Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Salah satu permasalahan lingkungan pada saat ini adalah limbah plastik.

Kebutuhan plastik sebagai kantong plastik, kemasan pangan atau barang semakin
lama semakin meningkat. Ini dikarenakan plastik mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan media lain seperti logam atau gelas, yaitu jauh lebih ringan,
harga lebih murah, kemudahan dalam proses pembuatan dan aplikasinya, serta tidak
mudah pecah. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk di dunia ditambah dengan
penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui untuk memproduksi plastik
semakin menambah penumpukan sampah plastik. Plastik konvensional yang masih
sering digunakan saat ini berasal dari bahan polimer sintetis yang terbuat dari
petroleum, atau gas alam yang sulit didaur ulang dan diuraikan oleh pengurai. Ini
dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa pencemaran tanah, air, udara,
serta penumpukan sampah plastik [1].
Solusi

yang

dapat

diberikan

adalah

dengan

menggantikan

plastik

konvensional dengan plastik biodegradabel. Plastik biodegradabel merupakan plastik


yang dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Plastik biodegradabel
memiliki kegunaan yang sama seperti plastik sintetis atau plastik konvensional.
Plastik biodegradabel biasanya disebut dengan bioplastik, yaitu plastik yang seluruh
atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui.
Plastik biodegradabel merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan
karena sifatnya yang dapat kembali ke alam. Umumnya, kemasan biodegradabel
diartikan sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan
secara alami. Plastik biodegredabel dapat berubah struktur kimianya [2].
Keuntungan lain dari penggunaan bahan baku alami dalam pembuatan
bioplastik adalah sifatnya yang merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan tersedia dalam jumlah yang banyak, sehingga keberadaannya dapat
terus dilestarikan[3]. Bioplastik dirancang untuk memudahkan proses degradasi
terhadap reaksi enzimatis mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Salah satu
bahan yang mudah diuraikan adalah pati. Pati menjadi material yang menjanjikan

untuk bahan plastik karena sifatnya yang universal, dapat diperbaharui, dan harga
terjangkau [4]. Jika pati tersebut digabung dengan penguat atau pengisi akan
membentuk suatu biokomposit. Adanya bahan penguat atau pengisi tersebut dalam
biopolimer, pati akan memberikan pengaruh pada sifat-sifat komposit yang terbentuk
[5].
Sumberpatiyangdigunakanadalahumbitalas,dapatdilihat bahwaumbi
talaspadasaatsekaranginibelumdimanfaatkansecaramaksimalolehmasyarakat.
Didalampatiumbitalasmengandungamilosa2,25%danamilopektin65,17%dari
kandungan pati. [6]. Kadar amilosa tersebut diharapkan dapat memberikan sifat
mekanikyangoptimaldankadaramilopektinyangmemberikansifatlengketyang
optimal.
Produk bioplastik diperkuat dengan bahan-bahan selulosa [7].Penguatakan
meningkatkankekuatanmekanisdaribioplastik.Selulosasebagaikomponenpenguat
mampumeningkatkankekuatanmekanik[8].Seratijukmengandungselulosa51,5%
[9].
Prosespembuatanbioplastikdilakukandenganmenggunakantekniksolution
casting.Penggunaanteknikinididasarkanpadakesederhanaanalatmaupunmetode
yangdigunakan.Tekniksolutioncastingmerupakanpilihanyangcepatdanmudah
untuk membuat film plastik pada skala laboratorium [10]. Sedangkan untuk
menganalisispenelitian,pengujiandilakukandenganpengujiansifatmekanikberupa
kekuatantarikdan elongationbreak,pengujianFTIR,pengujianmorfologiberupa
SEMdanujibiodegradabilitas.
Sampaisaatini,penelitiantentangbioplastikyangmenggunakanmatrikspati
umbi talas dengan penguat ijuk pun masih belum ditemukan. Selain pati dan
penguatnya,gliseroldiperlukansebagaibahanplasticizeryangakanmemacuproses
pencetakan danfleksibilitas biokomposit.Pembuatanbiokompositdenganmatriks
pati umbi talas dan variasi serat ijuk sebagai penguat dan gliserol yang tepat
diharapkan dapat menghasilkan bahan bioplastik yang memiliki sifat mekanik,
morfologi, dan biodegradabilitas yang optimal. Untuk mendapatkan sifatsifat
tersebut,metodedanpengujianyangtepatpunperludilakukan.

