Disusun Oleh :
M. bayu aji maulana
2011730058
Dokter Pembimbing
Dr.H. , Sp.M
PENDAHULUAN
Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang
ditandai dengan ketidak stabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata.
Angka kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan
cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Banyak diantara penyebab
sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau
berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air
mata menjadi tidak stabil.
Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan
epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hiangnya sel goblet konjungtiva,
pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan
penambahan keratinasi.
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal
atau berpasir. Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mucus berlebihan, tidak
mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan
sulit menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada
pemeriksaan mata adalah tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling
khas pada pemeriksaan slit lamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata
di tepian palpebra inferior. Benang-benang mucus kental ke kuning-kuningan
kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi
tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
yang
bermuara
kira-kira
sepuluh
lubang
kecil,
2.2 Fisiologi
Sistem Sekresi Air Mata
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis yang terletak
di fossa glandulae lacrimalis yang terletak di kuadran temporal atas orbita.
Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator
menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil,
masing-masing dengan sistem duktulus yang bermuara ke forniks temporal
superior. Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lacrimalis di pons melalui
nervus intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus
trigeminus.
Kelenjar lakrimal assesorius, walaupun hanya sepersepuluh dari massa
kelenjar utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan
Wolfring identik dengan kelenjar utama, namun tidak memiliki ductulus.
Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di forniks superior.
Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di
tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang ikut membentuk tear film.
Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan
menyebabkan air mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra (epifora).
Kelenjar lakrimal assesorius dikenal sebagai pensekresi dasar. Sekret yang
dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara kesehatan kornea. Hilangnya sel
goblet, berakibat mengeringnya korena meskipun banyak air mata dari kelenjar
lakrimal.
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 m yang menutup epitel
kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini adalah
1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan
ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.
Tear film adalah komponen penting dari the eyes optical system. Tear
film dan permukaan anterior kornea memiliki mekanisme untuk
memfokuskan refraksi sekitar 80%. Bahkan sebuah perubahan kecil pada
kestabilan dan volume tear film akan sangat mempengaruhi kualitas
penglihatan (khususnya pada sensitivitas pada kontras). Tear break up
menyebabkan aberasi optik yang akan menurunkan kualitas fokus
gambaran yang didapatkan retina. Oleh karena itu, ketidakteraturan pada
tear
film
mempengaruhi
keratokonjungtivitis,
mengurangi
epitel
efek
yang
permukaan.
perubahan
lapisan
dapat
Pada
musin
film juga mengandung growth factor yang penting untuk regenerasi dan
penyembuhan epitel kornea.
air
Padadasarnya,
matamelapisipermukaanokuler
lapisan
air
mataterdiridari
normal.
lapisan
yang
terdiridari:
a. Lapisan
tipis
superfisial
(0.11um)
diproduksi
oleh
kelenjar
konjunctiva
dan
epitel
permukaan
okuler
dan
pada kelopak mata akibat kelainan kongenital, disfungsi kelopak mata neurogenik,
atau disfungsi mekanisme berkedip.
Infeksi Trachoma
10
c. Cedera
1) Pengangkatan kelenjar lakrimal
2) Iradiasi
3) Luka bakar kimiawi
d. Medikasi
1) Antihistamin
2) Antimuskarinik: atropin, skopolamin
3) Anestetika umum: halothane, nitrous oxide
4) Beta-adregenik blocker: timolol, practolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)
B. Kondisi ditandai defisiensi musin
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun
5. Luka bakar kimiawi
6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen Beta-adregenic blocker
C. Kondisi ditandai defisiensi lipid:
1. Parut tepian palpebra
2. Blepharitis
D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, coloboma
b. Ektropion atau entropion
c. Keratinasi tepian palpebra
d. Berkedip berkurang atau tidak ada
1) Gangguan neurologik
2) Hipertiroid
3) Lensa kontak
4) Obat
5) Keratitis herpes simpleks
6) Lepra
e. Lagophthalmus
1) Lagophthalmus nocturna
2) Hipertiroidi
3) Lepra
2. Kelainan konjungtiva
a. Pterygium
b. Symblepharon
3. Proptosis
11
3. Epidemiologi
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,
terutama pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada
wanita.
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal
atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mucus
berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,
merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri
paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata normal.
Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya
meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mucus kental
kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior.
Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal,
ber edema dan hiperemik.
Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissure interpalpebra. Sel-sel
epitel konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan
defek pada epitel kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lnjut kerato
konjungtivitis sicca tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap filament
melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak bebas. Pada pasien dengan
sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva menunjukkan peningkatan jumlah sel
goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang terjadi pada sindrom
sjorgen. Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan
teliti memakai cara diagnostic berikut:
A. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan
memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam
cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan
temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5
12
13
Gambar 5.IndeksPerlindunganOkular
(Sumber : http://www.systane.ca )
C. Tes Ferning Mata
Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva
dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca
obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata
normal.
Pada
pasien
konjungtivitis
yang
meninggakan
parut
14
kertas
kering
15
ini. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara
paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.
H. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis
sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat
berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan menyebutkan
bahwa
hiperosmolalitas
adalah
tes
paling
spesifik
bagi
dan
memperpanjang
lama
pelembaban
permukaan.
agen
mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri
sebagai tetesan mata. Jika mucus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen
mukolitik (mis, acetylcystein 10%) dapat menolong.
Topikal cyclosporine A
Topikal corticosteroids
16
alpha. Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata memerlukan instruksi
spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian palpebrae. Mungkin
diperlukan antibiotic atopic alat ausistemik. Vitamin A topical mungkin
berguna untuk memulihkan metaplasia permukaan mata.
Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi
sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chloride adalah peparatumum yang
paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya
memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula
menimbulkan reaksi idiosinkrasi. Ini paling serius denganti merosal.
Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar
kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat dan harus
diobati dengan memperhatikan hygiene dan memakai antibiotic atopikal. Acne
rosacea sering terdapat bersamaan dengan kerato konjungtivitis sicca, dan
pengobatan dengan tetrasklin sistemik ada manfaatnya.
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada
punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untukwaktu lebih lama (silikon),
untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen
dapat dilakukan dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser.
6. Komplikasi
Pada awalperjalanan kerato konjungtivitis sicca, penglihatan sedikit
terganggu. Dengan memburuk nya keadaan, ketidak nyamanan sangat
menggangu. Pada kasuslanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan
perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan
vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat
mencegah komplikasi-komplikasi ini.
7. Prognosis
17
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
Tamboyang, Braham U. Pendit;editor Y. Joko Suyono. Palpebra dan
Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000.
Hal 94. Widya Medika
2. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology : Orbit
Eyelids and Lacrimal System . San Fransisco: 2011 . American Academi
of Ophtalmology
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: 2008.Balai
Penerbit FKUI.
4. Plugfelder, Stephen C et al. Dry Eye and Ocular Surface Disorders. New
york : 2004. Marcell Decker.
5. Mc Fadden, murray. Dry eye Syndrome. Diakses dari http://lasik1.com
pada tanggal 16maret 2013.
6. Anonim. The Definitive Source for Dry Eye Information on Internet. 2008.
Diakses dari http://dryeye.org pada tanggal 16maret 2013
7. Anonim. The Anatomy of Evaporative Dry Eye. Diakses dari:
http://tearscience.com pada tanggal 16 maret 2013
8. Sastrawan D, dkk. Standar Pelayanan Medis Mata. Departemen Ilmu
Kesehatan Mata RSUP M. Hoesin. Palembang , 2007 dkk
9. http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview diakses tanggal
17maret 2013
19