harga yang terjangkau dan hasilnya dapat
ditunjukkan dalam Tabel 11. berikut ini :
Tabel 11. Analisis Merek Kopi dengan Harga yang Terjangkau
No
Merek Kopi
Frekuensi
Presentase
1
Kapal Api
7
28%
2
Luwak White Coffe
3
12%
3
Good Day
8
32%
4
Nescafe
2
8%
5
Kopi ABC
4
16%
6
Lainnya
1
4%
Jumlah
Sumber: Data primer diolah

25

100%

Dari Tabel 11. Hasil menunjukkan bahwa merek Good Day mempunyai tingkat
yang paling tinggi, yaitu 32%, urutan kedua ditempati oleh Kapal Api yaitu 28%, urutan
ketiga ditempati oleh Kopi ABC yaitu 16%, urutan keempat ditempati oleh Luwak White
Coffe yaitu 12%, urutan kelima ditempati oleh Nescafe yaitu 8% dan urutan terakhir
ditempati oleh pilihan lain dari merek yang konsumen ketahui yaitu 4%. Dapat disimpulkan
pada praktikum ini bahwa merek Good Day menjadi merek kopi yang memiliki harga
terjangkau ditandai dengan presentase tertinggi yaitu (28%).

14

c. Berdasarkan Merek Kopi dengan promosi yang paling menarik


Berdasarkan 25 responden yang diambil saat praktikum maka diperoleh
informasi tambahan mengenai merek kopi dengan promosi yang menarik, dan hasilnya dapat
ditunjukkan dalam Tabel 12. berikut ini :

Tabel 12. Analisis Merek Kopi dengan Promosi yang Paling Menarik
No
1
2
3
4
5
6

Merek Kopi
Kapal Api
Luwak White Coffe
Good Day
Nescafe
Kopi ABC
Lainnya

Jumlah
Sumber: Data primer diolah

Frekuensi
2
4
14
1
2
2

Presentase
8%
16%
56%
4%
8%
8%

25

100%

Dari Tabel 12. Hasil menunjukkan bahwa merek Good Day mempunyai tingkat
yang paling tinggi, yaitu 56%, urutan kedua ditempati oleh Luwak White Coffe yaitu 16%,
urutan ketiga ditempati oleh 3 merek seperti Kapal Api, Kopi ABC dan pilihan lainnya yaitu
8%, dan urutan terakhir ditempati oleh Nescafe yaitu 4%. Dapat disimpulkan pada praktikum
ini bahwa merek Good Day menjadi merek kopi yang memiliki harga terjangkau ditandai
dengan presentase tertinggi yaitu (56%).
D. Analisis Uji Cochran
Dalam pengujian analisis perilaku konsumen terhadap atribut-atribut suatu
produk yang selalu diperhatikan konsumen, maka dilakukan beberapa pengujian yakni
pengujian validitas, pengujian reliabilitas, pengujian cochran dan pengujian fishbien.
Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkakan
data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Dengan kata lain, validitas

15

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. ( Arikunto,
1998 ).
Analisis yang digunakan adalah Uji Cochran yang terdapat pada SPSS. Data
yang digunakan adalah pada atribut produk dalam melakukan pengambilan keputusan dalam
membeli. Atribut tersebut diantaranya yaitu : Merek, rasa, varian rasa, harga, kemasalan,
label makanan, promosi, aroma, dan kemudahan dalam membeli produk. Dengan jawaban Ya
dan Tidak. Jawaban Ya ditulis dengan angka 1 sedangkan jawaban Tidak ditulis dengan
angka 0. Pengujian dilakukan beberapa kali untuk mengetahui atribut apa saja yang paling
dipertimbangkan, hingga memperoleh hasil nilai Q hitung yang lebih kecil dari nilai Q tabel.
Hasil jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 13. Sebagai berikut :
Tabel 13. Atribut dalam Pertimbangan Pembelian Kopi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menjawab Ya
(Orang)

Atribut

21
24
17
19
11
17
7
18
22

Merek
Rasa
Varian Rasa
Harga
Kemasan
Label Makanan
Promosi
Aroma
Kemudahan Dalam Membeli Produk

Menjawab
Tidak (Orang)
4
1
8
6
14
8
18
7
3

Sumber : Data Primer diolah


Dari Tabel 13. Hasil menunjukkan bahwa atribut yang dipilih oleh 24
responden dengan pilihan atribut rasa kopi menjadi bahan pertimbangan utama dalam
pertimbangan pembelian kopi.
Cochran Q Test dilakukan pada penelitian untuk uji sampel yang mempunyai
data berskala nominal (kategori). Dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui atribut
apa saja yang dianggap sah (valid) untuk suatu persepsi konsumen mengenai kopi, yakni
dengan cara mereduksi satu per satu atribut sampai ditentukan atribut yang valid. Dalam
metode Cochran Q Test, responden diberikan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang
16

jawabannya sudah disediakan yaitu jawaban YA atau TIDAK dan daftar atribut yang akan
dipilih telah tersedia. Responden memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan
materi penelitian.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Cohran Q Test
Pengujian Ke
I
II
III

