INDONESIA DAN
PERMASALAHANNYA
KEMAL AHMAD RIDLA
1206254605
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan taufik dan
hidayahnya kepada saya telah menyelesaikan tugas dari salahsatu mata kuliah
Sistem Administrasi Negara Indonesia yang berjudulkan Sistem Pengawasan di
Indonesia. Pembuatan makalah kali ini merupakan pemenuhan tugas akhir
semester genap untuk mata kuliah Sistem Administrasi Negara Indonesia.
Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs.Bulizuar Buyung selaku dosen pengajar mata kuliah Sistem
Administrasi Negara Indonesia. Berkat beliau, penulis mendapat banyak ide
penulisan dan ide-ide untuk mengangkat banyak masalah untuk dijadikan materi
untuk dikembangkan selanjutnya.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu
dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya,. Demikianlah sebagai pengantar kata,
denga, atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan
dari semua pihak mudah mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh
Allah SWT.
Abstraksi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah tumbanngnya rezim Orde Baru Indonesia menapaki Reformasi di
segala bidang, guna mewujudkan pemrintahan yang demokratis, guna
memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat, good governance, Melalui
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Pemerintah dan DPR telah
jelas menunjukkan political will untuk melaksanakan otonomi daerah dan
desentralisasi pada tahun anggaran 2001.
Dalam konteks otonomi daerah, desentralisasi dimaksudkan agar daerah lebih
mampu mengembangkan inisiatif dan kreativitas daerah dan sumberdayanya
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat
dan
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat.
kesemuanya
itu
perlu
diimbangi
dengan
Sistem
pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat dengan
berpedoman rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah.
Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan
pekerjaan dan tugas pemerintahan, sehingga pengawasan diadakan dengan
maksud untuk, mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak lau untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau
timbulnya kesalahan yang baru dan juga mengetahui pelaksanaan kerja sesuai
dengan program seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah 15 tahun perjalanannya, remormasi, kita perlu meninjau ulang
apakah pengawasan, termasuk alat-alat penting pengawasannya, telah dapat
berjalan
secara
keberhasilan
supaya
lebih
Sistem
BAB II
KERANGKA PEMBAHASAN
A. TEORI DAN KONSEP
Istilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah awas,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang diterjemahkan dengan
istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya
daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan
pengertian controlling ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk
dengan
pengawasan,
seksama
dan
melaporkan
saja
hasil
kegiatan
mengawasi
tadi,
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGAWASAN
1. George R Terry dalam bukunya Principles of management menyatakan
pengawasan sebagai proses untuk mendeterminir apa yang akan dilaksanakan,
mengevaluir pelaksanaan dan bilamana perlu menerapkan tindakan-tindakan
korektif sedemikian rupa hingga pelaksanaan sesuai dengan rencana.
2. Henry Fayol dalam bukunya General Industrial Management menyatakan,
pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercapai atau
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan instruksiinstruksi yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
3. Harold Koonzt dan Cyril ODonnel dalam bukunya Principles of Management
menulis bahwa, pengawasan adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja
yang dilakukan oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau
menjamin bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana-rencana yang digunakan
untuk mencapainya dilaksanakan.
4. S. P Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi memberikan definisi tentang
pengawasan sebagai proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Sarwoto dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen menyatakan
sebagai berikut: pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar
pekerjaan pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau
hasil yang dikehendaki.
tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses
pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan
baik buruknya pelaksanaan suatu rencana. Proses pengawasan terdiri dari beberapa
tindakan (langkah pokok) tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan
manajerial, langkah-langkah pokok ini menurut George R Terry meliputi:
1. Menetapkan Standar Pengawasan
Standar Pengawasan adalah suatu standar (tolok ukur) yang merupakan patokan
bagi pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan
dengan semestinya atau tidak. Standar pengawasan mengandung 3 (tiga) aspek,
yaitu:
a) Rencana yang telah ditetapkan, mencakup kualitas dan kuantitas hasil
pekerjaan yang hendak dicapai, sasaran-sasaran fungsional yang dikehendaki,
faktor waktu penyelesaian pekerjaan.
b) Ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku, mencakup ketentuan tentang tata
kerja, ketentuan tentang prosedur kerja (tata cara kerja), peraturan per UU-an
yang berkaitan dengan pekerjaan, kebijaksanaan resmi yang berlaku, dll.
c) Prinsip-prinsip daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan
pekerjaanmencakup aspek rencana dan ketentuan serta kebijaksanaan telah
terpenuhi, pekerjaan belum dapat dikatakan berjalan sesuai semestinya apabila
efisien dan efektivitasnya diabaikan, artinya kehemetan dalam penggunaan
dana, tenaga, material dan waktu.
2. Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan
Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah/senyatanya dikerjakan
dapat dilakukan melalui antara lain:
a) Laporan (lisan dan tertulis)
b) Buku catatan harian tentang itu, Bagan
c) Jadwal atau grafik produksi/hasil
d) Insfeksi atau pengawasan langsung; Pertemuan/konferensi dengan
petugas-petugas yang bersangkutan; Suvei yang dilakukan oleh tenaga staf
atau melalui penggunaan alat teknik.
3. Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
Aktifitas tersebut di atas merupakan kegiatan yang dilakukan pembandingan
antara hasil pengukuran dengan standar. Maksudnya, untuk mengetahui apakah
10
diantaranya terdapat perbedaan dan jika ada, maka seberapa besarnya perbedaan
tersebut kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.
4. Tindakan Koreksi (Corrective Action)
Apabila diketahui adanya perbedaan, sebab-sebabnya perbedaan, dan letak
sumber
perbedaan,
maka
langkah
terakhir
adalah
mengusahakan
dan
11
12
semakin intensif dan melembaga antara lain melalui forum rapat kerja komisi
dengan pemerintah dan forum dengar pendapat (hearing) antara komisi-komisi
DPR-RI dengan para pejabat tertentu, begitu juga yang dilaksanakan di Daerah
antara Pemda dengan DPRD yang bersangkutan.
d. Pemeriksaan BPK
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah perangkat pengawasan ekstern
terhadap pemerintah, karena ia berada di luar susunan organisasi pemerintah
(Pemerintah dalam arti yang sempit). BPK tidak mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada kepala pemerintahan (Presiden), tetapi BPK
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugasnya
kepada
DPR
(Dewan
hal
pengawasan
prepentif
dan
pengawasan
represif.
13
2. Berdasarkan Waktu
a. Pengawasan Preventif
Jenis pengawasan preventif adalah pengawasan atas jalannya pemerintah
daerah yang sekarang diatur dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah. Secara umum arti pengawasan preventif adalah
pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, ini berarti pengawasan
terhadap segala sesuatu yang bersifat rencana. Pengawasan preventif
mengandung prinsip bahwa Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah
mengenai pokok tertentu harus berlaku sesudah ada pengesahan pejabat yang
berwenang, cara dari pemerintah melakukan yaitu Pengawasan terhadap
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yaitu terhadap rancangan Perda yang
mengatur pajak Daerah, retribusi Daerah, APBD, dan RUTR sebelum
disahkan oleh kepala Daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Mendagri untuk
Raperda Provinsi, dan oleh Gubernur terhadap Raperda Kabupaten/Kota.
Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat
mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal. Pembinaan atas
penyelenggaraan Pemda adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan
atau Gubernur selaku wakil Pemerintahan di Daerah untuk mewujudkan
tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi Daerah. Pembinaan oleh
Pemerintah, Menteri dan Pimpinan lembaga pemerintah non departemen
melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing
yang dikoordinasikan oleh Mendagri untuk pembinaan dan pengawasan
provinsi
serta
oleh
Gubernur
untuk
pembinaan
dan
pengawasan
Kabupaten/Kota.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemda adalah proses kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin agar Pemda berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan Per UU-an yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh
pemerintah terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
utamanya terhadap Perda dan Peraturan Kepala Daerah.
b. Pengawasan Represif
Pengawasan Represif mempunyai pengertian secara umum sebagai
pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan.
14
pekerjaan,
baik
yang
dilakukan
oleh
pimpinan
15
(manajer)
yang
16
17
2. Pengawasan Melekat
A. Tujuan Pengawasan Melekat
Tujuannya adalah sebagai
segala
usaha
atau
18
kegiatan
untuk
3. Pengawasan Fungsional
Pengawasan Fungsional (Wasnal) adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan (Manajer) dalam
19
pelaksanaan
dan
Menteri
Negara
perencanaan
pembangunan
Menteri/Pimpinan
Lembaga
Pemerintah
Non
20
laporan
hasil
kerja
G. PENGAWASAN ADMINISTRATIf
Definisi Pengawasan Administratif
Pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
oleh
21
barang daerah.
Pengawasan urusan pemerintahan, dilakukan terhadap urusan wajib,
urusan pilihan, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, kebijakan
pinjaman dan hibah luar negeri.
dan
kekuasaan
(legaslatif
maupun
ekskutif)yang
22
kebutuhan/total
pengeluaran
yang
layak
bagi daerah otonom. Akibat lain dari belum adanya SPM dan SAB
tersebut
adalah
menyulitkan pengawasan/penilaian
terhadap
bagi
auditee
(organisasi,
pemerintah
tujuan/program
secara
dan
efektif,
menimbulkan
inefisiensi,
karena
pemerintah
dengan
Keberhasilan
fungsi
good
governance
halaman
dan
6,
23
DaySeminardengan
Governance
Keuangan
tema
Negara,
cukup tegas
Belum tersedia standar akuntansi bagi pelaporan keuangan
pemerintah, serta belum jelas otoritas pembuat standar
dimaksud
in)
Tumpang tindih yang eksesif (berlebihan) antara audit
kebenaran material
Kurang efektifnya lembaga internal audit
Berdasarkan
kelemahan
tersebut,
ditetapkan
beberapa
pilar
Intern
meningkatkan
sistem
pengendalianintern
di
lingkungan
24
pemerintahan
secara
untuk
mengawasi),
maupun
informal
(oleh
menggantikan
untuk
terselenggaranya
pemerintahan
good
negara.
tiap
tingkat
pemerintahan,
mulai
dari
Presiden,
pada
setiap
tingkatan
proses
manajemen.
Perubahan
25
Hal ini menggambarkan kurang efektif dan belum mantapnya peran dan
fungsi pengawasan internal,
disamping
faktor-faktor
belum
terbentuk
secara
mantap
sinergi,
dan
eksternal,
baik
maupun
antara
antar
dan
tindak
diharapkan
lanjut
tidak
hanya
pada
organisasi,
sehingga
dapat
terintegrasi
antara
terjadi
pencegahan
suatu
dan
antar
tetap
dipandang
dari
sudut
26
pemerintah,
fungsi
audit
internal
antara
internal,
tersebut
lain;
sehingga
pada
Tumpang
mengakibatkan
(dua)
jenis
langkah
besar
yang
harus
tugas
pokok
dan
fungsi
(tupoksi)
seluruh
sinergis (tidak ego sektoral), dapat bekerja secara efisien dan efektif, serta
memberikan nilai tambah yang optimal dalam pencapaian misi dan tujuan
organisasi (bukan sekedar watchdog untuk menemukan penyimpangan)
pada setiap tingkatan proses manajemen.
2. Pembenahan standar-standar pengendalian intern agar dapat berjalan
secara efektif dan memudahkan pengawasan/pemeriksaan, serta mencegah
terjadinya
KKN
sedini
mungkin.
Pembenahan
Tupoksi
Seluruh
serta
melupakan
arogansi
institusi,
demi
pencapaian
27
quality
assurance
terhadap
sistem
pengendalian
28
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan
bahwa pengawasan
komentar-komentar
tersebut
di
atas,
masih
dapat
disimpulkan
mengalami
banyak
permasalahan, baik dari segi kelembagaan aparat pengawasannya yang belum dapat
bekerja secara sinergis, efisien dan efektif (intern dan ekstern), maupun alatalat pengawasan lainnya berupa standar- standar sebagai dasar pelaksanaan dan sistem
pengendalian intern yang belum dapat berjalan sesuai dengan yang diniatkan oleh
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, langkah-langkah
apa
yang
masih
harus
dilakukan
ke
depan
demi
29
DAFTAR PUSTAKA
Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia, Rajawali Press, Jakarta
(cetakan I), 1988.
H. La Ode Husen, SH., MH., Dr, Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat Dengan Badan Pemeriksaan Keuangan Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia,
CV. Utomo, Bandung, 2005.
Atnadja, Arifin P. Soeria,Reorientasi Penertiban Fungsi Lembaga Pengawasan dan
Pemeriksaan Keuanagan Negara,FHUI,Depok,1997.
Wajong J,Fungsi Administrasi Negara,Djakarta Djambatan, Jakarta,1969.
Situmorang, Viktor M, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkunagan Aparatur
Pemerintah,Jakarta Rineka Chipta, Jakarta,1994.
Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, Jakarta Sinar Grafika,Jakarat,1986.
http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html