Penggunaan pati umbi talas sebagai bahan baku pembuatan bioplastik telah banyak
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, salah satunya yaitu Toni Pahri Sirait (2015) yang
berjudul Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik Bioplastik dari Pati
Talas dengan Menggunakan Plastisizer Gliserol diperoleh

bioplastik dengan

kekuatan tarik terbaik adalah pada temperatur 75 oC dengan komposisi kandungan


pati 30 w/v, gliserol 1%v dan 2 w/v kitosan dimana nilai kekuatan tarik adalah 8.297
Mpa. Sedangkan nilai pemanjangan saat putus terbaik diperoleh pada temperatur 75
o

C pada komposisi kandungan pati 30 w/v, gliserol 3 %v dan kitosan 1 w/v dimana

nilai pemanjangan pada saat putus adalah sebesar 45,846%. Sedangkan penelitian
tentang bioplastik yang menggunakan matriks pati umbi talas dengan penguat serat
ijuk masihbelum ditemukan. Selain pati dan penguatnya, gliserol diperlukan sebagai
bahan plasticizer yang akan memacu proses pencetakan dan fleksibilitas
biokomposit.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian pembuatan
bioplastik dari pati umbi talas dengan bahan pengisi serat ijuk untuk mengetahui
pengaruh penambahan serat ijuk dan gliserol terhadap karakteristik bioplastik yang
dihasilkan.
1.2

RumusanMasalah
Rumusanmasalahdaripenelitianiniadalah:
1. Bagaimana karakteristik pati talas berupa kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar lemak, kadar amilosa, kadar amilopektin, kadar pati dan
analisa sifat pasting.
2. Bagaimana pengaruh penambahan serat ijuk dan gliserol terhadap
karakteristik bioplastik dari pati talas meliputi sifat kekuatan tarik, sifat
pemanjangan pada saat putus, sifat gugus fungsi dan sifat morfologi.
3. Bagaimanabiodegradabilitasbioplastikyagdihasilkan

1.3

TujuanPenelitian
Adapuntujuandaripenelitianiniadalah:
1. Mengetahui karakteristik pati talas berupa kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar lemak, kadar amilosa, kadar amilopektin, kadar pati dan
analisa sifat pasting.

2. Mengetahui pengaruh penambahan serat ijuk dan gliserol terhadap


karakteristik bioplastik dari pati talas meliputi sifat kekuatan tarik, sifat
pemanjangan pada saat putus, sifat gugus fungsi dan sifat morfologi.
3. Mengetahuibiodegradabilitasbioplastikyangdihasilkan
1.4

ManfaaatPenelitian
Penelitianinidiharapkandapatmemberikanmanfaatsebagaiberikut:
1. Sebagai dasar atau acuan dalam pemanfaatan serat ijuk sebagai penguat
dalam produk bioplastik
2. Dapat memberikan wawasan tambahan dalam bidang ilmu pengetahuan
terkait penerapannya dalam umbi talas, serat ijuk dan plasticizer gliserol
dalam pembuatan menjadi bioplastik.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika dan Laboratorium

Penelitian Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Adapun bahan


yang digunakan pada penelitian ini yaitu umbi talas sebagai bahan baku dan ijuk
sebagai pengisi , gliserol sebagai plasticizer, asam asetat sebagai pelarut dan katalis,
aquadest sebagai pelarut dan air sebagai pencuci. Variabel yang digunakan adalah:
1. Variabel tetap:
a.
Jenis bahan baku
: umbi talas dan
ijuk
b.
c.

Jenis plasticizer
Pengadukan kontinyu

: gliserol
: 30 menit

d.

[48]
Kecepatan pengadukan

: 20 rpm

e.

[48]
Asam Asetat 96 %

:2%

f.

[48]
Larutan pati

: 6 gram

g.

NaOH

: 0,5 molar

h.

[48]
Ukuran ijuk

[48]

mesh
2. Variabel bebas:
a. Jumlah serat ijuk
b. Variasi gliserol

[48]
: 0, 0,6; 1,2; dan 1;8 gram [48]
: 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 gram [48]

200

Analisis yang akan dilakukan di dalam penelitian ini meliputi:


Analisa hasil penelitian :
1. Analisa karakteristik pati, meliputi:
a. Analisa kadar air berdasarkan AOAC (Official Methods of Analysis).
b. Analisa kadar abu berdasarkan AOAC (Official Methods of Analysis).
c. Analisa kadar protein berdasarkan metode Kjeldahl.
d. Analisa kadar lemak berdasarkan metode Kjeldahl.
e. Kadar pati berdasarkan metode hidrolisis.
f. Analisa kadar amilosa (Spektrofotometer).
g. Analisa kadar amilopektin (Spektrofotometer).
h. Analisa Sifat Pasting (Rapid Visco Analyzer).
2. Analisa karakteristik bioplastik, meliputi:
a. Kekuatan tarik (Tensile Strength) berdasarkan ASTM D882.
b. Perpanjangan saat putus (Elongation Break) berdasarkan ASTM D882.
c. Analisa Gugus Fungsi (FTIR).
d. Analisa Morfologi (SEM).
e. Uji Biodegradabilitas.

Anda mungkin juga menyukai