Nilai Q Hitung
43,351
>
23,219
>
10,483
>

Nilai Q Tabel
15,50731
14,06714
12,59159

Sumber : Data Primer diolah


Cochran Q Test tahap pertama dilakukan terhadap kesembilan atribut yaitu
merek, rasa, varian rasa, harga, kemasan, label makanan, promosi, aroma, dan kemudahan
dalam membeli produk. Berdasarkan Tabel 14. pada pengujian I dengan = 0,05 dan dengan
derajat kebebasan sama dengan 8 maka diperoleh nilai Q tabel sebesar 15,50731 dan hasil
nilai Q hitung sebesar 43,351. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H o ditolak yang artinya
responden tidak setuju bahwa kesembilan atribut tersebut merupakan faktor yang
dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kopi. Jadi perlu dilakukan pengujian kembali
dengan menghilangkan atribut yang memiliki jumlah jawaban Ya paling kecil, dalam hal
ini adalah promosi.
Pada pengujian II dengan = 0,05 dan dengan derajat kebebasan sama dengan
7 maka diperoleh nilai Q tabel sebesar 14,06714 dan hasil nilai Q hitung sebesar 23,219.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak yang artinya responden tidak setuju bahwa
kesembilan atribut tersebut merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam keputusan
pembelian kopi. Jadi perlu dilakukan pengujian kembali dengan menghilangkan atribut yang
memiliki jumlah jawaban Ya paling kecil, dalam hal ini adalah kemasan.
Pada pengujian III dengan = 0,05 dan dengan derajat kebebasan sama dengan
6 maka diperoleh nilai Q tabel sebesar 12,59159 dan hasil nilai Q hitung sebesar 10,483.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima yang artinya responden setuju bahwa
17

ketujuh atribut tersebut merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian
kopi. Ketujuh atribut tersebut yaitu merek, rasa, varian rasa, harga, label makanan, aroma dan
kemudahan dalam membeli produk. Secara terperinci Cochran Q Test terlampir pada
Lampiran 5 .

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik responden dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden dari praktikum
perilaku konsumen ini adalah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 60%
responden, berusia 19-22 tahun sebanyak 56%, pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa
sebanyak 72%, dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 85% dan pendapatan/uang saku
Rp 1.000.000- Rp 2.000.000 sebanyak 44%. Hasil ini menunjukkan bahwa pria lebih sering
mengkonsumsi kopi .
2. Dari perhitungan analisis Top of Mind diketahui bahwa sebagian besar responden yang diteliti
memberikan penilaian yang sangat baik terhadap produk kopi Good Day. Hal ini terbukti
dengan kuatnya Top of Mind merek kopi Good Day dibenak sebagian besar responden.
Produk ini menjadi Top of Mind dikarenakan banyak faktor antara lain, harga yang terjangkau
selain harga karena kemudahan dalam menemuka produk tersebut, kopi Good Day dapat
ditemukan di toko kecil, swalayan, supermarket dll.
3. Pengukuran kesadaran merek (Brand Awareness)

dapat

dilakukan

dengan

cara

menggolongkan 4 elemen yaitu : Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition, dan Brand
Unaware. Hasil dari perhitungan analisis Brand Awareness didapatkan bahwa merek kopi
Good Day menempati Top of Mind merek kopi Nescafe menempati Brand Recall merek kopi
Luwak White Coffe menempati pada Brand Recognition dan Brand Unaware
4. Pertimbangan responden pada pembelian produk kopi diantaranya yaitu merek, rasa, varian
rasa, harga, label makanan, aroma dan kemudahan dalam membeli produk.
5. Pengukuran dari informasi tambahan yang diperoleh yang diantaranya yaitu merek kopi
dengan varian rasa yang beragam diperoleh merek kopi Good Day yang dipilih oleh sebagian
besar reponden, harga yang paling terjangkau diperoleh responden yang memilih merek kopi

19

Good Day yang dipilih oleh sebagian besar reponden, dan promosi yang paling menarik
merek kopi Good Day. Dapat disimpulkan dari faktor-faktor tersebut sebagian besar dari
responden dalam praktikum ini memiliki kesadaran merek pada merek kopi Good Day.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David, 1991, Managing Brand Equity, New York, Free Press.

20

Arikunto, Suharsimi., 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 4.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bilson, Simamora. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel.
Edisi pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kuang Chi, H. Et al . 2009. The Impact of Brand Awareness on Consumer
Purchase Intention: The mediating Effect of Perceived Quality and Brand Loyalty.
Journal of International Management Studies.
Resmawati, T., M. A. Mukid, dan D. Safitri. 2013. Analisis Preferensi Konsumen Terhdap
Produk Susu Berbasis Analisis Conjoint Dengan Menggunakan Metode Presentasi
Pairwise-Comparison (Studi Kasus di Beberapa SMP se-Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang). Porsiding Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro, 14
September, Semarang. P. 161-173.

21

LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai